Anda di halaman 1dari 5

ASAS PRINSIP DAN KAIDAH FIKIH MUNAKAHAT

Teuku Muhammad Alvis Alden (220106037)

tmalvisalden@gmail.com

Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negri Ar-Raniry Banda Aceh

Abstract : Perkawinan atau pernikahan merupakan salah satu dari bidang al-Ahwal
al-Syakhshiyyah. Pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menetapkan hak-hak dan kewajiban
di antara keduanya. Secara fikih apabila rukun dan syarat pernikahan sudah
terpenuhi maka akad pernikahan itu adalah sah. Namun, apabila dihubungkan
dengan hukum positif, selain harus memenuhi rukun dan syarat tersebut, akad nikah
harus dicatat di KUA agar memperoleh legalisasi secara hukum dan untuk menjaga
agar tercipta ketertiban administrasi pernikahan.

Kata kunci: (Asas dan kaidah fikih munakahat)

Pendahuluan: Pada dasarnya hukum Islam sudah mengatur tentang pernikahan


sesuai dengan ketentuan syari’at Islam. Dalam ilmu fiqih membahas tentang
pernikahan. Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Dalam istilah nikah
menurut adalah ikatan suami sitri yang sah menimbulkan akibat hukum dan hak
serta kewajiban bagi suami sitri. Dalam hukum kekeluargaan harus disertai dengan
kuat agama yang disyariatkan Islam. Terpenuhinya syarat dan rukun suatu
perkawinan, mengakibatkan diakuinya keabsahan perkawinan tersebut baik
menurut hukum agama/fiqih munakahat.
Pembahasan:

1.Asas Dan Prinsip Dalam Fikih Munakahat

1) Asas Keadilan: Setiap pasangan harus diperlakukan dengan adil dan tidak
diskriminatif dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan pernikahan.
2) Asas Kesamaan: Pasangan dalam pernikahan harus memiliki kesamaan dalam
agama, status sosial, dan kepribadian, sehingga mereka dapat hidup harmonis
dan saling memenuhi kebutuhan satu sama lain.
3) Asas Kebebasan: Pasangan harus memiliki kebebasan untuk memilih
pasangan hidupnya dan menentukan jangka waktu pernikahannya.
4) Asas Kepastian: Pasangan harus memiliki kepastian mengenai hak dan
kewajiban masing-masing dalam pernikahan, termasuk dalam hal hak waris dan
hak perceraian.

Adapun prinsip-prinsip dalam dalam filih munakahat yaitu saling rela (ridha),
berbuat ayak (ma’ruf), berusaha menciptakan kondisi yang lebih baik (ihsan),
tulus (nihlah), musyawarah dan perdamaian (ishlah)

2.Pengertian Kaidah dalam fiqih Munakahat

Kaidah dalam fiqih munakahat merupakan sebuah landasan aktifitas sehari-hari


dalam usaha memahami tujuan diturunkanya syariat islam secara lebih
konperhensif mudah dipahami, kaidah juga perlu dilakukan untuk melakukan
sebuah ijtihad atau pembaharuan pemikiran dalam berbagai masalah, kaidah juga
berfungsi sebagai panduan yang lebih praktis dari logika deduktif induktif dalam
hukum suatu pernikahan.
3.Macam-Macam Kaidah Fikih Munakahat
Dalam fikih munakahat kaidah utama dalam perkawinan terbagi menjadi tiga
diantaranaya

1. Al-wali: Kaidah ini menyatakan bahwa dalam pernikahan, seorang wanita


memerlukan seorang wali yang sah untuk menikahinya. Wali ini harus
memiliki hubungan keluarga dengan wanita tersebut dan harus juga
memiliki kelayakan dalam agama dan akhlak.
2. Al-sighah: Kaidah ini menyatakan bahwa pernikahan harus dilakukan
dengan menggunakan ungkapan yang jelas dan jangan menggunakan kata-
kata yang ambigu atau samar. Sighah dalam pernikahan harus juga
dilakukan dengan bahasa yang dimengerti oleh kedua belah pihak.
3. Al-ijab dan al-qabul: Kaidah ini menyatakan bahwa pernikahan harus
dilakukan dengan dua hal, yaitu ijaban (permintaan) dan qabulan
(penerimaan). Pihak laki-laki harus mengucapkan ijaban untuk meminang
dan pihak perempuan harus memberikan qabul untuk menerima lamaran.
4. Al-mahr: Kaidah ini menyatakan bahwa setiap pernikahan harus ada mahar,
yaitu pemberian yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak
perempuan sebagai haknya. Besar mahar harus ditentukan secara jelas dan
tidak boleh berupa barang yang tidak bernilai atau tidak berguna.
5. Al-talaq: Kaidah ini berkaitan dengan perceraian dalam pernikahan. Talaq
harus dilakukan dengan cara yang jelas dan tidak boleh dilakukan secara
sembarangan. Talaq juga harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh hukum Islam.
6. Al-kafa'ah: Kaidah ini berkaitan dengan kesesuaian antara pasangan dalam
pernikahan. Pasangan yang hendak menikah harus memiliki kesesuaian
dalam agama, akhlak, sosial, dan juga ekonomi.
7. Al-'adah: Kaidah ini menyatakan bahwa pernikahan harus dilakukan secara
wajar dan normal, tidak ada unsur kelebihan atau kekurangan dalam segi
waktu dan tempat. Pernikahan juga harus mengikuti adat dan kebiasaan
yang berlaku di masyarakat, asal tidak bertentangan dengan hukum Islam.
8. Itulah beberapa kaidah fikih munakahat yang berkaitan dengan pernikahan.
Kaidah-kaidah tersebut harus ditaati dan diikuti oleh umat Muslim dalam
melaksanakan pernikahan, agar pernikahan dapat terlaksana dengan baik
dan sesuai dengan syariat Islam

Kesimpulan

Adapun dalam kesimpulan mengenai asas dan kaidah fikih munakahat


bahwasannya pentingnya sebuah asas dan kaidah serta prinsip pernikahan agar
pernikahan lebih berpedoman dan bagaimana mempelajari atau mengetahui asas
dan kaidah yg harus kita patuhi agar pernikahan atau kehidupan kelurga kita lebih
terarah.
REFERENSI

Thalib, S. (1982). Receptie and contrario: Hubungan hukum adat dan


jukum Islam. Jakarta: Bina Aksara

Khallaf, A.W. (1994), Ilmu ushul fiqh, Semarang: Dina Utama

Ichtijanto. (1990). Hukum Islam dan hukum nasional. Jakarta: Ind-Hill-co.


Khallaf, A.W. (1994). Ilmu ushul fiqh. Semarang: Dina Utama

Anda mungkin juga menyukai