Anda di halaman 1dari 18

Muta’allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam

e-ISSN: xxxx-xxxx
Vol. 1, No. 1 (2022)): page-page
http://urj.uin-malang.ac.id/index.php/mjpai

INFAQ DAN SEDEKAH DI JALAN ALLAH

Ahmad Muzaini, Akhmad Rosyid Ridho


Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
200101110146@student.uin-malang.ac.id

Abstract: Zakâh, Infâq, and Shadaqah: The Capital and Ideal Model of Modern Finance and
Economic Development. Zakat is the designation for a particular property that was
intentionally released to be channeled to mustahiq. Other financial types that always
accompany or are included with it are zakat, ink, and sedekah. ZIS funds can be considered as
a triad of economic resources and short-term Islamic finance in synergy with other funding
sources, such as grants, wills, and endowments-oriented for long-term interests. In addition to
its management structure and mechanism being relatively simple and efficient, zakâh can be
said always be completely ready to cope with urgent needs. ZIS funds in the enforceability of
all peoples and Muslim nations showed that the zakâh system is appropriate to be used as a
capital and financial-economic model and the most modern of all time.
Keywords: zakat, infaq, shadaqah.
Abstrak: Zakat, Infak, dan Sedekah: Modal dan Model Ideal Pembangunan Ekonomi dan
Keuangan Modern. Zakat adalah sebutan bagi harta tertentu yang sengaja dikeluarkan untuk
disalurkan kepada mustahiq. Jenis keuangan lainnya yang selalu menyertai zakat atau
disertakan dengannya adalah infak dan sedekah. Dana zakat, infak, dan sedekah dapat
dikatakan sebagai tiga serangkai sumber ekonomi dan keuangan Islam jangka pendek yang
bersinergi dengan sumber-sumber dana lainnya, seperti: hibah, wasiat, dan wakaf yang
berorientasikan jangka panjang. Selain bentuk dan mekanisme pengelolaannya yang relatif
sederhana dan efisien, dana ZIS dapat dikatakan selalu serbasiap. Keberlakuan dana ZIS di
semua bangsa dan negara Islam/Muslim menunjukkan kelebihan sistem dana ZIS yang tepat
untuk dijadikan modal dan model ekonomi dan keuangan yang paling modern sepanjang
zaman.
Kata Kunci: zakat, infak, sedekah.
PENDAHULUAN
Beribadah kepada allah swt sang pencipta alam semesta wajib dilaksanakan oleh
setiap umat muslim. Didalam al-quran dijelaskan “dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat lehernya” dari ayat tersebut dijelaskan bahwa Jangan pernah
menduga Allah tidak mengetahui apa yang kita kerjakan. Allah mengetahui segala tindakan
manusia, baik yang nyata maupun yang hanya disimpan dalam hati. Allah mengetahui
segala rahasia yang disembunyikan manusia. Beruntungnya, Allah tidak menuntut
pertanggungjawaban atas bisikan hati kita sebelum jadi tindakan nyata.1

1
Sri Wahyuni and Nurhalima, “Kontribusi Zakat Dan Infak Sebagai Solusi Dalam Pemulihan
Ekonomi Pada Masa Covid-19,” Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 3, no. 1 (2022): 14–25,
http://jurnal.staiddimakassar.ac.id/index.php/aujpsi/article/view/47.

1
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

Dari segi fiqih, infaq dan zakat termasuk dalam ibadah ghairu mahdoh karena zakat
dan infaq adalah perbuatan yang membawa kebaikan dan harus dilakukan dengan niat yang
ikhlas karena Allah SWT dan ibadah tersebut dilakukan antara orang (muamalah) atau
hubungan horizontal yang tidak melibatkan hubungan dengan Tuhan semata.

Masyarakat merupakan faktor terpenting dalam mewujudkan infaq dan shodaqoh,


baik pemberi maupun penerima. Infaq, sedekah dan wakaf adalah komunitas Muslim,
sedangkan penerima manfaat bisa masyarakat umum, Muslim dan non-Muslim. Islam
sebagai agama adalah rahmatan lil `alamin yang memberikan tuntunan dan visi hidup bagi
seluruh umat manusia serta kesadaran bersama sebagai milik yang sebagian dimiliki oleh
orang lain hal ini dijelaskan dalam surat ad-dzariyat ayat 19. Ajaran Islam sebagai jalan
untuk membimbing seluruh umat manusia untuk selalu mengingat dan memahami
petunjuk Sang Pencipta manusia dan seluruh alam semesta, menyiratkan bahwa manusia
yang dapat mengintegrasikan sudut urusan duniawi dan nanti, tanpa harus menawarkan
hal yang berbeda. mengutamakan keduanya karena saling berkaitan dan memiliki banyak
aspek.

KAJIAN LITERATUR
Sub Pembahasan
1. Infaq
Kata infaq ini, merupakan suatu istilah yang telah tersosialisasi dalam masyarakat
Indonesia yang sering diartikan dengan pemberian sumbangan harta dan sedekah. Infaq
berarti sesuatu yang diberikan oleh seseorang guna menutupi kebutuhan orang lain, baik
berupa uang, makanan, minuman, dan sebagainya. Mendermakan atau memberi rezeki
(karunia) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan keikhlasan dan karena
Allah Swt Semata.2
infaq merupakan harta yang diberikan individu secara personal atau lembaga usaha
selain zakat demi kesejahteraan umum. Sedangkan sedekah merupakan material atau non-
material yang diberikan individu atau lembaga usaha selain zakat demi kesejahteraan
umum.3
menurut pengertian etimologi adalah pemberian harta benda kepada orang lain
yang akan habis atas hilang dan terputus dari pemilikan orang yang memberi. Dengan
ungkapan lain, sesuatu yang beralihke tangan orang lain atau akan menjadi milik orang lain.
Sedangkan secara terminologi infaq memiliki beberapa batasan, yaitu ;
1. Infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan untuk
suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
2. Infaq berarti mengeluarkan sebagian harta untuk kepentingan ke-manusiaan sesuai
dengan ajaran Islam.

2
H. Bagus Setiawan, “Infaq Dalam Tafsir Al- Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 261,” Islamic Banking 1,
no. 1 (2015): 61.
3
Wahyuni and Nurhalima, “Kontribusi Zakat Dan Infak Sebagai Solusi Dalam Pemulihan Ekonomi
Pada Masa Covid-19.”

2
Judul Artikel Jurnal
Nama Penulis

Ada pula pendapat yang mengatakan, secara bahasa Infaq bermakna: keterputusan
dan kelenyapan, dari sisi leksikal infaq bermakna: mengorbankan harta dan semacamnya
dalam hal kebaikan. Dengan demikian, kalau kedua makna ini di gabungkan maka dapat
dipahami bahwa harta yang dikorbankan atau didermakan pada kebaikan itulah yang
mengalami keterputusan atau lenyap dari kepemilikan orang yang mengorbankannya.
Menurut istilahnya, infaq berarti : “Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam
ketaatan atau hal-hal yang dibolehkan”. Infaq juga di artikan pengeluaran sukarela yang
dilakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya.
Selanjutnya yang dimaksud dengan mengeluarkan atau membelanjakan harta. Tentunya, hal
ini berbeda dari pemahaman-pemahaman masyarakat terhadap pengertian infaq. Hal ini
dikarenakan pengertian infaq secara etimologi yang berasal dari kata Arab masih sangatlah
umum, apakah yang dimaksud mengeluarkan atau membelanjakan harta dalam hal
kepeluan diri sendiri atau untuk kepentingan umum.
a. Membelanjakan Harta Al-Anfal ayat 63 : Artinya “Walaupun kamu membelanjakan semua
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka”. Oleh karena itu, infaq
dalam arti membelanjakan harta bukan untuk keperluan diri sendiri, akan tetapi untuk
keperluan bersama.
b. Memberi Nafkah Kata infaq ini juga berlaku ketika seorang suami membiayai belanja
keluarga atau rumah tangganya. Dan istilah baku dalam bahasa Indonesia sering disebut
dengan nafkah. Kata nafkah tidak lain adalah bentukan dari kata infaq. Dan hal ini juga
disebutkan di dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 34 yang Artinya : “Kaum laki-laki itu
adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas
sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap pengorbanan (pembelanjaan) harta dan
semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam infaq tidak di tetapkan bentuk dan
waktunya, demikian pula dengan besar atau kecil jumlahnya. Tetapi infaq biasanya identik
dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai barang yang dikorbankan. Infaq adalah jenis
kebaikan yang bersifat umum, berbeda dengan zakat. Jika seseorang ber-infaq, maka
kebaikan akan kembali pada dirinya, tetapi jika ia tidak melakukan hal itu, maka tidak akan
jatuh kepada dosa, sebagaimana orang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat, tetapi ia
tidak melaksanakannya.
1. Sedekah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti ‘benar’. Orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminology syariat,
pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih
luas, menyangkut hal yang bersifat nonmateriil. Hadist riwayat Imam Muslim dari Abu
Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka

3
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan melakukan
kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah.4
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Badri berkata,
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya seorang muslim itu apabila memberikan nafkah kepada keluarganya dan dia
mengharapkan pahala darinya, maka nafkahnya itu sebagai sedekah”. Sedekah dalam bahasa Arab
disebut shadaqoh berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada
orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga
berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha
(ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu'(sedekah secara spontan dan sukarela).
Shadaqah juga di artikan: “Sesuatu yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah
ta’ala”.Shadaqah dapat dimaknai dengan satu tindakan yang dilakukan karena
membenarkan adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Sehingga shadaqah dapat kita
maknai dengan segala bentuk / macam kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena
membenarkan adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Shadaqah dapat berbentuk harta
seperti zakat atau infaq, tetapi dapat pula sesuatu hal yang tidak berbentuk harta. Misalnya
seperti senyum, membantu kesulitan orang lain, menyingkirkan rintangan di jalan, dan
berbagai macam kebaikan lainnya. Seperti halnya infaq, dalam shadaqah tidak di tetapkan
bentuknya, bisa berupa barang, harta maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau
barang, maka shadaqah tidak di tetapkan waktunya, dan jumlahnya.
Shadaqah adalah jenis kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan infaq, maka
seringkali kita menemukan kata shadaqah ini di artikan dengan zakat atau dengan infaq.
Dan shadaqah seringkali juga di gunakan untuk ungkapan kejujuran seseorang pada
agama / keimanan seseorang. Ketika seseorang ber- shadaqah maka ia akan mendapatkan
balasan dari apa yang ia lakukan, tetapi jika ia tidak melakukan hal ini, maka ia tidak
berdosa seperti ia tidak membayar zakat hanya saja ia kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan pahala. Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh
jumlah, waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non
materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta,
memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya dsb. Dan shadaqah
adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

2. Al-Qur’an dan Hadis


Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qira’atan – qur’anan,
yakni sesuatu yang dibaca atau bacaan. Sedangkan secara istilah merupakan Kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Turunnya al-Qur’an tidaklah sekali dalam
bentuk mushaf yang terdapat pada saat ini, melainkan al-Qur’an turun secara periodik atau
4
F C Arifa, “Strategi Pendanaan Pendidikan Melalui Zakat Infak Sedekah (Zis) Kasus Panti Asuhan
Miftahunnajah,” AN NUR: Jurnal Studi Islam V, no. 1 (2013): 98–117,
http://ejournal.iiq-annur.ac.id/index.php/An-Nur/article/view/26.

4
Judul Artikel Jurnal
Nama Penulis

bertahap. Tujuan dari turunnya yang bertahap ini dimaksud agar memperbaiki umat
manusia, diantaranya sebagai penjelas, kabar gembira, seruan, sanggahan terhadap
musyrikin, teguran dan juga ancaman.
Al-Qur’an sebagai wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
tanda kerasulan, dan sabdah beliau biasa di sebut dengan hadits-hadist. Alqur’an dan hadist
merupakan dua pegangan utama umat islam untuk menjalankan hidup agar diberikan
keberkahan pada saat menjalankan kehidupan di dunia maupun di akhirat. Akar pikiran
manusia tidak bisa merubah isi kebenaran al-qur’an dan hadist, sebaliknya kedua sumber
hukum tersebut menjadi sumber kebenaran untuk mempertimbangan sumber daya
manusia.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang merupakan
metode dengan fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan
metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang
lebih komprehensif. Penelitian kualitatif yang memperhatikan humanisme atau individu
manusia dan perilaku manusia merupakan jawaban atas kesadaran bahwa semua akibat dari
perbuatan manusia terpengaruh pada aspek-aspek internal individu. Aspek internal tersebut
seperti kepercayaan, pandangan politik, dan latar belakang sosial dari individu yang
bersangkutan.5
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui sumber data Pustaka
yang relevan dengan permasalahan yang berupa tulisan. Metode yang digunakan dalam
mengkaji penelitian ini adalah dengan menggunakan tafsir maudu’i atau tematik. Metode
tafsir maudu’i adalah melakukan pengkajian secara mendalam mengenai problem tersebut
dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya berdasarkan gagasan-gagasan dan
pengalaman-pengalaman yang dialami manusia. Selanjutnya melakukan penyusunan dari
permasalahan yang akan dicarikan jawabannya dalam al Qur’an6.
Metode yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah dengan menggunakan
tafsir maudhu’i atau tematik7. Tafsir maudhu’i merupakan metode tafsir yang bertujuan
untuk memecahkan permasalahan dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang
memiliki pembahasan yang sama dan memperhatikan korelasinya, kemudian
menyusunnya. Dalam melakukan tafsir tematik, perlu langkah awal dengan menetapkan
topik atau masalah yang akan dibahas, kemudian menghimpun ayat-ayat yang memiliki
persamaan topik dan dilengkapi dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan.

HASIL

5
Sugiono P.D, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif.Pdf, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, 2014.
6
SITI MUYASAROH, “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media Kartu Kata Bergambar
Pada Anak Usia 3-4 Tahun Kb Sps Nur Amin Ridwan Gadingmangu Jombang,” PAUD Teratai 7, no. 1
(2017): 73–74.
7
Moh. Tulus Yamani, “Memahami Al-Qur ’ an Dengan Metode,” J-Pai 1, no. 2 (2015): 283,
https://media.neliti.com/media/publications/321427-memahami-al-quran-dengan-metode-tafsir-m-
fcbe24b0.pdf.

5
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

Perlu di ketahui perebedaan anatara infaq dan shodaqoh. infaq adalah mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran Islam8. Infaq diantaranya adalah infaq kepada fakir miskin sesama
muslim, infaq untuk bencana alam dll. Berbeda dengan zakat, dana infaq dapat diberikan
kepada siapapun meskipun tidak termasuk dalam delapan asnaf (golongan yang berhak
menerima zakat). Sedangkan sedekah adalah membelanjakan harta atau mengeluarkan dana
dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, yaitu maksudnya adalah ibadah atau amal
shalih9. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi
maupun rendah, baik di saat ia lapang maupun sempit. Untuk kata Munfiq adalah orang-
orang yang mengeluarkan infaq yang diperuntukkan pada hal-hal yang berada di jalan
Allah SWT.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 Shadaqah atau


sedekah merupakan harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha
di luar zakat untuk kemaslahatan umum 10. Kita sebagai umat Islam bisa mendapatkan
pahala sedekah dengan melakukan kebaikan sekecil apapun. Termasuk juga menurut Hadist
Nabi, senyum yang tulus ikhlas dan kata-kata yang baik itu juga sebagai salah satu bentuk
shadaqah. Begitu juga dengan memberikan kebahagiaan kepada orang lain dalam bentuk
apapun yang diridhai Allah juga adalah salah satu perbuatan shadaqah. Dengan demikian
secara umum shadaqah bermakna semua kebajikan atau kebaikan yang mengharap ridha
Allah SWT. Mutashaddiq adalah orang yang mengeluarkan sedekah yang diperuntukkan
pada hal-hal yang berada di jalan Allah SWT.

Untuk meningkatkan kesadaran umat islam untuk dapat infaq dan sedekah Ada
banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan perolehan zakat, di antaranya adalah
disahkannya UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang selanjutnya
disempurnakan dengan UU Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat 11. Pendirian
Baznas merupakan bagian dari implementasi UU zakat tersebut. Keberadaan UU tersebut
juga memungkinkan pendirian lembaga pengelola zakat yang sekarang ini jumlahnya
mencapai 81 lembaga, 26 di antaranya berstatus nasional, dengan adanya lembaga sebagai
penjembatan untuk bersedekah dapat sangat meningkatkan jiwa gemar bersedekah dan
berinfaq kepada masyarakat.

Selanjutnya Pola kampanye untuk mengajak masyarakat membayar infaq dan


shodaqoh pun sudah dilakukan sebagaimana iklan produk atau jasa yang ditawarkan oleh
berbagai perusahaan dengan tema yang bagus dan pesan memikat. Kampanye masif
dilakukan dalam bentuk spanduk, informasi di web, media sosial, dan saluran komunikasi
8
Ahmad Anas, Infaq Sebagai Teori Komsumsi Dalam Ekonomi Islam, Digilib.Uinsby.Ac.Id, 2020.
9
Health Sciences, “BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS”
4, no. 1 (2016): 1–23.
10
uud nomor 23 tahun 2011, “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN
2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN,” Kemenag 13, no. 1 (2011): 43–50,
http://dx.doi.org/10.1038/ni.1913%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.dci.2013.08.014%0Ahttp://dx.doi.org/
10.1186/s13071-016-1819-4%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.actatropica.2017.02.006%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1038/s41598-017-09955-y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/.
11
2011.

6
Judul Artikel Jurnal
Nama Penulis

lain telah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan literasi zakat baik infaq
dan juga sedekah.

Dengan adanaya lembaga-lembaga yang menangani masyarakat serta memudahkanya


untuk bersedekah dan berinfaq ada hal yang harus diperhatikan, yaitu membentuk
kepercayaan kepada masyarakat terkait dengan dana yang yang disalurkan benar-benar
dikelolala dan di berikan kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti yang dijelaskan
dalam al quran ada 8 golongan yang berhak mendapatkanya (mustahik)12 yaitu, fakir,
miskin, amil, muallaf, riqab, gharib, fi sabilillah, ibnu sabil 13. Maka selain dari golongan
tersebut jika kita memberi tidak dikatakan infaq, sedekah ataupun zakat melaikan hadiah.

PEMBAHASAN
1. Infaq di jalan allah
Infaq menurut pengertian adalah pemberian harta benda kepada orang lain yang
lebih membutuhkannya. Berikut ayat yang menjelaskan tentang infaq. Barangsiapa
meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah akan melipatgandakan ganti
kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki), dan kepada-Nya lah
kamu dikembalikan. Ada beberapa ayat al-quran ada beberapa ayat yang menjelaskan
tentang infaq. Yaitu, QS Al-Baqarah: 245, QS Al-Baqarah: 254, QS. Al-Baqarah: 195, QS Al-
Baqarah: 215, Q.S At-Taubah: 103-104, Q.S Fathir: 29-30, Q.S At-Taghabun: 15-17.

Al-Quran surat Al-Baqarah Ayat : 245

َ‫ َكثِي َرةً َوهَّللا ُ َي ْقبِضُ َويَ ْب ُسطُ َوِإلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬I‫اعفَهُ لَهُ َأضْ َعافًا‬
ِ ‫ض‬َ ُ‫َم ْن َذا الَّ ِذي يُ ْق ِرضُ هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬

Artinya: "Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah akan
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan
(rezeki), dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan." (QS Al-Baqarah: 245).

Menurut Wahbah Al-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wajiz, ini merupakan anjuran yang


agung dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya untuk menafkahkan harta mereka di jalanya;
yaitu jalan yang menyampaikan kepada-Nya. Anjuran ini akan berbuah pahala yang
dilipatgandakan. Menurutnya, pahala yang dilipatgandakan ini termasuk ketika seseorang
menafkahkan hartanya dalam meningkatkan ilmu yang bermanfaat, dalam mempersiapkan
jihad di jalaNya, dalam mempersiapkan para tentara maupun membekali mereka, dan
dalam segala macam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kaum Muslimin.

Tidak berbeda dengan apa yang dipaparkan Al-Zuhaili adalah tafsir Kementerian Agama RI
dalam menafsirkan surah yang menjelaskan tentang pahala yang dilipatgandakan itu.

12
Rina Murniati and Irfan Syauqi Beik, “Pengaruh Zakat Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Dan Tingkat Kemiskinan Mustahik : Studi Kasus Pendayagunaan BAZNAS Kota Bogor Influence of
Zakat on Human Development Index and Poverty Level of Mustahik: Case Study of BAZNAS
Utilization in Bogor,” Jurnal Al-Muzara’ah 2, no. 2 (2012): 135–49,
https://media.neliti.com/media/publications/261326-pengaruh-zakat-terhadap-indeks-pembangun-
452306bd.pdf.
13
A L Nizar Sagharmatha et al., “Pemaknaan Dan Penerapan 8 Golongan Penerima Zakat Harta Studi
Kasus Di Lembaga Amil Zakat YDSF ( Yayasan Dana Sosial Al-Falah ) Kota Malang,” 2017.

7
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

Dikatakan bahwa ayat ini merupakan perumpaan yang diberikan Allah ta’ala mengenai
pelipatgandaan pahala bagi orang-orang yang menafkahkan harta kekayaan mereka di jalan
Allah ta’ala dengan tujuan mencari keridoan-Nya. Dan bahwasanya kebaikan itu
dilipatgandakan mulai dari sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.

Dari apa yang disampaikan oleh Al-Zuhaili dan tafsir Kementerian Agama RI, bahwa
sedekah tidak hanya berbentuk harta ataupun uang, tetapi juga dapat berupa apapun selagi
dapat bermanfaat bagi orang lain,  termasuk menolong dengan bentuk tenaga dan bahkan
sekadar senyuman. Apapun kebaikan yang kita lakukan bisa disamakan dengan amal
sedekah yang akan berbuah pahala yang dilipatgandakan 70 kali lipat jika dilakukan ikhlas
karena Allah.

Al-Quran surat Al-Baqarah Ayat : 254

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ْنفِقُوا ِم َّما َرزَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن قَ ْب ِل َأ ْن يَْأتِ َي يَوْ ٌم اَل بَ ْي ٌع فِي ِه َواَل ُخلَّةٌ َواَل َشفَا َعةٌ َو ْالكَافِرُونَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datangnya hari ketika saat itu tidak ada lagi jual beli, tidak
ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Dan adapun orang-orang kafir, mereka
itulah orang-orang yang dzalim." (QS Al-Baqarah: 254).

Allah menganjurkan kepada kaum Mukminin untuk berinfak pada segala macam
bentuk kebaikan, karena tidak disebutkannya obyek dalam kalimat menunjukkan pada
keumuman. Dan Allah juga mengingatkan tentang nikmatNya atas mereka, bahwa Allah-lah
yang telah memberi rizki kepada mereka dan memberikan berbagai macam nikmat atas
mereka, dan Allah tidak memerintahkan kepada mereka untuk mengeluarkan seluruh harta
yang ada pada mereka, akan tetapi ayat ini hadir dengan kata `min` (dari) yang
menunjukkan arti sebagian, maka hal ini di antara perkara yang mengajak mereka untuk
berinfak, dan juga di antara hal yang mengajak mereka untuk berinfak adalah kabar Allah
kepada mereka bahwa infak-infak tersebut akan tersimpan rapi di sisi Allah pada suatu hari
yang tidak ada gunanya lagi saling tawar menawar untuk berjual beli dan semacamnya,
tidak pula bantuan-bantuan sosial maupun syafa`at.

Setiap orang akan berkata apa yang telah saya persembahkan untuk kehidupan saya,
maka seluruh sebab-sebab akan lenyap, kecuali sebab-sebab yang berkaitan dengan ketaatan
kepada Allah dan keimanan kepadaNya, "(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" -Asy-
Syu`ara:88-89- "Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat
yang tinggi (dalam surga)." Saba:37 "Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling
baik dan yang paling besar pahalanya." Al-Muzzammil:20- Kemudian Allah berfirman, “Dan
orang-orang kafir itulah orang-orang yang zhalim.” Hal itu karena Allah menciptakan
mereka hanya untuk beribadah kepadaNya, Dia memberi rizki dan menyehatkan mereka

8
Judul Artikel Jurnal
Nama Penulis

agar mereka mampu mengerjakan ketaatan dengannya, namun mereka berpaling dari
tujuan Allah menciptakan mereka, mereka menyekutukan Allah dengan apa yang tidak
Allah turunkan keterangan tentangnya. Mereka melakukan kekufuran, kefasikan, dan
kemaksiatan dengan kenikmatan itu, mereka tidak meletakkan keadilan pada tempatnya,
oleh karena itulah kezhaliman yang mutlak meliputi mereka.

Al-Quran surat Al-Baqarah Ayat : 195

َ‫يل هَّللا ِ َواَل تُ ْلقُوا بَِأ ْي ِدي ُك ْم ِإلَى التَّ ْهلُ َك ِة َوَأحْ ِسنُوا ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
ِ ِ‫َوَأ ْنفِقُوا فِي َسب‬
Artinya: "Infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri)
ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqarah: 195).

Ada empat pesan penting yang disampaikan oleh Allah di dalam ayat di atas, yaitu:
Pertama, perintah untuk memberi dalam bentuk infak. Infakkanlah (belanjakanlah,
serahkan, berikanlah) sebahagian dari harta benda yang engkau miliki di jalan Allah, di jalan
kebaikan untuk menegakkan kalimat Allah, dan jalan untuk menegakkan agama Allah. Kata
“jalan Allah” di dalam ayat ini menunjukkan semua jalan sesuai dengan aturan Allah dan
jalan-jalan yang diridai-Nya. Kedua, larangan kepada semua manusia untuk menjatuhkan
diri ke dalam kebinasaan. Larangan ini menunjukkan bahwa setiap orang yang
membelanjakan harta bendanya sesuai dengan kemampuannya. Tidaklah berlebihan
menafkahkan harta sampai ia mengalami kesulitan dan cobaan dalam hidupnya, karena
hartanya dibelanjakan dengan baik di jalan Allah. Karena itu, yang dibelanjakan hanyalah
sebagian kecil dari kekayaan yang Anda miliki. ketiga, perintah untuk berbuat baik dalam
ayat di atas berlaku umum untuk siapa saja. Bisa ihsan untuk dirimu sendiri, bisa ihsan
untuk orang lain, bisa ihsan kepada makhluk Allah yang lain, dan bisa pula ihsan kepada
Allah sebagai pemberi nikmat. Kata ihsan itu diartikan dengan perbuatan baik yang lebih
kepada semua pihak. Yang dimaksud dengan perbuatan baik yang lebih itu adalah
perbuatan kebaikan yang lebih daripada kebaikan yang minimum. Seperti Anda memberi
kepada seseorang lebih daripada upah yang sebenarnya harus dia terima, memberi lebih
daripada gaji yang harusnya diterima. Keempat, orang-orang yang berbuat kebaikan yang
lebih itu dicintai oleh Allah, menjadi kekasih Allah Swt. Secara garis besar, pemberian atau
sesuatu yang diberikan itu dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu pemberian yang bersifat
fisik (material) dan yang bersifat non-fisik (non-material).

Al-Quran surat Al-Baqarah Ayat : 215

‫يَ ْسَألُونَكَ َما َذا يُ ْنفِقُونَ قُلْ َما َأ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن خَ ي ٍْر فَلِ ْل َوالِ َدي ِْن َواَأْل ْق َربِينَ َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل َو َما تَ ْف َعلُوا ِم ْن َخي ٍْر فَِإ َّن هَّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬

Artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka
infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi
kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” Dan
kebaikan apa saja yang kamu lakukan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui." (QS
Al-Baqarah: 215).

9
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

Dalam ayat ini dijelaskan (Mereka bertanya kepadamu) hai Muhammad (tentang apa
yang mereka nafkahkan) Yang bertanya itu ialah Amar bin Jamuh, seorang tua yang
hartawan. Ia menanyakan kepada Nabi ‫ ﷺ‬apa yang akan dinafkahkan dan kepada siapa
dinafkahkannya? (Katakanlah) kepada mereka (Apa saja harta yang kamu nafkahkan) `harta'
merupakan penjelasan bagi 'apa saja' dan mencakup apa yang dinafkahkan yang merupakan
salah satu dari dua sisi pertanyaan, tetapi juga jawaban terhadap siapa yang akan menerima
nafkah itu, yang merupakan sisi lain dari pertanyaan dengan firman-Nya, (maka bagi ibu-
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan), artinya mereka lebih berhak untuk menerimanya. (Dan apa saja kebaikan
yang kamu perbuat) baik mengeluarkan nafkah atau lainnya, (maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya) dan akan membalasnya.

Al-Quran surat At-Taubah : 103-104

‫ك َسك ٌَن لَهُ ْم َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم * َألَ ْم يَ ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ هُ َو يَ ْقبَ ُل التَّوْ بَةَ ع َْن‬ َ ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ِإ َّن‬
َ َ‫صاَل ت‬ َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
‫ت َوَأ َّن هَّللا َ ه َُو التَّوَّابُ ال َّر ِحي ُم‬ َّ ‫ِعبَا ِد ِه َويَْأ ُخ ُذ ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬

Artinya : Ambillah zakat dari harta mereka, untuk membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (103) Tidakkah mereka
mengetahui bahwa Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(nya),
dan bahwa Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (104) (Q.S At-Taubah: 103-
104)

perintah Allah pada permulaan ayat ini ditujukan kepada Rasul-Nya, agar
Rasulullah sebagai pemimpin mengambil sebagian dari harta benda mereka sebagai sedekah
atau zakat. Ini untuk menjadi bukti kebenaran tobat mereka, karena sedekah atau zakat
tersebut akan membersihkan diri mereka dari dosa yang timbul karena mangkirnya mereka
dari peperangan dan untuk mensucikan diri mereka dari sifat “cinta harta” yang mendorong
mereka untuk mangkir dari peperangan itu. Selain itu sedekah atau zakat tersebut akan
membersihkan diri mereka pula dari semua sifat-sifat jelek yang timbul karena harta benda,
seperti kikir, tamak, dan sebagainya. Oleh karena itu, Rasul mengutus para sahabat untuk
menarik zakat dari kaum Muslimin. Di samping itu, dapat dikatakan bahwa penunaian
zakat berarti membersihkan harta benda yang tinggal, sebab pada harta benda seseorang
terdapat hak orang lain, yaitu orang-orang yang oleh agama Islam telah ditentukan sebagai
orang-orang yang berhak menerima zakat. Selama zakat itu belum dibayarkan oleh pemilik
harta tersebut, maka selama itu pula harta bendanya tetap bercampur dengan hak orang
lain, yang haram untuk dimakannya. Akan tetapi, bila ia mengeluarkan zakat dari hartanya
itu, maka harta tersebut menjadi bersih dari hak orang lain. Orang yang mengeluarkan zakat
terbebas dari sifat kikir dan tamak. Menunaikan zakat akan menyebab-kan keberkahan pada
sisa harta yang masih tinggal, sehingga ia tumbuh dan berkembang biak. Sebaliknya bila
zakat itu tidak dikeluarkan, maka harta benda seseorang tidak akan memperoleh
keberkahan. Perlu diketahui, walaupun perintah Allah dalam ayat ini pada lahirnya
ditujukan kepada Rasul-Nya, dan turunnya ayat ini berkenaan dengan peristiwa Abu
Lubabah dan kawan-kawannya namun hukumnya juga berlaku terhadap semua pemimpin

10
Judul Artikel Jurnal
Nama Penulis

atau penguasa dalam setiap masyarakat muslim. Dimana mereka diharuskan untuk
melaksanakan perintah Allah dalam masalah zakat ini, yaitu memungut zakat tersebut dari
orang-orang Islam yang wajib berzakat, dan kemudian membagi-bagikan zakat itu kepada
yang berhak menerima-nya. Dengan demikian, maka zakat akan dapat memenuhi fungsinya
sebagai sarana yang efektif untuk membina kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya dalam
ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya, dan juga kepada setiap pemimpin dan
penguasa dalam masyarakat, agar setelah melakukan pemungutan dan pembagian zakat,
mereka berdoa kepada Allah bagi keselamatan dan kebahagiaan pembayar zakat. Doa
tersebut akan menenangkan jiwa mereka, dan akan menenteramkan hati mereka, serta
menimbulkan kepercayaan dalam hati mereka bahwa Allah benar-benar telah menerima
tobat mereka.

Al-Quran surat Fathir ayat : 29-30

‫ارةً لَ ْن تَبُو َر * لِيُ َوفِّيَهُ ْم ُأجُو َرهُ ْم َويَ ِزي َدهُ ْم ِم ْن فَضْ لِ ِه‬
َ ‫صاَل ةَ َوَأ ْنفَقُوا ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم ِس ًّرا َو َعاَل نِيَةً يَرْ جُونَ تِ َج‬
َّ ‫َاب هَّللا ِ َوَأقَا ُموا ال‬
َ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْتلُونَ ِكت‬
‫ِإنَّهُ َغفُو ٌر َش ُكو ٌر‬

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an),


menegakkan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak
akan merugi, (29) agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (30) (Q.S
Fathir: 29-30)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca)
selalu mempelajari (kitab Allah dan mendirikan salat) yakni mereka melaksanakannya
secara rutin dan memeliharanya (dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan) berupa zakat dan
lain-lainnya (mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi) tidak bangkrut.

Al-Quran surat At-Taghabun ayat : 15-17

َ ‫َظي ٌم * فَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم َوا ْس َمعُوا َوَأ ِطيعُوا َوَأ ْنفِقُوا َخ ْيرًا َأِل ْنفُ ِس ُك ْم َو َم ْن يُو‬
‫ق ُش َّح نَ ْف ِس ِه‬ ِ ‫ِإنَّ َما َأ ْم َوالُ ُك ْم َوَأوْ اَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ َأجْ ٌر ع‬
ُ ‫هَّللا‬ ُ َ ْ ُ َ
‫اعفهُ لك ْم َويَغفِرْ لك ْم َو ُ َشكو ٌر َحلِي ٌم‬ ْ ِ ‫ُض‬َ ‫فَُأولَِئكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُونَ * ِإ ْن تُ ْق ِرضُوا هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا ي‬

Artinya : Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah lah pahala yang besar. (15) Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah, dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu.
Dan barang-siapa dirinya dijaga dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(16) Jika kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya Dia akan
melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Mensyukuri
lagi Maha Penyantun.

Allah menerangkan bahwa cinta terhadap harta dan anak adalah cobaan. Jika tidak
berhati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang, karena cintanya yang
berlebihan kepada harta dan anaknya, berani berbuat yang bukan-bukan dan melanggar
ketentuan agama. Kalau manusia dapat menahan diri, tidak akan berlebihan cintanya

11
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

kepada harta dan anaknya, jika cintanya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada
yang lain, maka ia akan mendapat pahala yang besar dan berlipat ganda.

Selanjutnya Allah memerintahkan orang-orang beriman agar mendengar dan patuh


kepada perintah Allah dan rasul-Nya. Tidak terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya,
sehingga melanggar apa yang dilarang agama. Harta benda agar dibelanjakan untuk
meringankan penderitaan fakir miskin, menolong orang-orang yang memerlukan
pertolongan, dan untuk membantu berbagai kegiatan yang berguna bagi umat dan agama,
yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang demikian itu jauh lebih baik daripada
menumpuk harta dan memanjakan anak. Ayat ke-16 ini ditutup dengan satu penegasan
bahwa orang yang menjauhi kebakhilan dan ketamakan pada harta adalah orang yang
beruntung. Ia akan mencapai keinginannya di dunia dan akhirat, serta disenangi oleh
teman-temannya. Di akhirat nanti, ia sangat berbahagia karena dekat dengan Tuhannya,
disenangi, diridai, dan dimasukkan ke dalam surga. Amal yang tercatat dalam kitab
seseorang akan dibalas oleh Allah dengan sangat teliti. Yang baik dibalas dengan baik yaitu
surga, dan yang jahat dibalas dengan siksa di dalam neraka. Dia itu Mahaperkasa dan
Mahakuasa. Semua kehendak-Nya terwujud menjadi kenyataan, Mahabijaksana mengatur
ciptaan-Nya, memberikan apa yang baik kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

2. Sedekah di jalan allah


Sedekah yang baik adalah sedekah yang disalurkan seacara tepat dan sembunyi-
sembunyi, walaupun secara terang-terangan boleh saja. Didalam al-quran ada beberapa ayat
yang menjelaskan tentang sedekah. Pembahasan yang akan kami bahas yang bersumberkan
dari al-quran al-karim yang membahas tentang sedekah. Yaitu, QS. Al-Baqarah  [2] : 219, QS.
Al-Baqarah  [2] : 177, QS. Al-Baqarah  [2] : 265, QS. Al-Baqarah  [2] : 271, QS. 'Ali `Imran  [3] : 92,
QS. Adh-Dhariyat  [51] : 19.

Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat : 219


ُ َ َّ َٰ َ ْ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َٔ ْ َ َ َ ْ َّ ْ ‫َأ‬ ْ َّ ُ َٰ َ َ ٌ َ ٌ ْ َ ْ ُ ْ َ ‫َ ْ َٔ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ مْل‬
‫ون ق ِل ٱل َع ْف َو ۗ كذ ِل َك ُي َب ِّي ُن ٱلل ُه لك ُم‬‫اس َوِإ ث ُم ُه َمٓا ك َب ُر ِمن نف ِع ِهما ۗ ويسـلونك ماذا ي ِنفق‬
ِ ‫يسـلونك ع ِن ٱلخم ِر وٱ ي ِس ِر ۖ قل ِف ِيهمٓا ِإ ثم ك ِبير ومن ِفع ِللن‬
َ ‫ٱل َء َٰايت َل َع َّل ُك ْم َت َت َف َّك ُر‬
‫ون‬ ِ ْ

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.

Ayat ini menjawab pertanyaan para sahabat yang diajukan kepada Rasulullah saw.
Jawaban-jawaban itu bukan saja mengenai hukum khamar dan judi, tetapi sekaligus
menjawab pertanyaan tentang apa yang akan dinafkahkan; dan juga mengenai persoalan
anak-anak yatim.

Dalam satu riwayat, dari Ibnu Abi hatim dari Ibnu 'Abbas beberapa orang sahabat
Rasulullah saw datang bertanya kepada beliau, "Kami belum tahu, apakah itu nafkah fi
sabilillah yang diperintahkan kepada kami untuk mengeluarkannya dari harta kami?" Ayat

12
Judul Artikel Jurnal
Nama Penulis

ini adalah jawabannya. Sengaja Allah swt menggabungkan masalah nafkah dengan masalah
khamar dan judi dalam satu ayat, untuk menjadi cermin perbandingan bagi manusia, bahwa
di samping ada orang yang menghambur-hamburkan hartanya untuk berbuat maksiat
seperti minum khamar dan berjudi, ada pula orang yang menggunakan hartanya untuk
dinafkahkan di jalan Allah. Orang-orang yang menghamburkan hartanya di jalan maksiat
itu akan mendapat kehancuran dan malapetaka, sebaliknya orang-orang yang
mempergunakan hartanya di jalan Allah akan memperoleh kebahagiaan dan
keberuntungan. Yang dimaksud dengan nafkah dalam ayat ini ialah memberi sedekah, amal
jariah, derma, sumbangan, dan lain-lain yang hukumnya sunah, sedang zakat hukumnya
wajib. Hal ini sudah diterangkan dalam ayat-ayat yang lain. Arti al-'afwa di sini ialah "yang
lebih dari keperluan". Jadi yang akan dinafkahkan adalah harta yang sudah berlebih dari
keperluan pokok sehari-hari.

Allah menganjurkan agar seseorang berusaha mencari rezeki untuk keperluan anak
dan istri serta orang-orang yang di bawah tanggungannya. Tapi kalau rezeki yang diberikan
Allah sudah lebih dari kebutuhan tersebut, Allah menganjurkan agar ia berinfak, yaitu
memberikan sebagian dari kelebihan harta itu untuk keperluan fi sabilillah. Umpamanya
untuk membangun rumah-rumah ibadah, seperti masjid, musala atau surau, atau untuk
membangun rumah-rumah yatim atau rumah-rumah pendidikan seperti madrasah, asrama-
asrama pelajar, fakir miskin, juga kepada pelajar dan mahasiswa dalam bentuk beasiswa,
dan lain-lain.

Amal-amal sosial seperti tersebut di atas, dapat dibiayai dengan nafkah yang
diberikan kaum Muslimin. Memberikan nafkah dalam hal ini penting sekali, sebab itu
merupakan urat nadi pembangunan dalam Islam dan jadi jembatan yang menghubungkan
antara yang kaya dengan yang miskin.

Begitulah cara Allah memberikan petunjuk dengan ayat-ayat-Nya untuk


kebahagiaan umat manusia. Ditunjukkan-Nya jalan mana yang dapat mendatangkan
manfaat dan kebaikan dan jalan yang akan menjerumuskan ke dalam bahaya dan kerusakan.
Dalam hal ini, manusia harus memikirkannya. Berpikir bukan untuk dunia saja tetapi juga
memikirkan akhirat dalam setiap usaha dan pekerjaannya. Kaum Muslimin menjadi jaya
dan mulia bila mau mempergunakan akalnya untuk memikirkan keselamatan hidupnya dan
masyarakatnya di dunia dan di akhirat. Di dunia, mereka menjadi orang yang terhormat dan
disegani, karena mereka adalah orang-orang yang mampu, berwibawa, dan memegang
tampuk kekuasaan. Di akhirat, dia menjadi orang yang beruntung karena amal kebajikannya
yang banyak.

Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat : 177


َ َ َ ‫َ مْل َ َٰٓ َ َ ْ َٰ َ َّ ّ َ َ َ َ مْل‬ َّ َ َ َ ْ َ َّ ْ َّ َٰ َ
ْ ‫ٱلل ِه َو ْٱل َي ْوم‬ ْ َ ‫مْل‬ ْ َ ‫مْل‬ ُ َ ُ ُ ۟ ُّ َ ُ ‫َّ ْ َ ْ َّ َأ‬
۞ ‫ال َعل ٰى ُح ِّب ِهۦ‬ ‫ٱل َء ِاخ ِر وٱ لِئ ك ِة وٱل ِكت ِب وٱلن ِب ِيۦن وءاتى ٱ‬ ِ ‫وهك ْم ِق َب َل ٱ ش ِر ِق َوٱ غ ِر ِب ول ِكن ٱل ِبر من ءامن ِب‬ ‫ليس ٱل ِبر ن تولوا وج‬
َ َّٰ َ ۟ ُ َ َٰ َ ْ ْ َ َ ُ ُ ‫ّ َ َ َأ َ َ َّ َ ٰ َ َ َ َ َّ َ ٰ َ َ مْل‬ َ َ َّ َ َّ َ ْ َ َ ٰ َ َ ‫ْ ُ ْ َ ٰ َ ْ َ َٰ َ ٰ َ مْل‬ َ
‫اب و قام ٱلصلوة وءاتى ٱلزكوة وٱ وفون ِبعه ِد ِهم ِإ ذا عهدوا ۖ وٱلص ِب ِرين ِفى‬ ِ ‫ٱلرق‬ ِ ‫ذ ِوى ٱلقربى وٱليتمى وٱ س ِكين وٱبٓن ٱلس ِب ِيل وٱلسٓاِئ ِلين و ِف ٓى‬
َ ‫وا ۖ َوُأ ۟و َٰل َك ُه ُم ٱمْل ُ َّت ُق‬
‫ون‬
۟ ُ َ َ َ َّ َ َٰ ۟ ‫ْ َ ْأ َ َ َّ َّ َ َ ْ َ ْأ ُأ‬
‫ٱلب س ِٓاء وٱلضر ِٓاء و ِحين ٱلب ِس ۗ ولِئ ك ٱل ِذين صدق‬
‫ِئ‬

Artinya : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,

13
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada


kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Dalam ayat ini Kebaktian itu bukanlah menggunakan menghadapkan wajahmu pada
salat (ke arah timur & barat) ayat ini turun buat menolak asumsi orang-orang Yahudi &
Kristen yg menyangka demikian, (namun orang yg berbakti itu) terdapat yg membaca `al-
barr' menggunakan ba baris pada atas, adalah orang yg berbakti (adalah orang yg beriman
pada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, buku ) maksudnya buku -buku suci (& nabi-nabi)
dan menaruh harta atas) adalah harta yg (dicintainya) (pada kaum kerabat) atau famili
(anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yg pada perjalanan) atau musafir, (orang-
orang yg meminta-minta) atau pengemis, (& pada) memerdekakan (budak) yakni yg sudah
dijanjikan akan dibebaskan menggunakan membayar sejumlah tebusan, begitu pula para
tawanan, (dan mendirikan salat & membayar zakat) yg harus & sebelum mencapai nisabnya
secara tathawwu` atau sukarela, (orang-orang yg menepati janji jika mereka berjanji) baik
pada Allah atau pada manusia, (orang-orang yg sabar) baris pada atas menjadi pujian (pada
kesempitan) yakni kemiskinan yg sangat (penderitaan) contohnya lantaran sakit (& sewaktu
perang) yakni saat berkecamuknya perang pada jalan Allah. (Mereka itulah) yakni yg
diklaim pada atas (orang-orang yg benar) pada keimanan & mengakui kebaktian (& mereka
itulah orang-orang yg bertakwa) pada Allah.

Al-Qur’an surat Al-Ma’arij Ayat : 215

‫وم‬ ُ ْ َ ‫َ مْل‬ َّ ّ
ِ ‫ِللسٓاِئ ِل وٱ حر‬

Artinya : “bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa
(yang tidak mau meminta)”

(Mereka bertanya kepadamu) hai Muhammad (tentang apa yang mereka nafkahkan)
Yang bertanya itu ialah Amar bin Jamuh, seorang tua yang hartawan. Ia menanyakan
kepada Nabi ‫ ﷺ‬apa yang akan dinafkahkan dan kepada siapa dinafkahkannya?
(Katakanlah) kepada mereka (Apa saja harta yang kamu nafkahkan) `harta' merupakan
penjelasan bagi 'apa saja' dan mencakup apa yang dinafkahkan yang merupakan salah satu
dari dua sisi pertanyaan, tetapi juga jawaban terhadap siapa yang akan menerima nafkah itu,
yang merupakan sisi lain dari pertanyaan dengan firman-Nya, (maka bagi ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan), artinya mereka lebih berhak untuk menerimanya. (Dan apa saja kebaikan yang
kamu perbuat) baik mengeluarkan nafkah atau lainnya, (maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya) dan akan membalasnya.

Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat : 264

14
Judul Artikel Jurnal
Nama Penulis
ٌ ‫ص ْف َوان َع َل ْي ِه ُت َر‬
َ ‫ٱل َءاخر ۖ َف َم َث ُل ُ ۥه َك َم َثل‬ َّ ُ ‫ََٰٓأ ُّ َ َّ َ َ َ ُ ۟ اَل ُ ْ ُ ۟ َ َ َٰ ُ مْل َ ّ َ َأْل َ ٰ َ َّ ُ ُ َ َ ُ َئ َ َّ َ اَل ُ ْؤ‬
ْ ‫ٱلل ِه َو ْٱل َي ْوم‬
‫اب‬ ٍ ِ ِ ِ ‫اس و ي ِمن ِب‬ ِ ‫ي يها ٱل ِذين ءامنوا تب ِطلوا صدق ِتكم ِبٱ ِن وٱ ذى كٱل ِذى ي ِنفق مال ۥه ِر ٓاء ٱلن‬
َّ َ ۟ ُ َ َ َّ ّ ْ َ ٰ َ َ َ ُ ْ َ ‫َ َأ َ َ ُ َ ٌ َ َ َ َ ُ َ ْ ً اَّل‬
َ‫ٱلل ُه اَل َي ْهدى ْٱل َق ْو َم ْٱل َٰكفرين‬
ِِ ِ ‫ف صاب ۥه و ِابل فترك ۥه صلدا ۖ يق ِدرون على شى ٍء ِمما كسبوا ۗ و‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)


sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.

Pada ayat tersebut Allah SWT melukiskan sedekah yang dilakukan dengan riya’,
bagaikan tanah di atas batu licin yang tertepa hujan lebat, hingga habis sama sekali.
Perumpamaan itu memberikan pengertian bahwa perbuatan amal ibadah yang disertai
dengan riya’ tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan sangat berbahaya. Sebab dosa syirik
tidak diampuni Allah SWT sebelum bertobat, yaitu mohon ampun kepada Allah, berjanji
tidak akan mengulangi lagi perbuatannya, serta menutup dosa-sosanya dengan
memperbanyak amal saleh.

Maka cara untuk menghindari riya’ ialah ketika bersedekah hendaknya dilakukan
secara rahasia, sehingga tidak diketahui oleh siapa pun

Al-Qur’an surat Ad-Dzariyat Ayat : 51

‫وم‬ ُ ْ َ ‫َ مْل‬ َّ ّ ٌّ َ ْ َٰ ْ ‫َ ٓ َأ‬


ِ ‫و ِفى مو ِل ِهم حق ِللسٓاِئ ِل وٱ حر‬

Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian”

Dalam ayat ini dijelaskan Janganlah kalian mengadakan tuhan Yang lain di samping
Allah. Sesunguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian
sebelum firman-Nya, "Fafirruu" diperkirakan ada lafal Qul Lahum artinya, "Katakanlah
kepada mereka.".

Al-Qur’an surat Al-Imran Ayat : 92


َّ َّ َ ْ َ ۟ ُ ۟ ُ ُ َّ َ ْ ۟ ُ َ َ َ
َ ‫وا م َّما ُتح ُّب‬
ٌ ‫ٱلل َه ب ِهۦ َع ِل‬
‫يم‬ ِ ‫ون ۚ َو َما ت ِنف ُقوا ِمن شى ٍء فِإ ن‬ ِ ِ ‫لن تنالوا ٱل ِب َّر حت ٰى ت ِنفق‬

Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian) artinya pahalanya yaitu surga
(sebelum kamu menafkahkan) menyedekahkan (sebagian dari apa yang kamu cintai) berupa
harta bendamu (dan apa yang kamu nafkahkan dari sesuatu maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya) dan akan membalasnya. Ketika orang-orang Yahudi mengatakan kepada
Nabi ‫ﷺ‬, "Anda mengakui diri Anda dalam agama Ibrahim padahal ia tidak memakan
daging unta dan susunya,

15
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

SIMPULAN

Jadi berinfak merupakan salah satu kebiasaan orang-yang bertaqwa kepada Allah.
Dengan berinfak banyak sekali manfaat-manfaat yang akan kita dapatkan baik itu untuk diri
kita sendiri maupun untuk orang yang menerima sedekah tersebut. Dengan berinfak kita
telah membantu saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan, Allah telah berjanji dalam
Al-Quran akan memberi balasan yang lebih kepada orang yang menginfakkan hartanya di
jalan Allah, sebagai mana firmannya dalam  Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 261.

Perumpamaan infak yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya


di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang dia kehendaki.
Dan Allah maha luas karuniaNya lagi maha mengetahui.

Adapun beberapa manfaat yang telah dijanjikan oleh dan Allah dan Rasulnya bagi
orang-orang yang berinfak di antaranya itu:

1. Dapat Menghapus Dosa 

Kita sebagai umat manusia tentunya tidak akan luput dari perbuatan dosa, namun
Rasulullah telah bersabda bahwa salah satu hal yang dapat menghapus dosa yaitu dengan
berinfak. Sebagaimana bunyi hadits berikut. Nabi Muhmammad Shallalahu AlaihiI wa
Sallam bersabda, Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api.
HR. At-Tirmidzi. Sedekah merupakan salah satu cara Allah untuk menghapus dosa
manusia. Pasalnya sedekah ini mudah sekali dilakukan namun menjadi amalan yang sangat
istimewa, cukup dengan tersenyum sahabat sudah dapat bersedekah kepada orang lain.
Sedekah ini tidak selalu berupa uang, namun sedekah ini disesuaikan dengan kemampuan
dan keadaan kita sendiri.

2. Tidak Harus Dengan Harta

Bagaimana dengan kita yang ingin bersedekah namun tidak memiliki uang untuk
disedekahkan? hal ini pasti pernah dialami oleh kita, untuk itu Rasulullah pernah bersabda:
Kamu menyingkir kan batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu adalah sedekah
bagimu.HR. Bukhari. Tidak memiliki uang atau harta bukan berarti menjadi penghalang kita
untuk bersedekah. ada pepatah mengatakan lebih baik memberi daripada menerima. Itulah
mengapa sedekah tidak hanya sekedar tentang uang saja, tetapi juga senyum, membantu
orang ketika susah, menyingkirkan duri dijalan juga termasuk sedekah.

3. Tidak Mengurangi Harta

Dengan berinfak sahabat akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda, Allah sendiri
yang akan memberi balasan bagi orang-orang yang telah menginfakkan hartanya di jalan
Allah. Sesuai dengan Firman Allah yang terdapat dalam Al-Quran  Al-Baqarah ayat 261.
Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah karena amalan ini bukan
hanya bisa untuk menghapus dosa dan membersihkan diri, namun juga menjadi kunci
untuk mendapatkan rezeki yang berkah dan bermanfaat.

16
Judul Artikel Jurnal
Nama Penulis

4. Mendapatkan Pertolongan Pada Hari Kiamat Kelak

Rasulullah telah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang gemar bersedekah, telah
dikatakan bahwa ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan pada hari kiamat
kelak. Salah satunya ialah orang yang gemar berinfak. Adapun ciri-ciri orang yang
dimaksud yaitu terdapat dalam hadits berikut. Nabi Muhammad Shallalahu AlaihiI wa
Sallam bersabda: Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, maka ia
menyembunyikan amalnya itu sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya“. HR. Bukhari.

REFERENSI
2011, uud nomor 23 tahun. “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23
TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN.” Kemenag 13, no. 1
(2011): 43–50.
http://dx.doi.org/10.1038/ni.1913%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.dci.2013.08.014%0Ahttp:
//dx.doi.org/10.1186/s13071-016-1819-4%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.actatropica.2017.02.006%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41598-017-09955-y%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1016/.
Anas, Ahmad. Infaq Sebagai Teori Komsumsi Dalam Ekonomi Islam. Digilib.Uinsby.Ac.Id, 2020.
Arifa, F C. “Strategi Pendanaan Pendidikan Melalui Zakat Infak Sedekah (Zis) Kasus Panti
Asuhan Miftahunnajah.” AN NUR: Jurnal Studi Islam V, no. 1 (2013): 98–117.
http://ejournal.iiq-annur.ac.id/index.php/An-Nur/article/view/26.
Murniati, Rina, and Irfan Syauqi Beik. “Pengaruh Zakat Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia Dan Tingkat Kemiskinan Mustahik : Studi Kasus Pendayagunaan BAZNAS
Kota Bogor Influence of Zakat on Human Development Index and Poverty Level of
Mustahik: Case Study of BAZNAS Utilization in Bogor.” Jurnal Al-Muzara’ah 2, no. 2
(2012): 135–49. https://media.neliti.com/media/publications/261326-pengaruh-zakat-
terhadap-indeks-pembangun-452306bd.pdf.
MUYASAROH, SITI. “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media Kartu Kata
Bergambar Pada Anak Usia 3-4 Tahun Kb Sps Nur Amin Ridwan Gadingmangu
Jombang.” PAUD Teratai 7, no. 1 (2017): 73–74.
P.D, Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif.Pdf. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, 2014.
Sagharmatha, A L Nizar, Jurusan Syariah, Fakultas Agama Islam, and Universitas
Muhammadiyah Malang. “Pemaknaan Dan Penerapan 8 Golongan Penerima Zakat
Harta Studi Kasus Di Lembaga Amil Zakat YDSF ( Yayasan Dana Sosial Al-Falah ) Kota
Malang,” 2017.
Sciences, Health. “BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS” 4, no. 1 (2016): 1–23.
Setiawan, H. Bagus. “Infaq Dalam Tafsir Al- Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 261.” Islamic
Banking 1, no. 1 (2015): 61.
Wahyuni, Sri, and Nurhalima. “Kontribusi Zakat Dan Infak Sebagai Solusi Dalam Pemulihan
Ekonomi Pada Masa Covid-19.” Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 3, no. 1
(2022): 14–25. http://jurnal.staiddimakassar.ac.id/index.php/aujpsi/article/view/47.
Yamani, Moh. Tulus. “Memahami Al-Qur ’ an Dengan Metode.” J-Pai 1, no. 2 (2015): 283.
https://media.neliti.com/media/publications/321427-memahami-al-quran-dengan-
metode-tafsir-m-fcbe24b0.pdf.

17
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

18

Anda mungkin juga menyukai