Anda di halaman 1dari 13

Tinjauan Kompilasi Hukum Islam Terhadap Praktik Peminangan Secara

Hukum Adat Di Desa Surodadi Kec. Kedung Kab. Jepara


Ardi Ikhsan
PAC Ansor Kedung Jepara
kangardi@gmail.com

Abstract
In Indonesia, the marriage process is part of a person's marriage process.
The practice of the marriage must have been regulated in Islamic law,
namely in the compilation of Islamic law (KHI) and customary law in the
village of Surodadi, Jepara. This study is intended to reveal the practice of
the marriage practice in the village of Surodadi Jepara which is based on
the provisions of local customary law, from the perspective of Islamic law.
Keywords This study is a qualitative study with a sociological-normative approach.
The method used in the study combines two types, first, field studies. Second,
Islamic Law, Marriage,
literature study. The results of this study confirm that in KHI articles 11 and
Customary Law,
12, the applicant can be directly carried out by a person who has the right to
Surodadi
find a mate, but it can also be done by an intermediary who can be trusted.
Hukum Islam, as well as to carry out a marriage of a future husband who is at least 21
Peminangan, Hukum years old and the future wife is at least 19 years old. The local customary
Adat, Surodadi law requires the existence of an established factor from both parties before
carrying out a marriage and marriage.
Abstrak
Di Indonesia, proses peminangan menjadi bagian dari rangkaian
proses pernikahan seseorang. Praktik peminangan semestinya sudah
diatur dalam hukum Islam yakni dalam kompilasi hukum Islam (KHI)
dan hukum adat di desa Surodadi Jepara. Kajian ini dimaksudkan
untuk mendedahkan perihal praktik peminangan yang berlaku di desa
Surodadi Jepara yang mendasarakan pada ketentuan hukum adat
setempat, dalam perspektif hukum Islam. Kajian ini bersifat kualitatif
dengan pendekatan normatif-sosiologis. Metode yang digunakan
dalam kajian menggabungkan dua jenis, pertama, studi lapangan.
Kedua, studi pustaka. Hasil kajian ini menegaskan bahwa dalam KHI
pasal 11 dan 12 peminang dapat langsung dilakukan oleh orang yang
berhak mencari pasangan jodoh, tapi dapat pula dilakukan oleh
perantara yang dpat dipercaya, peminangan dapat dilakukan
terhadap seorang wanita yang masih perawan atau terhadap janda
yang telah habis masa iddahnya, serta untuk melangsungkan
perkawinan calon suami sekurang-kurangnya berusia 21 tahun dan
calon istri sekurang-kuragnya berusia 19 tahun. Adapun hukum adat
setempat memprasyaratkan adanya faktor kemapanan dari kedua
belah pihak sebelum melangsungkan peminangan dan pernikahan.

84
Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat 154

Pendahuluan dilangsungkan tanpa adanya paksaan. Upaya-


upaya untuk menuju pada berlangsungnya
Pernikahan adalah sebuah akad perkawinan biasanya disebut peminangan atau
(transaksi/kontrak) yang mengakibatkan dalam masyarakat adat sering disebut dengan
hubungan hukum yang sah antara kedua belah lamaran.
pihak (suami dan isteri) untuk menjalani
kehidupan berumah tangga sesuai dengan Peminangan disyari’atkan dalam suatu
prinsip dan ketentuan yang mereka sepakati. perkawinan yang waktu pelaksanaannya
Ketentuan-ketentuan tersebut tentunya juga diadakan sebelum pelaksanaan perkawinan
berdasarkan pada hukum-hukum agama dan (akad nikah). Keadaan ini pun sudah
peraturan perundang-undangan. membudaya di tengah masyarakat setempat.
Di antaranya adalah laki-laki yang
Langkah awal yang lazimnya dilakukan mengajukan peminangan kepada perempuan
oleh kedua calon mempelai adalah saling atau pihak perempuan yang mengajukan
mengenal, baik fisik, karakter dan status peminangan pada pihak laki-laki. Namun,
sosial. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam aturan agama –sebagaimana yang
antara lain adalah mempersiapkan kematangan dijelaskan dalam beberapa hadits- yang
alat-alat reproduksi, rasa tanggung jawab baik mengajukan peminangan/lamaran adalah pihak
secara materi maupun mental serta kesiapan laki-laki, baik dirinya sendiri atau pun ia
untuk hidup di tengah-tengah masyarakat yang mewakilkan pada seseorang yang ia percaya,
plural (Muchamad Arfan, 2010: 1). dan pihak perempuan berada dalam posisi
Seiring dengan persiapan yang menerima atau menolak pinangan (Amir
dibutuhkan sebelum pernikahan maka yang Syarifuddin, 2014: 50).
tidak kalah pentingnya adalah proses Di samping itu, peminangan juga
pengenalan pribadi masing-masing, baik dari memiliki tujuan yang pada umumnya adalah
segi sifatnya, karakter individu, agamanya, menginginkan seorang perempuan menjadi
kehormatannya maupun bentuk fisiknya. Hal isterinya. Sebagaimana penjabaran di atas
ini sangat dibutuhkan agar dalam mengarungi bahwa peminangan adalah langkah awal atau
bahtera rumah tangga tidak muncul sebuah pendahuluan menuju pernikahan. Kegiatan ini
penyesalan yang timbul dari sesuatu yang diadakan supaya kedua belah pihak tahu
sebelumnya disembunyikan (Muchamad apakah permintaannya itu diterima atau
Arfan, 2010: 1). ditolak. Selain itu, peminangan diadakan
Dalam rangka mewujudkan perkawinan supaya masing-masing keluarga kedua belah
yang khidmat dan sakral, agama mengatur pihak satu-sama lain tahu bahwa mereka akan
adanya upaya-upaya awal sebelum perkawinan melangsungkan perkawinan anak-anaknya
berlangsung. Upaya tersebut biasanya menjadi (Fathur Rohman, 2013: 5).
bahan pertimbangan apakah perkawinan itu Akan tetapi dalam konteks budaya, ada
akan benar-benar dilaksanakan atau tidak. hal yang unik dalam praktik peminangan di
Sebab pada dasarnya, manusia sangat masing-masing daerah. Bahkan dalam satu
mencintai keindahan. Upaya yang dimaksud kota, setiap desa memiliki tradisi dan budaya
memiliki tujuan agar masing-masing dari masing-masing untuk memeriahkan acara
calon mempelai memiliki rasa ketertarikan sakral tersebut. Sebagaimana hasil penelitian
satu sama lain atau tidak. Jika memang Fathur Rohman (2013: 4), bahwa daerah yang
masing-masing dari mereka sudah ada rasa menganut garis keturunan Ibu atau biasa
saling cocok, maka perkawinan dapat

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2018. ISSN: 2356-0150
15 Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat
5

dikenal dengan matrilinial, lamaran atau menikahinya dan pihak perempuan


peminangan justru dilakukan oleh pihak menyebarluaskan berita pinangan ini”
perempuan. Hal ini terjadi di salah satu Sedangkan menurut istilah peminangan adalah
wilayah kabupaten Pati. Di desa Guyangan, pernyataan atau permintaan dari seorang laki-
kecamatan Bangsri, mayoritas masyarakatnya laki kepada pihak perempuan untuk
masih menganggap bahwa laki-laki yang menikahinya, baik dilakukan oleh laki-laki itu
hendak meminang perempuan yang akan secara langsung atau dengan perantara pihak
dikawininya harus membawa sapi atau kerbau, lain yang dipercayainya sesuai dengan
almari dan perabot rumah tangga lengkap. Hal agamanya. Sesuai dengan prinsip pernikahan
itu dilakukan sebagai barometer harga diri dalam Islam, pernikahan tidak ditentukan
calon mempelai laki-laki. untuk waktu tertentu tetapi untuk selama
hidup, khitbah adalah masalah yang sangat
Lain dari pada itu, di Desa Jimbaran, penting artinya bagi kekekalan pernikahan.
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Oleh karenanya, Islam memberikan pedoman
Bali, memiliki tradisi yang unik. Tradisi yang tentang khitbah itu dengan amat teliti.(Ahmad
masih berjalan hingga sekarang adalah seorang Azhar Basyir,1999:19)
pemuda yang hendak meminang gadis
pujaanya, ia menculik sang gadis untuk diajak Kata khitbah adalah bahasa arab yang
menikah (Fathur Rohman, 2013:8). Tradisi secara sederhana diartikan dengan
yang berlaku pada masyarakat di masing- penyampaian kehendak untuk melangsungkan
masing desa tesebut, ternyata berbeda dengan ikatan perkawinan. Lafaz khitbah merupakan
apa yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum bahasa arab standard yang terpakai dalam
Islam (KHI) dari segi teknis pelaksanaan. KHI pergaulan sehari-hari, terdapat dalam al-Quran
hanya memberikan teknis umum sebagaimana sebagaimana dalam firman allah dalam surat
dijelaskan dalam pasal 11 yang berbunyi al-baqarah ayat 235, bahwa tidak ada
“Peminangan dapat langsung dilakukan oleh halangannya bagimu menggunakan kata
orang yang berkehendak mencari pasangan sindiran dalam meminang perempuan.
jodoh, tapi dapat pula dilakukan oleh
perantara yang dapat dipercaya”. Terkait hal- Dan terdapat pula dalam hadis Nabi Saw
hal yang bersifat tradisional layaknya yang dari Jabir bahwa bila salah satu seorang
lazim terjadi di tiap daerah, tidak disebutkan diantaramu meminang seorang perempuan,
dalam KHI. Berdasarkan pada pertimbangan bila ia mampu melihatnya yang mendorongnya
tersebut, perlu dilakukan kajian terhadap untuk menikahinya, maka lakukanlah.(Amir
praktik peminangan yang menjadi tradisi di Syarifuddin 2011: 49).
desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Kabupaten Peminangan itu disyari’atkan dalam
Jepara, Jawa Tengah berikut tinjauannya suatu pernikahan yang waktu pelaksanaannya
dalam KHI. diadakan sebelum berlangsungnya akad nikah.
LANDASAN TEORI Keadaan ini pun sudah membudaya di tengah
masyarakat dan dilaksanakan sesuai dengan
Khitbah artinya peminangan, yaitu tradisi masyarakat setempat. Diantaranya
langkah pertama untuk melangsungkan suatu pihak laki-laki yang mengajukan peminangan
pernikahan. Ulama Fiqh mendefinisikan kepada pihak perempuan dan adakalanya
dengan “menyatakan keinginan pihak laki-laki pihak perempuan yang mengajukan pinangan
kepada pihak perempuan tertentu untuk ke pihak laki-laki.
ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018. ISSN: 2356-0150
Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat 156

Dalam masalah khitbah, tidak ditemukan al-Mujtahid yang menukilkan pendapat Daud
dalil yang sorih (jelas) tentang hukum khitbah al-Zhahiriy yang mengatakan hukumnya
atau peminangan. Apakah khitbah itu wajib adalah wajib. Ulama ini mendasarkan
atau sunah secara mutlak. Akan tetapi terdapat pendapatnya kepada perbuatan dan tradisi
beberapa hadis yang menyatakan anjuran yang dilakukan oleh nabi dalam peminangan
melaksanakan khitbah atau setidaknya itu (Amir Syarifuddin 2011: 50).
menunjukkan adanya indikasi bahwa khitbah
sudah menjadi tradisi sebelum menuju jenjang Peminangan itu adalah suatu usaha
pernikahan. pendahuluan yang dilakukan sebelum
dilangsungkan akad perkawinan. Namun
Riwayat Abu Dawud menyatakan peminangan itu bukanlah suatu perjanjian
bahwa, “apabila seseorang di antara kalian yang mengikat untuk dipatuhi. Laki-laki yang
ingin meminang seorang wanita, jika ia bisa meminang atau pihak perempuan yang
melihat apa-apa yang dapat mendorongnya dipinang dalam masa menjelang perkawinan
untuk menikahinya maka lakukanlah”. Hadis dapat saja membatalkan pinangan tersebut,
tersebut menunjukkan bahwa jika seseorang meski dulunya ia menerimanya. Meskipun
sudah memiliki hasrat untuk menikahi wanita demikian, pemutusan peminangan itu mestinya
yang diinginkannya maka melihat atau dilakukan secara baik dan tidak menyakiti
setidaknya mengetahui bentuk fisik wanita pihak manapun. Pemberian yang dilakukan
tersebut, maka khitbah menjadi media yang dalam acara peminangan itu tidak mempuyai
paling dianjurkan. Hal ini tentunya harus kaitan apa-apa dengan mahar yang diberikan
dilandasi dengan niat sungguh-sungguh ingin kemudian dalam perkawinan. Dengan
menuju jenjang perkawinan, bukan sekedar demikian, pemberian tersebut dapat diambil
melihat atas dasar nafsu. kembali bila peminangan itu tidak berlanjut
dengan perkawinan. (Amir Syarifuddin 2011:
Hadis riwayat Imam Bukhori 57)
menjelaskan bahwa, “Nabi Saw melarang
seseorang membeli barang yang sedang Di dalam KHI pasal 13 dijelaskan bahwa
ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan akibat hukum dari peminangan bahwa,
melarang seseorang meminang wanita yang pertama, pinangan belum menimbulkan akibat
telah dipinang sampai orang yang hukum dan para pihak bebas memutuskan
meminangnya itu meninggalkannya atau hubungan peminangan. Kedua, kebebasan
mengizinkannya.” Hadits tersebut memutuskan hubungan peminangan dilakukan
mengisyaratkan bahwa khitbah sudah ada pada dengan tata cara yang baik sesuai dengan
zaman Nabi Saw. Hal ini dapat disimpulkan tuntunan agama dan kebiasaan setempat,
dari redaksi yang mengatakan bahwa seorang sehingga tetap terbina kerukunan dan saling
laki-laki tidak boleh meminang wanita yang menghargai.
masih dalam pinangan laki-laki lain sebab
apabila itu terjadi maka akan mengakibatkan GAMBARAN UMUM DESA SURADADI
timbulnya rasa sakit hati dari pihak peminang KEC. KEDUNG KAB. JEPARA
yang pertama bahkan akan timbul permusuhan Surodadi merupakan suatu daerah yang
dan perpecahan. berada di wilayah kecamatan Kedung Selatan
Akan tetapi, dalam pandangan para kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah.
ulama, khitbah memiliki status hukum yang Daerah ini salah satu daerah dari sekian
berbeda. Ibnu Rusyd misalnya, dalam Bidayat banyak daerah di provinsi Jawa Tengah yang
paling pelosok dan paling tersembunyi juga

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2018. ISSN: 2356-0150
15 Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat
7

paling selatan dari kabupaten Jepara. Wilayah menganggap mampu dan layak untuk
Desa Surodadi berada di kota Jepara dengan membina rumah tangga dengan anaknya. Di
dengan jarak tempuh ke Kecamatan sekitar samping itu kemapanan yang dimaksud oleh
kurang lebih 3.00 KM, sedangkan jarak orang tua si gadis adalah berusia 23 bagi
tempuh ke kota Jepara sekitar kurang lebih 14 wanita dan berusia 27 bagi pria, serta sudah
KM. berpengalaman setidaknya mempunyai
pekerjaan yang mapan dan juga pernah
Adapun mengenai batasan-batasan berkelana keluar bali (Fathur Rohman, 2013:
wilayah Desa Surodadi itu sendiri adalah 47).
sebagai berikut: 1) Sebelah utara Desa
Jondang dan Bugel Kecamatan Kedung, 2) Desa Surodadi biasanya dilaksanakan
Sebelah selatan Desa Kalianyar dan Karangaji dengan terlebih dahulu pihak-pihak yang akan
Kecamatan Kedung, 3) Sebelah timur Desa melamar mengirim utusan beserta orang tua
Sowan Kidul Kecamatan Kedung, 4) Sebelah dan kerabat atau perantara untuk berkunjung
barat Desa Panggung Kecamatan Kedung. kepada pihak yang akan dilamar untuk
Sedangkan keseluruan luas wilayah yang melakukan penjajakan, atau dengan kata lain
masih dibuat usaha penduduk Desa Surodadi perundingan antara kedua belah pihak yang
Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara adalah : akan melamar dengan pihak yang dilamar.
780.24 Ha. Kemudian luas wilayah yang Setelah penjajakan atau perundingan dilakukan
dihuni oleh penduduk adalah 9.94 KM, dan barulah dilakukan peminangan resmi atau bisa
jumlah pendudukper KK adalah 1104 KK. disebut mengikat yang dilakukan oleh
keluarga atau kerabat dari pihak laki-laki pada
Tradisi peminangan di berbagai daerah waktu yang telah ditentukan dengan
terdapat perbedaan, namun pada umumnya berkunjung kepada pihak wanita dengan
peminangan itu dilakukan oleh pihak keluarga membawa “tanda lamaran” atau “tanda
atau kerabat laki-laki kepada pihak keluarga pengikat”. Di dalam tanda lamaran tersebut
atau kerabat wanita, meskipun ada juga kasus biasanya terdiri dari perhiasan emas dan
sebaliknya, sebagaimana yang dilakukan pada sejumlah uang bahan makanan matang
masyarakat Minangkabau atau di Bengkulu, (gemblong, wajik, bubur jenang, dan lain-
pelamar berlaku oleh pihak wanita kepada lain)1.
pihak laki-laki. (Fathur Rohman, 2013: 45).
Setelah adanya pertemuan dari kedua
Menurut hukum adat jenjang perkawinan belah pihak dilanjutkan dengan penyampaian
dapat dicapai dengan dua jalur, yaitu jalur maksud, yakni meminang wanita yang dituju.
“pekerjaan anak” dan jalur “pekerjaan orang Penyampaian maksud tersebut diungkapkan
tua”. Di antara kedua jalur itu ada lingkungan dengan bahasa Jawa yang indah dan penuh
adat yang mempunyai tata tertib pergaulan sopan santun serta penuh hormat. Biasanya hal
muda-mudi dan yang tidak, sehingga pertama yang dilakukan adalah
pergaulan mereka tidak tentu waktu dan memperkenalkan para anggota rombongan
tempatnya atau menunggu saja bagaimana yang datang, hubungan kekerabatannya satu
kehendak orang tua. Kebanyakan dari persatu dengan calon mempelai laki-laki.
pengakuan masyarakat Jimbaran Bali Begitu pula juru bicara dari pihak perempuan
bahwasanya terkadang pernikahan itu akan
mudah jika memang pekerjaan anak sudah 1
. Wawancara dengan Pak Furi, Mudin
mapan, sehingga orang tua dari si gadis desa Surodadi tanggal 2 Maret 2017.
ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018. ISSN: 2356-0150
Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat 158

yang dipinang akan membalas dengan bahasa yang memberikan makna


adat yang santun dan penuh hormat. Secara dengan sendirinya. Artinya
singkat tradisi peminangan di desa Surodadi jika seseorang membagikan
adalah sebagai berikut : kue gemblong pada tetangga,
maka hampir pasti ia hendak
1. Tahapan peminangan melangsungkan perkawinan.
a. Laki-laki yang ingin meminang b. Isi Perjanjian Peminangan
bertanya kepada orang tua wanita Adapun isi perjanjian yang
yang hendak dipinang (apakah disepakati dalam peminangan pada
anaknya sudah dipinang orang lain masyarakat Surodadi adalah
atau belum) kemudian boleh sebagai berikut:
dipinang apa tidak. 1) Besarnya uang jujur (Mas
b. Orang tua laki-laki yang ingin Kawin)
meminang pergi ke rumah orang 2) Perjanjian tempat tinggal
tua yang ingin dipinang bertujuan setelah menikah
untuk meminang. 3) Bentuk upacara adat
c. Kemudian diteruskan ungkapan 4) Tanggal pelaksanaan
pinangan dari pihak peminang dan perkawinan.
dijawab pula sambutan dari pihak
yang dipinang apakah pinangannya Metode Penelitian
diterima atau tidak.
d. Orang tua atau perwakilan dari Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif
peminang menyerahkan bawaan deskriptif, yang dimaksudkan untuk
pinangan kepada orang tua melakukan upaya intepretasi terhadap makna
yang dipinang. yang terdalam berikut konteks yang
2. Barang bawaan peminangan. melingkupi variabel yang sedang diteliti, untuk
a. Peminang bukan hanya membawa kemudian memaparkan fakta dengan
rombongan atau perwakilan dari karakteristik data-data yang muncul dari
peminang akan tetapi harus intepretasi yang telah dilakukan secara
membawa perhiasan emas, uang sistematis dan akurat. Adapun jenis penelitian
dan Gemblong dan lain lain: ini adalah field research, karena bertumpu
1) Perhiasan emas sebagai pada pengkajian secara kritis dan mendalam
tanda bukti keseriusan terhadap bahan-bahan yang ada pada berbagai
peminangan. lapangan yang menjadi objek penelitian yang
2) Membawa sejumlah uang bersumber dari masyarakat setempat. Teknik
bertujuan untuk meringankan yang digunakan oleh penyusun untuk
beban perempuan yang mengumpulkan data adalah dengan teknik
dipinang menunggu sampai wawancara, yakni proses memperoleh
waktu pernikahan yang telah keterangan dengan cara tanya jawab sambil
ditentukan kedua belah bertatap muka dengan responden (Moh. Nazir,
pihak. 2013:193).
3) Gemblong adalah jajanan Kemudian data yang terkumpul
yang harus dibawa ketika dilakukan upaya analisis dengan menggunakan
meminang bisa di katakan metode kualitatif secara induktif, yakni dengan
wajib hukumnya. Bahkan ia cara mengumpulkan data, disusun dan
merupakan jajanan khas

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2018. ISSN: 2356-0150
15 Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat
9

diklasifikasikan ke dalam tema-tema yang yang masih berada dalam masa iddah raj’iah,
disajikan kemudian dianalisa dan dipaparkan haram dan dilarang untuk pinangan. (3)
dengan kerangka penelitian lalu diberi dilarang juga meminang seorang wanita yang
interpretasi sepenuhnya dengan jalan sedang dipinang pria lain, selama pinangan
dideskripsikan apa adanya. Dalam metode ini, pria tersebut belum putus atau belum ada
penyusun sangat percaya bahwa akan ada fakta penolakan dari pihak wanita. (4) putusnya
baru yang akan terungkap (Emzir, 2011:2). pinangan untuk pria, karena adanya pernyataan
tentang putusnya hubungan pinangan atau
Hasil dan Pembahasan secara diam-diam. Pria yang meminang telah
Praktik peminangan dalam menjahui dan meninggalkan wanita yang
pelaksanaannya memang diatur oleh agama dipinang.
Islam. Aturan inilah yang disebut dengan Pasal 13 (1) pinangan belum
hukum. Oleh karena aturan itu dikeluarkan menimbulkan akibat hukum dan para pihak
oleh Islam, maka aturan yang mengatur bebas memutuskan hubungan pinangan. (2)
disebut hukum Islam. Indonesia sebagai kebebasan memutuskan hubungan peminangan
sebuah negara dengan pemeluk agama Islam dilakukan dengan tata cara yang baik sesuai
terbesar di dunia memiliki aturan praktis dengan tuntunan dan kebiasaan setempat,
hukum Islam yang menghimpun berbagai hasil sehungga tetap terbina kerukunan dsan saling
ijtihad para ulama klasik maupun kontemporer menghargai.2
serta lebih berjiwa ke-Indonesia-an. Himpunan
hukum Islam tersebut dinamakan dengan Pada takaran peminangan yang telah
Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dengan tertulis didalam undang-undang diatas
demikian yang dimaksud dengan peminangan misalnya pada pasal 13 secara tegas telah
menurut hukum Islam di Indonesia adalah dijelaskan bahwa peminangan itu belum
peminangan menurut KHI. menimbulkan akibat hukum apa-apa antar si
calon suami dan calom istri, dalam undang-
Di dalam KHI telah disebutkan dalam undang ini juga belum dijelaskan sanksi atau
poin-poin pasalnya mengenai perihal akibat hukum yang ditimbulkan jika salah satu
peminangan dan pernikahan, dimana dari kedua calon mempelai membatalkan
persyaratan yang terdapat pada undang-undang ikatan dalam pinangan tersebut. Undang-
perkawinan ada yang berbeda dengan hukum undang pernikahan ini dibuat untuk
adat yang telah berlaku di desa Surodadi. Di melindungi hak-hak kedua mempelai supaya
antara pasal yang berkaitan dengan satu sama lain tidak merasa tersakiti ataupun
peminangan di dalam kompilasi hukum islam merasa dirugikan serta ada rasa komitmen
(KHI) adalah sebagai berikut : yang tinggi untuk menyelami samudra rumah
Pasal 11 peminangan dapat langsung tangga dengan penuh kasih mengasihi dan
dilakukan oleh orang yang berkehendak saying menyayangi baik pasangan maupun
mencari pasangan jodoh, tapi dapat pula keluarga.
dilakukan oleh perantara yang dapat di Setelah tahapan peminangan sudah
percaya. Pasal 12 (1) peminangan dapat dirasa cocok itu berarti kedua mempelai
dilakukan terhadap seorang wanita yang masih beserta kedua belah pihak keluarga besar
perawan atau terhadap janda yang telah habis
2
masa iddahnya. (2) wanita yang ditalak suami UU No 1 tahun 1974 bab III tentang
peminangan
ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018. ISSN: 2356-0150
Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat 160

sudah yakin dan ingin meneruskan kejenjang Sementara itu pernikahan sendiri telah
yang lebih serius yakni perkawinan, sementara dijelaskan dalam KHI maupun undang-undang
itu tujuan perkawinan menurut KHI ditinjau yang sama tentang persyaratan maupun hal-hal
dari Fiqh disimpulkan bahwa tujuan yang berkaitan dengan perkawinan. Adapun
perkawinan adalah untuk membentuk keluarga bunyi undang-undang yang menyebutkan
yang bahagia dan kekal, Berdasarkan pernikahan dan persyaratan sebagai berikut :
Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila penulis Pasal 15 (1) untuk kemaslahatan keluarga dan
amati tujuan perkawinan menurut UUP rumah tangga, perkawinan hanya boleh
tersebut ternyata konsep UUP tidak ada yang dilakukan calon mempelai yang telah
bertentangan dengan tujuan perkawinan mencapai umur ynang telah ditetapkan dalam
menurut konsep hukum Islam, bahwa dapat KHI yakni calon suami sekurang-kurangnya
dikatakan bahwasanya ketentuan-ketentuan di berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-
dalam KHI dapat menunjang terlaksananya kurangnya berumur 16 tahun (2) bagi calon
tujuan perkawianan menurut hukum Islam. mempelai yang belum mencapai umur 21
Beberapa ahli dalam hukum Islam yang tahun harus mendapat izin sebagaimana yang
mencoba merumuskan tujuan perkawinan diatur dalam pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5).
menurut hukum Islam, antara lain, Masdar Pasal 16 (1) perkawinan didasarakan atas
Hilmi, sebagaimana yang dikutip Fathur persetujuan calon mempelai. (2) bentuk
Rahman (2013:53) menyatakan bahwa tujuan persetujuan calon mempelai wanita, dapat
perkawinan dalam Islam selain bertujuan berupa pernyataan tegas dan nyata dengan
untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan tulisan, lisan atau isyarat tapi dapat juga
rohani manusia, juga sekaligus untuk berupa diam dalam arti selama tidak ada
membentuk keluarga serta meneruskan dan penolakan yang tegas.
memelihara keturunan dalam menjalani hidup
di dunia, juga untuk mencegah perzinaan, dan Di antara hal yang disepakati mayoritas
juga agar terciptanya ketenangan dan Ulama Fiqh, Syariat, dan perundang-undangan
ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, bahwa tujuan pokok khitbah adalah berjanji
keluarga dan masyarakat. akan menikah, belum ada akad nikah. Khitbah
tidak mempunyai hak dan pengaruh seperti
Namun kebahagiaan yang diidam- akad nikah. Dalam akad nikah, memiliki
idamkan oleh kedua calon mempelai dan juga ungkapan khusus (ijab qabul) dan seperangkat
kedua keluarga besar bisa terwujud dan kelak persyaratan tertentu. Dengan demikian, segala
menjadi keluarga yang sakinah serta sesuatu yang tidak demikian bukan akad nikah
mawaddah dan wa rahmah bisa terwujud jika secara syarak.
memang keduanya saling mengenal secara
mendalam tanpa ada halangan rintangan dan Karasteristik khitbah hanya semata
paksaan oleh siapapun dengan cara berjanji akan menikah. Masing-masing calon
peminangan yang mendalam sebagaimana pasangan hendaknya mengembalikan
yang telah tertulis dalam UUP pada pasal 12 perjanjian ini didasarkan pada pilihannya
dengan metode peminangan seorang diri sendiri secara murni, tidak ada hak intervensi
maupun secara lantaran keluarga atau yang orang lain. Bahkan anadaikata mereka telah
mewakili yang daianggap layak serta mampu sepakat, kadar mahar dan bahkan mahar itu
untuk menyampaikan apa yang telah di telah diserahkan sekaligus, atau wanita
maksud oleh calon suami tersebut. terpinang telah menerima berbagai hadiah dari
peminang, atau telah menerima hadiah yang
berharga. Semua itu tidak menggeser status

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2018. ISSN: 2356-0150
16 Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat
1

janji semata (khitbah) dan dilakukan karena manusia ataupun terjadi antara manusia
tuntutan maslahat. Maslahat akan terjadi dalam dengan Allah. Menurutnya, seseorang yang
akad nikah manakala kedua belah pihak mengaku beriman pada Allah dan kitab-Nya,
diberikan kebebasan yang sempurna untuk maka tidak boleh mengingkari janji yang telah
menentukan pilihannya, karena akad nikah disepakati. Oleh karena itu, khitbah –meskipun
adalah akad menentukan kehidupan mereka. belum menimbulkan akibat hukum yang
Di antara maslahat, yaitu jika dalam akad mengikat- tetap saja ia adalah sebuah akad
nikah didasarkan pada kelapangan dan perjanjian sehingga pembatalan terhadap isi
kerelaan hati kedua belah pihak, tidak ada perjanjian tersebut merupakan sebuah
tekanan dan paksaan dari manapun. pelanggaran terhadap keimanan.

Jika seorang peminang diwajibkan atas Akan tetapi apabila semasa timbul
sesuatu sebab pinangannya itu, berarti ia harus perjanjian justeru tampa hal-hal yang dapat
melaksanakan akad nikah sebelum memenuhi merugikan salah satu dari kedua calon
segala sebab yang menjadikan kerelaan. mempelai tersebut atau bahkan keduanya,
Demikian yang ditetapkan kitab-kitab Fiqh maka atas dasar dlarurat perjanjian tersebut
secara ijmak tanpa ada perselisihan. dapat dibatalkan. Misalnya setelah timbul
Kesepakatan tersebut tidak berpengaruh pada perjanjian dalam peminangan, ternyata calon
apa yang diriwayatkan dari Imam Malik mempelai wanita sudah hamil terlebih dahulu,
bahwa perjanjian itu wajib dipenuhi dengan atau sang calon laki-laki diketahui adalah
putusan pengadilan menurut sebagian seorang penipu dan lain-lain. Kasus seperti ini
pendapat. Akan tetapi dalam perjanjian akad dapat menjadi alasan pembatalan peminangan
nikah (khitbah) tidak harus dipenuhi, karena sebab syarak datang untuk membawa
penetapan janji ini menurut keberlangsungan kemaslahatan dan menolak bahaya bagi
akad nikah bagi orang yang tidak ada kerelaan. ummat, bahkan menolak bahaya harus
Hakim pun tidak berhak memutuskan didahulukan dari pada memperoleh manfaat.
pemaksaan pada akad yang kritis ini (Azaam Sebagaimana kaidah fiqh yang mengatakan
dan Hawwas, 2014:9). ‫افِ ِع‬Nَ‫ب ْال َمن‬
ِ ‫ َّد ٌم َعلَى َج ْل‬Nَ‫ا ِّر ُمق‬N‫ض‬
َ ‫ ُع ْال َم‬N‫( َد ْف‬menolak bahaya
didahulukan dari pada mendatangkan manfaat)
Akan tetapi dalam khitbah hanya (Khallaf, 2014:386).
berlaku sebuah perjanjian yang mana telah
disinggung dalam surat al-Maidah ayat 1, Peminangan, sebagaimana yang
bahwa wahai orang-orang beriman, penuhilah dijelaskan dalam pasal 1 huruf a KHI adalah
akad-akad itu. Disebut akad karena di dalam “kegiatan kegiatan upaya ke arah terjadinya
peminangan terjadi perjanjian yang dalam hubungan perjodohan antara seorang pria
bahasa Arab disebut akad. Perjanjian itu dengan seorang wanita”. Jika dimaknai
–sebagaimana dalam pembahasan kembali, pengertian ini meliputi ruang lingkup
sebelumnya- berisi tentang kesepakatan waktu yang luas. Upaya yang dimaksud tidak
pelaksanaan perkawinan, jumlah mahar dan dijelaskan sehingga mudah diinterpretasikan
tempat tinggal kedua suami isteri tersebut dengan berbagai kegiatan. Tentunya upaya
pasca menikah. perjodohan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Hal ini juga yang menjadikan adat setiap
Sebagaimana yang dijelaskan oleh al- daerah berbeda, bahkan tiap desa di satu kota
Zuhaily (2009:415) bahwa akad harus
dipenuhi, baik akad yang terjadi antar sesama
ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018. ISSN: 2356-0150
Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat 162

berbeda tradisi dan adat dalam pelaksanaan memberikan jaminan kematangan kepada
peminangan. calon kedua mempelai agar siap secara mental
menjalani bahtera rumah tangga. Di samping
Di desa Surodadi peminangan tidak itu memberikan keleluasaan kepada pemuda
memiliki batasan umur layaknya di desa pemudi yang sudah sangat ingin menikah
Jimbaran Bali atau dalam undang-undang No. supaya tidak terlalu lama menanti usia
1 tahun 1974 tentang perkawinan. Jika di desa perkawinan. Oleh karena itu batasan usia yang
Jimbaran Bali peminangan lazimnya dilakukan diberikan adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16
oleh laki-laki yang sudah berumur 27 tahun tahun bagi perempuan.
terhadap wanita yang sudah berumur 23 tahun,
dan jika dalam UU No. tahun 1974 tentang Akan tetapi masyarakat desa Surodadi
perkawinan –begitu juga dalam KHI- memiliki pertimbangan lain. Mereka lebih
mengatur bahwa peminangan dan perkawinan suka menikah sebagai tindakan antisipasi dari
hanya boleh dilakukan oleh laki-laki minimal pergaulan bebas. Maka para pemuda tidak
berumur 19 tahun dan perempuan berumur jarang yang menikah di bawah usia
minimal 16 tahun, maka di desa Surodadi tidak semestinya. Selain itu, pelaksanaan
demikian. Tradisi di desa tersebut tidak peminangan di desa Surodadi dapat dibilang
mengenal batasan umur. Setiap pemuda yang memiliki keunikan tersendiri. Dalam adat dan
sudah merasa mampu dapat melangsungkan tradisi desa Surodadi dalam melaksanakan
perkawinan. peminangan, ada satu makanan yang tidak
boleh ditinggalkan. Makanan itu adalah kue
Hal mendasar yang menjadi alasan gemblong. Kue gemblong sangat identik
terjadinya perkawinan di bawah umur – dengan persiapan perkawinan. Oleh karena itu
menurut penulis- adalah rendahnya tingkat jika ada seseorang yang membagikan kue
pendidikan yang dicapai. Kebanyakan gemblong pada tetangganya, maka sudah
masyarakat desa Surodadi hanya memiliki hampir pasti ia telah melangsungkan
latar pendidikan sampai jenjang SLTP, peminangan.
meskipun beberapa sudah mencapai tingkat
SLTA dan perguruan tinggi. Rendahnya Selain kue gemblong, tradisi lain yang
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola menjadi kebiasaan masyarakat desa Surodadi
piker seseorang. Oleh karena kesadaran adalah barang bawaan berupa perhiasan dan
pendidikan yang rendah, maka setelah sekolah uang. Perhiasan dan uang ini bukan sebagai
kebanyakan dari pemuda-pemuda desa mas kawin, melainkan hanya sebagai simbol
Surodadi lebih memilih merantau ke luar pengikat dan biaya bantuan dari pihak laki-laki
daerah sampai ke luar negeri. Hal ini kepada keluarga perempuan karena akan
dilakukan karena mencari pekerjaan yang mempunyai hajat dan jamuan besar untuk para
produktif dapat meningkatkan derajat tetangga. Adapun jumlah dan nominal baran
kehidupan di mata masyarakat. Apabila bawaan tersebut sesuai dengan kemampuan
mereka sudah merasa mampu menghidupi dari pihak laki-laki.
dirinya sendiri, maka timbullah kepercayaan
diri untuk meminang dan menikahi gadis Dalam proses peminangan, hal lain
pilihannya. yang cukup menarik adalah adanya pihak
penyambung dari pihak laki-laki yang bertugas
Di dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang menyatakan niat bahwa ia hendak mengawini
perkawinan dan KHI, batasan usia perkawinan gadis pujaannya. Biasanya pihak penyambung
ditentukan demikian bertujuan untuk ini bukan ayah dari calon mempelai laki-laki,

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2018. ISSN: 2356-0150
16 Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat
3

namun berasal dari tokoh masyarakat yang memiliki akibat hukum apapun. Jadi tidak ada
sudah dikenal banyak orang, atau dari pihak hak dan kewajiban apapun di antara kedua
keluarga yang dituakan selan ayah. calon mempelai. Dalam pasal 13 ayat (1)
dijelaskan bahwa “Pinangan belum
Dalam pasal Pasal 11 KHI dijelaskan menimbulkan akibat hukum dan para pihak
“bahwa peminangan dapat langsung dilakukan bebas memutuskan hubungan peminangan”.
oleh orang yang berkehendak mencari Akan tetapi masyarakat desa Surodadi
pasangan jodoh, tapi dapat pula dilakukan oleh memandang lain. Mereka menganggap bahwa
perantara yang dapat di percaya”. Tampaknya pemutusan peminangan adalah sebuah hal
pilihan kedua inilah yang dipraktikkan oleh yang tidak lazim sehingga dapat menimbulkan
masyarakat Desa Surodadi. Mereka kegaduhan sosial.
menganggap pinangan (lamaran) yang
langsung dikemukakan oleh calon mempelai Sebenarnya peminangan tidak wajib
laki-laki kurang memiliki kekuatan sehingga menurut hukum Islam, akan tetapi dalam adat
akan diragukan keseriusannya. Sehingga laki- dan budaya peminangan akan menimbulkan
laki yang hendak meminang perempuan kesan hormat menghormati antara kedua
pujaannya harus membawa wakil dari orang keluarga. Selain itu peminangan dapat menjadi
tuanya agar pinangan yang ia tujukan dapat interpretasi keseriusan dari pihak laki-laki
dipercaya. terhadap pihak perempuan.

Setelah kedua keluarga bertemu, maka Simpulan


langkah selanjutnya adalah pernyataan dari
pihak laki-laki kepada wali dari calon Berdasarkan pada paparan di atas dapat
mempelai wanita mengenai maksud dan tujuan diambil kesimpulan bahwa dalam hukum
kedatanganmya, yakni keinginan memperisteri Islam peminangan merupakan janji akan
anak gadis idamannya. Dalam perundingan ini mengadakan akad perkawinan di waktu yang
ada beberapa yang dibicarakan, di antaranya akan datang, sehingga khitbah bukan suatu
adalah: pertama, jawaban diterima atau perbuatan yang menetapkan adanya hukum
tidaknya lamaran atau pinangan sang pria. perkawinan. Bagi masing-masing pihak masih
Kedua, jika diterima, berapa mas kawin yang ada jalan untuk beralih dari janji tersebut
disepakati. Ketiga, tempat tinggal kedua terutama apabila terdapat hal-hal yang
mempelai setelah menikah. Keempat, waktu mengharuskannya. Janji untuk melakukan
atau tanggal pelaksanaan perkawinan. perkawinan bukanlah akad perkawinan, maka
tidak ada akibat-akibat yuridis pada khitbah
Mengenai mas kawin, biasanya terjadi sebagaimana hal itu terdapat akad perkawinan.
tawar menawar antara kedua pihak keluarga, Sedangkan yang terjadi di masyarakat desa
dimulai dengan permintaan dari wanita. Jika Surodadi, peminangan yang ada saat ini sudah
terlalu besar bagi sang pria, maka ia meminta sesuai syariat Islam dan adat istiadat dalam
agar jumlah tersebut diturunkan. Akan tetapi masyrakat desa surodadi juga tidak
jika calon mempelai laki-laki tidak merasa bertentangan dengan hukum Islam.
keberatan, maka jumlah dan jenis mas kawin
dapat langsung dipenuhi olehnya. Hukum Islam –sebagai barometer
berprilaku ummat Islam- memandang bahwa
Hal lain yang berbeda adalah bahwa peminangan (Khitbah) adalah anjuran bagi
dalam hukum Islam, peminangan tidak seseorang yang hendak melangsungkan
ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 1 Januari-Juni 2018. ISSN: 2356-0150
Ardi Ikhsan, Tinjauan KHI Terhadap Praktik Peminangan Secara Hukum Adat 164

perkawinan. Sementara hukum Islam sendiri Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Hawwas,
tidak memberikan panduan mengenai Abdul Wahab. 2014. Fiqh
peminangan secara spesifik layaknya juklak Munakahat : Khitbah, Nikah, dan
dan juknis dalam pelaksanaan peminangan. Talak, Jakarta : AMZAH.Emzir.
Sesdangkan pelaksanaan peminangan di desa 2011. Metodologi Penelitian
Surodadi dapat dibilang memiliki keunikan Kualitatif: Analisis Data, Jakarta:
tersendiri. Dalam adat dan tradisi desa Raja Grafindo Persada.
Surodadi dalam melaksanakan peminangan,
yang pertama, peminang harus pergi bersama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2010.
orang tuanya ke rumah perempuan yang ingin t.tp: Gama Press.
di pinan., kedua, perwakilan dari pihak si Khallaf, Abdul Wahhab. 2014. Ilmu Ushul
peminang menyakan kapan siap dipinang. Fiqh, Alih Bahasa Moh. Zuhri dan
Ketiga, keluarga pihak peminang beserta Ahmad Qarib Semarang: Karya
rombongan keluarga membawa uang dan Toha Putra.Muslim, Buchori. 2012.
perhiasan emas dan ada satu makanan yang “Batasan Melihat Wanita Dalam
tidak boleh ditinggalkan. Makanan itu adalah Peminangan (Perspektif Fiqh Ibn
kue gemblong. Kue gemblong sangat identik Hazm)”, Skripsi, Yogyakarta: UIN
dengan adanya perempuan desa surodadi Sunan Kalijaga.
mendapatkan pinangan Dalam hal ini
peminangan adat desa Surodadi tidak Nazir, Mohammad. 2013. Metode Penelitian,
bertentangan dengan hukum Islam yang ada di Jakarta: Rajawali Pers.
Indonesia.
Rohman, Fathur. 2013. “Peminangan dan
DAFTAR PUSTAKA Perkawinan Adat Bali: Studi
Komparasi Kompilasi Hukum Islam
Al-Asqolani, Ibnu Hajar. t.th. Bulugh al- dengan Hukum Adat Desa
Maram, Semarang: Alawiyah. Jimbaran”, Skripsi, Yogyakarta :
Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya Dilengkapi UIN Sunan Kalijaga.
dengan Asbabun Nuzul dan Hadits
Sahih. 2010. Jakarta: Sygma Syarifuddin, Amir. 2014. Hukum Perkawinan
Examedia Arkanleema. Islam di Indonesia, Jakarta:
Arfan, Muchamad. 2010.“Analisis Tentang Kencana.
Hukum Meminang Di Atas
Yasin, Nur Wahid. 2010. Tinjauan Hukum
Pinangan Orang Lain Menurut
Islam Terhadap Sanksi Pembatalan
Pendapat Imam Malik”, Skripsi,
Peminangan (Studi Kasus di Desa
Semarang: UIN Walisongo.
Ngreco, Kecamatan Weru, Kabupaten
Al-Zuhaili, Wahbah. 2009. Tafsir al-Munir fi
Sukoharjo)”, Skripsi, Yogyakarta: UIN
al-Aqidah al-al-Syari’ah wa al-
Sunan Kalijaga
Manhaj, Tanpa Kota: Dar al-
Fikr.Basyir, Ahmad Azhar. 1999.
Hukum Perkawinan Islam,
Yogyakarta: UII Press.

ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 5 No. 2 Juli-Desember 2018. ISSN: 2356-0150

Anda mungkin juga menyukai