Di kalangan umat Islam, khususnya jamaah Ormas NU, hari rabu terakhir di
bulan Shafar dalam kalender Hijriyah disebut Rabu Wekasan (Rabu terakhir)
dan mereka memiliki tradisi mengadakan shalat tolak bala. Dan tahun ini,
hari tersebut bertepatan dengan tanggal 14 Oktober 2020. Sebagian
masyarakat umum maupun sebagian kalangan pesantren mengadakan tradisi
doa dan shalat tolak balak. Sebenarnya ada perbedaan pendapat terkait tradisi
Rabu Wekasan ini.
ADVERTISEMENT
Dan kita sudah tahu bahwa para kiai di tarekat, khususnya para mursyid,
sangat memahami masalah ini. Intinya, ada dua hal yang harus dihindari,
yaitu tathayyur (merasa sial) dan shalat Rabu Wekasan.
، صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي ُِحبُّ ْالفَْأ َل ْال َح َس َن َ َك: قَا َل، ََع ْن َأبِي هُ َري َْرة
َ ِان َرسُو ُل هللا
ِّ َويَ ْك َرهُ ال.
َطيَ َرة
، َُول هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – يَقُو ُل « الَ ِطيَ َرة َ ْت َرس ُ ال َس ِمع َ َعن َأبي هُ َري َْرةَ ق
َ َ قَالُوا َو َما ْالفَْأ ُل ق. » َو َخ ْي ُرهَا ْالفَْأ ُل
ال « ْال َكلِ َمةُ الصَّالِ َحةُ يَ ْس َم ُعهَا َأ َح ُد ُك ْم » رواه
البخارى
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda: Tidak ada kesialan.
Sebaik-baik merasa sial adalah tafa’ul” Sahabat bertanya: “Apa Tafaul?”
Nabi menjawab: “Yaitu kalimat yang baik yang didengar oleh kalian. (HR
al-Bukhari)
Oleh karenanya, banyak ulama kita bertafaul di bulan ini dengan menyebut
‘Shafar al-Khair’, atau bulan Shafar yang baik. Yaitu berharap kepada Allah
turunnya kebaikan dan tidak ada petaka. Namun, sudah biasa bagi ulama
salafi-wahabi yang selalu banyak tidak sependapat dengan ulama lain, tokoh
mereka berkata:
فهو ليس. والجهل بالجهل، فهذا من باب مداواة البدعة بالبدعة.شهر صفر الخير
)90 ص/ 2 وال شر (مجموع فتاوى ورسائل ابن عثيمين – (ج، شهر خير
Artinya: Bulan Shafar yang baik. Ini tergolong mengobati bidah dengan
bidah, mengobati bodoh dengan kebodohan. Shafar bukan bulan baik dan
bukan bulan buruk. (Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibni Utsaimin 2/90).
ال ُم ِطرْ نَا بِفَضْ ِل هَّللا ِ َو َرحْ َمتِ ِه َ َ فََأ َّما َم ْن ق، قَا َل « َأصْ بَ َح ِم ْن ِعبَا ِدى ُمْؤ ِم ٌن بِى َو َكافِ ٌر
ك َكافِ ٌر بِى َ ِ َوَأ َّما َم ْن قَا َل بِنَ ْو ِء َك َذا َو َك َذا فَ َذل، ب
ِ ك ُمْؤ ِم ٌن بِى َو َكافِ ٌر بِ ْال َك ْو َك َ ِفَ َذل
ب » رواه البخارى ِ َو ُمْؤ ِم ٌن بِ ْال َك ْو َك
Artinya: Allah berfirman [dalam hadis Qudsi]: “Hamba-Ku ada yang iman
dan kafir kepada Ku. Jika ia berkata: “Kami diberi hujan karena anugerah
Allah dan rahmat Nya, maka ia iman pada Ku dan kafir dengan bintang.”
Jika ia berkata: “diberi hujan karena bintang, maka ia kafir pada Ku dan
iman dengan bintang. (HR al-Bukhari)
Dasar inilah yang dijadikan pedoman bagi para ulama, seperti yang
disampaikan oleh ahli hadits Syekh Abdurrauf al-Munawi:
ص ُل َأ َّن تَ َوقِّ َي يَ ْو ِم اَأْلرْ بِ َعا ِء َعلَى ِجهَ ِة الطِّيَ َر ِة َوطَنِّ ا ْعتِقَا ِد ْال ُمنَجِّ ِمي َْن َح َرا ٌم ِ َو ْال َحا
َ ك اَل
ض ْي َر َ َِش ِد ْي َد التَّحْ ِري ِْم ِإ ِذ اَأْليَّا ُم ُكلُّهَا هللِ تَ َعالَى اَل تَضُرُّ َواَل تَ ْنفَ ُع بِ َذاتِهَا َوبِ ُد ْو ِن َذل
62 ص/ 1َواَل َمحْ ُذ ْو َر فيض القدير – ج
Artinya: Tidak boleh berfatwa dari kitab-kitab yang aneh. Anda telah
mengetahui bahwa kutipan dari kitab Mujarrabat Dairabi dan Masail Sittin
yang menganjurkan salat tersebut [Rebo Wekasan] bertentangan dengan
kitab-kitab fikih, maka salatnya tidak sah, dan tidak boleh berfatwa
dengannya. (Tanqih al-Fatwa al-Hamidiyah, NU Menjawab Problematika
Umat, PWNU Jatim)
Namun, jika memang akan melakukan shalat, maka niatkanlah sebagai shalat
hajat, seperti dalam hadits berikut:
صلى هللا عليه- ِ ال َخ َر َج َعلَ ْينَا َرسُو ُل هَّللا َ ََع ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َأبِى َأ ْوفَى اَأل ْسلَ ِم ِّى ق
َ ُضْأ َو ْلي
ِّصل َّ ت لَهُ َحا َجةٌ ِإلَى هَّللا ِ َأ ْو ِإلَى َأ َح ٍد ِم ْن َخ ْلقِ ِه فَ ْليَتَ َو ْ َال « َم ْن َكان َ َ فَق-وسلم
ِ ش ْال َع ِظ ِيم ْال َح ْم ُد هَّلِل
ِ ْان هَّللا ِ َربِّ ْال َعر َ َر ْك َعتَي ِْن ثُ َّم ْليَقُلْ الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ ْال َحلِي ُم ْال َك ِري ُم ُسب َْح
ك َو ْال َغنِي َمةَ ِم ْن ُك ِّل َ ِك َو َع َزاِئ َم َم ْغفِ َرت
َ ِت َرحْ َمت ِ وجبَا ِ ك ُم َ ُين اللَّهُ َّم ِإنِّى َأ ْسَأل
َ َربِّ ْال َعالَ ِم
َك َأالَّ تَ َد َع لِى َذ ْنبًا ِإالَّ َغفَرْ تَهُ َوالَ هَ ًّما ِإالَّ فَرَّجْ تَهُ َوال َ ُبِرٍّ َوال َّسالَ َمةَ ِم ْن ُكلِّ ِإ ْث ٍم َأ ْسَأل
ِ ض ْيتَهَا لِى ثُ َّم يَ ْسَأ ُل هَّللا َ ِم ْن َأ ْم ِر ال ُّد ْنيَا َو
ُاآلخ َر ِة َما َشا َء فَِإنَّه َ َك ِرضًا ِإالَّ ق
َ َاجةً ِه َى ل َ َح
» يُقَ َّد ُر.
Artinya: Boleh menyebut Rabu sebagai ‘sial’ dengan cara untuk memberi
peringatan. Yaitu hindari hari tersebut karena pernah turun adzab yang
menyebabkan kebinasaan. Perbaharuilah taubat kepada Allah, agar tidak
mengalami petaka seperti yang dialami kaum terdahulu. (Faidl al-Qadir
1/62).
Artinya: Ibnu Rajab berkata: Yang disyariatkan jika ada hal yang tidak
disuka, adalah dengan memperbanyak doa tolak bala’, yang terdiri dari
perbuatan taat, doa, benar-benar pasrah dan percaya pada Allah. (Faidl al-
Qadir 6/562).