Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TASHRIF ISHTHILAHY DAN FI’IL TSULATSY MUJARRAD

Dosen Pembimbing : DR.HADI THOYIB S.PD.I M.PD.I

Disusun Oleh:

GUSRIZAL MIROJI

MUHAMMAD ARIFIN

YOZI ARMALA DELA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF SAROLANGUN


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “tashrif ishthilahy dan fi’il tsulatsy
mujarrad” tepat pada waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen
pembimbing yang selalu memberika dukungan dan bimbingannya.

Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas SHOROF Tak
hanya itu, saya juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada
khususnya pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.


DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR……..………………………….......... ............……2

DAFTAR ISI………………….………………...........................……...….3

BAB I PENDAHULUAN……………..………………......................…...4

LATAR BELAKANG…………………………………….......................
…...4

RUMUSAN MASALAH……………………………………....................
….4

TUJUAN…………………………………………...........................4

BAB II PEMBAHASAN……………………………….....................…..5

Pengertian Tashrif Istilahi………………….............................…5


PENGERTIAN FI’IL TSULATSI MUJARROD ………...............….7
BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
 Dalam mempelajari bahasa, khususnya bahasa arab, tidak lepas dari ilmu
alat atau ilmu
tata bahasa arab.Termasuk didalamnya ada Ilmu nahwu dan Shorof. Ilmu Shorof d
an Nahwum e r u p a k a n   s a r a n a   a t a u   j e m b a t a n   u n t u k   d a p a t   m e m a h
a m i   s e r t a   m e n d a l a m i   m a k n a   y a n g terkandung dalam Al-Quran.
Ilmu Shorof itu dinamakan dengan Umul Ulum (Induknya Ilmu) karena dari ilmu
shorof itu kita dapat mengetahui berbagai macam bentuk perubahan kata
yang antar kata satu denganyang lainnya mempunyai makna berbeda.
Hubungan ilmu shorof dengan ilmu nahwu
Tidak dapat d i p i s a h k a n b a g a i k a n i b u d a n b a p a k y a i t u s a l i n g
m e m b u t u h k a n s e r t a   s a l i n g   m e l e n g k a p i . Sebagaimana perkataan
ulama :
“ ilmu shorof adalah ibu atau induk segala ilmu sedangkan ilmu nahwu adalah
bapaknya
Sebelum mempelajari suatu bidang ilmu terlebih dahulu harus diketahui
defenisi ilmu tersebut beserta cakupan-
cakupannya, dalam hal ini ilmu Tashrif atau yang biasa disebut dengan ilmuShorof
.Shorof merupakan kebutuhan bagi para pelajar yang menginginkan
untuk berbahasaA r a b   d e n g a n   b a i k   d a n   b e n a r .   D e n g a n   a d a n y a   s h
orof, kita bisa mengetahui perubahan
 perubahan disetiap kata dalam Bahasa Arab dan dalam ilmu shorof ada istilah
tashrif dan tashrif lughowi.
Bab II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tashrif Istilahitashri

Secara umum, pengertian dari tashrif atau tasrif dikenal sebagai perubahan
bentuk kata dalam bahasa Arab. Sementara tafsir istilahi, diartikan sebagai
perubahan kata yang terjadi karena pengalihan waktu kejadian. Misalnya
mengubah kata hingga kalimat tanya menjadi satu kalimat pasif atau
perintah dan bentuk-bentuk lainnya.
Dalam tashrif istilahi, terdapat ketentuan umum yang mencakup cara
penulisannya sehingga tidak terjadi kesalahan, di antaranya:

1. Mengubah Bentuk Kata


Menggunakan tashrif jenis istilahi berarti mengubah bentuk dan arti kata.
Sehingga penggunaannya tidak bisa digunakan secara sembarangan,
apalagi dalam kalimat yang tidak beraturan. Maka dari itu memperhatikan
jenis dan tatanan kalimat menjadi hal penting.

2. Berlaku untuk Semua Jenis Kalimat


Ketentuan ini masih diperselisihkan para ahli. Pasalnya perubahan kata
istilahi bisa digunakan di segala bentuk dan jenis kalimat. Yang terpenting
yakni mengetahui apa saja ketentuan dan cara pemakaiannya.

3. Perubahan Kata Harus Dihafalkan


Mengetahui dan memahami kaidah istilahi merupakan suatu keharusan.
Namun yang tidak kalah penting adalah menghafalkan perubahan kata
tertentu, karena tidak ada aturan baku dalam mengubah bentuk kata. Hal
inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi siapapun yang
mempelajarinya.
4. Dapat Memengaruhi Subjek dan Objek Kalimat
Dalam aturan tashrif istilahi, orang yang belajar hanya perlu
memperhatikan subjek atau objek kalimat, sehingga fokus tidak akan
mudah terbagi. Tatanan kalimat pun bisa lebih diperjelas dan juga
dikembangkan menjadi satu paragraf utuh.

Urutan Tashrif Istilahi

Dalam mempelajari tafshrif istilahi, seseorang perlu mengetahui


urutannya. Sebagaiman yang dikutip dari buku Bahasa Arab untuk Semua
karya Muhammad Zulifan (2018:6-8).
1. Fi’il Madhi
Fi’il madhi merupakan kata kerja bentuk lampau atau dalam bahasa Inggris
disebut juga past tense. Secara umum berarti telah melakukan sebuah
pekerjaan.
2. Fi’il Mudhori
Fi’il mudhori menunjukkan kata kerja bentuk sekarang dan yang akan
datang atau dalam bahasa Inggris disebut present-future tense. Secara
umum artinya adalah sedang atau akan melakukan sesuatu.
3. Fi'il Amr
Menunjukkan kata kerja perintah, yakni adanya permintaan dari
pembicara.
4. Isim Masdar dan masdar mim
Masdar merupakan kata kerja yang dibendakan, seperti kata tulis menjadi
tulisan, membaca menjadi bacaan, Iihat menjadi penglihatan, memukul
menjadi pukulan. Sedang masdar mim adalah masdar yang didahului
dengan huruf mim. Adapun banyaknya masdar tiap kata minimal dua dan
bisa sampai lima kata (misal wazan istaf'ala). Secara umum dimaknai
dalam bahasa Indonesia dengan rumus pe-an atau ke-an.
5. Isim Fa’il - subjek
Fail artinya pelaku atau subjek. Faa’iIun artinya yang melakukan
pekerjaan. Misal kata naashirun artinya penolong.
6. Isim Maf'ul - objek
Arti maf'ul adalah yang dikenai perkerjaan. Seperti kata maktubun atinya
yang ditulis.
7. Isim Zaman dan Isim Makan
Kedua wazan ini memiliki pola yang sama sehingga sering digabung.
Keduanya bermakna waktu dan tempat terjadinya perbuatan. Misal kata
madhrabun bermakna waktu dan tempat terjadinya pemukulan.
8. Isim Alat-alat atau sarana
Isim alat bermakna alat untuk melakukan pekerjaan. Contoh mifahun yang
artinya untuk membuka.

B. PENGERTIAN FI’IL TSULATSI MUJARROD

Fi’il tsulatsi mujarrod ialah kalimat fi’il madzinya yang terdiri dari tiga
huruf dan bebas dari huruf tambahan. Contoh :‫ ضرب‬,‫نصر‬  . Adapun fi’il tsulatsi
mujarrod itu seluruhnya ada 6 (enam) bab. Dan diantara tiap-tiap bab dapat
dibedakan dengan ada kharokat ‘ain fi’il yang ada pada fi’il madzi dan fi’il
mudlori sebagaimana keterangan pada nadzom berikut ini :

‫كسر فتح ضم ضم كسرتان‬ ‫ فتح ضم فتح كسر فتحتان‬                        

1. ‫فتح ضم‬        : ‘ain fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan dibaca dlomah pada fi’il
mudlori’, wazannya adalah ‫فعل يفعل‬ (bab satu)
2. ‫فتح كسر‬        : ‘ain fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan dibaca kasroh pada fi’il
mudlori’, wazannya adalah ‫فعل يفعل‬ (bab dua)
3. ‫فتحتا ن‬          : ‘ain fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan pada fi’il mudlori’,
wazannya adalah ‫فعل يفعل‬ (bab tiga)
4. ‫كسر فتح‬        : ‘ain fi’il dibaca kasroh pada fi’il madzi dan dibaca fathah pada fi’il
mudlori’, wazannya adalah ‫فعل يفعل‬ (bab empat)
5. ‫ضم ضم‬        : ‘ain fi’il dibaca dlomah pada fi’il madzi dan pada fi’il mudlori’.
Wazannya adalah ‫فعل يفعل‬ (bab lima)
6. ‫كسرتان‬         : ‘ain fi’il dibaca kasroh pada fi’il madzi dan pada fi’il mudlori’.
Wazannya adalah ‫فعل يفعل‬ (bab enam)[1]
(BAB I : ‫فعل يفعل‬ )
Bab satu ditandai dengan ‘ain fi’il yang dibaca fathah pada fi’il madzi dan dibaca
dlomah pada fi’il mudlori’nya. Wazannya adalah : ‫فعل يفعل‬ .
Adapun lafadz-lafadz yang masuk pada bab satu kebanyakan berupa fi’il muta’adi
dan terkadang berupa fi’il lazdim namun sedikit. Fi’il mu’tadi ialah kalimat yang
membutuhkan maf’ul bih (sasaran pekerjaan/objek). Contoh :
‫نصرزيندعمروا‬    =   Zaid telah menolong Amar
Dan fi;il lazim ialah kalimat yang tidak membutuhkan maf’ul bih. Contoh :
‫خرج زيد‬             =  Zaid telah keluar
( BAB II : ‫فعل يفعل‬ )
Bab dua ini ditandai dengan ‘ain fi’il yang dibaca fathah pada fi’il madzi dan
dibaca kasroh pada fi’il mudlori’nya. Dan wazannya adalah ‫ل يفعل‬cc‫فع‬ . adapun
lafadz-lafadz yang masuk bab dua kebanyakan berupa fi’il mu’tadi.
Contoh :
‫ضربت زيدا‬          = Saya memukul Zaid

(BAB III : ‫فعل يفعل‬ )

Bab tiga ditandai dengan ‘ain fi’il yang dibaca fathah padafi’il madzi dan pada fi’il
mudlori’. Wazannya adalah ‫فعل يفعل‬
Adapun lafadz-lafadzyang masuk pada bab tiga kebanyakan berupa fi’il mu’tadi.
Contoh :
‫فتح زيد الباب‬      = Zaid membuka pintu
Dan terkadang berupa fi’il lazim.
Contoh :
 ‫البذرنبت‬           = Tumbuh itu benih
Lafadz-lafadz yang ikut bab tiga diisyaratkan ‘ain fi’il atau lam fi’ilnya berupa
huruf halaq yang jumlahnya ada enam yaitu :
, ]2[‫غين‬ ‫ همزة‬,‫ هاء‬,‫ حاء‬,‫ خاء‬,‫عين‬
Contoh :
, ‫ذهب‬ ‫ ينشأ‬,‫ نشأ‬,‫يذهب‬
(BAB IV : ‫فعل يفعل‬ )
Bab empat ditandai dengan ‘ain fi’il yang dibaca kasroh pada fi’il madzi dan
dibaca fathah pada fi’il mudlori’.
Wazannya adalah ‫فعل يفعل‬
Lafadz-lafadz yang ikut bab empat kebanyakan berupa fi’il muta’adi.
Contoh :
‫علم زيد المسألة‬            = Zaid mengetahui masalah
Dan terkadang berupa fi’il lazim, namun sedikit.
Contoh :
 ‫زيدوجل‬                  = Zaid merasa takut 

Dan lafadz-lafadz yang ikut bab empat ini banyak menunjukan arti penyakit, susah,
gembira.       
Contoh :
‫سقم‬                         = Sakit
‫مرض‬                     = Sakit
Dan juga menunjukkan arti warna, ‘aib dan hiasan.
Contoh :
‫شهب‬                      = Kelabu[3]
( BAB V : ‫فعل يفعل‬ )

Bab lima ditandai dengan ‘ain fi’il yang dibaca dlomah pada fi’il madzi dan fi’il
mudlori’. Wazannya adalah : ‫فعل يفعل‬
Adapun lafadz-lafadz yang termasuk bab lima semuanya berupa fi’il lazim karena
bab lima ini khusus diikuti fi’il-fi’il yang menunjukkan arti watak atau tabi’at dan
sifat-sifat pembawaan yang melekat (tidak mudah luntur) seperti : pemberani,
penakut, bagus, jelek, kuning, hitam dan sebagainya. Sedangkan lafadz-lafadz
yang menunjukkan arti demikian ini tidak membutuhkan maf’ul (tidak
berhubungan dengan maf’ul) namun hanya membutuhkan / berhubungan dengan
fa’il saja, maka dari itu hukkumnya lazim yang akhirnya bab lima tidak ada isim
maf’ul.
(BAB VI : ‫فعل يفعل‬ )

Bab enam ditandai dengan ‘ain fi’il yang dibaca kasroh pada fi’il madzi dan fi’il
mudlori’nya. Wazannya adalah ‫فعل يفعل‬
Adapun lafadz-lafadz yang termasuk bab enam kebanyakan berupa fi’il muta’adi.
Contoh :
‫حسب زيدعمرواالفاضل‬        = zaid menyangka Amr orang yang utama
Dan terkadang berupa fi’il lazim namun sedikit.
Contoh :
‫ومق زيد‬                           = zaid telah mabuk cinta[4]

Anda mungkin juga menyukai