Anda di halaman 1dari 14

HAMZAH WASHOL & HAMZAH QATHA’, HURUF TA MARBUTHAH

& TA MAFTUHAH, ADAB DAN FADILAT MENDENGAR BACAAN AL-


QUR’AN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Ilmu
Tajwid dan Tahsin Qiraat Al-Qur’an

Dosen pengampu: M. Masyrufin Nor, S. Ag

Disusun oleh: Kelompok 2

Ahmad Fauzi 21.12.5320


Muhammad Abrar 21.12.5337
Muhammad Lutfi 21.12.5348
Muhyil Layali 21.12.5407
Siti Norhalimah 21.12.5367
Wahdaniah 21.12.5418

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang dalam bentuk maupun isinya sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai suatu acuan untuk menambah wawasan kita semua.
Dan tentunya kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak
M. Masyrufin Nor, S. Ag, selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Ilmu Tajwid
dan Tahsin Qiraat Al-Qur’an pada semester 5 ini.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dalam hal pengetikan maupun keseluruhan isinya. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Kami mohon maaf dan maklum yang
sebesar-besarnya apabila dalam menyusun dan menyajikan kurang berkenan.
Dengan mengharap ridha Allah SWT, mudah-mudahan makalah ini menjadi
wasilah sebagai amal shaleh.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan kepada pembaca, saran dan
kritik membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini akan kami
terima dengan senang hati. Dan hanya kepada Allah SWT kita mengharapkan
hidayah dan taufik-Nya. Aamiin.

Martapura, 30 November 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. Hamzah Washol ........................................................................................... 2

B. Hamzah Qatha .............................................................................................. 4

C. Ta Marbuthah ............................................................................................... 5

D. Ta Maftuhah ................................................................................................. 6

E. Adab Mendengar Bacaan Al-Qur’an ........................................................... 7

F. Fadilat Mendengar Bacaan Al-Qur’an ......................................................... 8

BAB III ................................................................................................................. 10

PENUTUP ............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................................ 10

B. Saran ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah kita ketahui bersama bahwa al-Qur’an merupakan sumber utama
ajaran Islam. Begitu juga, semua aspek mengenai al-Qur’an sangat menarik
untuk dipelajari. Menjadi suatu keniscayaan bahwa untuk membahas
semua hal tentang al-Qur’an maka berbagai keilmuan pun harus dikuasai.
Hal ini menjadi problem manakala dewasa ini kebanyakan orang-orang yang
kurang bisa memahami al-Qur’an berbicara seenaknya sendiri dengan
mengatasnamakan al-Qur’an, tapi tak didasari dengan ilmu untuk
memahaminya.
Salah satu bentuk pemahaman mengenai al-Qur’an yang paling mendasar
adalah harus tahu bagaimana cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar
sebelum memahami isi dari al-Qur’an. Ilmu cara baca al-Qur’an kemudian
dinamakan dengan sebutan ilmu tajwid. Ilmu ini memang belum menjadi
disiplin ilmu pada zaman Nabi, akan tetapi prakteknya sudah berlangsung
semenjak al-Qur’an turun hingga berkembang pesat pada masa tabi’īn.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hamzah Washol dan Hamzah Qatha?
2. Apa itu Ta Marbuthah dan Ta Maftuhah?
3. Apa saja adab mendengar bacaan Al-Qur’an?
4. Apa saja fadilat mendengar bacaan Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami seputar Hamzah Washol dan Hamzah Qatha
2. Untuk memahami seputar Ta Marbuthah dan Ta Maftuhah
3. Untuk mengetahui adab mendengar bacaan Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui fadilat mendengar bacaan Al-Qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hamzah Washol
Definisi hamzah washal:
‫ج‬ ُ ُ‫اء َوتَ ْسق‬
ِ ‫ط فِي الد َّْر‬ ِ ْ ‫ِي الَّتِي تَ ْنبُتُ فِي‬
ِ َ‫اْل ْبتِد‬ َ ‫ه‬
Hamzah washal adalah hamzah yang tetap (dibaca) pada permulaan dan
gugur (tidak dibaca) ketika washal..

Dalam kaidah yang lain disebutkan:

ْ َ‫غي ُْر أ‬
‫ص ِلي‬ ٌ ‫ لَ ِك ْن َها َح ْر‬،‫س ْو َمةٌ فِي أَ َّو ِل ال َك ِل َم ِة‬
َ ٌ‫ف زَ ائِد‬ ٌ ‫ِي أَ ِل‬
ُ ‫ف َم ْر‬ َ ‫ه‬

Hamzah washal ialah: Alif yang ditulis pada awal kalimat, akan tetapi hamzah
itu huruf tambahan dan bukan huruf asli.

Kesimpulannya, Hamzah washal adalah hamzah tambahan yang harus


dibaca pada awal kalimat dan tidak dibaca di tengah kalimat atau apabila
sebelumnya terdapat huruf hidup1. Hamzah washal yang terdapat di dalam mushaf
Timur Tengah adalah hamzah yang biasanya diberi tanda kepala shaad di atas
hamzah
Hamzah washal terdapat pada tiga tempat, yaitu: (1) Fi’il (kata kerja). (2)
Isim (kata benda), dan (3) Huruf.
1. Hamzah Washol pada fi’il
Hamzah washal pada fi’il bisa dibaca dhammah ( ُ ) atau kasrah ( ِ ).
Dibaca dhammah ketika huruf ketiga fi’il itu dhammah asli (bukan aridh).
Contoh dhammah asli:

1
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Pembahasan Ilmu Tajwid
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal 221

2
Catatan: Jika huruf ketiga fi’il tersebut berharakat dhammah aridh
(bukan asli), maka hamzah washalnya dibaca kasrah, sesuai harakat asli dari
huruf tersebut.
Contoh dhammah aridh (lihat dari kiri ke kanan):

Hamzah Washol dibaca kasrah jika huruf ketiga fi’il tersebut berharakat
kasrah atau fathah, atau dhammah aridh (bukan asli). Contoh berharakat kasrah:

Contoh berharakat fathah:

2. Hamzah Washol pada isim


Hamzah washal pada isim selalu dibaca kasrah. Contoh:

3. Hamzah Washol pada huruf2


Hamzah washal pada huruf selalu dibaca fathah, dan hanya terdapat pada
lam al atau lam ta’rif (‫)ال‬. Contoh:

2
Marwan Hadidi, Kajian Ilmu tajwid (Bekasi: Buletin Jumat Al Islah, 2020), hal 83

3
Kesimpulannya, hamzah washal selalu dibaca kasrah kecuali pada dua
tempat:
a. Lam al (‫)ال‬, maka dibaca fathah.
b. Fi’il yang huruf ketiganya dhammah asli (bukan aridh), maka hamzah washal
dibaca dhammah.

B. Hamzah Qatha
Hamzah Qatha adalah hamzah yang posisinya ada ketika washal, di dalam
penulisan dan ketika permulaan bacaan.3 Dinamakan hamzah qatha' oleh karena
memotong sebagian liuruf dari sebagian yang lain ketika mengucapkan.
Kesimpulan: Hamzah qatha' adalah hamzah yang selamanya tetap dibaca
dan ditulis di awal, di tengah, maupun di akhir sebuah kalimat (kata) isim, fi'il dan
huruf. · Ciri-ciri hamzah qatha' yang terdapat dalam mushaf cetakan Timur Tengah

ialah dengan adanya tanda hamzah (‫ )ء‬di atas alif.


Contoh hamzah Qatha pada awal kalimat

Contoh hamzah Qatha pada tengah kalimat

Contoh hamzah Qatha pada akhir kalimat

3
Shohibul Maulana, Ilmu Tajwid (Depok: Fathan Prima Media, 2016), hal 280

4
C. Ta Marbuthah
Ta’ marbuthah terdiri dari 2 kata, yaitu ta’ dan marbuthah. ta’ adalah huruf
ta’, sedangkan marbuthah memiliki arti “terikat”. Ia merupakan bentuk isim maf’ul
dari Rabatha yang artinya “mengikat”. Sesuai namanya, ia mempunyai bentuk yang
terikat hampir menyerupai bulatan. Secara istilah, ta’ marbuthah adalah ta’ yang
berada diakhir isim, dan ia dibaca sebagai huruf ha’ apabila dibaca waqaf (berhenti).
Meskipun ta yang berakhiran marbutah ditempatkan pada benda-benda
yang punya sifat feminim, namun bukan berarti benda/orang tersebut memang
benar-benar perempuan. Misalnya adalah penggunaan marbutah ta dalam kata
malaikat. Jika menemukan kata ini dalam bahasa Arab hingga dalam Al Qur’an,
maka jangan beranggapan bahwa sebenarnya malaikat itu seorang perempuan.
Penggunaan marbutah ta dalam kata malaikat berfungsi untuk mengukuhkan makna
malaikat sendiri yang jamak/banyak.4
Contoh ta marbutah dalam Al-Qur’an
QS. An-Nisa ayat 162

QS. Al-An’Am ayat 133

4
M Abror, Ta Marbuthah, (Sahabatmuslim.id) https://sahabatmuslim.id/ta-marbutah-
penggertian-huruf/, diakses pada Kamis, 30 November 2023, pukul 10.20

5
QS. At-Taubah ayat 38

D. Ta Maftuhah
Ta’ maftuhah terdiri dari 2 kata, yaitu ta’ dan maftuhah. ta’adalah huruf ta’.
Sedangkan maftuhah memiliki arti “terbuka”. Ia adalah bentuk isim maf’ul dari
Fataha yang berarti “membuka”. Sebagaimana namanya, ia memiliki bentuk
terbuka, dan 2 titiknya ada diatasnya. Secara istilah, ta’ maftuhah adalah ta’ yang
ditandai dengan dua titik di atas yang ditulis terbuka dan ia tetap dibaca ta’ ketika
dibaca waqaf (berhenti). Ta’ maftuhah terdapat pada isim dan fi’il, berbeda dengan
ta’ marbuthah yang hanya di dapati pada isim saja. Ta marfutah apabila bertemu
waqaf maka tetap dibaca ta.5
Ta’ maftuhah bisa didapati pada beberapa macam kata. Diantaranya:
1. Ia sebagai huruf ta’ asli (artinya bukan tambahan) yang berada di akhir kata, baik
kata kerja, maupun kata benda. Contoh: َ‫نَ َبت‬, ٌ‫ َم ْوت‬, َ‫َلت‬
2. Ia berupa ta’ dhamir muttashil yang berada di akhir kata kerja lampau (madhi).
Baik ia berupa dhamir mutakallim, maupun mukhatab/mukhatabah. Contoh:

َ‫ ِجئْت‬, ‫ت‬
ِ ْ‫ ِجئ‬, ُ‫ِجئْت‬
3. Ia berupa ta’ ta’nits (yang menunjukkan gender mu’annats) yang berada diakhir
ْ ‫ َجا َء‬,
fi’il madhi. Contoh: ‫ت‬ ْ َ‫أ َ َكل‬, ‫ت‬
‫ت‬ ْ ‫س‬
َ ‫دَ َر‬
4. Berada dijamak muannats salim, ia berupa ta’ sebagai tanda bahwa ia adalah
isim jamak. Contoh: َ , ٌ‫َجا ِم َلت‬
ٌ‫ ُم ْس ِل َمات‬, ٌ‫صا ِل َحات‬
Contoh Ta Maftuhah di dalam Al-Qur’an
QS. Al-Maidah ayat 5

5
Bagus Armana dkk, Mengenal Ta Marbuthah dan Ta Maftuhah (Bandung: Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 2022), hal 6

6
QS. Al-Maidah ayat 8-9

E. Adab Mendengar Bacaan Al-Qur’an


Adab mendengarkan Al Quran telah diatur dalam sejumlah hadits dan ayat.
Di antara adab yang paling penting adalah senantiasa mendengarkannya secara
seksama. Namun terkadang, mayoritas dari kita jarang melakukannya dengan baik.
Dr Nasr Farid Washil, mantan mufti Mesir menjelaskan, sesungguhnya Al
Quran merupakan Kalam Allah Swt yang maknanya sangat mendalam, hingga tidak
ada satupun mahluk yang mampu untuk mengungkapkan makna-maknanya secara
detil dan menyeluruh.Meski begitu, Allah menyerukan manusia agar merenungkan
ayat-ayat yang terkandung di dalamnya. Seperti dalam firman-Nya:

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka


adakah orang yang mengambil pelajaran?" (Qs Al 'Qamar: 17)

Atau dalam ayat lainnya:

"Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik dan


perhatikan dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat." (Qs Al A'raf: 204)

Di antara adab mendengarkan Al Quran adalah:


1. Diam dan memerhatikan bacaan Al Quran.
2. Memahami makna-makna ayat yang didengarkan.

7
3. Merasakan pengaruh dari ayat-ayat yang berisi tentang peringatan dan teguran.
4. Bergembira ketika mendengar ayat-ayat tentang kasih sayang Allah Swt, dan
lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dan sesuai dengan realita, sesungguhnya
pembacaan Al Quran dan mendengarkannya dengan seksama bukanlah suatu hal
yang menyulitkan. Justru, Al Quran adalah cahaya dan petunjuk, serta menjadi
rahmat bagi seluruh mahluk yang ada di langit maupun bumi, karena sejatinya
semua itu bertasbih (mensucikan) dan memuji Allah Swt.

F. Fadilat Mendengar Bacaan Al-Qur’an


1. Mendengarkan al-Quran Menjadi Sebab Mendapatkan Rahmat Allah SWT

“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan


perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. al-A‟raf:
204)

Dijelaskan oleh Syekh As-Sa‟dy rahimahullah berkata: “Perintah ini


umum bagi semua orang yang mendengarkan Kitabullah ketika dibaca. Maka
dia diperintahkan untuk mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang.
Perbedaan antara mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang. Al-Inshot
adalah sisi penampilan dengan tidak berbicara atau meninggalkan kesibukan
yang dapat mengganggu dari mendengarkan. Adapun „al-Istima‟ adalah
memasang telinga dan menghadirkan hati untuk mentadaburi dari apa yang
didengarkan. Karena kelaziman dari dua hal ini, ketika Kitabullah dibaca, maka
dia akan mendapatkan banyak kebaikan dan ilmu nan luas, terus memperbaharui
keimanan, petunjuk yang terus bertambah, pengetahuan agamanya. Oleh karena
itu Allah menyambungkan agar mendapatkan rahmat darinya. Dari situ
menunjukkan bahwa ketika dibacakan Kitabullah kepada seseorang sementara
tidak mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang, maka dia tidak
mendapatkan bagian rahmat, maka dia terlepas banyak kebaikan.
2. Mendengarkan al-Quran Menjadi Sebab Memperoleh Hidayah

8
“Berilah kabar gembira hamba-hambaku, (Yaitu, orang-orang yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya)
mengikuti sesuatu yang mengandung kemaslahatan bagi mereka. (Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah
orang-orang yang mempunyai akal) yang mempunyai pikiran”. (Q.S. az-
Zumar: 17- 18).

Berdasarkan ayat di atas orang-orang yang mau mendengarkan al-Quran,


dan memahami isinya serta memilih mengambil petunjuk dari al-Quran dari
selainnya maka mereka disebut sebagai orang yang mendapatkan hidayah Allah
SWT., serta disebut sebagai orang-orang yang berakal.
3. Keutamaan Tilawah dan Mudarosahnya

“Tidaklah suatu kaum berkumpul diantara rumah-rumah Allah sambil


membaca Kitabullah, dan saling mempelajari diantara mereka. Kecuali akan
turun kepada mereka ketenangan, dan diberikan rahmat serta malaikat akan
menaunginya. Dan mereka akan diingat disisi Allah.”

4. Larangan Menghajrul Quran


Materi ini sebenarnya sebagai tambahan bagi keutamaan al-Quran,
bahwa dilarang menghajrul Qur`an. Tindakan hajru maknanya meninggalkan,
atau maksudnya berpaling dari al-Quran baik membacanya, mendengarkannya,
mempelajari, mengamalkan, mendakwahkannya, diungkap keluhan Rasulullah
terhadap aktifitas Hajrul Quran dalam Surat al-Furqon; 30

Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al


Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hamzah washal adalah hamzah tambahan yang harus dibaca pada awal
kalimat dan tidak dibaca di tengah kalimat atau apabila sebelumnya terdapat huruf
hidup. Hamzah qatha' adalah hamzah yang selamanya tetap dibaca dan ditulis di
awal, di tengah, maupun di akhir sebuah kalimat (kata) isim, fi'il dan huruf. · Ciri-
ciri hamzah qatha' yang terdapat dalam mushaf cetakan Timur Tengah ialah dengan
adanya tanda hamzah (‫ )ء‬di atas alif.
Secara istilah, ta’ marbuthah adalah ta’ yang berada diakhir isim, dan ia
dibaca sebagai huruf ha’ apabila dibaca waqaf (berhenti). Secara istilah, ta’
maftuhah adalah ta’ yang ditandai dengan dua titik di atas yang ditulis terbuka dan
ia tetap dibaca ta’ ketika dibaca waqaf (berhenti).
Adab mendengarkan Al Quran telah diatur dalam sejumlah hadits dan ayat.
Di antara adab yang paling penting adalah senantiasa mendengarkannya secara
seksama.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas masih banyak sekali terdapat
kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abror, M. Ta Marbuthah, (Sahabatmuslim.id) https://sahabatmuslim.id/ta-


marbutah-penggertian-huruf/.

Annuri, Ahmad. Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Pembahasan Ilmu Tajwid
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015).

Armana, Bagus. dkk, Mengenal Ta Marbuthah dan Ta Maftuhah (Bandung:


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 2022).

Hadidi, Marwan. Kajian Ilmu tajwid (Bekasi: Buletin Jumat Al Islah, 2020).

Maulana, Shohibul. Ilmu Tajwid (Depok: Fathan Prima Media, 2016).

Pasmadi, Acmad Kurniawan. Keutamaan dan Adab Terhadap Al-Qur’an.


Didaktika Islamika. Vol 12. Nomor 2. Agustus 2021

11

Anda mungkin juga menyukai