Anda di halaman 1dari 27

KAIDAH NAKIRAH & MA’RIFAH

Oleh;

Widia Amelia

NIM: 30300114032

Dian Arnita

NIM: 3030014050

Dosen Pembimbing;

Dr. H. Aan Parhani, M.Ag

PRODI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2016

BAB I
1

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu

nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada bacaan seperti al-Qur’an

yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi

juga kandungan yang tersurat, tersirat bahkan kesan yang ditimbulkannya. Semua

dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang

dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan

perbedaan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semua mengandung

kebenaran. Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya

berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.1

Akan tetapi untuk mencapai kebenaran pemahaman kandungan al-Qur’an

atau menarik makna/pesan-pesan al-Qur’an, seorang penafsir butuh suatu kaidah-

kaidah (ketetapan-ketetapan). Di mana kaidah-kaidah itu merupakan patokan bagi

mufassir dalam menafsirkan berbagai ayat yang memiliki sifat dan ciri yang sama

karena dalam penerapan kandungan al-Qur’an memerlukan kejelian dan kehati-

hatian.2

Kaidah-kaidah tersebut banyak dan beragam. Ada yang disepakati dan ada

juga yang tidak disepakati. Karena memang kaidah-kaidah itu merupakan bikinan

manusia yang kerap mengalami perubahan. Oleh karena itu, tidak mengherankan

jika kaidah-kaidah tersebut ada yang bersifat umum dan diakui banyak orang serta

mengikat semua mufassir dan ada pula yang diakui oleh seorang mufassir atau

suatu aliran saja. Seperti halnya kaidah nakirah dan ma’rifah yang akan dibahas

lebih lanjut dalam makalah ini.3

B. Rumusan Masalah
1
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Cet. II; Bandung: Mizan Pustaka, 2014), h. 3.
2
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Cet. III; Tangerang: Lentera Hati, 2005), h. 11.
3
Rachmat Syafe’I, Pengantar Ilmu Tafsir (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 227.
2

Berdasarkan latar belakang di atas, pemakalah dapat merumuskan masalah

sebagai berikut;

1. Bagaimana pengertian Nakirah dan Ma’rifah?

2. Kaidah apa saja yang berhubungan dengan Nakirah dan Ma’rifah?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ma’rifah dan Nakirah

1. Pengertian Ma’rifah
3

Kata ma’rifah dalam bahasa Arab berarti kata yang menunjuk pada

sesuatu yang sudah jelas dan terbatas pada suatu pengertian. 4 Dan bisa juga

diartikan sebagai ism yang sudah jelas bendanya (sudah tertentu/jelas)}.5

Sedangkan dalam Mu’jam Maqa>yis{ al-Lughah, kata ma’rifah berasal dari kata

‫عرفا او معرفة‬-‫يعرف‬-‫ عرف‬yang artinya diam dan tenang 6


atau berarti mengetahui7

atau sesuatu yang dicapai dari padanya.8 Jadi dapat dikatakan bahwa yang

dimaksud ma’rifah ialah nama yang menunjuk kepada sesuatu yang telah

diketahui seperti kata Muhammad ( ‫)محمّد‬ /muhammad dan al-Tilmi>dz ( ‫)التلميذ‬


/murid itu.

Ma’rifah bisa diketahui apabila termasuk salah satu ciri sebagai berikut;9

a. Al-D{ama>ir (‫)الضامئر‬
Al-D}ama>ir (‫ )الضامئر‬ialah kata ganti nama, baik d}ami>r mutakallim

(pembicara), mukha>t}ab (orang kedua) ataupun gha>ib (orang ketiga)10. Seperti

huwa ( ‫)هو‬/dia (maskulin), hiya (‫)يه‬/dia (feminim), anta (‫)انت‬/kamu (maskulin),


anti (‫)انت‬/kamu (feminim), ana (‫)اان‬/saya atau nah}nu (‫)حنن‬/kami.

Contoh penggunaan kata ganti dalam al-Qur’an seperti QS al-Hijr/15:9

َ ‫اَّن حَن ْ ُن نَ َّزلْنَا ِّاذل ْك َر َو اَّن لَ ُه لَ َحا ِف ُظ‬


‫ون‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
Terjemahnya:

4
Syaikh Mus}t}afa> al-Galayaini, Ja>mi’ al-Duru>s al-‘Arabiyyah (Beiru>t; Da>r al-
Fikr, 2007), h. 96.
5
Annur Rofiq bin Gufron, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab (Cet. XIII; Jawa
Timur: Yayasan al-Qur’an al-Islami, 2014), h. 15.
6
Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>’ al-Quzainiy al-Ra>ziy, Mu’jam Maqa>yi>s al-
Lugah, Juz IV (t.tp; Da>r al-Fikr, 1979), h. 281.
7
Muh}ammad ibn Mukrim ibn ‘Aliy Abu> al-Fad}l Jama>l al-Di>n ibn Manz}u>r,
Lisa>n al-‘Arab V (Cet III;Beiru>t; Da>r S}a>dir, 1414), h. 236.
8
Louis Ma’luf, al-Munjid Fi> al-Lughah wa al-I’lam (Cet. XXIX; Beirut: Da>r al-
Masyriq, t.th), h. 500.
9
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 48-49.
10
Jalaluddi>n al-suyu>ti al-Syafi’i>, al-Itqa>n Fi> ‘Ulu>m al-Qur’an, Juz I (Cet. I;
Beirut: al-Kutub al-Siqafiyyah, 1996), h. 557.
4

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya


Kami benar-benar memeliharanya.11
Ketika orang mukmin merasa khawatir dan resah akan kemurnian dan

kesucian al-Qur’an dari hal-hal yang bisa membuat adanya perubahan di

dalamnya seperti yang terjadi pada kitab-kitab suci terdahulu, maka ayat ini

ditegaskan dengan huruf taukid inna dan disandarkan kepada kata ganti

mutakallim “na” diulangi dengan kata “nah}nu” untuk menenangkan hati orang

mukmin dan memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Qur’an

selama-lamanya karena Allah yang menurunkan begitupula akan menjaganya.12

b. ‘Alam ( ‫)عمل‬
‘Alam ( ‫)عمل‬/tanda yakni kata yang telah dikenal luas bagi sesuatu (yang
jelas zatnya seperti nama kota yang terkenal (Jakarta atau Mekah), nama orang

(Ahmad atau Aisyah), Gunung (Bromo atau Rinjani), dll.13

Contoh penggunaan Alam ( ‫)عمل‬/tanda dalam al-Qur’an dengan fungsi untuk


menghadirkan pemilik nama itu dalam benak pendengar dengan cara

menyebutkan namanya untuk menghinakan seperti QS al-Lahab/111:114

‫تَب َّ ْت يَدَ ا َأيِب لَه ٍَب َوت ََّب‬

Terjemahnya:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia.15
Kata Abi> Lahab ( ‫ )َأيِب لَه ٍَب‬dalam ayat di atas ditujukan untuk menghina
dan merendahkan Abu Lahab sekaligus juga berfungsi sebagai kina>yah

11
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris (Jawa Barat: Cipta Bagus Segara, 2012), h. 262.
12
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi
(Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 172-173.
13
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 49. Lihat juga Annur Rofiq bin Gufron,
Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, h. 18.
14
Syaikh Manna’ al-Qaththan, Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 246.
15
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, 603.
5

(sindiran) terhadap dirinya. Dan juga di dalamnya terkandung pula arti bahwa

Abu Lahab merupakan simbol neraka jahanam.16

Penggunaan‘Alam ( ‫)عمل‬/tanda dalam al-Qur’an dengan fungsi untuk

menghadirkan pemilik nama itu dalam benak pendengar dengan cara

menyebutkan namanya yang khas, menghormati atau memuliakannya seperti QS

al-Fath}/48:2917\
ُ ‫ْ ُم َح َّم ٌد َر ُس‬
…‫ول‬
Terjemahnya:
Muhammad adalah utusan Allah...18
Nama Nabi Muhammad saw. yang disebutkan pada awal ayat di atas

merupakan bentuk ism ‘alam sehingga menjadikan kehadiran beliau sangat

melekat dalam hati pendengar.

Penggunaan‘Alam ( ‫)عمل‬/tanda dalam lafzul jala>lah seperti QS al-

Ikhla>s}/112:1-2

َّ ُ ‫ اهَّلل‬. ‫قُ ْل ه َُو اهَّلل ُ َأ َح ٌد‬


ُ‫الص َمد‬
Terjemahnya:
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah tempat
meminta segala sesuatu.19
Rahasia dan tujuan ungkapan lafzul jalalah “Allah” dalam ayat ini yang

merupakan salah satu bentuk kata ma’rifah yaitu ‘alam adalah untuk menjawab

dan menentang terhadap orang-orang yang ingkar akan keesaan Allah swt.

Sehingga konteks ayat ini menghendaki penggunaan lafzul jala>lah yang

menggambarkan kekuasaan dan kebesaran Allah swt. bukan dengan kata yang lain

16
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an Intisari Kitab
al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 105.
17
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni (Cet. I; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 246.
18
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 515.
19
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, 604.
6

seperti “Rabb” karena makna yang terkandung menghendaki penyebutan lafzul

jala>lah.20

c. Ism al-Isya>rah ( ‫)امس الاشارة‬


Ism al-Isya>rah (‫)امس الاش ارة‬/kata penunjuk/tunjuk21yakni lafal yang

mengandung makna isyarat.22 Baik kata penunjuk itu jauh maupun dekat seperti

ha>z|a> ( ‫)هذا‬/ini (penunjuk dekat), z|a>lika (‫)ذاكل‬/itu (penunjuk jauh), ha>z|


ihi> (‫)ه ذه‬/ini (jamak penunjuk dekat), tilka ( ‫)تكل‬/itu (jamak penunjuk jauh),

huna> (‫)هنا‬/di sini atau huna>ka (‫ )هناك‬dan huna>lika (‫ )هناكل‬/di sana. 23

Adapun fungsi penggunaan ism isya>rah yaitu24

1. Untuk menjelaskan bahwa sesuatu yang ditunjuk itu dekat seperti QS

Luqma>n/31:11 dan QS al-Isra>/17:9

…‫ه ََذا َخلْ ُق اهَّلل ِ فََأ ُرويِن َما َذا َخلَ َق اذَّل ِ َين ِم ْن ُدو ِن ِه‬
Terjemahnya:
Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah
diciptakan oleh (sesembahanmu) selain Allah...25
Kata ‫ ه ََذا‬dalam ayat di atas menunjukkan bahwa sesuatu yang ditunjuk itu
dekat sehingga untuk memahami hal yang dimaksud menjadi mudah.

…‫َّن ه ََذا الْ ُق ْرآ َن هَي ْ ِدي ِللَّيِت يِه َ َأ ْق َو ُم‬


‫ِإ‬
Terjemahnya:
Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus…26

20
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
173.
21
Achmad Mufid, Belajar Bahasa Arab dari Nol sampai Mahir (Cet. I; Yogyakarta: Suka
Buku, 2013), h. 43.
22
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 49.
23
Annur Rofiq bin Gufron, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, h. 17.
24
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 246.
25
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, 411.
26
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 283.
7

Konteks ayat di atas adalah al-Qur’an sebagai petunjuk dan hidayah

kepada jalan lurus sehingga ditunjuk dalam ayat ini dengan kata tunjuk ‫ ه ََذا‬yang
menunjuk pada sesuatu yang dekat dengan tujuan sebagai bentuk pengagungan

terhadap al-Qur’an dan memberi isyarat akan manfaatnya yang dekat bagi yang

ingin mengambil manfaat dari al-Qur’an. Semakin dekat petunjuk itu maka akan

semakin mudah dan lebih berhasil dalam memberi petunjuk.27

2. Untuk menjelaskan keadaannya dengan menggunakan isyarat tunjuk jauh

seperti QS al-Baqarah/2:5

...‫أُول َ ِئ َك عَىَل هُدً ى ِم ْن َرهِّب ِ ْم‬


Terjemahnya:
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhan-Nya…28
3.Dengan maksud menghinakan, maka menggunakan ism isya>rah dekat

seperti QS al-‘Ankabu>t/29:64

…‫َو َما َه ِذ ِه الْ َح َيا ُة ادلُّ نْ َيا اَّل لَه ٌْو َولَ ِع ٌب‬
‫ِإ‬
Terjemahnya:
Dan kehidupan dunia ini hanya menjadi gurau dan permainan…29
4.Dengan maksud memuliakan dengan memakai ism isya>rah jauh seperti QS

al-Baqarah/2:2

ُ َ‫َذكِل َ ْال ِكت‬


…‫اب اَل َريْ َب ِفي ِه‬
Terjemahnya:
Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya...30
d. Ism Maus}u>l ( ‫)امس موصول‬

27
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
176.
28
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 2.
29
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 404.
30
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 2.
8

Ism Maus}u>l ( ‫)امس موصول‬/kata ganti penghubung atau sambung. Seperti


al-Laz|i>na (‫)اذلين‬, al-Laz|i> (‫)اذلي‬, al-Lati> (‫ )اليت‬. 31

Adapun fungsi dari ism maus}u>l yaitu32

1.Karena tidak disukainya menyebutkan nama sebenarnya untuk menutupinya

atau disebabkan hal lain. Seperti QS al-Ah}qa>f/46:17 dan QS

Yu>suf/12:23

…‫َواذَّل ِ ي قَا َل ِل َوادِل َ يْ ِه ُأ ّ ٍف لَمُك َا‬


Terjemahnya:
Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya “ah”…33
…‫َو َر َاو َدتْ ُه الَّيِت ه َُو يِف بَيْهِت َا َع ْن ن َ ْف ِس ِه‬
Terjemahnya:
Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda
dirinya…34
Ayat ini menceritakan tentang istri Raja yang bernama Zulaikha, namun

tidak menyebut langsung namanya dan juga tidak menyebut kedudukannya, tetapi

menggambarkannya dengan menggunakan ism maus}u>l ( ‫)اليت‬. Penggunaan kata


sambung tersebut menyimpan maksud begitu dalam.

Selain itu, penyebutan ism maus}u>l dalam ayat ini untuk menghindari

penyebutan nama atau penisbahan kepada raja, karena perbuatan tersebut

bukanlah perbuatan yang terpuji, sehingga lidah terasa kaku untuk menyebutkan

nama pelakunya atau menyebutkan nama raja yang memiliki kedudukan yang

mulia.35

2.Untuk menunjukkan arti umum. Seperti QS al-‘Ankabu>t/29:69

31
Annur Rofiq bin Gufron, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, h. 17.
32
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 246-247.
33
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 504.
34
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 238.
35
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
174-175.
9

...‫َواذَّل ِ َين َجا َهدُ وا ِفينَا لَهَن ْ ِديَهَّن ُ ْم ُس ُبلَنَا‬


:Terjemahnya
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami
akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami...36
3.Untuk meringkaskan kalimat. Seperti QS al-Ah}za>b/33:69

…‫اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُوا اَل تَ ُكون ُوا اَك ذَّل ِ َين آ َذ ْوا ُموىَس فَرَب َّ َأ ُه اهَّلل ُ ِم َّما قَالُوا‬
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang
yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-
tuduhan yang mereka lontarkan…37
Kata ‫اذلين‬ dalam ayat di atas menunjukkan sebuah ringkasan kalimat

karena seandainya kata nama-nama orang yang mengatakan itu disebutkan

niscaya pembicaraan kalimatnya menjadi panjang.

e. Al-Muh{alla bi’al ( ‫)احملل ابل‬


Al-Muh{alla bi’al (‫ )احملل ابل‬yakni yang awal lafalnya dimulai dengan al (

‫ )ال‬. 38
Seperti kata al-T}a>lib (‫)الطالب‬, al-Kita>b (‫ )الكتاب‬atau al-Ma’had ( ‫املعه‬

‫)د‬. 39

Adapun fungsi dari al-Muh{alla bi’al yaitu40

1. Untuk menunjukkan sesuatu yang telah diketahui, karena telah disebutkan

(Alif lam ma’hu>d z|ikri>). Seperti QS al-Nu>r/24:35

… ‫الس َم َاو ِات َواَأْل ْر ِض َمث َُل ن ُِور ِه مَك ِ ْشاَك ٍة ِفهيَا ِم ْص َب ٌاح الْ ِم ْص َب ُاح يِف ُز َجا َج ٍة‬
َّ ‫اهَّلل ُ ن ُُور‬
Terjemahnya:
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-
Nya seperti lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu ada di dalam tabung kaca …41

36
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 404.
37
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 427.
38
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 49.
39
Annur Rofiq bin Gufron, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, h. 15.
40
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 247.
41
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 354.
10

Kata ( ‫ )الْ ِم ْص َب ُاح‬pada ayat di atas sama yang dimaksud dengan kata (‫) ِم ْص َب ٌاح‬
pada kata sebelumnya. Hal ini dapat dipahami dari penggunaan alif lam pada kata

al-Mis}ba>h pada kata kedua.

2. Untuk menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui bagi benak pendengar

(alif lam ma’hu>d z|ihni>). Seperti dalam QS al-Taubah/9:40


…‫اَّل تَ ْنرُص ُ و ُه فَ َقدْ نَرَص َ ُه اهَّلل ُ ْذ َأخ َْر َج ُه اذَّل ِ َين َك َف ُروا اَث يِن َ اثْنَنْي ِ ْذ مُه َا يِف الْغ َِار‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
Terjemahnya:
Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam
gua…42
Kata ( ‫)الغ ار‬ dalam ayat di atas menunjuk kepada gua S|u>r, tempat

Rasulullah bersama Abu Bakar ketika keduanya dikejar oleh kafir Quraisy

sewaktu hijrah ke Madinah. Itu sebabnya kata ( ‫)الغار‬ diterjemahkan dengan gua S|

u>r.

3. Untuk menunjuk yang sudah diketahui karena kehadirannya pada saat itu

(alif lam ma’hu>d h}uduri>). Seperti dalam QS al-Ma>idah/5:3

… ْ ‫…الْ َي ْو َم َأمْك َلْ ُت لَمُك ْ ِدينَمُك‬


Terjemahnya:
…Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu…43
Kata hari ini yang dimaksud dalam ayat ini ialah hari Arafah. Hal ini

‫ال‬
dipahami dari ( ) yang digunakan pada kata ( ‫ )الْ َي ْو َم‬karena ayat di atas diturunkan
pada hari Arafah ketika Nabi bersama para sahabatnya menunaikan ibadah haji.

4. Untuk mencakupi semuanya (alif lam li istigra>q al-afra>d jinsiyyah).

Seperti dalam QS al-‘As}r/103:2

ٍ ‫َّن ا ن ْ َس َان ل َ ِفي ُخرْس‬


‫ِإ ِإْل‬
Terjemahnya:

42
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 193.
43
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 107.
11

Sungguh, manusia berada dalam kerugian.44


Maksud pada kata ( ‫)ا ن ْ َس َان‬/manusia pada ayat di atas mencakup seluruh
‫ِإْل‬
jenis manusia baik laki-laki dan perempuan. Pada akhirnya semua manusia akan

merugi, selain mereka yang dikecualikan oleh Allah.45

5. Untuk mencakup kekhususan satuannya (alif lam li istigra>q khas}a>is}

al-afra>d). Seperti dalam QS al-Baqarah/2:2

ُ َ‫َذكِل َ ْال ِكت‬


…‫اب اَل َريْ َب ِفي ِه‬
Terjemahnya:
Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya...46
6.Untuk menerangkan esensi/hakikat dan jenis (alif lam al-mahiyah wa al-

haqi>qah wa al-jinsi). Seperti dalam QS al-Anbiya>/21:30

…‫…و َج َعلْنَا ِم َن الْ َما ِء لُك َّ يَش ْ ٍء‬


َ
Terjemahnya:
…Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air…47
f. Al-Mud}a>f ila> al-Ma’rifah ( ‫)املضاف اىل املعرفة‬
Al-Mud}a>f ila> al-Ma’rifah (‫)املض اف اىل املعرفة‬ yakni kata yang

disandarkan kepada sesuatu yang bersifat ma’rifah.48Seperti kita>bu mu>sa> ( ‫كتا‬


‫)ب موىس‬/kitabnya Nabi Musa, Qalam Muh}ammad ( ‫)قمل محمد‬/polpennya
Muhammad atau sayya>ratu muh}ammad ( ‫)س ياره محمد‬/mobilnya Muhammad. 49

Seperti dalam QS al-Isra>/17:1

… ‫ُس ْب َح َان اذَّل ِ ي َأرْس َ ى ِب َع ْب ِد ِه لَ ْياًل‬

Terjemahnya:

44
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 601.
45
Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Tafsir (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2010), h. 50.
46
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 2.
47
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 324.
48
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 49.
49
Annur Rofiq bin Gufron, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, h. 19.
12

Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad)


pada malam hari…50
Dalam ayat tersebut tidak disebutkan nama Rasulullah secara langsung

tetapi disebut dengan kata ‘abdi yang disandarkan kepada kata ganti hi yang

merujuk kepada Allah swt. yang mengisyaratkan keagungan Muhammad saw.

Sebagai hamba Allah swt. Makna tersebut tidak dapat dirasakan jika langsung

disebutkan nama beliau saw.51

g. Al-Muna>da> ( ‫)املنادي‬
Al-Muna>da> (‫ )املن ادي‬yaitu kata yang mengandung makna panggilan.

Seperti ya> Rajul (‫)ايرجل‬/wahai laki-laki. 52

2. Pengertian Nakirah

Nakirah merupakan lawan dari ma’rifah yang berarti nama yang belum

jelas bendanya (masih umum)53 atau tak tentu.54 Jadi nakirah ialah kata yang

menunjukkan pada sesuatu secara umum tanpa memberikan batasan yang jelas

dan tegas peruntukannya.55

Ism nakirah bercirikan dengan tanwin (dua dammah, dua fathah atau dua

kasrah.56Adapun penggunaan nakirah mempunyai beberapa fungsi sebagai

berikut;57

a. Menunjukkan arti satu atau sesuatu yang belum jelas batasannya. Seperti

dalam QS al-Qas}as{/28:20 atau QS Ya>si>n/36:20

50
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 282.
51
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
178.
52
Rofiq bin Gufron, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, h. 15.
53
Rofiq bin Gufron, Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab, h. 15.
54
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Cet. XIV;
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1461.
55
Mus{tafa al-Gulayaini, Jami’u al-Durus al-‘Arabiyyah, h. 278.
56
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
171.
57
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
179-181. Lihat juga Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur
Rafiq El-Mazni, h. 245-246. Lihat juga Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-
Ilmu al-Qur’an Intisari Kitab al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar, h. 101-104.
13

…‫َو َج َاء َر ُج ٌل ِم ْن َأ ْقىَص الْ َم ِدينَ ِة ي َْس َعى‬


Terjemahnya:
Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota...58
…‫َو َج َاء ِم ْن َأ ْقىَص الْ َم ِدينَ ِة َر ُج ٌل ي َْس َعى‬
Terjemahnya:
Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki dengan bergegas...59
Kata rajulun ( ‫ ) َر ُج ٌل‬dalam ayat di atas menunjukkan bahwa yang datang
adalah seorang laki-laki bukan dua orang atau lebih atau bukan seorang

perempuan.60

b. Untuk menunjukkan jenis atau macam. Seperti QS al-Baqarah/2:7 dan 96.

...ٌ‫ َوعَىَل َأبْ َص ِارمِه ْ ِغشَ َاوة‬...


Terjemahnya:
Dan pada penglihatan mereka ada penutup...61
Kata gisya>watun ( ‫ ) ِغ َش َاوة‬menunjukkan semacam penutup aneh yang

tidak dikenal oleh manusia. Penutup itu dapat menghalangi penglihatan seseorang

yang tidak dapat dilakukan oleh jenis penutup lainnya.62

...‫َولَ َتجِ دَ هَّن ُ ْم َأ ْح َر َص النَّ ِاس عَىَل َح َيا ٍة‬


Terjemahnya:
Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang
Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia)...63

58
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 387.
59
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 441.
60
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
179.
61
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 3.
62
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an Intisari Kitab
al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar, h. 102.
63
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 15.
14

Kata haya>tin ( ‫ ) َح َيا ٍة‬menunjukkan satu macam kehidupan dengan bekerja


keras menuntut tambahan untuk masa depan, sebab keinginan itu bukan terhadap

masa lalu atau masa sekarang.64

c. Menunjukkan kedua-duanya (satu dan jenis/macam) sekaligus. Seperti QS al-

Nu>r/24:45

…‫َواهَّلل ُ َخلَ َق لُك َّ دَاب َّ ٍة ِم ْن َما ٍء‬


Terjemahnya:
Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dan air…65
Kata da>bbah ( ‫)دَاب َّ ٍة‬ dan ma> ( ‫)مَا ٍء‬ menunjukkan bahwa Allah

menciptakan setiap macam—dari macam-macam binatang melata—dari satu

macam dari macam-macam air, setiap individu—dari individu-individu binatang

melata—dari satu individu dari individu-individu sperma.66

d. Menunjukkan arti memuliakan atau membesarkan (agung), dalam arti sesuatu

itu terlalu mulia untuk dibatasi dan diperinci. Seperti QS al-Baqarah/179 dan

279

…‫َولَمُك ْ يِف الْ ِق َص ِاص َح َيا ٌة‬


Terjemahnya:
Dan dalam qisas itu ada (jaminan) kehiduan bagimu…67
Hukuman qisas bagi pelaku pembunuhan menandakan bahwa nyawa dan

kehidupan seseorang itu sangat berharga. Setidaknya dengan adanya hukuman

tersebut akan menjamin kelangsungan hidup umat manusia. Untuk

mengisyaratkan makna tersebut, al-Qur’an menggunakan kata haya>tun ( ‫) َح َيا ٌة‬


dalam bentuk nakirah sehingga dapat dipahami bahwa pesan dalam ayat ini

64
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 245.
65
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 356.
66
Tengku Muahammad Hasbi As-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Edisi Ketiga (Cet. VII;
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2014), h. 275.
67
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 27.
15

menunjukkan bahwa kehidupan itu merupakan sesuatu yang kecil yang agung dan

sangat berharga.68

…‫فَ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَْأ َذن ُوا حِب َ ْر ٍب‬


‫ِإ‬
Terjemahnya:
Jika kamu tidak melaksanakannya maka umumkan perang…69
Kata bih{arbin ( ‫)حِب َْر ٍب‬ pada ayat di atas menunjukkan perang dalam

bentuk apa saja70 atau peran besar.71

e. Menunjukkan arti banyak dan melimpah. Seperti dalam QS al-Syu’ara>/26:41

…‫…َأئِ َّن لَنَا لََأ ْج ًرا‬


Terjemahnya:
…Apakah kami benar-benar akan mendapatkan imbalan yang besar…?72
Kata ajran ( ‫)َأ ْج ًرا‬ menunjukkan imbalan/upah yang melimpah dan

setimpal.73

f. Menunjukkan arti memuliakan dan banyak. Seperti dalam QS Fa>tir/35:4

… َ ‫َو ْن يُ َك ِّذبُوكَ فَ َقدْ ُك ِّذب َ ْت ُر ُس ٌل ِم ْن قَ ْبكِل‬


‫ِإ‬
Terjemahnya:
Dan jika mereka mendustakan engkau (setelah engkau beri peringatan)
maka sungguh rasul-rasul sebelum engkau telah didustakan pula…74
Kata rusulun ( ‫ ) ُر ُس ٌل‬pada ayat di atas menunjukkan rasul-rasul yang mulia
dan banyak jumlahnya.75

68
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
180-181.
69
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 47.
70
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an Intisari Kitab
al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar, h. 103.
71
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 245.
72
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 369.
73
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 245.
74
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 435.
75
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 245.
16

g. Menunjukkan arti sedikit atau kecil. Seperti dalam QS al-Taubah/9:71

… ُ ‫…و َِرضْ َو ٌان ِم َن اهَّلل ِ َأ ْكرَب‬


Terjemahnya:
…dan keridaan Allah lebih besar…76
Kata rid{wa>nun ( ٌ‫ ) ِرضْ َوان‬pada ayat di atas menjelaskan bahwa keridaan
Allah walaupun sedikit, itu lebih besar nilainya daripada surga karena keridaan

adalah pangkal kebahagiaan.77

h. Menunjukkan arti menghinakan yakni menjatuhkan keadaanyya sampai batas

yang tidak mungkin dapat digambakan. Seperti dalam QS ‘Abasa/80:19

‫ِم ْن ن ُْط َف ٍة َخلَ َق ُه فَ َقدَّ َر ُه‬


Terjemahnya:
Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya.78
Kata nut}fah ( ‫)ن ُْطفَ ٍة‬ pada ayat di atas dalam bentuk nakirah

mengisyaratkan makna dan pesan bahwa setetes mani merupakan sesuatu yang

kecil, olehnya itu seharusnya mereka menyadari akan hal itu dan malah tidak

merasa angkuh dan sombong yang menyebabkan mereka kufur dan ingkar

terhadap pencipta-Nya. 79

Selain itu, Ibn Nasir Sa’adi mengatakan bahwa apabila terletak ism

nakirah sesudah kata peniadaan (al-nafi>), larangan (al-nahi>), syarat (al-syart})

dan pertanyaan (istifha>m) maka hal itu menunjukkan kepada keumuman.80

Contoh nakirah yang dinafikan ketika menyebutkan sifat hari kiamat

seperti dalam QS al-Infit}a>r/82:19

…‫ي َ ْو َم اَل تَ ْمكِل ُ ن َ ْف ٌس ِلنَ ْف ٍس َشيْئًا‬


76
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 198.
77
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 246. Lihat juga Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an
Intisari Kitab al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar, h. 104.
78
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 585.
79
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi, h.
181.
80
Mardan, Al-Qur’an Sebuah Pengantar (Cet. IX; Jakarta: Mazhab Ciputat, 2014), h. 357.
17

Terjemahnya:
(yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong
orang lain…81
Kata syay’a> ( ‫ ) َشيْئًا‬yang terdapat pada ayat di atas merupakan nakirah
yang dinafikan maka ia menunjuk pengertian umum yaitu pada hari kiamat

apapun tidak dapat diberikan kepada orang lain, baik sesuatu yang berguna

ataupun yang dapat menghindarkan bahaya siksa yang akan menimpa orang lain.82

Adapun contoh nakirah dalam konteks larangan dalam QS al-Nisa>/4:36

…‫َوا ْع ُبدُ وا اهَّلل َ َواَل تُرْش ِ ُكوا ِب ِه َشيْئًا‬


Terjemahnya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun…83
Larangan mempersekutukan Allah swt. dalam ayat ini mencakup segala

sesuatu yang mengandung unsur syirik baik berbentuk niat, perkataan, perbuatan,

maupun syirik besar, kecil, nyata maupun tersembunyi.84

Adapun contoh nakirah yang diungkapkan dalam bentuk istifha>m

(dipertanyakan) seperti dalam QS Fa>t}ir/35:3

…‫الس َما ِء َواَأْل ْر ِض اَل هَل َ اَّل ه َُو‬


َّ ‫…ه َْل ِم ْن خَا ِل ٍق غَرْي ُ اهَّلل ِ يَ ْر ُزقُمُك ْ ِم َن‬
‫ِإ ِإ‬
Terjemanhnya:
…Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada
kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia…85
Ayat ini mengandung arti bahwa hanya Allah yang memberi rezeki kepada

makhluknya.86

B. Kaidah-Kaidah Ma’rifah dan Nakirah

81
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 587.
82
Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Tafsir, h. 54-55.
83
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 84.
84
Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Tafsir, h. 56.
85
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 434.
86
Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Tafsir, h. 57.
18

Apabila terjadi pengulangan ism, maka akan bisa terjadi empat

kemungkinan keadaan masing-masingnya membawa konsekuensi makna berbeda.

Dalam konteks ma’rifah dan nakirah para pakar mengemukakan rumusan kaidah

yang dapat diterapkan pada umumnya ayat-ayat al-Qur’an, yaitu87

1.Ma’rifah-Ma’rifah (Kedua-duanya Ma’rifah)

Pengulangan kata yang sama dalam satu rangkaian kalimat yang keduanya

dalam bentuk ma’rifah, maka itu,—secara umum—mengandung makna bahwa

yang kedua sama dengan yang pertama. 88 Sebab alif lam yang terdapat pada awal

ism dan bentuk id}afah pada awalanya mengandung arti sesuatu yang telah

disebutkan terdahulu.89

Contoh kaidah ini yaitu dalam QS al-Fa>tih}ah/1:6-7

ِ ُ‫ رِص َ َاط اذَّل ِ َين َأنْ َع ْم َت عَلَهْي ِ ْم غَرْي ِ الْ َمغْض‬. ‫ا ْه ِداَن الرِّص َ اطَ الْ ُم ْس َت ِق َمي‬
‫وب عَلَهْي ِ ْم َواَل الضَّ ا ِل ّ َني‬
Terjemahnya:
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.90
Lafal s}ira>t} ( ‫ )رِص َ َاط‬yang pertama dima’rifahkan dengan al (‫)ال‬ dan

lafal s}ira>t} ( ‫ )رِص َ َاط‬yang kedua dima’rifahkan dengan id}a>fah kepada ism
maus}u>l (‫)امس املوص ول‬. Sehingga lafal s}ira>t} (‫اط‬ َ َ ‫ )رِص‬yang pertama
mengandung makna yang sama dengan lafal yang kedua.91

Namun, kaidah ini tidak selalu demikian, tetapi kebanyakan demikian itu

halnya. Misalnya dalam QS al-Rah}ma>n/55:60 atau QS al-Insa>n/76:1-2


87
M. Rusydi Khalid, Qawa’id al-Tafsir: Kaidah-kaidah untuk Menafsirkan al-Qur’an
(Cet. I; Makassar; Alauddin University Press, 2013), h. 15-18. Lihat juga Muhammad bin Alawi
al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an Intisari Kitab al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj.
Rosihan Anwar, h. 108-116. Lihat juga Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-
Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mazni, h. 247-248. Lihat juga M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h.
49-52.
88
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 49.
89
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an Intisari Kitab
al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar, h. 108.
90
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 1.
91
Rusydi Khalid, Qawa’id al-Tafsir: Kaidah-kaidah untuk Menafsirkan al-Qur’an, h. 16.
19

.‫ه َْل َج َزا ُء ا ْح َس ِان اَّل ا ْح َس ُان‬


‫ِإ ِإْل‬ ‫ِإْل‬
Terjemahnya:
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).92
Kata al-Ih}sa>n ( ِ‫)ا ْح َس ان‬ terulang dua kali, keduanya dalam bentuk
‫ِإْل‬
ma’rifah. Tetapi, kata al-Ih}sa>n yang pertama mengandung ih}san duniawi,

sedang yang kedua merupakan balasannya adalah kenikmatan ukhrawi. Tentu

duniawi berbeda dengan yang ukhrawi. Namun demikian, sebagai patokan umum

kaidah itu dapat digunakan.93


ْ ‫هَل َأىَت عَىَل ا ن ْ َس ِان ِح ٌني ِم َن ادلَّ ْه ِر لَ ْم يَ ُك ْن َش يْئًا‬
‫ اَّن َخلَ ْقنَا ا ن ْ َس َان ِم ْن ن ُْطفَ ٍة‬.‫مَذ ُك ًورا‬ ْ
‫ِإْل‬ ‫ِإ‬ ‫ِإْل‬
...ٍ‫َأ ْمشَ اج‬
Terjemahnya:
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia
ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya
kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang
kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan)…94
Kata al-insa>n ( ‫ )الانسان‬pada ayat di atas terulang dua kali dalam bentuk
ma’rifah. Jika kita mengkuti kaidah maka seharusnya maksudnya sama namun

dalam ayat ini kata al-insa>n memiliki maksud berbeda, yang pertama yang

dimaksud adalah Adam, sedangkan yang dimaksud oleh kata al-insa>n ( ‫)الانسان‬
yang kedua adalah keturunannya.95

2.Nakirah-Nakirah (Kedua-duanya Nakirah)

Jika kedua-duanya nakirah, maka yang kedua biasanya menunjukkan

bahwa yang pertama bukan yang kedua.96

92
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 533.
93
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 51-52.
94
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 578.
95
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an Intisari Kitab
al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar, h. 113.
96
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 247.
20

Contoh kaidah ini yaitu dalam QS al-Insyirah}/94:5-6 atau QS al-

Ru>m/30:54

‫ َّن َم َع الْعُرْس ِ يُرْس ً ا‬. ‫فَ َّن َم َع الْعُرْس ِ يُرْس ً ا‬


‫ِإ‬ ‫ِإ‬
:Terjemahnya
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.97
Ayat di atas menggunakan bentuk ma’rifah untuk kata al-‘Usr (

ِ ‫)الْعُرْس‬/kesulitan, sedang kata yusran ( ‫يُرْس ً ا‬ ) berbentuk nakirah. Ini berarti

kesulitan pada kata pertama sama dengan kedua. Sedangkan kemudahan yang

disebut pada kata yusran pertama berbeda dengan kemudahan pada kata yusran

kedua, sehingga ini berarti bahwa setiap ada satu kesulitan, maka di celahnya

bersamanya ada dua kemudahan.98

…‫اهَّلل ُ اذَّل ِ ي َخلَ َقمُك ْ ِم ْن ضَ ْع ٍف مُث َّ َج َع َل ِم ْن ب َ ْع ِد ضَ ْع ٍف ُق َّو ًة مُث َّ َج َع َل ِم ْن ب َ ْع ِد ُق َّو ٍة ضَ ْع ًفا َو َشيْ َب ًة‬
Terjemahnya:
Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian
dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali)…99
Dalam hal ini pada umumnya kata nakirah yang kedua dan selanjutnya

memiliki makna yang berbeda dengan kata nakirah yang pertama. Di dalam ayat

‫)ضَ ْع ٍف‬/kelemahan berulang sampai tiga kali, yang dimaksud


itu ada kata d}a’f (

dengan kata d}a’f (‫ض ْع ٍف‬َ ) pertama adalah nuthfah, yang kedua adalah kanak-
kanak dan yang ketiga adalah kelemahan pada usia bangka. 100

Lagi-lagi tidak selalu demikian namun kebanyakan seperti itu. Misalnya

dalam QS al-Zukhru>f/43:84

.‫الس َما ِء هَل ٌ َويِف اَأْل ْر ِض هَل ٌ َوه َُو الْ َح ِك ُمي الْ َع ِل ُمي‬
َّ ‫َوه َُو اذَّل ِ ي يِف‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
97
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 596.
98
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 50.
99
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 410.
100
Rusydi Khalid, Qawa’id al-Tafsir: Kaidah-kaidah untuk Menafsirkan al-Qur’an, h. 16-
17.
21

:Terjemahnya
Dan dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah)
di bumi dan Dia-lah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.101
ٌ ‫هَل‬
Pada ayat di atas kata ila>h ( ) berulang dua kali, sekali dalam kaitannya
‫ِإ‬
al-sama> ( ‫الس َما ِء‬
َّ )/langit dan dikali kedua dalam kaitannya dengan al-ard} (

‫)اَأْل ْر ِض‬/bumi. Jika kaidah di atas diterapkan, maka itu dapat berarti bahwa Tuhan
yang di langit berbeda dengan Tuhan di Bumi. Karena itu, salah satu jalan keluar

yang diberikan oleh pakar adalah memahami kata ila>h dalam arti “Ketuhanan”

bukan “Tuhan”.

3.Nakirah-Ma’rifah (Kata Pertama Nakirah dan Kata Kedua Ma’rifah)

Apabila yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua

itu adalah yang pertama karena sudah diketahui (ism kedua adalah yang dimaksud

ism pertama).102

Contoh kaidah ini seperti dalam QS al-Syu>ra>/42:41-42 dan QS al-

Muzammil/73:15-16

َ ‫ِيل عَىَل اذَّل ِ َين ي َ ْظ ِل ُم‬


…‫ون النَّ َاس‬ ُ ‫السب‬ ٍ ‫َول َ َم ِن انْ َترَص َ ب َ ْعدَ ُظلْ ِم ِه فَُأول َ ِئ َك َما عَلَهْي ِ ْم ِم ْن َسب‬
َّ ‫ِيل ِإ ن َّ َما‬
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya,
tidak ada satu dosapun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas
orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia...103

‫…َأ ْر َسلْنَا ىَل ِف ْر َع ْو َن َر ُسواًل فَ َعىَص ِف ْر َع ْو ُن َّالر ُسو َل فََأخ َْذاَن ُه َأ ْخ ًذا َو ِبياًل‬
‫ِإ‬
Terjemahnya:
…Sebagaimana kami Telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada
Fir'aun. Maka Fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu kami siksa dia dengan
siksaan yang berat.104

101
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 495.
102
Syaikh Manna’ al-Qaththan,Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-
Mazni, h. 248.
103
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 487.
104
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 574.
22

Lafal rasu>l ( ‫ول‬


َ ‫) َر ُس‬ yang pertama adalah nakirah dan yang kedua

ma’rifah, maka yang kedua sama dengan yang pertama yaitu sama-sama

menunjuk kepada Nabi Musa as.105

Sekali lagi bahwa kaidah ini tidak berlaku umum. Seperti dalam QS

Hu>d/11:52

‫…ويَ ِز ْدمُك ْ قُ َّو ًة ىَل ُق َّو ِتمُك ْ َواَل تَ َت َول َّ ْوا ُم ْج ِر ِم َني‬
َ
‫ِإ‬
Terjemahnya:
…Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah
kamu berpaling dengan berbuat dosa."106
Kata Quwwah ( ‫)قُ َّو ًة‬ terulang dua kali. Kata quwwah pertama adalah

nakirah sedangkan kata kedua yaitu ma’rifah. Jika kita mengikuti kaidah maka

seharusnya maknanya berbeda. Namun ternyata kata quwwah di sini mempunyai

makna yang berbeda. Kata quwwah pertama bermakna kekuatan spiritual

sedangkan kata quwwah kedua bermakna kekuatan fisik yang kamu miliki

sekarang.107

4.Ma’rifah-Nakirah (Kata Pertama Ma’rifah dan Kata Kedua Nakirah)

Jika ism yang pertama ma’rifah sedangkan ism yang kedua nakirah maka

pemaknaannya sangat bergantung pada qarinah (indikasi-indikasi) yang berada

pada ayat yang bersangkutan.108 Atau diperlukan pengamatan indikator untuk

merumuskan maknanya.109

Terkadang indikasi itu menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh ism

kedua bukanlah yang dimaksud oleh ism pertama. Contoh dalam QS

Ga>fir/40:53-54

َ َ‫َول َ َقدْ آتَيْنَا ُموىَس الْهُدَ ى َوَأ ْو َرثْنَا بَيِن رْس َ ائِي َل ْال ِكت‬
.‫ هُدً ى َو ِذ ْك َرى ُأِلويِل اَأْللْ َب ِاب‬.‫اب‬
105
‫ِإ‬
Rusydi Khalid, Qawa’id al-Tafsir: Kaidah-kaidah untuk Menafsirkan al-Qur’an, h. 17.
106
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 227.
107
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2011) , h. 652.
108
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an Intisari Kitab
al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar, h. 111.
109
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 50.
23

Terjemanhya:
Dan sesungguhnya telah kami berikan petunjuk kepada Musa dan kami
wariskan kepada Bani Israil. Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi
orang-orang yang berfikir.110
Kata al-huda> ( ‫ )الْهُدَ ى‬yang pertama ma’rifah maksudnya adalah petunjuk
yang diberikan kepada Nabi Musa dengan sempurna, baik itu agama, mukjizat dan

syariah sehingga langkah-langkahnya selalu dibawah bimbingan Allah.

Sedangkan kata al-huda> ( ‫ )الْهُدَ ى‬yang kedua nakirah maksudnya adalah sebagai
petunjuk bagi Ulul al-Ba>b, yakni orang-orang yang memiliki pikiran yang cerah

.111

Ada kalanya indikasi itu menunjukkan kesatuan makna. Misalnya QS al-

Zumar/39:27-28

َ ‫َول َ َقدْ رَض َ بْنَا ِللنَّ ِاس يِف ه ََذا الْ ُق ْرآ ِن ِم ْن لُك ِ ّ َمث ٍَل لَ َعلَّه ُْم ي َ َت َذكَّ ُر‬
ٍ‫ ق ُْرآاًن َع َر ِب ًّيا غَرْي َ ِذي ِع َوج‬.‫ون‬
. ‫ون‬ َ ‫لَ َعلَّه ُْم يَتَّ ُق‬
:Terjemannya
Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-Qur’an ini setiap
macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (ialah) Al-Qur’an
dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya
mereka bertakwa.112

110
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 473.
111
Rusydi Khalid, Qawa’id al-Tafsir: Kaidah-kaidah untuk Menafsirkan al-Qur’an, h. 18.
112
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata, Terjemah
Inggris, h. 461.
24

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.Ma’rifah ialah nama yang menunjuk kepada sesuatu yang telah diketahui

seperti kata Muhammad ( ‫ )محمّد‬al-Tilmi>dz (‫)التلميذ‬/murid itu. Adapun ciri-


ciri yang dapat membuat kita tahu bahwa ism ini Ma’rifah sepertid}ami>r,

ism maus}u>l, ‘alam, al-muna>dah, dll. Sedangkan nakirah ialah kata

yang menunjukkan pada sesuatu secara umum tanpa memberikan batasan

yang jelas dan tegas peruntukannya. Ism nakirah bercirikan dengan tanwin

(dua dammah, dua fathah atau dua kasrah. Seperti rajulun ( ‫) َر ُج ٌل‬.
2.Adapun kaidah-kaidah yang berhubungan dengan nakirah dan ma’rifah ada

empat yaitu pengulangan kata yang sama dalam satu rangkaian kalimat

yang keduanya dalam bentuk ma’rifah, maka itu, mengandung makna

bahwa yang kedua sama dengan yang pertama, jika kedua-duanya

nakirah, maka yang kedua biasanya menunjukkan bahwa yang pertama

bukan yang kedua, Apabila yang pertama nakirah dan yang kedua

ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama karena sudah diketahui

dan Jika ism yang pertama ma’rifah sedangkan ism yang kedua nakirah

maka pemaknaannya sangat bergantung pada qarinah (indikasi-indikasi)


25

yang berada pada ayat yang bersangkutan. Namun, kaidah di atas tidak

selalu demikian tapi paling tidak dapat menjadi patokan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Kari>m.
Agama RI, Kementerian. Al-Qur’an Tajwid Warna, Terjemah Per Kata,
Terjemah Inggris. Jawa Barat: Cipta Bagus Segara, 2012.
al-Galayaini, Syaikh Mus}t}afa>. Ja>mi’ al-Duru>s al-‘Arabiyyah. Beiru>t;
Da>r al-Fikr, 2007.
al-Hasni, Muhammad bin Alawi al-Maliki. Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an Intisari
Kitab al-Itqan al-Qur’an al-Suyuti, terj. Rosihan Anwar. Cet. I; Bandung:
Pustaka Setia, 1999.
al-Qaththan, Syaikh Manna’.Studi Pengantar Ilmu al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq
El-Mazni. Cet. I; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.
al-Ra>ziy, Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>’ al-Quzainiy. Mu’jam Maqa>yi>s
al-Lugah, Juz IV. t.tp; Da>r al-Fikr, 1979.
al-Syafi’i>, Jalaluddi>n al-suyu>ti. al-Itqa>n Fi> ‘Ulu>m al-Qur’an, Juz I. Cet.
I; Beirut: al-Kutub al-Siqafiyyah, 1996.
As-Shiddieqy, Tengku Muahammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Edisi Ketiga
(Cet. VII; Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2014), h. 275.
Dahlan, Abd. Rahman. Kaidah-Kaidah Tafsir (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2010.
Haniah. Al-Balagah al-Arabiyyah:Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan
Ilahi. Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2013.
Khalid, M. Rusydi. Qawa’id al-Tafsir: Kaidah-kaidah untuk Menafsirkan al-
Qur’an. Cet. I; Makassar; Alauddin University Press, 2013.
M. Quraish Shihab. Kaidah Tafsir . Cet. III; Tangerang: Lentera Hati, 2005.
-------.Wawasan al-Qur’an. Cet. II; Bandung: Mizan Pustaka, 2014.
-------.Tafsir al-Mishbah. Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2011.
Ma’luf, Louis. al-Munjid Fi> al-Lughah wa al-I’lam. Cet. XXIX; Beirut: Da>r al-
Masyriq, t.th.
Manz}u>r, Muh}ammad ibn Mukrim ibn ‘Aliy Abu> al-Fad}l Jama>l al-Di>n
ibn. Lisa>n al-‘Arab V. Cet III;Beiru>t; Da>r S}a>dir, 1414.
Mardan. Al-Qur’an Sebuah Pengantar. Cet. IX; Jakarta: Mazhab Ciputat, 2014.
26

Mufid, Achmad. Belajar Bahasa Arab dari Nol sampai Mahir. Cet. I;
Yogyakarta: Suka Buku, 2013.
Munawwir, A.W. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet. XIV;
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Rofiq, Annur bin Gufron. Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab. Cet. XIII;
Jawa Timur: Yayasan al-Qur’an al-Islami, 2014.
Syafe’i, Rachmat. Pengantar Ilmu Tafsir. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Anda mungkin juga menyukai