Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ulumul Quran II
Disusun Oleh:
Kelompok 7
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah
yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik yang membahas tentang Kaidah Mufrod dan Jama’ dalam Al-Quran. Selanjutnya,
shalawat dan salam kami sanjungkan kepada Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yang
telah membimbing dan mengajarkan ummat manusia dari kebodohan menuju ke zaman
penuh ilmu pengetahuan ini. Kami sangat berterima kasih kepada Bpk. Prof. Dr. H.
Muhammad Chirzin, M.Ag selaku dosen mata kuliah Ulumul Quran II yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk mendiskusikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah yang berisi tentang Kaidah Mufrod dan Jama’ dalam
Al-Quran ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
tentang Ulumul Quran II. Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang
membacanya. kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril. Al-Quran berisi pedoman dalam segala aspek bagi umat
manusia yang berlaku sampai akhir zaman. Al-Quran Menggunakan bahasa arab karena
wilayah diturunkannya Al-Quran di wilayah arab, agar masyarakat arab paham dan
mengerti bahasa arab maka Al-Quran menggunakan bahasa arab. Hal ini sesuai dengan
sifat Al-Quran yang komunikatif yang mengajak berbicara kepada orang-orang yang
menerima Al-Quran pada saat itu. Dalam bahasa arab terdapat kaidah-kaidah yang harus
diperhatikan ketika kita menggunakan bahasa arab. Salah satunya adalah kaidah mufrod
dan jama’, mufrod berarti bermakna tunggal dan jama’ berarti bermakna banyak. Di
dalam Al-Quran sendiri pun banyak menggunakan kaidah mufrod dan jama’ di dalam
kalimatnya. Oleh karena itu tujuan makalah ini dibuat untuk membahas kaidah mufrod
dan jama’ di dalam Al-Quran.
BAB II
PEMBAHASAN
ﻭﺍﺣﺪ= ﻋﻠﻰ= ﺩﻝ= ﻣﺎ Artinya, “Kata yang menunjukkan jumlah bilangan tunggal (satu)”,
baik mudzakkar ataupun muannats. Contoh: ( ﻁﺎﻟﺐseorang murid)
2. Jamak
ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻤﺬﻛﺮ ﺍﻟﺴﺎﻟﻢ ﻫﻮ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺍﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ﻭﺍﻭ ﻭﻧﻮﻥ ﻓﻲ ﺣﺎﻟﺔ ﺍﻟﺮﻓﻊ ﺍﻭ ﻳﺎء ﻭﺍﻟﺠﺮ= ﺍﻟﻨﺼﺐ ﺣﺎﻟﺔ
ﻓﻲ ﻭﻧﻮﻥ
Jamak muannats salim adalah isim yang menunjukan jumlah bilangan lebih dari
dua dengan menambahkan alif dan ta pada bentuk mufradnya. Jamak
muannatssalim merupakan isim yang digunakan untuk menunjukan jenis
perempuan. Contoh: ( ﻁﺎﻟﺒﺎﺕpara murid perempuan).4
3. Jamak Taksir
ﻣﻔﺮﺩﻩ= ﺻﻮﺭﺓ= ﺑﺘﻐﻴﻴﺮ= ﺍﺛﻨﻴﻦ= ﺃﻛﺜﺮﻣﻦ= ﻋﻠﻰ= ﻣﺎﺩﻝ= ﻫﻮ= ﺍﻟﺘﻜﺴﻴﺮ= ﺟﻤﻊJamak taksir adalah isim yang
menunjukan arti lebih dari dua dengan mengubah dari bentuk mufradnya. Jamak
taksir merupakan bentuk jamak yang banyak dipakai, baik untuk yang berakal
maupun tidak berakal, baik mudzakkar maupun muannats.5 Kebanyakan bentuk
jamak taksir adalah sama’i (irregular). Jamak taksir memiliki banyak pola dan
tidak teratur, tidak seperti halnya jamak mudzakkarsalim dan jamak
muannatssalim yang hanya memiliki satu pola. Untuk mengetahui bentuk
jamak taksir suatu isim, maka harus membuka kamus. Contoh: ( ﻁﻼﺏpara murid).
Kata ini selalu disebutkan dalam bentuk mufrad sebanyak 461 kali6. Hal ini
disebabkan orang Arab yang merasa berat untuk mengucapkan bentuk jamak dari kata
أرض, yaitu ارضون. Oleh karena itu, ketika ingin menyebut seluruh lapisan bumi, Allah
SWT berfirman:
2. ٌإله
Kata ٌ إلهmerujuk pada Tuhan/Dzat yang disembah. Ada yang mengatakan lafaz
Allah berasal dari kata ini yang dibuang hamzahnya dan ditambahkan alif lam. Yang
kemudian kata tersebut hanya digunakan untuk Yang Maha Menciptakan. Pada dasarnya,
kata ٌ إلهtidak boleh diubah ke bentuk jamak, karena tidak ada yang pantas disembah
selain Allah SWT. Seperti dalam firman Allah:
Namun masyarakat Arab pada saat itu menggunakan bentuk jamak dari kata ٌإله,
yaitu إآْل لِ َهة, karena mereka meyakini bahwa ada banyak hal yang dapat disembah. Seperti
dalam firman Allah:
ۤ
)43 :21/االنبياء ( ﴾... َاuۗم ِّم ْن ُدوْ نِنuُْ﴿ اَ ْم لَهُ ْم ٰالِهَةٌ تَ ْمنَ ُعه
3. النور
6
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al Mufahras li Alfadh al-Quran al-Karim, (Dar al-Fikr, 1992), hlm.
26-33
Dalam Al-Quran, kata النورselalu disebutkan dalam bentuk mufrad, sedangkan
الظلماتsering menggunakan bentuk jamak. Sama halnya dengan kata سبيلyang apabila
disandingkan dengan kata حقakan selalu berbentuk mufrad, sedangkan bila
disandingkan dengan kata الباطلmaka akan berbentuk jamak. Hal ini menunjukkan
bahwa jalan yang benar itu hanyalah satu, sedangkan jalan keburukan itu ada banyak.
Seperti dalam firman Allah:
153. “Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti
jalan-jalan (yang lain) sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya. Demikian itu Dia
perintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al-An'am/6:153)
Oleh karena itu, kata النورyang memiliki makna yang setara dengan حق
ditunjukkan dalam bentuk mufrad, sedangkan الظلماتyang maknanya setara dengan الباطل
ditunjukkan dalam bentuk jamak. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran menggunakan
makna kata النورtidak hanya sebagai cahaya, tapi juga segala sesuatu yang berkonotasi
dengan yang haq (hal-hal baik).
C. Penggunaan Jamak dalam Al Quran
Selain bentuk mufrad, Al Quran juga menggunakan bentuk jamak dari suatu
kata untuk menjelaskan suatu konteks dalam ayat-ayat di dalamnya.
“(6) Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan (7) dan gunung-
gunung sebagai pasak?” (An-Naba'/78:6-7)
2. ظلمات- ظلم
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kata ( الظلماتbentuk jamak dari )ظلم
sering disebutkan dalam bentuk jamak bila disandingkan dengan النورsebagai penanda
bahwa hal-hal buruk memiliki banyak cara untuk melakukannya. Allah SWT berfirman:
ت ۤ َر ُْٓوا اَوْ لِيuuuuَت اِلَى النُّوْ ۗر َوالَّ ِذ ْينَ َكف
ُ ْم الطَّا ُغوuُ ُا ُؤهuuuu ِ ِ ٰالظلُم ُّ َ ِر ُجهُ ْم ِّمنuuuuوْ ا ي ُْخuuuuُ﴿ هّٰللَا ُ َولِ ُّي الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن
ٰۤ ۗ ُ ُّ
)257 :2/ار هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ نَ ࣖ ﴾ ( البقرة ِ ۚ َّكَ اَصْ ٰحبُ النuِت اُول ِٕٕى
ِ ٰم ِّمنَ النُّوْ ِر اِلَى الظلمuُْي ُْخ ِرجُوْ نَه
7
Fuad Taufiq Imron, “Konsep Gunung dalam Kitab Al-Jawahir fi-Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Perspektif Sains
Modern)”, Tidak Diterbitkan, Skripsi Program Studi Tafsir dan Hadits UIN Walisongo, Semarang, 2016, hlm. 75-
76.
Pada ayat di atas, disebutkan bahwa Allah mengeluarkan orang-orang yang
berada dalam kegelapan (kekafiran) menuju ke cahaya (keimanan). Kata النورdi sini
menggunakan bentuk mufrad dikarenakan cahaya (keimanan) itu hanya ada satu.
Sedangkan kata اتuu الظلمmenggunakan bentuk jamak bertujuan untuk menunjukkan
bahwa kekafiran itu ada banyak bentuknya.
3. سماء – سماوات
"101. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Perhatikanlah apa saja yang ada di langit
dan di bumi!” Tidaklah berguna tanda-tanda (kebesaran Allah) dan peringatan-
peringatan itu (untuk menghindarkan azab Allah) dari kaum yang tidak beriman.”
(Yunus/10:101-103)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam Al-
Quran banyak menggunakan kaidah-kaidah bahasa arab tak terkecuali mufrod dan
jamak. Mufrod disini bermakna tunggal dan jamak bermakna banyak tiga atau lebih.
B.
DAFTAR PUSTAKA
Imron, F. Taufiq. “Konsep Gunung dalam Kitab Al-Jawahir fi-Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
(Perspektif Sains Modern)”. Tidak Diterbitkan. Skripsi Program Studi Tafsir dan Hadits
UIN Walisongo, Semarang. 2016.