Anda di halaman 1dari 11

Kaidah Mufrod dan Jama’ Dalam Al-Quran

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ulumul Quran II

Dosen pengampu : Bpk. Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Ahmad Zahir Khan Al-Rifqi (20105030109)


Ahmad Zida A.S (20105030059)
Anggito Bagus Oktaviantoro (20105030060)

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR SEMESTER III

KELAS C FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah
yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik yang membahas tentang Kaidah Mufrod dan Jama’ dalam Al-Quran. Selanjutnya,
shalawat dan salam kami sanjungkan kepada Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yang
telah membimbing dan mengajarkan ummat manusia dari kebodohan menuju ke zaman
penuh ilmu pengetahuan ini. Kami sangat berterima kasih kepada Bpk. Prof. Dr. H.
Muhammad Chirzin, M.Ag selaku dosen mata kuliah Ulumul Quran II yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk mendiskusikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah yang berisi tentang Kaidah Mufrod dan Jama’ dalam
Al-Quran ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
tentang Ulumul Quran II. Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang
membacanya. kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Yogyakarta, 27 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril. Al-Quran berisi pedoman dalam segala aspek bagi umat
manusia yang berlaku sampai akhir zaman. Al-Quran Menggunakan bahasa arab karena
wilayah diturunkannya Al-Quran di wilayah arab, agar masyarakat arab paham dan
mengerti bahasa arab maka Al-Quran menggunakan bahasa arab. Hal ini sesuai dengan
sifat Al-Quran yang komunikatif yang mengajak berbicara kepada orang-orang yang
menerima Al-Quran pada saat itu. Dalam bahasa arab terdapat kaidah-kaidah yang harus
diperhatikan ketika kita menggunakan bahasa arab. Salah satunya adalah kaidah mufrod
dan jama’, mufrod berarti bermakna tunggal dan jama’ berarti bermakna banyak. Di
dalam Al-Quran sendiri pun banyak menggunakan kaidah mufrod dan jama’ di dalam
kalimatnya. Oleh karena itu tujuan makalah ini dibuat untuk membahas kaidah mufrod
dan jama’ di dalam Al-Quran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Mufrad dan Jamak


1. Mufrad
Secara etimologi mufrad merupakan mashdar mimi dari kata afradayufridu

(‫ )ﻳﻔﺮﺩﺃﻓﺮﺩ‬yang memiliki arti tunggal, satu, dan sendiri.1

Sedangkan secara termiologi mufrad didefinisikan sebagai berikut:

‫ﻭﺍﺣﺪ= ﻋﻠﻰ= ﺩﻝ= ﻣﺎ‬ Artinya, “Kata yang menunjukkan jumlah bilangan tunggal (satu)”,
baik mudzakkar ataupun muannats. Contoh: ‫( ﻁﺎﻟﺐ‬seorang murid)

2. Jamak

Secara etimologi jamak merupakan mashdar dari kata jama’ayajma’u (‫ﻳﺠﻤﻊ‬


‫ )ﺟﻤﻊ‬yang memiliki arti pengumpulan atau penghimpunan.2

Sedangkan secara termiologi definisi jamak adalah

‫ﻣﺎﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﻓﺎﻛﺜﺮ‬

Artinya, “Kata yang menunjukkan jumlah bilangan tiga atau lebih.”

Jamak dibagi menjadi tiga, yaitu:


1. Jamak Mudzakkar Salim

‫ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻤﺬﻛﺮ ﺍﻟﺴﺎﻟﻢ ﻫﻮ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺍﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ﻭﺍﻭ ﻭﻧﻮﻥ ﻓﻲ ﺣﺎﻟﺔ ﺍﻟﺮﻓﻊ ﺍﻭ ﻳﺎء ﻭﺍﻟﺠﺮ= ﺍﻟﻨﺼﺐ ﺣﺎﻟﺔ‬
‫ﻓﻲ ﻭﻧﻮﻥ‬

Jamak mudzakkar salima dalah isim yang menunjukkan jumlah bilangan


lebih dari dua dengan menambahkan wawu dan nun dalam keadaan rafa atau ya
dan nun dalam keadaan nashab dan jar. Jamak mudzakkar salim merupakan
isim yang digunakan untuk menunjukkan jenis lakilaki. Contoh: ‫( ﻁﺎﻟﺒﻴﻦ – ﻁﺎﻟﺒﻮﻥ‬para
murid lakilaki).3

2. Jamak Muannats Salim


1
Najma Zahiroh, dkk. “ Mufrad dan jama”. Jurnal (Bandung, 2018) hal.2
2
idem. hal. 2
3
Najma Zahiroh, dkk. “ Mufrad dan jama”. Jurnal (Bandung, 2018) hal. 3
‫ﺟﻤﻊ ﺍﻟﻤﺆﻧﺚ ﺍﻟﺴﺎﻟﻢ ﻫﻮﻣﺎﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻛﺜﺮﻣﻨﺎﺛﻨﻴﻦ ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ ﺍﻟﻒ ﻭﺗﺎء ﻋﻠﻰ ﻣﻔﺮﺩﻩ‬

Jamak muannats salim adalah isim yang menunjukan jumlah bilangan lebih dari
dua dengan menambahkan alif dan ta pada bentuk mufradnya. Jamak
muannatssalim merupakan isim yang digunakan untuk menunjukan jenis
perempuan. Contoh: ‫( ﻁﺎﻟﺒﺎﺕ‬para murid perempuan).4

3. Jamak Taksir

‫ ﻣﻔﺮﺩﻩ= ﺻﻮﺭﺓ= ﺑﺘﻐﻴﻴﺮ= ﺍﺛﻨﻴﻦ= ﺃﻛﺜﺮﻣﻦ= ﻋﻠﻰ= ﻣﺎﺩﻝ= ﻫﻮ= ﺍﻟﺘﻜﺴﻴﺮ= ﺟﻤﻊ‬Jamak taksir adalah isim yang
menunjukan arti lebih dari dua dengan mengubah dari bentuk mufradnya. Jamak
taksir merupakan bentuk jamak yang banyak dipakai, baik untuk yang berakal
maupun tidak berakal, baik mudzakkar maupun muannats.5 Kebanyakan bentuk
jamak taksir adalah sama’i (irregular). Jamak taksir memiliki banyak pola dan
tidak teratur, tidak seperti halnya jamak mudzakkarsalim dan jamak
muannatssalim yang hanya memiliki satu pola. Untuk mengetahui bentuk
jamak taksir suatu isim, maka harus membuka kamus. Contoh: ‫( ﻁﻼﺏ‬para murid).

Terdapat enam bentuk perubahan dalam jamak taksir, yaitu:


1. Penambahan huruf, seperti: ‫ ﺻﻨﻮ‬menjadi ‫ﺻﻨﻮﺍﻥ‬
2. Pengurangan huruf, seperti: ‫ ﺗﺨﻤﺔ‬menjadi ‫ﺗﺨﻢ‬
3. Perubahan harakat, seperti: ‫ ﺃﺳﺪ‬menjadi ‫ﺃﺳﺪ‬
4. Penambahan huruf dan perubahan harakat, seperti: ‫ ﺭﺟﻞ‬menjadi ‫ﺭﺟﺎﻝ‬
5. Pengurangan huruf dan perubahan harakat, seperti ‫ ﺭﺳﻮﻝ‬menjadi ‫ﺭﺳﻝ‬

B. Penggunaan Mufrad dalam Al-Quran, beserta contoh dan maknanya

Dalam memahami Al-Quran, perlu diperhatikan penggunaan mufrad untuk


menyebutkan beberapa hal yang menunjukkan sesuatu serta makna penggunaannya.
4
Idem. hal 4
5
Idem. hal 5
1. ِ ْ‫ااْل َر‬
‫ض‬

Kata ini selalu disebutkan dalam bentuk mufrad sebanyak 461 kali6. Hal ini
disebabkan orang Arab yang merasa berat untuk mengucapkan bentuk jamak dari kata
‫أرض‬, yaitu ‫ارضون‬. Oleh karena itu, ketika ingin menyebut seluruh lapisan bumi, Allah
SWT berfirman:

)12 :65/‫ض ِم ْثلَه ۗ َُّن ࣖ ﴾ ( الطالق‬


ِ ْ‫ت َّو ِمنَ ااْل َر‬ َ َ‫﴿هّٰللَا ُ الَّ ِذيْ خَ ل‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َسمٰ ٰو‬

ِ ‫ ااْل َ ْر‬tetap berbentuk mufrad. Sedangkan makna jamaknya


Pada ayat di atas, kata ‫ض‬
ٍ ‫سمٰ ٰو‬
didapatkan dengan menyesuaikan maksud kata ‫ت‬ َ ‫س ْب َع‬
َ (tujuh langit).

2. ٌ‫إله‬

Kata ٌ‫ إله‬merujuk pada Tuhan/Dzat yang disembah. Ada yang mengatakan lafaz
Allah berasal dari kata ini yang dibuang hamzahnya dan ditambahkan alif lam. Yang
kemudian kata tersebut hanya digunakan untuk Yang Maha Menciptakan. Pada dasarnya,
kata ٌ‫ إله‬tidak boleh diubah ke bentuk jamak, karena tidak ada yang pantas disembah
selain Allah SWT. Seperti dalam firman Allah:

)255 :2/‫﴾ ( البقرة‬...‫﴿ هّٰللَا ُ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل هُ ۚ َو ا‬

255. “Allah, tidak ada tuhan selain Dia” (Al-Baqarah/2:255)

Namun masyarakat Arab pada saat itu menggunakan bentuk jamak dari kata ٌ‫إله‬,
yaitu ‫إآْل لِ َهة‬, karena mereka meyakini bahwa ada banyak hal yang dapat disembah. Seperti
dalam firman Allah:

ۤ
)43 :21/‫االنبياء‬ ( ﴾... ‫َا‬uۗ‫م ِّم ْن ُدوْ نِن‬uُْ‫﴿ اَ ْم لَهُ ْم ٰالِهَةٌ تَ ْمنَ ُعه‬

43. “Ataukah mereka mempunyai tuhan-tuhan selain Kami yang dapat


memelihara mereka (dari azab Kami)? (Tuhan-tuhan mereka itu) tidak sanggup
menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) dilindungi dari (azab) Kami.” (Al-
Anbiya'/21:43)

3. ‫النور‬

6
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al Mufahras li Alfadh al-Quran al-Karim, (Dar al-Fikr, 1992), hlm.
26-33
Dalam Al-Quran, kata ‫ النور‬selalu disebutkan dalam bentuk mufrad, sedangkan
‫ الظلمات‬sering menggunakan bentuk jamak. Sama halnya dengan kata ‫ سبيل‬yang apabila
disandingkan dengan kata ‫ حق‬akan selalu berbentuk mufrad, sedangkan bila
disandingkan dengan kata ‫ الباطل‬maka akan berbentuk jamak. Hal ini menunjukkan
bahwa jalan yang benar itu hanyalah satu, sedangkan jalan keburukan itu ada banyak.
Seperti dalam firman Allah:

ّ ٰ ‫بِ ْيلِ ٖه ٰۗذلِ ُك ْم َو‬u‫ق بِ ُك ْم ع َْن َس‬


‫ه‬uٖ uِ‫م ب‬uْ ‫ى ُك‬u‫ص‬ ُّ ‫وا‬uu‫ي ُم ْستَقِ ْي ًما فَاتَّبِعُوْ هُ ۚ َواَل تَتَّبِ ُع‬uْ ‫اط‬
uَ ‫ َّر‬uَ‫ب َُل فَتَف‬u‫الس‬ ِ ‫﴿ َواَ َّن ٰه َذا‬
ِ ‫ص َر‬
)153 :6/‫لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ نَ ﴾ ( االنعام‬

153. “Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti
jalan-jalan (yang lain) sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya. Demikian itu Dia
perintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al-An'am/6:153)

Oleh karena itu, kata ‫ النور‬yang memiliki makna yang setara dengan ‫حق‬
ditunjukkan dalam bentuk mufrad, sedangkan ‫ الظلمات‬yang maknanya setara dengan ‫الباطل‬
ditunjukkan dalam bentuk jamak. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Quran menggunakan
makna kata ‫ النور‬tidak hanya sebagai cahaya, tapi juga segala sesuatu yang berkonotasi
dengan yang haq (hal-hal baik).
C. Penggunaan Jamak dalam Al Quran

Selain bentuk mufrad, Al Quran juga menggunakan bentuk jamak dari suatu
kata untuk menjelaskan suatu konteks dalam ayat-ayat di dalamnya.

1. ‫ ِجبَا ٌل‬- ‫َجبَ ٌل‬

)7-6 :78/‫ال اَوْ تَاد ًۖا ﴾ ( النبأ‬


َ َ‫ض ِم ٰهد ًۙا َّو ْال ِجب‬
َ ْ‫﴿ اَلَ ْم نَجْ َع ِل ااْل َر‬

“(6) Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan (7) dan gunung-
gunung sebagai pasak?” (An-Naba'/78:6-7)

Dalam ayat di atas, kata ‫ جبل‬menggunakan bentuk jamaknya, yaitu ‫الجبال‬


sebagai penanda bahwa gunung yang disinggung tidak hanya satu gunung saja. Dengan
menggunakan makna “bumi sebagai hamparan” pada ayat sebelumnya sebagai konteks,
maka “gunung-gunung sebagai pasak” merujuk pada gunung-gunung yang ada di
permukaan bumi. Hal ini serupa dengan penemuan para ahli geologi tentang fungsi
gunung sebagai stabilisator bumi yang menjaga bumi agar tidak berguncang akibat
gerakan lempeng bumi7.

2. ‫ ظلمات‬- ‫ظلم‬

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kata ‫( الظلمات‬bentuk jamak dari ‫)ظلم‬

sering disebutkan dalam bentuk jamak bila disandingkan dengan ‫ النور‬sebagai penanda
bahwa hal-hal buruk memiliki banyak cara untuk melakukannya. Allah SWT berfirman:

‫ت‬ ۤ َ‫ر ُْٓوا اَوْ لِي‬uuuuَ‫ت اِلَى النُّوْ ۗر َوالَّ ِذ ْينَ َكف‬
ُ ْ‫م الطَّا ُغو‬uُ ُ‫ا ُؤه‬uuuu ِ ِ ٰ‫الظلُم‬ ُّ َ‫ ِر ُجهُ ْم ِّمن‬uuuu‫وْ ا ي ُْخ‬uuuuُ‫﴿ هّٰللَا ُ َولِ ُّي الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬
ٰۤ ۗ ُ ُّ
)257 :2/‫ار هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ نَ ࣖ ﴾ ( البقرة‬ ِ ۚ َّ‫كَ اَصْ ٰحبُ الن‬uِ‫ت اُول ِٕٕى‬
ِ ٰ‫م ِّمنَ النُّوْ ِر اِلَى الظلم‬uُْ‫ي ُْخ ِرجُوْ نَه‬

“257. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan


mereka dari aneka kegelapan menuju cahaya (iman). Sedangkan orang-orang yang
kufur, pelindung-pelindung mereka adalah tagut. Mereka (tagut) mengeluarkan mereka
(orang-orang kafir itu) dari cahaya menuju aneka kegelapan. Mereka itulah para
penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah/2:257)

7
Fuad Taufiq Imron, “Konsep Gunung dalam Kitab Al-Jawahir fi-Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Perspektif Sains
Modern)”, Tidak Diterbitkan, Skripsi Program Studi Tafsir dan Hadits UIN Walisongo, Semarang, 2016, hlm. 75-
76.
Pada ayat di atas, disebutkan bahwa Allah mengeluarkan orang-orang yang
berada dalam kegelapan (kekafiran) menuju ke cahaya (keimanan). Kata ‫ النور‬di sini
menggunakan bentuk mufrad dikarenakan cahaya (keimanan) itu hanya ada satu.
Sedangkan kata ‫ات‬uu‫ الظلم‬menggunakan bentuk jamak bertujuan untuk menunjukkan
bahwa kekafiran itu ada banyak bentuknya.

3. ‫سماء – سماوات‬

ُ ‫ا تُ ْغنِى ااْل ٰ ٰي‬uu‫ض ۗ َو َم‬


﴾١٠١ َ‫وْ ن‬uuُ‫م اَّل ي ُْؤ ِمن‬uٍ ْ‫و‬uuَ‫ت َوالنُّ ُذ ُر ع َْن ق‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ َّ ‫ا َذا فِى‬uu‫ َم‬u‫رُوْ ا‬uُ‫ ِل ا ْنظ‬uُ‫﴿ ق‬
ِ ‫مٰ ٰو‬u‫الس‬
)103-101 :10/‫( يونس‬

"101. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Perhatikanlah apa saja yang ada di langit
dan di bumi!” Tidaklah berguna tanda-tanda (kebesaran Allah) dan peringatan-
peringatan itu (untuk menghindarkan azab Allah) dari kaum yang tidak beriman.”
(Yunus/10:101-103)

Bentuk jamak dari ‫سماء‬biasanya digunakan sebagai penanda bilangan atau


untuk menunjukkan luas langit. Dalam ayat ini, kata “langit” menggunakan bentuk
jamaknya, yaitu ‫ سماوات‬bertujuan untuk menunjukkan betapa luasnya langit itu. Hal ini
sesuai dengan konteks ayat tersebut yang mana Allah memerintahkan kepada orang-
orang kafir Mekkah untuk memperhatikan apa saja yang ada di langit dan bumi sebagai
bentuk bukti kekuasaan Allah SWT.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam Al-
Quran banyak menggunakan kaidah-kaidah bahasa arab tak terkecuali mufrod dan
jamak. Mufrod disini bermakna tunggal dan jamak bermakna banyak tiga atau lebih.

ِ ْ‫ااْل َر‬dalam surah At-Talaq ayat 12.


Contoh mufrod dalam Al-Quran adalah kata ‫ض‬
Sedangkan jamak sendiri dibagi menjadi tiga yaitu jamak mudzakar salim (jamak yang
bermakna laki-laki), jamak muannats salim (jamak yang bermakna perempuan), dan
jamak taksir (jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya atau irrregular). Contoh
penggunaan jamak di dalam Al-Quran salah satunya adalah kata ‫ سماوات‬dalam surah
yunus ayat 101-103 yang bermakna beberapa langit.

B.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ashfahani, Ar-Raghib. Kamus Al-Quran: Penjelasan Lengkap Makna Kosakata Asing


(Gharib) Dalam Al-Quran. terj. A. Z. Dahlan. Depok: Pustaka Khazanah Fawa'id. 2017.

Imron, F. Taufiq. “Konsep Gunung dalam Kitab Al-Jawahir fi-Tafsir Al-Qur’an Al-Karim
(Perspektif Sains Modern)”. Tidak Diterbitkan. Skripsi Program Studi Tafsir dan Hadits
UIN Walisongo, Semarang. 2016.

Najma Zahiroh, dkk. “ Mufrad dan jama”. Jurnal. Bandung, 2018.

Anda mungkin juga menyukai