Anda di halaman 1dari 11

Muta’allim: Jurnal Pendidikan

Agama Islam
e-ISSN
e-ISSN:: xxxx-xxxx
xxxx-
Vol. 1,xxxx
No. 1 (2022): x-xx
http://urj.uin-malang.ac.id/index.php/mjpai

MENUNTUT ILMU DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM

Muhammad Khrisna Taufiqul, Muhammad Taqiyuddin hanif


Pendidikan Agama Islam, Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
Indonesia
200101110111@student.uin-malang.ac.id

ABSTRACT

Islam is a religion that was revealed by Allah to the prophet Muhammad to be spread and
invites people to want to embrace it. In Islam, science is highly emphasized, even people who have
knowledge are placed in a high degree. This is because Islam cannot stand alone without
knowledge, da'wah or the spread of Islam from time to time cannot be separated from the
intervention of science. In addition, the teachings and rules that exist in Islam are also based on
science. Apart from science which is highly emphasized in Islam, seeking knowledge itself is also
very important and mandatory, because considering humans and technology can develop and
advance until now because of science. So seeking knowledge is obligatory for every Muslim, male
and female, because when Allah has sent down an order that requires something, then we as His
servants must obey it.
Key words: Knowledge, Islamic education, Thematic Interpretation.

ABSTRAK

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah kepada nabi muhammad
untuk disebarkan dan mengajak agar para manusia mau untuk memeluknya. Dalam
agama islam ilmu sangat ditekankan, bahkan orang yang berilmu ditempatkan di derajat
yang tinggi, Hal ini sebab Agama islam tidak dapat berdiri sendiri tanpa ilmu, dakwah
ataupun persebaran agama islam dari zaman ke zaman juga tak bisa dilepaskan dari
campurtangan ilmu. Selain itu juga ajaran-ajaran maupun aturan-aturan yang ada di
agama islam juga didasari dengan ilmu. Selain daripada ilmu yang sangat ditekankan
dalam islam, Menuntut ilmu sendiri juga sangatlah penting dan bersifat wajib, karena
mengingat manusia serta teknologi dapat berkembang dan maju sampai saat ini karena
ilmu . Jadi menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun
perempuan, karena ketika Allah sudah menurunkan suatu perintah yang mewajibkan
suatu hal, maka kita sebagai hambanya harus mentaatinya.

Kata Kunci: Ilmu, Pendidikan Islam, Tafsir Tematik.

1
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)

PENDAHULUAN
Di masa sekarang masa yang penuh dengan kecanggihan teknologi dan banyaknya buku-
buku yang dapat kita akses dengan mudah, tak jarang kita temui artikel dalam website atau bahkan
dalam majalah, buku dan media baca lainnya kata “keutamaan”. Kata “keutamaan ini terdengar
seperti sesuatu yang hebat dan spesial daripada yang lainnya Setiap ulama harus mempunyai
akhlaq yang mulia serta ilmu yang luas yang berdasarkan hukum-hukum dan prinsip agama hal ini
bertujuan untuk membersihkan jiwa agar berada diatas landasan wahyu ilahi.1
Penuntut ilmu yang merupakan orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan pasti
memiliki rasa letih dalam mendapatkan ilmu yang mereka incar, akan tetapi semua itu akan
tertutupi dengan rasa semangat dan pantang menyerah dalam mendapatkan ilmu. Selain itu mereka
juga akan mendapat balasan yang sepadan karena pengetahuan yang dimilikinya akan dibalas
sebuah kedudukan yang tinggi2, ditambah apabila mereka para penuntut ilmu memiliki adab serta
akhlak yang mulia sehingga menambah kedudukan serta keutamaan mereka di sisi Allah
Subhanallahu wa Ta’ala, tak hanya itu Allah pasti menambah derajat bagi para penuntut ilmu itu
derajat kemuliaan di dunia diantara para manusia sebagai bentuk kemanfaatan kepada mereka.3
Kemudian, Dalam agama islam manusia serta jin diperintahkan untuk menyembah serta
beribadah untuk Allah. Dan dalam beribadahnya tak ada cara yang lebih tepat dalam beribadah
kecuali dengan ilmu syar’i yang merupakan jalan menuju Allah dan juga jalan untuk
mendapatkan ridhanya.4
Agama islam tidak bisa berdiri tanpa didasari oleh ilmu, mengingat dari zaman nabi
muhammad menyebarkan islam di makkah secara diam-diam sampai islam sudah sangat
berkembang dan tumbuh di berbagai belahan dunia, semua itu tak lepas dari umat islam yang
berilmu. Selain daripada itu dalam proses menumbuhkan dan mengembangkan peradaban islam
perlunya pondasi ilmu yang harus diberdirikan. Karena ilmu dapat dijadikan alat yang sangat
lembut serta runcing untuk menyebarluaskan cara juga serta pandangan hidup suatu
kebudayaan.5
Oleh karena itu, umat islam sangat membutuhkan pribadi muslim yang beriman, berakhlak
dan berilmu. Akan tetapi masih begitu sedikit dari umat islam yang masih menganggap sepele
menuntut ilmu, sehingga banyak dari pelajar berhenti sekolah karena menganggap sekolah itu
hanya buang-buang waktu saja. Padahal jika kita melihat dari pedoman hidup agama islam yaitu
Al-Qur’an dan hadis, banyak dari ayat dan percakapan dari nabi muhammad yang menerangkan
serrta menjelaskan mengenai pentingnya untuk menuntut ilmu. Maka dalam penelitian ini, akan
membahas tentang menuntut ilmu dalam perspektif islam dengan menggunakan metode
maudhu’i atau tafsir tematik.

KAJIAN LITERATUR

1. Ilmu
Ilmu merupakan suatu yang tanpa disadari kita peroleh dari kegiatan-kegitan sepele
semasa kecil seperti membaca, memahami suatu benda semisal seperti belajar
membaca buku, belajar membaca huruf hijaiyah, yang seiring berputarnya waktu kita
tumbuh dan berkembang yang menjadikan apa yang kita baca dan pahami mulai ikut
berkembang juga, seperti membaca dan memahami yang semakin bertambahnya usia

1 Al-Akhlaq Fil Islam. Dr. Abdul Lathif Al-‘Abd.


2 Hilyah Thalibil 'Ilmi hal 10. Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid.
3 Buletin Al Wala' wal Bara' 15 April 2005 / 06 Rabi'ul Awwal 1426.

4 Wagiman Manik, “Kewajiban Menuntut Ilmu,” WARAQAT : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 2, no. 2 (2020):

1–17, https://doi.org/10.51590/waraqat.v2i2.63.
5 Achmad Reza Hutama, “Konsep Ilmu Dalam Islam,” Kalimah : Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam

13, no. September (2015): 1–12.


2
Menuntut ilmu dalam perspektif agama islam
Muhammad Khrisna, Muhammad Taqiyuddin Hanif.
membaca dan memahami disini konteksnya adalah mencari kebenaran dari apa yang
ada di alam semesta.6
Tokoh islam terdahulu, yaitu Ibnu Khaldun sendiri membagi ilmu menjadi dua
macam, yaitu ilmu naqliyah (ilmu yang berdasar pada otoritas atau bisa disebut dengan
ilmu tradisional) dan ilmu ‘aqliyah (ilmu yang berdasar akal atau juga dalil rasional).7
Yang termasuk dalam ilmu naqliyah seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, hadis, penafsiran,
ilmu kalam, dan tasawuf. Sedangkan yang termasuk ilmu ‘aqliyah yaitu filsafat atau
fisika, matematika, dan fisika, dan lain sebagainya.

2. Agama Islam
Banyak sekali pendapat yang mengartikan terkait arti dari kata “agama”, salah
satunya berpendapat bahwa agama berasal dari 2 kata bahasa sansekerta yaitu “a” dan
“gama” yang masing masing diartikan sebagai “tidak” dan “kacau” atau “damai”. Jadi
dari pengartian bahasa tersebut dapat diartikan bahwa agama adalah suatu peraturan
yang mengatur kehidupan manusia agar damai. 8
Sedangkan pengertian islam ada dua yaitu secara bahasa dan syariat. Secara bahasa
islam berarti patuh, tunduk, dan berserah diri. Lalu secara syariat, islam adalah
mengakui dengan lisan, meyakini dengan hati, dan berserah diri kepada Allah
Subhanallahu wa Ta’ala”.9
Islam merupakan bentuk keyakinan yang diturunkan dari-Nya kepada para nabi dan
rasul yang ada di muka bumi, dari nabi adam sampai dengan nabi muhammad.
Keyakinan islam ini berisi banyak sekali anjuran, larangan, perintah yang tak lain dan
tak bukan semua itu sebagai petunjuk bagi umat manusia agar bisa selamat di dunia
dan di akhirat. Sebagaimana yang sudah dijelaskan, bahwa islam merupakan petunjuk
bagi seluruh umat manusia sehingga agama islam banyak memberikan pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia di dunia baik itu jasmani, ruhani, duniawi, dan
ukhrawi
.10
3. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat islam yang didalamnya terkandung
nilai-nilai, ajaran-ajaran, serta cerita para nabi dan rasul yang tidak pernah sekalipun
direvisi langsung oleh manusia itu sendiri.
Al-Qur’an secara bahasa diambil dari kata bahasa arab yaitu qar’aa – yaqra’u yang
memiliki arti membaca atau dibaca. Hal ini dapat dimaknai sebagai anjuran ayau
perintah untuk seluruh umat muslim agar membaca Al-Qur’an.11 Al-Quran juga
merupakan bentuk mashdar dari qiro’atan yang berarti menghimpun dan
mengumpulkan. Seperti yang kita ketahui, Bahwa Al-Qur’an didalamnya tersusun
banyak kata, kalimat, dan huruf yang begitu rapi dan tertib sehingga hal ini sesuai
dengan Al-Qur’an yang diartikan sebagai bentuk mashdar dari qiro’atan.

6 Ivan Eldes Dafrita, “ILMU DAN HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN DALAM NILAI AGAMA,” Jurnal
IAIN Pontianak, 2015, 159–79.
7 Hutama, “Konsep Ilmu Dalam Islam.”

8 AA Siddiq, “Agama Islam Dan Ruang Lingkupnya,” in Buku Panduan Pendidikan Agama Islam (Bandung,

Jawa Barat: Seri Penerbitan Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian (LSIPK), 2019), 23–34.
9 Deni Irawan, “Islam Dan Peace Building,” Religi Jurnal Studi Agama-Agama 10, no. 2 (2016): 158–71,

https://doi.org/10.14421/rejusta.2014.1002-02.
10 Irawan. 160-161

11 F Irawan, “PENGGUNAAN AYAT ALQURAN DALAM PENGOBATAN ALTERNATIF(Studi Living

Quran Pada Praktik Pengobatan Alternatif Patah Tulang Ustadz Sanwani Di Ds. Mekar Kondang-
Tangerang),” Uin Banten (2017).
3
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)
4. Hadis
Hadis merupakan ucapan, perbuatan ataupun penetapan yang dinisbatkan kepada
Nabi, atau bisa juga di katakan sebagai segala sesuatu yang ada pada Nabi Muhammad
SAW.12 Ada juga yang berpendapat lain mengenai pengertian hadis, yaitu hadis
merupakan suatu komunikaso, kisah, bahkan percakapan yang membahas konteks
duniawi bahkan juga konteks agama. Penggunaanya dalam bentuk kata sifat atau
adjektiva, mengandung arti al-jadid, yaitu: yang baharu, lawan dari al-qadim, yang
lama.13

METODE
Artikel jurnal ini disusun menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif, yaitu suatu
pendekatan atau penelitian yang befungsi untuk memahami dan menjawab suatu gejala penting.
Guna menjawab dan memahami gejala penting tersebut peneliti melakukan observasi ke lapangan
memberikan wawancara kepada para antisipan dan peserta penelitian melalui beberapa pertanyaan.
Setelah informasi dari peserta penelitian dan partisipan sudah dikumpulkan, Informasi tersebut
yang berbentuk teks, dianalisis, dan ditemukanlah suatu deskripsi. Dan kemudian dari data-data
tersebut peneliti membuat interpretasi untuk menemukan arti yang terdalam. 14
Kemudian untuk Penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian kualitatif studi pustaka,
yaitu dengan menghimpun sumber kepustakaan yang merujuk pada buku, media cetak, internet,
dan bentuk lainnya, baik yang primer maupun yang sekunder.15
Untuk metode penafsiran Al-Qur’an yang digunakan adalah metode tafsir maudhu’i atau
juga disebut dengan tafsir tematik yang artinya, yang menurut Muhammad Baqir al-Shadr
Adalah metode Al-Taukhidiy yaitu metode tafsir dengan cara mengumpulkan ayat-ayat dalam Al-
Qur’an yang membahas akan suatu tema atau hal tertentu. Setelah terkumpul, ayat tersebut diatur
menyesuaikan dengan Asbabun nuzul dan wakt turunnya ayat. Setelah dikumpulkan, diatur, dan
disesuaikan, selanjutnya memperhatikan dan menghubungkan ayat-ayat tadi dengan penjelasan-
penjelasan, keterangan-keterangan dari ayat yang lainnya. Semua proses tersebut dilakukan tak
laindan tak bukan untuk menjawab suatu permasalahan dan ditetapkan hukumnya.16

PEMBAHASAN
Asal-usul Ilmu
ُُ َّ ٰ ُ ُ ُ ٰ ُ َّ ُ ُّ ٰ ُ ٰ َّ ُ
َّ
ََ‫َۗفاماَال ِذينََ ِفيََقلو ِب ِهم‬ ٰ
ََ‫رَمتش ِبهت‬ َ ‫بَواخ‬ ُّ
َ ِ ‫نَا َمَال ِكت‬ ٰ ٰ
َ ‫هوََال ِذيََانزلََعليكََال ِكتبََ ِمن َهَايتََمحكمتََه‬
ُ ٰ ٰ َّ ُ ُ َّ
َ‫الر ِسخونَ َ ِفىَال ِعل َِم‬ َُ َ ‫زيغَ َفيت ِبعونَ َما َتشابهَ َ ِمن َه َاب ِتغاۤءَ َال ِفتن َِة َواب ِتغاۤءَ َتأ ِوي ِلهَ َوما َيعل َُم َتأ ِويله َ ِالا‬
‫اّللَۘو‬
ُ ُ َّ َّ َّ ُ َّ ٰ ُ ُ
َ ‫اب‬
َ ِ ‫رَ ِالاََاولواَالالب‬ ُ
َ ‫دَر ِبناََوماَيذك‬ ‫م‬
َِ ‫يقولونََا ناَ ِبهََكلََ ِمنََ ِعن‬

“Dialah (Allah) yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad). Di


antara ayat-ayatnya ada yang muhkamat,) itulah pokok-pokok isi Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain

12 Leni Andariati, “HADIS DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA,” Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, no. 2
(2020): 1–14.
13 Sherly Aruan, Pengertian hadis dan kegunaannya dalam studi islam (n.d.).

14 R Raco, METODE PENELITIAN KUALITATIF, ed. Arita (Jakarta: GRASINDO, 2010).

15 Wahyudin Darmalaksana, “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan,” Pre-Print

Digital Library, 2020, 1–6.


16 Mohammad Tulus Yamani, “MEMAHAMI AL-QUR ’ AN DENGAN METODE TAFSIR MAUDHU’I,”

Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 2 (2015): 273–92.


4
Menuntut ilmu dalam perspektif agama islam
Muhammad Khrisna, Muhammad Taqiyuddin Hanif.
mutasyabihat.) Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan,
mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (kekacauan dan
keraguan) dan untuk mencari-cari takwilnya. Padahal, tidak ada yang mengetahui takwilnya,
kecuali Allah. Orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-
Qur’an), semuanya dari Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran, kecuali
ululalbab.” (QS : Al-Imron 3:7)

Diatas disebutkan mengenai asal-usul ilmu ialah hanya dari Allah semata, mengingat Allah
adalah esa dan yang maha mengetahui sudah pasti bahwa seluruh ilmmu yang ada di dunia ini
berasal dari Allah yang mengalami perkembangan dari nol atau juga dari zaman nabi adam hingga
sampai saat ini.

Kewajiban menuntut Ilmu


Sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an Surah Al-Alaq ayat 1 sampai 5 yang berbunyi
:

َّ َّ َّ َّ
َ‫ِاقرأََ ِباس َِمَر ِبكََال ِذيََخلقََخلقََال ِانسانََ ِمنََعلقََ ِاقرأََور ُّبكََالاكر َُمَال ِذيََعلمََ ِبالقل َِمَعلمََال ِانسانََما‬

َ ۗ‫لمََيعل َم‬

Terjemahnya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan !. Dia menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan
pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS : Al-Alaq 96:1-5)

Dan juga tercantum dalam surat At-taubah ayat 122 yang memberitahukan kepada kita
betapa pentingnya ilmu sebagai benteng pribadi dan untuk langkah memperingati orang lain yang
berbunyi :

ُ َّ ُ ُ َّ ُ
ِ ‫۞ َوما َكان َال ُمؤ ِمنون َ ِلين ِف ُروا َكاۤفةَۗفلولا َنفر َِمن َك ِل َِفرقة َِمنهم َطاۤىِٕفة َِليتفقهوا َِف‬
َ‫ىَالدي ِن‬
َّ ُ ُ ُ
َ َࣖ‫اَالي ِهمَلعل ُهمَيحذ ُرون‬ ُ
ِ ‫و ِلين ِذرواَقومهم َِاذاَرجعو‬

“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?” (QS : At-Taubah 9:122)

Ayat di atas yang juga merupakan wahyu pertama yang diterima nabi muhammad berisi
perintah untuk kita sebagai manusia lebih tepatnya umat islam untuk membaca atau dalam konteks
lain bisa dikatakan sebagai menuntut ilmu guna mengetahui apa yang belum kita ketahui. Hal ini
sebagaimana hadis yang berbunyi :

5
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)
‫ع ْن أَن َِس‬ َ ‫ع َّمار َحدَّثَنَا َح ْفص بْن سلَ ْي َمانَ َحدَّثَنَا َكثِير بْن ِش ْن ِظير‬
ِ ‫ع ْن م َح َّم ِد ب ِْن ِس‬
َ َ‫يرين‬ َ ‫َحدَّثَنَا ِهشَام بْن‬
‫اضع ْال ِع ْل ِم‬ِ ‫علَى ك ِل م ْس ِلم َو َو‬ َ ‫طلَب ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
َ ‫ضة‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ َّ ‫ب ِْن َما ِلك قَا َل قَا َل َرسول‬
َ ِ‫ّللا‬
ُّ ْ
َ ‫ير ال َج ْوه ََر َواللؤْ ل َؤ َوالذَّه‬
‫َب‬ ِ ‫غي ِْر أ َ ْه ِل ِه َكمقَ ِل ِد ْال َخن‬
ِ ‫َاز‬ َ َ‫ِع ْند‬

”Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan
kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin
Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang
yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara,
intan dan emas ke leher babi .” (Shahih : Hadis riwayat Ibnu Majah No. 224)

Dari ayat dan hadis di atas, dapat disimpulkan bahwasannya menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Djamaluddin Darwis menjelaskan dalam
bukunya yang berjudul, ”Dinamika Pendidikan Islam” bahwa mencari ilmu merupakan suatu
kewajiban, sekaligus kebutuhan umat manusia itu sendiri.17 Manusia akan menjadi lebih mudah
menjalani dan memenuhi kebutuhan hidupnya jika berilmu.

Keutamaan menuntut Ilmu


Segala perbuatan atau amalan yang baik pastilah memiliki keutamaan atau juga kelebihan
yang pastinya bermanfaat bagi orang yang mengerjakan amalan tersebut, seperti ilmu dan lebih
tepatnya ilmu pengetahuan. Manusia dalam mengerjakan pekerjaan apapun, baik yang ringan
maupun yang berat pastilah membutuhkan ilmu pengetahuan. Seperti halnya menuntut ilmu yang
memang bersifat wajib bagi setiap muslim seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya baik laki-
laki maupun perempuan. Sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an :

ُ ٰ ُ ُ ُ ٰٓ ٰۤ ُ َُّ ٰ َّ
َ‫وعلم َادم َالاسماۤء َكلهاَثَّم َعرض ُهم َعلى َالملىِٕك ِة َفقال َان ْۢ ِب ُٔـ ِوني َِباسما ِۤء َهؤلا ِۤء َِان َكنتم َص ِد ِقين َقالوا‬
ُ َّ ٰ َّ َّ َّ ٰ
َ‫ۗانك َانت َالع ِلي ُم َالح ِكي ُم َقال َيٰٓاد ُم َان ْۢ ِبئ ُهم ََِباسماۤى ِِٕهمَ َفلما َاَنْۢباهم‬
َِ ‫ُسبحنك َلا َِعلم َلنا َِالا َما َعلمتنا‬
ُ ُ ُ ُ ُ ُ ٰ ُ َّ ُ
ُ
َ َ‫َانيَاعلمَغيبَالسمو ِتَوالار ِضَواعلمَماَتبدونَوَماَكنتمَتكتمون‬ ٰ َّ ُ
ِ ِ ‫ِباسماۤى ِِٕهمَقالَالمَاقلَلكم‬

“Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia


memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama
(benda) ini jika kamu benar!”. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau. Tidak ada pengetahuan
bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.” Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada
mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman,
“Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku
mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?” (QS : Al-Baqarah
2:31-33).

Dalam surat Al-Baqarah ayat 31-33 menjelaskan, bahwa sejak Nabi adam di bumi dan
dinyatakan sebagai Khalifah di bumi oleh Allah, Sehingga Nabi Adam dipersiapkan dengan ilmu
pengetahuan. Hal ini dimaksudkan agar Adam mampu mengemban tugasnya sebagai khalifah di
muka bumi saat itu.18

17 Nurlia Putri, “Kewajiban Menuntut Ilmu,” Jurnal Riset Agama 1, no. 1 (2021): 133–144.
18 A B D Karim Amrullah, “Keutamaan Ilmu Dan Adab Dalam Perpektif Islam,” At-Ta’lim : Jurnal Kajian
6
Menuntut ilmu dalam perspektif agama islam
Muhammad Khrisna, Muhammad Taqiyuddin Hanif.
Sehingga Apa saja yang telah dikhususkan oleh Allah baginya berupa ilmu tentang nama-
nama akan segala sesuatu seperti benda dan makhluk hidup, sedangkan para malaikat tidak
mengetahuinya sama sekali. Hal ini terjadi saat sesudah para malaikat diperintahkan untuk
bersujud kepada Nabi Adam.
Berikut kami sebutkan dan jelaskan beberapa keutamaan atau kelebihan dari menuntut ilmu
:

1. Ditinggikan derajatnya oleh Allah

ُ ُ ُ ٰ ُ ٰ ُ َّ ُ ُ ٰ َّ
ُ ُ
َ‫اَقيلَانشزواَفانشزوا‬ ُ ‫م‬ ُّ ٰٓ
ِ ‫اَفىَالمج ِل ِسَفافسحوَاَيفس ِحَاّللَلكمَواِ ذ‬ِ ‫اَقيلَلكمَتفسحو‬ ِ ‫اَاذ‬
ِ ‫يايهاَال ِذينَا نو‬
ُ ُ َّ ُ ٰ َّ ٰ
ُ ٰ ‫َاّللَالذينَام ُنواَمنكمَوالذينَاو ُتواَالعلمَدر ٰجتَو‬
َ َ‫اّلل َِبماَتعملونَخ ِبيَر‬ ُ ‫يرفع‬
ۗ ِ ِ ِ ِ ِ

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila
dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS : Al-Mujadalah 58 : 11)

Dalam ayat tersebut disebutkan Bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman kepadanya serta orang-orang yang berilmu. Dan juga menurut tafsir Ibnu katsir, Allah
memerintahkan kepada seluruh hambanya yang beriman untuk selalu dan saling bersikap baik
kepada orang yang berada dalam satu majelis.19

2. Dimudahkan masuk surga

ْ‫ط ِريقًا ِإلَى ال َجنَّ ِة‬


َ ‫َللا لَهْ بِ ِْه‬
َّْ ‫ل‬ َ َْ‫سلَك‬
َ ‫ط ِريقًا يَلت َ ِمسْ فِي ِْه ِعل ًما‬
َْ ‫س َّه‬ َ ْ‫َو َمن‬
“Barang siapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, maka akan dimudahkan baginya
jalan menuju surga” ( Hadis Riwayat Muslim)

Dalam Hadis diatas dijelaskan bahwa dalam agama Islam diwajibkan kepada seluruh
umatnya untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara belajar atau menuntut ilmu. Islam
menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan duniawi. Karena tanpa adanya
pengetahuan niscaya manusia akan menjalani kehidupan ini layaknya orang tersesat, yang
berdampak akan membuat manusia semakin terabaikan pula di hari akhirat. Jadi dapat kita ambil
hikmah, bahwa banyak sekali amalan yang bisa membawa kita menuju surga serta dimudahkan
oleh Allah salah satunya adalah menuntut ilmu, yang dimana menuntut ilmu sudah menjadi
kegiatan sehari-hari kita sebagai mahasiswa maupun dosen.

3. Diridhai oleh malaikat

‫ن‬ ِ ‫سلَّ َمْيَقولْ َم‬


ْ ‫اْم‬ َ ‫علَي ِه‬
َ ‫ْو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ْ‫ىَْللا‬ َ ِْ‫ََْللا‬
َّ ‫ْرسول‬
َ ‫س ِمعت‬ َ ْ‫ي‬ َّ ‫سا ٍلْالم َرا ِد‬
َّ ‫ع‬َ ْ َ‫صف َوانَ ْبن‬
َ ْ‫عن‬َ ْ
ْ‫ضاْ ِب َماْيَصنَع‬
ً ‫اْر‬ َ
ِ ‫ضعَتْلَهْال َم ََلئِ َكةْأج ِن َحت َ َه‬َ ‫ْو‬ َّْ ‫بْال ِعل ِمْ ِإ‬
َ ‫ّل‬ ِ َ ‫طل‬َ ْ‫ْمنْبَي ِت ِهْفِي‬ِ ‫جْخ ََر َج‬
ٍ ‫َار‬
ِ ‫خ‬

Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (2020): 33–46.


19 Ai Suryati, Nina Nurmila, and Chaerul Rahman, “KONSEP ILMU DALAM AL-QUR’AN: Studi Tafsir

Surat Al-Mujadilah Ayat 11 Dan Surat Shaad Ayat 29,” Al-TADABBUR : Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
04, no. 02 (2019): 217–27, https://doi.org/10.30868/at.v4i02.476.
7
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)
”Dari Shafwan bin Assal Al Muradi, ia berkata, Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:”Tidaklah seseorang yang keluar dari rumahnya untuk
menuntut ilmu kecuali para malaikat akan mengembangkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut
karena ridha dengan apa yang ia kerjakan” ( Hadis Riwayat Ibnu majah)

4. Allah akan melimpahkan rezeki kepada orang-orang yang menuntut ilmu

ُ ُ َّ َّ َّ ُ َّ
َ ‫اب‬
َ ِ ‫رَ ِالاََاولواَالالب‬ُ
َ ‫َۗوماَيذك‬ ِ ََ‫الحكمةََمنََيشا َُۤءََومنََ ُّيؤت‬
َ‫الحكمةََفقدََا ِوتيََخيراَك ِثيرا‬ ِ َ‫ُّي ِؤتى‬

“Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang
dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran (darinya), kecuali ululalbab” (QS : Al-Baqarah 2:269)

Etika atau adab dalam menuntut ilmu

Kata “Etika” merupakan kata serapan dari bahasa yunani, yaitu “Ethos” yang jika
diterjemahkan kedalam bahasa indonesia berarti watak, kesusilaan atau bisa juga adab.20
Sedangkan adab merupakan norma didasarkan pada aturan agama, terutama Agama Islam.21 Jadi
etika dan adab ini bisa dikatakan sebagai bentuk tingkah laku, ucapan, kebiasaan yang menandakan
kesopanan, kehalusan yang semua itu guna mendidik pribadi yang bertanggung jawab dan paham
akan peraturan.

1. Harus diniatkan menuntut ilmu karena Allah

ِْ‫َِْللا‬
َّ ‫عْبد‬ َ َْ‫عنْأَبِيْط َوالَة‬ ِ ‫ْ َح َّدثَنَاْأَبوْبَك ِرْبنْأَبِيْشَيبَةَْ َح َّدثَنَاْس َريجْبنْالنُّع َم‬
َ ْ‫انْ َح َّدثَنَاْفلَي ٌح‬
ِْ‫َْللا‬
َّ ‫ْرسول‬ َ ‫عنْأَبِيْه َري َرة َْقَا َلْقَا َل‬ َ ْ‫ار‬ ٍ ‫س‬
َ َ‫س ِعيدِْب ِنْي‬َ ْ‫عن‬ َ ِْ‫اري‬ ِ ‫ص‬َ ‫ِْالرح َم ِنْب ِنْ َمع َم ٍرْاْلَن‬ َّ ‫عبد‬ َ ْ‫ْب ِن‬
ْ‫يب‬
َ ‫ص‬ ِ ‫ّْلْيَتَعَلَّمهْْإِ َّّلْ ِلي‬
َ ‫ْو َج َّل‬ َ ‫ع َّز‬
َ ِْ‫َْللا‬
َّ ‫ْوجه‬ َ ‫اْم َّماْيبتَغَىْبِ ِه‬ ِ ‫سلَّ َمْ َمنْتَعَلَّ َمْ ِعل ًم‬ َ ‫علَي ِه‬
َ ‫ْو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ْ‫ىَْللا‬ َ ْ
‫يْري َح َها‬ِ ِ‫فْال َجنَّ ِةْيَو َمْال ِق َيا َم ِةْيَعن‬َ ‫عر‬ َ ْ‫اْمنْالدُّن َياْلَمْ َي ِجد‬ ِ ‫ض‬ ً ‫ع َر‬َ ْ‫بِ ِه‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada
kami Suraij bin An Nu'man telah menceritakan kepada kami Fulaih dari Abu Thuwalah
Abdullah bin Abdurrahman bin Ma'mar Al Anshari dari Sa'id bin Yasar dari Abu Hurairah ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mempelajari suatu
ilmu yang seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk
mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari
Kiamat” (Hadis Riwayat Abu daud)

2. Tidak tergesa-gesa dalam mengejar ilmu

ٰ ُ
ُ ُ
َ ِ ‫ۖوقل ََّر‬
َ ‫ب َِز ِدني َِعلما‬ َ‫ىَاليكَوحيه‬
ٰ ُّ
‫ض‬ ‫ق‬ ‫َي‬‫ن‬‫َا‬‫ل‬ ‫ب‬ ‫َق‬‫ن‬ ‫َم‬‫ن‬ ‫ا‬‫ر‬‫ق‬ ‫ال‬ ‫َب‬ ‫ل‬‫ج‬‫ع‬‫اَت‬‫ل‬‫َو‬‫ق‬
ُّ
‫ح‬ ‫َال‬‫ك‬
ُ
‫ل‬ ‫م‬‫َال‬ ُ ٰ ‫فت ٰعل‬
‫ىَاّلل‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ

20 Dedeh Kusmiyati, “Etika Menuntut Ilmu Dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 60-78,” Al-Misykah :
Jurnal Kajian Al-Qur’an Dan Tafsir 2, no. 1 (2021): 28–40.
21 Amrullah, “Keutamaan Ilmu Dan Adab Dalam Perpektif Islam.” 34

8
Menuntut ilmu dalam perspektif agama islam
Muhammad Khrisna, Muhammad Taqiyuddin Hanif.
”Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Janganlah engkau (Nabi Muhammad)
tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai pewahyuannya kepadamu483) dan
katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku” (QS : Taha 20:144)

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa dihimbau kepada kita semua sebagai umat muslim
untuk tidak terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menuntut ilmu, walaupun dalam ayat tersebut
Allah yang melarang Nabi untuk tidak tergesa-gesa, kita sebagai umatnya yang memiliki
uswatun hasanah baginda Rasul muhammad haruslah mengikuti dan mencontoh beliau.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tergesa-gesa merupakan sifat setan.

3. Patuh kepada guru atau pengajar

ُ ُ َّ َّ ٰ ُ ُ ُ ُ ُ
ُ
َ‫َالر ُسو ِلَبينكمَكدعا ِۤءَبع ِضكمَبعضاَۗقدَيعلَمَاّللَال ِذينَيتسللون َِمنكمَ ِلواذاَفليحذ ِر‬
ُ َّ ‫اَدعاۤء‬‫لاَتجعلو‬
ُ ُ ُ َّ
ُ ُ ُ
َ َ‫ال ِذينَيخا ِلفونَعنَام ِرهَانَت ِصيبهم َِفتنةَاوَي ِصيبهمَعذابَا ِليم‬

“Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul (Nabi Muhammad) di antara kamu seperti
panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-
orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada
kawannya). Maka, hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan
mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (QS : An-Nur 24:3)

ٰٓ ُ َّ ٰ ُ َُّ َّ ُ ٰ َّ ُ ٰ ٰ
َ‫سىَهلَات ِبعكَعلىَان‬
َ ‫اَعلماَقالَلهَمو‬
ِ ‫َعن ِدناَوعلمنه َِمنَلدن‬
ِ ‫َعب ِادناَاتينهَرحمة َِمن‬
ِ ‫اَمن‬
ِ ‫فوجداَعبد‬
ُ َّ ُ
َ ‫تع ِلم ِن َِِماَع ِلمت َُرشدَا‬

“Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami
anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami, Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi
Kami. Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan
kepadaku (ilmu yang benar) dari apa yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi)
petunjuk?” (QS : Al-Kahfi 18:65-66)

Dari kedua terjemahan ayat diatas, merupakan bukti bahwa Allah menyuruh kepada kita
untuk memiliki adab atau etika atau juga akhlak kepada orang yang memimpin atau bisa
digantikan dengan pengajar. Seperti contoh kita memanggil pengajar atau bahkan orang tua kita
langsung dengan nama asli mereka “ya fulan”, Hal seperti ini merupakan tindakan tercela dan
tidak sepantasnya dilontarkan kepada orang yang lebih tua, guru bahkan pemimpin.
Dan juga sebagaimana cerita dari surat Al-Kahfi ayat 65 sampai 66 yang menceritakan
pertemuan antara Nabi Musa dan juga Nabi khidir, menurut Syekh Nawawi al-Bantani
menjelaskan menurut tafsirnya bahwa Seorang peserta didik haruslah memiliki rasa sopan
kepada para pendidiknya. Sebagaimana yang terkandung dalam suraAl-Kahfi ayat 65 smpai 66
yang disandarkan kepada cerita nabi musa berbicara kepada nabi khidir dengan bahasa dan
suara yang lembut untuk meminta izin agar nabi khidir memperbolehkannya diangkat menjadi
muridnya dan bersedia mengajarkan ilmu-ilmu yang benar kepadanya.22

4. Larangan untuk menyembunyikan ilmu


Menyembunyikan ilmu disini diartikan sebagai pelit ilmu, tidak maunya orang yang

22 Kusmiyati, “Etika Menuntut Ilmu Dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 60-78.” 29-30
9
Mu’tallim: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Vol. 1, No. 1 (2022)
berilmu untuk membagikan ilmu yang telah diperolehnya, sebagaimana yang terdapat dalam hadis
sunan ibnu majah nomer 259 di kitab mukadimah :

‫ع ْن أَبِي ه َري َْرة َ قَا َل قَا َل‬ َ ‫طاء‬ َ ‫ع‬ َ ‫ع ْن‬َ ‫ي بْن ْال َح َك ِم‬ َ ‫سى بْن إِ ْس َم ِعي َل َحدَّثَنَا َح َّماد أ َ ْخبَ َرنَا‬
ُّ ‫ع ِل‬ َ ‫َحدَّثَنَا مو‬
‫ّللا بِ ِل َجام ِم ْن نَار يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬
َّ ‫ع ْن ِع ْلم فَ َكت َ َمه أ َ ْل َج َمه‬َ ‫سلَّ َم َم ْن سئِ َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫ّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫َرسول‬
َ ِ‫ّللا‬
”Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada
kami Hammad telah mengabarkan kepada kami Ali bin Al Hakam dari 'Atha dari Abu
Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ditanya
mengenai suatu ilmu dan ia menyembunyikannya, maka ia akan dicambuk dengan cambuk dari
api neraka pada hari kiamat.”

KESIMPULAN

Dari pemaparan materi tentang menuntut ilmu dalam perspektif islam, dapat disimpulkan
bahwasannya Ilmu berasal dari Allah, yang maha esa dan yang menciptakan dunia, bahkan yang
mengedukasi nabi adam dengan ilmu pengetahuan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Ilmu
sendiri adalah sesuatu yang didapat dari kegiatan seperti membaca dan memahami benda-benda
maupun suatu peristiwa, yang makin bertambahnya usia bukan membaca dan menulis saja yang
dipahami tapi juga segala sesuatu yang ada di alam semesta. Tak lupa, Ilmu juga merupakan suatu
hal yang penting guna menyelesaikan atau mengerjakan pekerjaan baik kecil maupun yang besar
ilmu sangat berpengaruh didalamnya, Oleh sebab itu mengapa dalam agama islam Menuntut ilmu
itu hukumnya wajib bagi siapapun baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam Menuntut ilmu ada keutamaan didalamnya diantaranya, yaitu orang yang berilmu
pasti derajatnya akan ditinggikan oleh Allah, dimudahkan jalan masuk menuju surga, Diberi
kelimpahan rezeki kepadanya, dan diridhai oleh malaikat. Selain keutamaan menuntut ilmu, dalam
menuntut ilmu bagi kita para pencari ilmu juga harus memiliki adab dan etika diantaranya
membenarkan niat menuntut ilmu karena hanya untuk Allah semata, tidak tergesa-gesa atau
terburu-buru dalam menuntut ilmu, patuh kepada guru atau pengajar, dan menyebarkan ilmu yang
telah kita peroleh kepada orang lain jangan hanya diambil untuk diri sendiri.

REFERENSI

Amrullah, A B D Karim. “Keutamaan Ilmu Dan Adab Dalam Perpektif Islam.” At-Ta’lim : Jurnal
Kajian Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (2020): 33–46.
Andariati, Leni. “HADIS DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA.” Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis
4, no. 2 (2020): 1–14.
Aruan, Sherly. Pengertian hadis dan kegunaannya dalam studi islam (n.d.).
Dafrita, Ivan Eldes. “ILMU DAN HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN DALAM NILAI
AGAMA.” Jurnal IAIN Pontianak, 2015, 159–79.
Darmalaksana, Wahyudin. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan.”
Pre-Print Digital Library, 2020, 1–6.
F Irawan. “PENGGUNAAN AYAT ALQURAN DALAM PENGOBATAN ALTERNATIF(Studi
Living Quran Pada Praktik Pengobatan Alternatif Patah Tulang Ustadz Sanwani Di Ds.
Mekar Kondang-Tangerang).” Uin Banten, 2017.
Hutama, Achmad Reza. “Konsep Ilmu Dalam Islam.” Kalimah : Jurnal Studi Agama Dan
Pemikiran Islam 13, no. September (2015): 1–12.
Irawan, Deni. “Islam Dan Peace Building.” Religi Jurnal Studi Agama-Agama 10, no. 2 (2016): 158–
71. https://doi.org/10.14421/rejusta.2014.1002-02.

10
Menuntut ilmu dalam perspektif agama islam
Muhammad Khrisna, Muhammad Taqiyuddin Hanif.
Kusmiyati, Dedeh. “Etika Menuntut Ilmu Dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi Ayat 60-78.” Al-
Misykah : Jurnal Kajian Al-Qur’an Dan Tafsir 2, no. 1 (2021): 28–40.
Manik, Wagiman. “Kewajiban Menuntut Ilmu.” WARAQAT : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 2, no. 2
(2020): 1–17. https://doi.org/10.51590/waraqat.v2i2.63.
Putri, Nurlia. “Kewajiban Menuntut Ilmu.” Jurnal Riset Agama 1, no. 1 (2021): 133–44.
Raco, R. METODE PENELITIAN KUALITATIF. Edited by Arita. Jakarta: GRASINDO, 2010.
Siddiq, AA. “Agama Islam Dan Ruang Lingkupnya.” In Buku Panduan Pendidikan Agama Islam,
23–34. Bandung, Jawa Barat: Seri Penerbitan Lembaga Studi Islam dan Pengembangan
Kepribadian (LSIPK), 2019.
Suryati, Ai, Nina Nurmila, and Chaerul Rahman. “KONSEP ILMU DALAM AL-QUR’AN: Studi
Tafsir Surat Al-Mujadilah Ayat 11 Dan Surat Shaad Ayat 29.” Al-TADABBUR : Jurnal Ilmu
Al-Qur’an Dan Tafsir 04, no. 02 (2019): 217–27. https://doi.org/10.30868/at.v4i02.476.
Tulus Yamani, Mohammad. “MEMAHAMI AL-QUR ’ AN DENGAN METODE TAFSIR
MAUDHU’I.” Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 2 (2015): 273–92

11

Anda mungkin juga menyukai