Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Ekonomi Islam


Kata ekonomi berasal dari kata yunani, yaitu oikos dan nomos. Kata Oikos berarti
rumah tangga (house-hold), sedangkan kata nomos memiliki arti mengatur. Maka secara
garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga, atau menajemen rumah
tangga. Kenyataannya, ekonomi bukan hanya berarti rumah tangga suatu keluarga,
melainkan bisa berarti ekonomi suatu desa, kota, dan bahkan suatu negara.
Ilmu yang mempelajari bagaimana setiap rumah tangga atau masyarakat mengelolah
sumber daya yang mereka miliki, untuk memenuhi kebutuhan mereka disebut ilmu
ekonomi. Defenisi yang lebih populer yang sering digunakan untuk menerangkan ilmu
ekonomi tersebut adalah: “salah satu cabang ilmu sosial yang khusus mempelajari
tingkah laku manusia atau segolongan masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan
yang relatif tidak terbatas, dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas adanya.“ 1
Adapun dalam bahasa Inggris, kalimat ‘ekonomi politik’ muncul pertama kalinya pada
1615, kemudia kalimat ini tersebar di sekitar pertengahan abad ke-18 Masehi.2
Adapun dalam pandangan Islam, ekonomi atau iqtishad berasal dari kata “qasdun”
yang berarti keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (equally belanced). Kata-kata al-
qashdu dalam Al-Qur’an3 dan Hadis sebagai berikut:4
1. Dimaknai sebagai “sederhana” dalam ayat:
   
yang berarti “dan sederhanakanlah dalam jalan.“5 menurut Tafsir Ibn Katsir
(6/342) dan juga al-Qurtuby (14/17) berarti pertengahan, tidak cepat dan juga
lambat.
2. Dimaknai juga dengan “pertengahan”, dalam ayat:
  
yang berarti “diantara mereka terdapat golongan yang pertengahan,” 6 maka
iqtishad adalah pertengahan dalam bekerja, yang berarti tidak bakhil, pellit, dan
berlebih-lebihan. Juga dalam ayat

1
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Ed. 3, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), 3.
2
Ibrahim ‘Asal, Al-Tanmiyah fi al-Islam, (Beirut: Al-Mu’assasaah al-Jami’ah, 1996), 40.
3
Kata qashada dalam Al-Qur’an sebanyak enam ayat, di antaranya: QS. Al-Maidah [5]:66; at-Taubah
[9]:42; an-Nahl [16]:9; Luqman [31]:32; dan Fatir [35]:22.
4
Muhammad Baltaji, Al-Milkiyah al-Fardiyah Fi an-Nidzam al-Iqtishady al-Islami, (Kairo:Dar al-
Salam,2007),9-10.
5
QS. Luqman [31]:19
6
QS. Al-Maidah [5]:66.
          
              
      
yang menurut tafsir al-Qurtuby, muqtasid dimaksudkan juga dengan pertengahn
dalam bekerja. Ayat lainnya juga dipahami oleh beberapa ahli tafsir bahwa hal
7
tersebut berkaitan dengan pertengahan adalah, “.......” kata-kata faminhum
muqtashidah dalam ayat ini menurut Tafsir Ibn Katsir (6/353) berarti pertengahan
dalam bekerja.
3. Iqtisad juga berarti jalan yang llurus, seperti yang tertera dalam suatu ayat 8
“...........” yang artinya adalah: “ dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang
lurus, dan dii antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia
menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang
benar).”
4. Dan yang terakhir, iqtisad Al-Qur’an juga bisa dimaknai dengan “dekat”, seperti
yang tertera dalam Al-Qur’an,9 “..........”. arti dari ayat ini adalah: “kalau yang
kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan
perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetappi tempat
yang dituju itu aman jauh terasa oleh mereka, tetapi tempat yang dituju itu aman
jauh terasa oleh mereka.” Kata safaran qashidan diartikan dengan perjalanan
dekat dan mudah yang tidak ada kesulitan didalamnya.
5. Dalam Hadis Rasul, kata-kata “iqtashada” dipahami dengan arti “hemat”, seperti
dalam sebuah Hadis “.......”, yang berarti “Tidak akan menjadi fakta orang yang
berhemat.”10 Kata kerja qashada adalah iqtashada yang artinya adalah menuju
pada keseimbangan, keadilan, kejujuran, dan harmonisan.
6. Dalam Hadis yang lain juga disebutkan:
“.....................”
Atau mempunyai suatu arti, “Jadikan pekerjaanmu itu menjadi lurus dan kuat.” Di
sini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa jalan yang lurus adalah jalan yang
tidak berbelok-belok, dalam artian yang sesungguhnya adalah tidak akan bebelok

7
Arti dari ayat di atas adalah “dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunumg, mereka
menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai
didaratan, lalu sebagaian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat
Kami selain orang-orang yang setia lagi ingkar.” QS. Luqman [31]:32.
8
QS. an-Nahl [16]:9.
9
QS. At-Taubah [9]:42.
10
Hadis Riwayat Tabrani.
dari kebenaran. Kemudian al-qashdu dipahami dengan kesederhanaan yang berarti
tidak akan berbelok melebihi pertengahan dalam segala hal. Al-qashdun bisa
dimaknai pula dengan kesederhanaan dalam kehidupan yang berarti tidak
berlebih-lebihan dan juga tidak kikir.

Adapun Islam berarti dalam dan juga selamat. 11 Ekonomi Islam dibangun atas dasar
agama Islam, karena ekonomi merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari agama
Islam. Sebagai derivasi dari agama Islam, ekonomi Islam akan mengikuti agama Islam dari
berbagai aspek. Islam mendefenisikan agama bukan hanya berkaitan dengan spiritual dan
ritualitas, namun agama merupakan serangkaian keyakinan, ketentuan, dan peraturan serta
tuntunan moral bagi setiap aspek kehidupan manusia. Islam memandang agama sebagai suatu
jalan hidup yang melekat pada setiap aktivitas kehidupan, baik ketika mausia melakukan
hubungan dengan tuhannya maupun ketika manusia berinteraksi dengan sesama manusia dan
alam semesta.12 Kemudian pengertian tentang ekonomi Islam menurut beberapa pemikir
ekonomi Islam merupakan sebagai berikut:13

1. Muhammad Abdul Mannan dalam “Islamic Economics: Theory and Practive”.


Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
2. Muhammad Nejatullah al-Siddiqi dalam “muslim Economic Thinking: A Survey Of
Contemporery Literature”
Ekonomi Islam adalah respons pemikiran Muslim terhadap tantangan ekonomi pada
masa tertentu. Dalam usaha keras ini mereka dibantu leh Al-Qur’an dan Sunnah, akal
(ijtihad), dan pengalaman.
3. M. Umer Chapra dalam “The Future Of Economic: An Islamic Perspectif”
Ekonomi Islam adalah suatu pengetahuan yang membantu upayah realisasi
kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang
berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam, tanpa mengekang
kebiasaan individu untuk menciptakan keseimbangan makroekonomi yang
berkesinambungan dan ekologi yang berkesinambungan).

11
A.W.Munawir, Kamus al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 655.
12
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008), 13-14.
13
Mustafa Edwin Nasution,et al., Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2008), 2.; Mustafa
Edwin Nasution, et al., Pengertian Eklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Prenada Media, 2006), 16; M. Nur Rianto
al-Arif & Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi, Suatu Perbandingan Antara Ekonomi Islam dan Ekonomi
Konvensional, (Jakarta: Prenada Media, 2010), 8.
4. M. Akram Khan dalam “Islamic Ekonomics: Nature and Need”
Ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang hidup manusia yang
dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar kerja sama dan
partisipan.
5. Khurshid Ahmad dalam “Studies in Islamic Economics (Perspective of Islam)”
Ilmu ekonomi Islam adalah suatu usaha sistematis untuk memahami masalah-
masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif Islam.

Daftar Referensi:

1. Prof. Dr. Drs. H. ABDUL MANAN, S.H., S.IP,M.Hum. dalam “HUKUM


EKONOMI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF KEWENANGAN PERADILAN
AGAMA”
2. Dr. IKA YUNIA FAUZIA, Lc., M.EI. dan Dr. ABDUL KADIR RIYADI, Lc.,
M.S.Sc. dalam “PRINSIP—PRINSIP EKONOMI ISLAM PERSPEKTIF MAQASHID
AL-SYARIAH”

Anda mungkin juga menyukai