Anda di halaman 1dari 10

Peranan Mediasi dalam Rekonsiliasi Perselisihan Rumah Tangga (Studi di PA Kota Tasikmalaya)

ADAT MEMBERI HIBAH PELUMPAT DALAM PELANGKAHAN


PERNIKAHAN DI MACANMATI, GIRIMULYO, PANGGANG,
GUNUNG KIDUL

Yafie
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: omesh_elrebel@yahoo.com

Abstract
For Muslims, has been defined and there is no doubt at all that marriage is a legal agreement or cancellation of the
shari’ah is determined solely by the Divine law. Islam does not set the order of kinship in marriage. At Hamlet
Village Macanmati Girimulyo District of Gunung Kidul Roast there is a custom that is still adhered to and
implemented by local people since ancient times until now, where when stepping sister sister brother or sister
bypassing both men or married women should give provision of goods or money to the brother who were bypassed,
the term is usually called customs administration gave pelumpat. This research analyzed and sought legal certainty
looking at the suitability of tradition pelumpat to see whether it comes from al-Quran and al-Hadith, Fiqh
Proposed rules by using urf and maslahah mursalah or opinion of the scholars.

[Bagi umat Islam, telah pasti dan tidak ada kesangsian sedikit pun bahwa pernikahan adalah suatu
perjanjian syari’atyang sah atau batalnya ditentukan semata- mata oleh hukum Ilahi.Islam tidak
mengatur urutan kekerabatan dalam pernikahan. Di Dusun Macanmati Desa Girimulyo Kecamatan
Panggang Kabupaten Gunung Kidul terdapat suatu adat yang masih ditaati dan dilaksanakan oleh
masyarakat setempat sejak dahulu kala sampai sekarang, dimana ketika adik perempuan melangkahi
kakak perempuan atau adik laki-laki melangkahi kakak baik laki-laki atau perempuan menikah harus
memberikan pemberian suatu barang ataupun uang kepada kakak yang dilangkahi. Istilah pemberian
ini biasa disebut adat memberi pelumpat. Tulisan ini mengkaji kepastian hukumnya dengan melihat
kesesuaian tradisi pelumpat baik itu dari sisi al-Quran maupun al-Hadis, serta kaidah Usul Fiqih
dengan menggunakan urf dan maslahah mursalah maupun pendapat para ulama.]

Kata Kunci: Syarat dan rukun pernikahan, adat, hukum Islam

A. Pendahuluan persetujuan hubungan dengan maksud secara


Manusia diciptakan oleh Allah sebagai bersama-sama menyelenggarakan kehidupan
mahluk yang paling mulia dan Allah men- yang lebih akrab menurut syarat-syarat dan
ciptakan manusia dengan bentuk yang paling hukum asusila yang dibenarkan Allah sang
sempurna, dan menyempurnakan sifat ke- pencipta alam.1
manusiaanya dengan adanya syariat-syariat, Pernikahan adalah terjemah dari kata
untuk membedakan antara dirinya dengan nakaha dan zawaja, kedua istilah inilah yang
binatang, dan syariat itu di antaranya adalah menjadi pokok dalam al-Quran untuk menun-
pernikahan. Pernikahan dapat dikatakan se- juk perkawinan atau pernikahan. Istilah nakaha
bagai suatu perjanjian pertalian antar dua berarti berhimpun dan zawaja berarti pasang-
manusia, laki-laki dan perempuan yang berisi an, dengan demikian, dari segi bahasa per-

1
M. Nasrudin Latif, Ilmu Perkawinan Problematika Seputar Keluarga dan Rumah Tangga, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001),
hlm. 13.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H 155


Yafie

nikahan berarti berkumpulnya dua insan yang gam dengan aturan yang berlaku dimasya-
semula terpisah dan berdiri sendiri, menjadi rakat, mengapa itu bisa terjadi?, karena itu tidak
satu-kesatuan yang utuh dan bermitra menjadi lepas dari pengaruh dan peranan adat istiadat
sebuah pasangan.2 Allah berfirman dalam al- masyarakat yang berlaku dimana masyarakat
Qur’an yang berbunyi: itu berada.
3
1 Adat istiadat masyarakat yang memang
.ٰ‫وَأَﻧﱠﮫُۥ ﺧَﻠَﻖَ ٱﻟﺰﱠوۡﺟَﯿۡﻦِ ٱﻟﺬﱠﻛَﺮَ وَٱﻟۡﺄُﻧﺜَﻰ‬ dominan dan mempunyai daya ikat yang kuat
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan tentu juga mempunyai pengaruh yang besar
berpasang-pasangan pria dan wanita”. pula dalam tingkah laku dan perbuatan masya-
rakat itu sendiri, dari sini adat tidak hanya
Bagi umat Islam, telah pasti dan tidak ada sekedar warisan nenek moyang akan tetapi
kesangsian sedikit pun bahwa pernikahan menjadi sebuah peraturan yang memang harus
adalah suatu perjanjian syari’at yang sah atau dipatuhi. Keteguhan berdirinya adat istiadat
batalnya ditentukan semata- mata oleh hukum dalam masyarakat setempat telah menye-
Ilahi, maka ada lima faktor yang memang babkan berlaku sebagai hukum positif yang
harus dipenuhi sebagai suatu keharusan untuk diakui keabsahanya dengan sanksi pelak-
melangsungkan pernikahan.4 sanaan hukum tertentu bagi pelanggar-pelang-
Dalam Undang-Undang RI No.1 tahun garnya dalam masyarakat yang bersangkutan.7
1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Di Dusun Macanmati Desa Girimulyo
Hukum Islam disebutkan bahwa untuk melak- Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung
sanakan perkaiwinan harus ada: 5Calon suami, Kidul ada adat yang memang masih dilak-
Calon isteri, Wali nikah, Dua orang saksi dan sanakan dan berkembang sampai sekarang.
Ijab dan Qobul Dalam pelaksanaan pernikahan ketika adik
Kehadiran syarat dan rukun dalam per- laki-laki akan melaksanakan sebuah pernikah-
nikahan pada hakikatnya bertujuan agar ter- an dan ternyata mempunyai saudara atau sau-
jamin keutuhan ikatan lahir dan batin tersebut, dari di atasnya, atau adik perempuan yang
dan pada akhirnya tercapai kehidupan yang akan melaksanakan pernikahan dan masih
tentram, damai dan penuh cinta kasih sayang, mempunyai kakak perempuan harus memberi-
sebagai tujuan perkawinan. 6 Dari sini sudah kan sesuatu barang ataupun uang sebagai
jelas sekali bahwasanya Islam benar-benar syarat dalam pelangkahan pernikahan. Adat
mengatur tentang perkawinan yang sudah di- memberi sesuatu barang atau pun uang ter-
jelaskan sebelumnya, bahwa sebelum melang- sebut biasa disebut dengan adat pelumpat.
sungkan pernikahan terdapat ketentuan-ke-
tentuan yang harus diperhatikan dan harus ter- B. Pengertian dan Syarat Rukun
penuhi, agar tidak keluar dari koridor-koridor Pernikahan
yang telah ditentukan oleh syari’at Islam. Pernikahan merupakan pintu gerbang
NAmun aturan pernikahan yang diatur dalam kehidupan yang wajar atau biasa dilalui oleh
syariat Islam terkadang tidak sama dan sera- umumnya umat manusia, dimana-mana di-

2
Khoirudin Nasution, Hukum Perkawinan 1, (Yogyakarta: Academia +Tazzafa, 2004), hlm. 13.
3
Q. S. an-Najm (53): 45.
4
M. Nasrudin Latif, Ilmu Perkawinan Problematika Seputar Keluarga dan Rumah Tangga, hlm. 29.
5
Undang-Undang R.I No.1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2013), hlm.
32 7.
6
Khoirudin Nasution, Hukum Perkawinan 1, .hlm. 36.
7
Evaluasi Hasil Penelitan Dasar IAIN tahun 1980/1981,Agama Adat dan Pembangunan, (Jakarta: Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama R. I, 1982/1983), hlm. 3.

156 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H


Adat Memberi Hibah Pelumpat dalam Pelangkahan Pernikahan di Macanmati, Girimulyo

seluruh pelosok bumi. Pernikahan merupakan adakan. Dalam suatu acara pernikahan um-
kondisi alami terbaik dan kesempatan utama pamanya rukun dan syaratnya tidak boleh
yang paling tepat untuk memenuhi dan me- tertinggal, dalam arti pernikahan tidak sah bila
muaskan tabiat. Pernikahan adalah cara yang keduanya tidak lengkap.12
paling baik untuk memperbanyak keturunan Syarat adalah sesuatu yang harus ada
dan menjaga keberlangsungan hidup dengan dalam suatu perbuatan, namun berada di luar
menjaga sisi nasab yang sangat diperhatikan perbuatan itu sendiri. Sedangkan rukun
oleh Islam.8 sesuatu yang harus ada dalam suatu perbuatan
Nikah menurut bahasa mempunyai arti dan menjadi bagian dari perbuatuan tersebut.
sebenarnya (haqiqat) dan arti kiasan (majaz). Sebagian dari rukun nikah merupakan dari
Arti yang sebenarnya dari nikah ialah dham, bagian persyaratan nikah. Oleh karena itu
yang berarti menghimpit, menindih atau ber- persyaratan nikah mengacu pada rukunya,
kumpul, sedang arti kiasanya ialah watha yang atau persyaratan nikah itu bertalian dengan
berarti setubuh atau aqad yang berarti meng- keberadaan rukun itu sendiri. 13 Pada garis
adakan perjanjian pernikahan. 9 Pendapat besarnya, syarat sah pernikahan itu ada dua,
Sajuti Thalib bahwa pernikahan ialah suatu yaitu:14 Pertama, Laki-laki dan perempuanya
perjanjian yang suci dan kuat dan kokoh untuk sah untuk dinikahi, artinya kedua calon pe-
hidup bersama secara sah antara seorang laki- ngantin adalah orang yang bukan haram di-
laki dengan seorang perempuan untuk mem- nikahi. Kedua, Akad nikahnya dihadiri oleh
bentuk keluarga yang kekal, santun menyan- para saksi.
tuni, kasih mengasihi, tentram dan bahagia.10 Menurut Jumhur ulama rukun pernikah-
Pendapat imam Syafi’i bahwa pengertian nikah an itu ada lima, dan masing-masing mem-
ialah suatu akad yang denganya menjadi halal punyai syarat-syarat tertentu. Syarat dari
hubungan seksual antara pria dengan wanita.11 rukun tersebut adalah:15 Adapun syarat-syarat
Persoalan pernikahan adalah persoalan bagi calon suami di antaranya adalah: (1)
manusia yang banyak seginya, mencakup Beragama Islam, (2) Laki-laki, (3) Jelas orang-
seluruh segi kehidupan manusia, mudah nya, (4) Dapat memberikan persetujuan, dan
menimbulkan emosi dan perselisihan, karena (5) Tidak terdapat halangan perkawinan.
itu adanya kepastian hukum, yaitu sebelum Sedangkan syarat-syarat bagi calon isteri di-
melaksanakan pernikahan harus memenuhi antaranya adalah: (1) Beragama Islam, (2)
syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh Perempuan, (3) Jelas orangnya, (4) Dapat
syariat Islam. Syarat dan rukun pernikahan memberikan persetujuan, dan (5) Tidak
merupakan dasar bagi penikahan, rukun dan terdapat halangan perkawinan
syarat menentukan suatu perbuatan hukum, Adanya wali dari pihak calon pengantin
terutama yang menyangkut sah atau tidaknya wanita, akad nikah akan dianggap sah apabila
perbuatan dari segi hukum. Kedua kata ter- ada seorang wali atau wakilnya yang akan
sebut mempunyai arti sama dalam hal bahwa menikahkanya. Rasulullah SAW. bersabda:
keduanya merupakan sesuatu yang harus di-

8
Sulaiman al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, (Jakarta: Ummul Qura, 2013), hlm. 437.
9
Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993), hlm. 1.
10
Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor1 Tahun 1974 dari Segi Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: IHC,
1986), hlm. 1
11
Ibid., hlm. 2.
12
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Pernada Media, 2006), hlm. 59.
13
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 82.
14
Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqih Munakahat, hlm. 63.
15
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 10.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H 157


Yafie

16
tradisi yang tidak diketahui kapan dimulainya
ٍ‫ﻻَ ﻧِﻜَﺎحَ إِﻻَ ﺑﻮَﻟِﻲَ ﺷَﺎھِﺪَيْ ﻋَﺪْل‬
karena memang adat tidak sama dengan
“Tidak sah suatu pernikahan tanpa adanya hukum positif yang baku dan tertulis, Seperti
wali dan duaa saksi yang adil”. halnya adat memberi pelumpat.Secara epis-
timologi pelumpat artinya mendahului, melang-
Sedangkan syarat-syarat bagi wali nikah kahi atau melompati diambil dari kata dasar
adalah: (1) Laki-laki, (2) Dewasa, (3) Mem- lumpat. 18
punyai hak perwalian, dan (4) Tidak terdapat Secara terminologi artinya suatu adat
halangan perwalianya. Pelaksanaan akad yang telah berkembang dan ditaati oleh masya-
nikah akan sah apabila ada dua orang yang rakat setempat sejak dahulu kala dimana
menyaksikan akad nikah tersebut.Sedangkan ketika adik perempuan melangkahi kakak
syarat-syarat bagi saksi nikah adalah: (1) Mini- perempuan atau adik laki-laki melangkahi
mal dua orang laki-laki, (2) Hadir dalam ijab kakak baik laki-laki atau perempuan menikah,
qabul, (3) Dapat mengerti maksud akad, (4) harus memberikan pemberian suatu barang
Islam, dan (5) Dewasa. (umumnya kain sarung, pakaian, kain batik)
Sighat akad nikah yaitu ijab qabul yang atau pun uang kepada kakak yang dilangkahi,
diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak istilah pemberian barang atau pun uang
wanita, dan dijawab oleh calon pengantin pria. tersebut biasa disebut adat pelumpat.19
Adapun syarat-syarat sighat akad nikah
2. Waktu Pelaksanaan Adat Member
adalah: (1) Adanya pernyataan mengawinkan
Pelumpat
dari wali nikah, (2) Adanya pernyataan me-
nerima dari calon mempelai lak-laki, (3) Me- Pemberian pelumpat sebenarnya lebih
makai kat-kata nikah, tajwiz atau terjemahan kepada urusan personal baik yang melangkahi
dari kedua kata tersebut, (4) Antara ijab dan dan yang dilangkahi, pemberian pelumpat bisa
qabul bersambungan, (5) Orang yang sedang kapan saja asal tidak pada posisi akad nikah
ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau dan setelah akad nikah.20 Sebelum adik yang
umrah, dan (6) Majelis ijab dan qabulitu harus melangkahi memberikan pelumpat, terlebih
dihadiri minimal empat orang yaitu calon mem- dahulu meminta izin kepada kakak yang di-
pelai atau wakilnya, wali dari mempelai wani- langkahi karena pada esensinya adat memberi
ta, dan dua orang saksi. pelumpat ini adalah meminta izin dan meminta
restu atau ijab antara yang melangkahi kepada
yang dilangkahi.
C. Adat Memberi Pelumpat dalam
Pemberian pelumpat itu adakalanya
Pelangkahan Pernikahan di Dusun
berbarengan setelah meminta izin ada pula
Macanmati
yang memberi pelumpat nya tidak berbarengan
1. Pengertian Pelumpat pada waktu izin. Semua kembali kepada yang
memberi pelumpat untuk pemberianya kapan
Adat ialah pengulangan atau praktek
pun asal tidak pada waktu akad nikah, juga
yang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan
tidak setelah akad nikah.
baik perorangan maupun dilakukan oleh suatu
kelompok. 17 Akan tetapi tidak sedikit suatu

16
Al-Imam Al-Hafizh Ali bin Umar, Sunan ad-Daraquhtni, alih bahasa Anshory Taslim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm.
49 5.
17
Ratno Lukito, Pergumulan antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia,( Jakarta: INIS, 1998), hlm. 5.
18
Wawancara dengan Bapak Purwanto, tokoh masyarakat Macanmati, tanggal 17 Juni, 2014.
19
Wawancara dengan Bapak Marsudi , sesepuh Macanmati, tanggal 18 Juni , 2014.
20
Wawancara dengan Bapak Margiyo, sesepuh Macanmati, tanggal 7 September, 2014.

158 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H


Adat Memberi Hibah Pelumpat dalam Pelangkahan Pernikahan di Macanmati, Girimulyo

3. Dampak Bagi Yang Tidak Memberikan D. Analisis Hukum Islam terhadap Adat
Pelumpat Memberi Hibah Pelumpat dalam
Hampir sama dengan hukum yang baku Pelangkahan Pernikahan
dan tertulis setiap yang melanggar hukum yang
1. Keharusan Memberi Pelumpat Dalam
sudah ditetapkan maka akan di kenakan sanksi
Pelangkahan Pernikahan
sesuai hukum yang berlaku, begitu juga dengan
adat memberi pelumpat, walaupun tidak ada Alasan mengapa dalam adat pelangkahan
hukuman secara langsung bagi yang tidak pernikahan harus memberikan pelumpat,
mematuhi dan melaksanakan adat pelumpat, menurut bapak Margiyo adalah “ se ono pan-
akan tetapi karena adat pelumpat ini sudah tangane iku kudu ono syarate “ (sesuatu yang me-
turun-temurun dilaksanakan maka bagi yang nimbulkan kendala maka harus ada syarat-
tidak mematuhi akan menjadi buah bibir atau nya).23 Jika sesuai urutan ke kerebatan maka
pergunjingan masyarakat.21Sejauh ini menurut yang harus terlebih dahulu menikah adalah
pemaparan dari bapak Margiyo belum ada yang lebih tua sebelum yang lebih muda me-
masyarakat Macanmati yang melanggar adat nikah, hal yang seperti ini adalah merupakan
pelumpat ini, kepatuhan masyarakat Macan- suatu kendala maka ada persyaratan yang
mati terhadap adat yang sudah diwariskan harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum adik
para terdahulunya dijaga dan dilestarikan yang melangkahi menikah, dan syarat atau
karena masyarakat percaya bahwa para ter- serono nya adalah memberi pelumpat.
dahulunya mewariskan banyak adat yang Pemberian ini sebagai bentuk penghormat-
sampai sekarang masih berlaku tidak lepas dari an dan menjaga etika adik yang notabenenya
alasan-alasan yang didalamnya menyimpan lebih muda dari kakanya karena mendahului
sebuah pelajaran dan kebaikan atau kemas- menikah. Barang atau pun uang yang diberikan
lahatan yang kadang masyarakat pun kurang hanyalah sebagai simbol atau syarat adat se-
mengetahui, oleh karena itu masyarakat pun bagai bentuk penghormatan. 24 Walaupun
tidak semberono dan hati-hati dalam melak- hanya sekedar syarat, pemberian berupa ba-
sanakan sesuatu.22 rang atau uang tersebut sifatnya adalah suatu
Selain menjadi buah bibir dan pergunjing- kewajibann yang tidak boleh dilanggar bagi
an masyarakat, mitos yang berlaku di kalangan yang melangkahi pernikahan.
masyarakat apabila tidak memberi pelumpat
2. Eksisnya Adat Memberi Pelumpat dalam
kepada yang dilangkahi dikhawatirkan akan
Pelangkahan Pernikahan
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di ke-
Walaupun zaman sudah berubah dan
mudian hari atau nemah-nemahi baik bagi yang
berkembang adat pelumpat yang merupakan
melangkahi maupun yang dilangkahi, bagi
warisan nenek moyang tetap dipatuhi dan
yang melangkahi jika tidak memberi pelumpat
dilaksanakan oleh masyarakat Macanmati.
mitosnya adalah hubungan rumah tangganya
Eksisinya adat pelumpat yang sudah lama sekali
nanti dikhawatirkan tidak harmonis dan men-
ada dan masih tetap dipatuhi sampai sekarang
dapatkan banyak kendala, dan bagi yang di-
tentu tidak lepas dari faktor dan alasan-alasan
langkahi dikhawatirkan sulit untuk mendapat-
yang melatar belakanginya. Faktor-faktor yang
kan jodoh kurang lebih mitos yang berkembang
mempengaruhinya antara lain sebagai berikut:
di msyarakat begitu.

21
Wawancara dengan Bapak Purwanto, tokoh masyarakat Macanmati, tanggal 17 Juni, 2014.
22
Wawancara dengan Bapak Margiyo, sesepuh Macanmati, tanggal 7 September, 2014.
23
Wawancara dengan Bapak Margiyo, sesepuh Macanmati, tanggal 7 September, 2014.
24
Wawancara dengan Bapak Margiyo, sesepuh Macanmati, tanggal 7 September, 2014.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H 159


Yafie

a. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Adat Ketika meminta izin dan restu disertai
Sangat Kuat pemberian barang pelumpat kepada kakak yang
Kehidupan sehari-hari masyarakat Dusun dilangkahi adik yang melangkahi pun berharap
Macanmati memang tidak jauh berbeda de- hubungan rumah tangga yang akan dibangun
ngan umumnya kehidupan di daerah-daerah nanti bisa harmonis dan penuh cinta kasih juga
lain yang sudah maju, akan tetapi, dalam hal- adik yang melangkahi pun mendoakan agar si
hal yang berupa peraturan adat sangatlah kakak kelak akan dipermudah dalam menemu-
dipatuhi, apalagi di dalamnya terdapat suatu kan pasangan hidup, dengan adanya izin dan
hukuman bagi setiap orang yang melanggar- permohonan restu disertai pemberian pelumpat
nya, baik hukuman itu nyata atau hanya mitos ini baik adik yang melangkahi dan kakak yang
belaka. Contohnya adalah adat memberi pe- dilangkahi mengharapkan sebuah kemas-
lumpat ini. lahatan dan menjauhkan kemadharatan dari
Adat ini memang masih belum pernah sesuatu yang tidak diinginkan di kemudian
satu pun masyarakat yang melanggar, dan hari. Faktor-faktoryang sudah disebutkan
belum ada dampak buruk riil bagi yang me- inilah yang menyebabkan masih dipatuhi dan
langgar, seperti mitos yang berlaku dan ber- ditaatinya adat memberi pelumpat dalam
kembang di masyarakat, bagi pelaku yang pelangkahan pernikahan di Dusun Macanmati
melanggar adat pelumpat dalam pelangkahan Desa Girimulyo Kecamatan Panggang Kabu-
pernikahan, baik itu yang melangkahi jika me- paten Gunung Kidul, yang sampai sekarang
langgar adat tersebut hubungan rumah tangga tidak hilang di telan zaman.
yang akan dibangun tidak akan harmonis, juga
3. Analisis Tinjauan Hukum Islam terhadap
yang dilangkahi karena tidak diberi pelumpat
Adat Memberi Hibah Pelumpat dalam
sebagai syarat dalam pelangkahan pernikahan
Pelangkahan Pernikahan
akan sulit mendapatkan jodoh, akan tetapi
karena ini sudah menjadi aturan adat Islam tidak mengatur urutan kekerabatan
masyarakat Macanmati pun tetap melak- dalam pernikahan, artinya tidak ada aturan
sanakanya. dalam Islam bahwa kakak yang notabenenya
lebih tua dari pada adik harus menikah terlebih
b. Mempererat hubungan personal antara adik
dahulu, dan adik boleh menikah setelah kakak-
yang melangkahi dan kakak yang dilangkahi
nya menikah. Dalam hukum Islam apabila
Esensi dan titik tekan adat memberi pelu-
syarat dan rukun pernikahan sudah terpenuhi
mpat dalam pelangkahan pernikahan adalah
maka akan dianggap sahlah sebuah pernikah-
memohon izin dan restu bagi adik yang me-
an. Di Dusun Macanmati Desa Girimulyo
langkahi menikah juga disertai dengan pem-
Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung
berian sesuatu barang atau pun uang sebagai
Kidul terdapat suatu adat yang masih ditaati
simbol dari bentuk penghormatan atau biasa
dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat
masyarakat Macanmati menyebutnya adat
sejak dahulu kala sampai sekarang, dimana
memberi pelumpat. Pemberian sebagai rasa
ketika adik perempuan melangkahi kakak
hormat inilah yang menjadikan hubungan
perempuan atau adik laki-laki melangkahi
personal adik yang melangkahi dan kakak yang
kakak baik laki-laki maupun perempuan me-
dilangkahi akan tetap terjaga dengan baik,
nikah harus memberikan pemberian suatu
walaupun adik melangkahi kakaknya menikah
barang atau pun uang kepada kakak yang
akan tetapi antara keduanya saling merelakan
dilangkahi. Istilah pemberian barang atau pun
dan tidak ada yang mereasa tersakiti.
uang tersebut biasa disebut adat memberi
c. Mengandung Kemaslahatan Dan Menjauhkan
pelumpat.Timbul lah pertanyaan apakah adat
Kemadharatan

160 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H


Adat Memberi Hibah Pelumpat dalam Pelangkahan Pernikahan di Macanmati, Girimulyo

memberi pelumpat dalam pelangkahan per- penduduk dan dianut oleh masayarakat
nikahan merupakan kategori adat yang di- tersebut. Ketiga, Urf itu harus sudah terlebih
perbolehkan untuk dijaga dan dilestarikan (urf dahulu ada sebelum kasus yang akan ditetap-
shahih) atau adat memberi pelumpat ini adalah kan hukumnya.
suatu adat yang harus ditolak dan dihapuskan Salah satu tolak ukur untuk mengetahui
( urf fasid) karena tidak ada dasar atau pun dan dijadikan dasar dalam mengetahui adat
perintah baik dalam al-Quran maupun al- selain dengan teori urf adalah dengan teori
Hadis. maslahah mursalah, karena antara urf dan
Secara etimologi urf adalah sesuatu yang maslahah mursalah merupakan teori yang saling
dipandang baik dan diterima oleh akal sehat, berkaitan dan pada esensinya urf yang dapat
Sedangkan secara terminologi urf seperti diterima dan dipertahankan salah satu alasan-
dikemukakan Abdul Karim Zaidan, urf adalah nya jika urf atau kebiasaanya mendatangkan
sesuatu yang tidak asing lagi bagi suatu masya- manfaat dan menghilangkan kemadharatan.
rakat karena telah menjadi kebiasaan dan me- Karena salah satu dari tujuan pembentukan
nyatu dengan kehidupan mereka baik berupa hukum tidak lain adalah untuk memberikan
perkataan atau perbuatan. 25 Dari pemaparan kemaslahtan bagi manusia, artinya tujuan dari
dan konteks diatas maka adat memberi pelumpat pembentukan suautu hukum baik secara detail
di Dusun Macanmati Desa Girimulyo Keca- maupun global mencegah kerusakan pada
matan Panggang Kabupaten Gunung Kidul ini manusia dan mendatangkan kebahagiaan bagi
merupakan ketegori urf, karena sesungguhnya mereka. Pada dasarnya syariat Islam diturun-
sesuatu yang telah menjadi adat manusia dan kan, seperti disimpulkan para ulama ber-
sesuatu yang telah biasa mereka jalani maka dasarkan petunjuk al-Quran dan Sunnah
hal itu telah menjadi bagian dari kebutuhan bertujuan untuk merealisasikan kemaslahatan
mereka dan sesuai pula dengan kemaslahatan dan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan
mereka, oleh karena itu sepanjang tidak ber- kaidah usul fikih:
tentangan dengan syara’ maka wajib diper- 29
ِ‫دَرْءُاﻟْﻤَﻔَﺎﺳِﺪِأَوْﻟَىﻤِﻨْﺠَﻠْﺒِﺎﻟْﻤَﺼَﺎﻟِﺢ‬
hatikan.26Sesuai dengan kaidah usul fikih.
27
ٌ‫اﻟْﻌَﺎدَةُ ﻣُﺤَﻜَﻤَﺔ‬ “Menolak yang mafsadah didahulukan dari
pada Meraih yang maslahat”.
“Adat kebiasan dapat dijadikan hukum”.
Memandang pemaparan dan alasan-
Para ulama ushul fikih menyatakan alasan di atas maka adat memberi hibah
bahwa suatu urf baru dapat dijadikan sebagai pelumpat dalam pelangkahan pernikahan di
salah satu dalil dalam menetapkan hukum Dusun Macanmati Desa Girimulyo Kecamatan
syara’ apabila memenuhi syarat-syarat sebagai Panggang merupakan kategori urf shahih,
berikut :28 pertama, Urf itu harus termasuk urf karena sudah memenuhi tiga sayarat urf yang
yang shahih dalam arti tidak bertentangan bisa dijadikan landasan suatu hukum.
dengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Pemberian pelumpat ini pun bukan merupakan
Kedua, Urf itu harus bersifat umum artinya urf adat yang menimbulkan madharat karena
tersebut minimal menjadi kebiasaan mayoritas dalam kadar pemberian pelumpat sifatnya tidak

25
Satria Efendi, Usul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 153.
26
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Usul Fiqih, (Semarang: Dina Utama, 1994), hlm. 124.
27
Nasrun Haroen, Usul Fikih 1, hlm. 143
28
Ibid., hlm. 143.
29
Nasrun Haroen, Usul Fikih 1, hlm. 147.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H 161


Yafie

menuntut dengan batasan-batasan pemberian Melalui analisis dengan menggunakan


tertentu, akan tetapi memberi kemaslahatan kacamata urf, adat memberi pelumpat ini sudah
dengan menyesuaikan kemampuan yang dari memenuhi syarat-syarat urf yang bisa dijadikan
sinilah memberikan kerelaan dan keridhaan landasan hukum, selain itu jika dilihat dengan
bagi yang adik yang melangkahi. Adat pelum- teori maslahah adat ini pun mengandung ke-
pat ini pun tidak bertolak belakang dengan nash maslahatan dengan menyesuaikan kemampu-
baik al-Quran maupun al- Hadis karena tidak an bagi yang memberi pelumpat dan tidak
menghalalkan yang haram dan tidak pula se- mendatangkan kemadharatan karena dalam
baliknya dengan kata lain adat memberi pelum- kadar pemberiannya tidak bersifat menuntut
pat ini adalah mubah (boleh) menurut hukum yang bisa memberatkan bagi yang memberi
Islam, dan apabila dalam adat pelumpat ini pelumpat, dengan demikian adat memberi
pemberianya bersifat menuntut dengan batas- pelumpat dalam pelangkahan pernikahan jika
an-batasan dalam pemberian yang memberat- dilihat dari segi hukum Islam hukumnya
kan bagi adik yang yang melangkahi, maka itu adalah mubah (boleh).
termasuk kategori urf fasid, seperti kaidah di
atas bahwamenolak yang mafsadah didahulu- DAFTAR PUSTAKA
kan daripada meraih yang maslahat.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahanya , Bandung: PT. Syamil Cipta
E. Penutup Media, 2006.
Berdasarkan uraian yang telah penyusun Efendi, Satria, UsulFiqh, Jakarta: Kencana,
kemukakan, maka bisa ditarik kesimpulan 2009.
sebagai berikut: pertama, Jika sesuai urutan
Evaluasi Hasil Penelitan Dasar IAIN tahun
kekerabatan maka yang harus terlebih dahulu
1980/1981, Agama Adat dan Pembangunan,
menikah adalah yang lebih tua sebelum yang
Jakarta: Pembinaan Kelembagaan Agama
lebih muda menikah, hal yang seperti ini adalah
Islam departemen agama R. I, 1982/1983.
merupakan suatu kendala maka ada persyarat-
an yang harus dipenuhi terlebih dahulu Faifi, Sulaiman, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid
sebelum adik yang melangkahi menikah, dan Sabiq, Jakarta: UmmulQura, 2013.
syarat atau serono nya adalah memberi pelum- Harroen, Nasrun, UsulFikih 1, Ciputat: PT.
pat. Kedua, Walaupun zaman sudah berubah Logos WacanaIlmu, 1996.
dan berkembang adat pelumpat yang merupa-
Imam Ali bin Umar, al-Hafidz, Sunan Ad-
kan warisan nenek moyang tetap dipatuhi dan
Daraquhtni, alih bahasa Anshory Taslim,
dilaksanakan oleh masyarakat Macanmati.
Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
Eksisinya adat pelumpat yang sudah lama sekali
ada dan masih tetap dipatuhi sampai sekarang Khalaf, Abdul Wahab, Ilmu Usul Fiqih, alih
tentu tidak lepas dari faktor dan alasan-alasan bahasa Moh. Zuhridan Ahmad Qarib, cet-
yang melatar belakanginya. Faktor-faktor yang 1, Semarang: Dina Utama, 1994.
mempengaruhinya antara lain sebagai berikut: Latif,M.Nasrudhin, lmu Perkawinan Problematika
pertama, Kepercayaan masyarakat terhadap Seputar Keluarga dan Rumah Tangga,
adat sangat kuat. Kedua, Mempererat hubung- Bandung: PustakaHidayah, 2001.
an personal antara adik yang melangkahi dan Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia
kakak yang dilangkahi. Ketiga, Mengandung Modern, Yogyakarta: GrahaIlmu, 2014.
kemaslahatan dan menjauhkan kemadharatan.

162 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H


Adat Memberi Hibah Pelumpat dalam Pelangkahan Pernikahan di Macanmati, Girimulyo

Mukhtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Syarifudin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di
Tentang Perkawinan, Jakarta: PT. Indonesia, Jakarta: Pernada Media, 2006.
BulanBintang, 1993. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun
Nasution, Khoirudin, Hukum Perkawinan 1, 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi
Yogyakarta: Aacademia+ Tazzafa, 2004. Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara,
Ramulyo, Idris, Tinjauan Beberapa Pasal Undang- 2013.
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dari Segi
Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: IHC,
1986.

Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H 163


Muhammad Sodiq

164 Al-Ah}wa>l, Vol. 7, No. 2, 2014 M/1436 H

Anda mungkin juga menyukai