Anda di halaman 1dari 19

HUKUM PERKAWINAN,

MENAFKAHI,DAN KDRT

DISUSUN OLEH:

ALFI RAHMA NASUTION (2006150010001)


ROSNA (2006150010013)
Perkawinan atau
pernikahan dalam literatur
fiqh berbahasa arab Sedangkan,pengertian perkawinan
disebut dengan dua kata, menurut UU Perkawinan ialah:
yaitu nikah dan zawaj. “ikatan lahir bathin antara seorang
pria dengan seorang wanita
Perkawinan menurut Islam sebagai suami istri dengan tujuan
ialah suatu perjanjian suci membentuk keluarga (rumah
yang kuat dan kokoh untuk tangga) yang bahagia dan kekal
hidup bersama secara berdasarkan Ketuhanan Yang
” Sah” antara seorang laki- Maha Esa”.
laki dengan seorang Dalam bahasia Indonesia,
perempuan membentuk perkawinan berasal dari kata
keluarga yang kekal, “kawin” yang menurut bahasa
santun menyantuni, kasih artinya membentuk keluarga
mengasihi, aman dengan lawan jenis, melakukan
tenteram, bahagia dan hubungan kelamin atau bersetubuh
kekal
Sumber hukum perkawinan

Al-QUR’AN
1  Perkawinan adalah tuntutan kodrat hidup dan tujuannya
antara lain adalah untuk memperoleh keturunan, guna
melangsungkan kehidupan

HADITS
2

4
 Meskipun Al-Quran telah memberikan ketentuan-ketentuan hukum
perkawinan dengan sangat terperinci sebagaimana disebutkan diatas,
tetapi masih diperlukan adanya penjelasan- penjelasan dari sunnah.

IJMAK ULAMA FIQH


3  Para ahli fiqh Munakahat banyak memberikan
pemikiran,seperti pengertian perkawinan,dan rukun dan syarat
perkawinan

IJTIHAD
4  ketentuan hukum dengan ijtihad misalnya mengenai harta bersama yang diperoleh
selama perkawinan berlangsung, perkawinan wanita hamil karena zina, akibat
pembatalan pertunangan, terhadap hadiah-hadiah pertunangan dan sebagainya..
Hukum perkawinan
diindonesia

Hukum perkawinan adat hanya


berlaku bagi orang-orang indonesia Pada umumnya sahnya
asli. Menurut hukum adat, perkawinan perkawinan menurut
bukan saja merupakan soal yang masyarakat hukum adat
mengenai orang-orang yang indonesia sangat
bersangkutan (sebagai suami istri), tergantung pada agama
melainkan juga merupakan
yang dianutnya, jika
kepentingan seluruh keluarga dan
bahkan masyarakat adatpun ikut perkawinan sudah
berkepentingan dalam soal perkawinan memenuhi syarat
itu. Sebagai contoh, pada umumnya ditentukan oleh hukum
suatu perkawinan adat didahului agama, maka perkawinan
dengan pertunangan. Apabila itu sudah sah secara adat.
pertunangan tersebut tidak dapat
dilanjutkan ke jenjang perkawinan
karena salah satu pihak membatalkan
pertunangan tersebut, maka pihak
yang dirugikan berhak menuntut
kembali harta benda dan kerugiannya
kepada pihak yang bersalah dan para
pemuka adat yang melakukan
penyelesaiannya secara damai.
We Create
Quality Professional
PPT Presentation

Hukum Perkawinan dalam islam


Perkawinan merupakan perintah sunnah Rasul,sehingga yang melanksanakan nya mendapat pahala.
Rasulullah Saw menegaaskan dalam sabdanya:

“Nikah Adalah sunnahku,maka barang siapa yang tidak suka dengan sunnahku bukan
golonganku”.
Hukum islam memandang perkawinan sebagai sebuah
institusi yang terdiri dari tiga unsur: Legal,Sosial,dan
Agama.Dari sisi legalnya,Perkawinan memang sebuah
kontrak,karena itu ia tidak dapat dilakukan tanpa
adanya persetujuan oleh kedua belah pihak dan tanpa
perjanjian untuk memutuskan hubungan tersebut.
Dari sisi Sosialnya,Bahwa perkawinan memberi
penghormatan kepada wanita karena wanita yang
sudah menikah mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi disbanding sebelum menikah,Disamping
itu,melalui perkawinan adat poligami yang tidak
terbatas dan hak perceraian yang mutlak dari laki-laki
dapat dikurangi.Sedangkan dari sisi
Agamanya,Perkawinan merupakan perjanjian yang
sacral,dan tidak dapat dilakukan tanpa keterlibatan
para ahli agama.Terlebih lagi perkawinan juga
merupakan terbentuknya masyarakat,karena didalam
perkawinan manusia mempunyai sarana untuk
melangsungkan ras manusia.Karena itulah,mengapa
islam melihat perkawinan sebagai sesuatu institusi
yang harus dipertahankan selamanya.
Rukun Syarat
Perkawinan
Rukun yaitu sesuau yang mesti ada
untuk menetukan sah dan tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah),dan
sesuatu itu termasuk dalam
Undang-undang perkawinan rangkaian pekerjaan itu.Dengan
tidak menyebutkan sama sekali demikian rukun merupakan pondasi
rukun-rukun perkawinan,namun dalam suatu akad pernikahan.
menyebutkan syarat-syarat yang
harus dipenuhi dalam
melangsungkan pernikahan
syarat yaitu hal-hal yang melekat
sebagaimana telah diatur
pada masing-masing unsure yang
didalam pasal 6 sampai menjadi bagian dari suatu
12.Adapun syarat usia perbuatan hokum atau peristiwa
perkawinan,Jika dia pria
mencapai usia 19 (Sembilan
belas) tahun dan pihak wanita
sudah mencapai usia 17 (Tujuh
belas) tahun.
perbedaan antara syarat dan rukun perkawinan adalah “rukun
perkawinan”sebagian dari hakikat perkawinan.Sedangkan
syarat perkawinan merupakan sesuatu yang harus ada
didalam perkawinan
Syarat Ijab danQabul

1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali calon


mempelai perempuan
2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai
laki-laki
3) Memakai kata nikah,tazwij atau terjemahan dari kedua
kata tersebut
4) Antara ijab dan qabul tersambung
5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
6) Orang yang sedang terikat ijab dan qabul tidak sedang
ihram,haji dan umrah.
7) Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum 4
(Empat) orang,yaitu calon mempelai laki-laki dan
perempuan,wali dari mempelai perempuan dan dua orang
saksi.
Adapun tujuan perkawinan diantaranya:
a) Membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal.Untuk itu suami isteri harus saling
membantu dan melengkapi,agar masing-
masing dapat mengembangkan
Tujuan dan Hikmah
kepribadiannya,membantu dan mencapai perkawinan
kesejahteraan spiritual dan materil.
b) Membentuk suatu keluarga atau rumah tangga
yang bahagia,sakinah,mawaddah dan rahmah.
c) Untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat Berikut adalah hikmah perkawinan bagi yang
kemanusiaan,berhubungan antara laki-laki melakukan perkawinan yang sah,yaitu:
dan perempuan dalam rangka mewujudkan a) Menghindari terjadinya perzinaan.
suatu keluarga yang bahagia dengan dasar b) Dapat merendahkan pandangan mata dari melihat
cinta kasih,untuk memperoleh keturunan yang perempuan yang diharamkan.
sah dalam masyarakat dengan mengikuti c) Menghindari terjadinya penyakit kelamin yang
ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh diakibatkan oleh perzinaan seperti AIDS.
syariah d) Lebih menumbuh kembangkan kemantapan jiwa
dan kedewasaan serta tanggung jawab kepada
keluarga seutuhnya.
e) Nikah merupakan setengah dari agama.
f) Menikah dapat menumbuhkan
kesungguhan,keberanian,dan rasa tanggung jawab
kepada keluarga,masyarakat dan Negara.
g) Dapat memperhubungkan
silaturahmi,persaudaraan dan kegembiraan dalam
menghadapi perjuangan hidup dalam kehidupan
masyarat dan sosial.
Nafkah
Nafkah berarti “belanja”. Maksudnya ialah sesuatu
yang diberikan seseorang kepada istri, kerabat dan
miliknya sebagai keperluan pokok bagi mereka.
Keperluan pokok, seperti makanan, pakaian dan
tempat tinggal.Nafkah merupakan kewajiban suami
terhadap isterinya dalam bentuk materi, karena kata
nafkah itu sendiri berhubungan dengan materi.

Kewajiban memberikan nafkah oleh suami kepada isterinya yang berlaku


dalam fiqh didasarkan kepada prinsip pemisahan harta antara suami dan
isteri. Prinsip ini mengikuti alur pemikiran bahwa suami itu adalah
pencari rezeki; rezeki yang telah diperolehnya itu menjadi haknya secara
penuh dan untuk selanjutnya suami berkedudukan sebagai pemberi
nafkah. Sebaliknya isteri bukan pencari rezeki dan untuk memenuhi
keperluannya ia berkedudukan sebagai penerima nafkah.
Pada dasarnya nafkah ada dua macam:
1. Nafkah Maskanah (Tempat 2. Nafkah Kiswah (Pakaian) Nafkah
Tinggal) Suami berkewajiban kiswah artinya nafkah berupa
memberi nafkah tempat tinggal, pakaian atau sandang. Pakaian
meskipun hanya mampu yang dimaksud adalah semua
mengontrak rumah. Yang kebutuhan yang erat hubungannya
terpenting adalah, anak dan dengan anggota badan. Suami
istrinya tidak kepanasan, tidak wajib memberikan nafkah kiswah
kehujanan, terhindar dari kepada istrinya berupa pakaian
ancaman penjahat dan binatang untuk menutup aurat dan berbagai
buas. Berkaitan dengan hak istri kebutuhan batiniahnya.
menerima teempat tinggal atau
kewajiban suami memberi
tempat tinggal, Allah SWT Disamping berupa pakaian, kiswah juga
berfirman dalam Surat Ath- meliputi hal-hal yang lain seperti:
Thalaq ayat 6: “Tempatkanlah 1. Biaya pemeliharaan kesehatan
mereka (para istri) dimana kamu 2. Biaya pemeliharaan jasmaniah istri
bertempat tinggal menurut 3. Biaya kebutuhan perhiasan
kemampuanmu dan janganlah 4. Biaya pendidikan anak, dan
kamu menyusahkan mereka 5. Biaya kebutuhan rekreasi
untuk menyempitkan (hati) 6. Biaya lain yang tidak terduga
mereka…”
Dasar Hukum
Nafkah
Hukum membayar nafkah untuk isteri, baik dalam bentuk perbelanjaan, pakaian
adalah wajib. Kewajiban itu bukan disebabkan oleh karena isteri
membutuhkannya bagi kehidupan rumah tangga, tetapi kewajiban yang timbul
dengan sendirinya tanpa melihat kepada keadaan isteri. Bahkan ulama syi'ah
menetapkan bahwa meskipun isteri orang kaya dan tidak memerlukan bantuan
biasa dari suami, namun suami tetap wajib membayar nafkah kepada istri.

Salah satu dasar Hukum wajib nafkah terdapat didalam Q.s Al-Talaq : 6
yang mempunyai arti:

“tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut


kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu
menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”
Sebab Kewajiban nafkah,ada 3:

1. Zaujiyyah (Sebab Pernikahan) Yaitu karena 2. Qarabah (Sebab Keturunan) Yaitu sebab hubungan
ikatan pernikahan yang sah, diwajibkan atas kekerabatan, dalam hal ini fuqaha’ berbeda
suami member belanja kepada istrinya yang pendapat.Kalangan Malikiyah menilai qarabah yang
ta’at, baik berupa makanan, pakaian, tempat wajib nafkah hanya ada hubungan orang tua dan
tinggal maupun perkakas rumah tangga dan anak (walid wal walad). Kalangan Syafi’iyah, menilai
kebutuhan lainnya sesuai dengan masing- qarabah dalam hubungan orang tua dan anak, dan
masing lingkungan dan kekuatan suami hubungan cucu dan kakek (ushul dan furu’).
Hanafiyah menilai qarabah dalam konteks
mahramiyah, tidak terbatas ushul dan furu.

3. Milk (Sebab Milik) Yaitu sebab kepemilikan atas sesuatu, dalam hal
ini pemilik budak.Dalam konteks kekinian, sebab milk ini dapat
dipahami dalam konteks yang luas, yaitu hubungan kepemilikan
(kegiatan berorientasi tanggungan/ihtibas) seseorang terhadap
sesuatu yang hidup, termasuk jasa pembantu, memelihara hewan,
tumbuhan dan lain-lain.
KDRT menurut UUPKDRT
adalah: perbuatan KDRT (Kekerasan Dalam
terhadap seseorang Rumah Tangga)
terutama perempuan
yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran
atau perampasan
kemerdekaan secara
melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga,

KDRT adalah kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga. Kekerasan ini bukan hal yang
biasa terjadi semacam ketegangan atau konflik sehari-hari seperti beda pendapat, perdebatan,
pertengkaran, saling mengejek atau memaki sesaat. KDRT lebih buruk lagi. Lazimnya
pelakunya mempunyai status dan kekuasaan yang lebih besar, baik dari segi ekonomi,
kekuatan fisik maupun status sosial dalam keluarga. Dengan kata lain KDRT adalah kekerasan
yang biasa terjadi jika di dalam rumah tangga dimana relasi antara pelaku dan korban
• Bentuk-bentuk
KDRT
bentuk KDRT dapat dibagi dua, yaitu fisik dan non fisik (psikis).
Mulai dari korban diremehkan, tidak dihargai, dihina, diejek,
ditelantarkan secara emosional dan ekonomi, sampai ditampar,
ditendang, dipukul, bahkan dibunuh. Dua bentuk KDRT ini
2. Penelantaran Rumah Tangga adalah: (1)
diderivasikan ke dalam empat ranah berdasarkan perspektif
menelantarkan orang dalam lingkup rumah
kekuasaan dan kontrol pelaku, sebagaimana tertuang dalam
tangganya padahal menurut hukum yang berlaku
UU PKDRT.
baginya atau karena persetujuan atau perjanjian
dia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau
1. Kekerasan psikis adalah perbuatan yang pemeliharaan kepada orang tersebut. (2)
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, penelantaran pada ayat 1 juga berlaku bagi setiap
hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak orang yang mengakibatkan ketegantungan
berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada ekonomi daengan cara membatasi dan atau
seseorang (pasal 7). Misalnya pelaku melakukan melarang untuk bekerja layak di dalam atau di luar
berbagai kekerasan seperti mencaci, mengejek, rumah sehingga korban berada di bawah kendali
memaki, menghina, yang menyebabkan korban terlukai orang tersebut (Pasal 18).
secara psikologis sehingga menjadi stress, stress
pasca trauma (pelaku sengaja membuat korban takut
dan cemas), depresi, atau pelaku tidak memiliki belas
kasih.
3. Penelantaran rumah tangga atau
memakai istilah lain sebagai 4. Kekerasan seksual adalah a) pemaksaan hubungan seksual yang
kekerasan ekonomi ini dapat dilakukan terhadap orang-orang yang menetap dalam lingkup sebuah
dibahasakan lain dengan setiap rumah tangga; b) pemaksaan hubungan seksual terhadap seseorang
perbuatan yang mengakibatkan oleh salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan tujuan
kerugian secara ekonomi dan komersil dan atau tujuan tertentu (Pasal 8). Derivasi dari pasal ini
terlantarnya anggota keluarga. mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut: setiap perbuatan yang
berupa pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seksual,
pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan atau tidak
disukai korban, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain
untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu. Contoh kekerasan ini
seperti pencabulan dan pemerkosaan.

Kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan rasa


sakit, jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6). Kekerasan fisik ini dapat
diurai sebagai jatuh sakit, cedera, luka, atau cacat pada tubuh
seseorang, gugurnya kandungan, pingsan, dan atau sampai
menyebabkan kematian. Contoh kekerasan fisik misalnya cubitan,
tendangan, sundutan, tamparan, pemukulan, pembunuhan.
• Faktor Yang Mendorong Terjadi Kekerasan

1. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki


2. Diskriminasi dan pembatasan dibidang
ekonomi
3. Beban pengasuhan anak
4. Wanita sebagai anak-anak
5. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki

• Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan


• Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah
wanita, sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.
tangga yang mengalami kekerasan oleh
• Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja
suaminya, diterima sebagai pelanggaran
mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami
hukum, sehingga penyelesaian kasusnya
kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan.
sering ditunda atau ditutup. Alasan yang
• Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh
lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu
anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan
adanya legitimasi hukum bagi suami
menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga.
melakukan kekerasan sepanjang bertindak
• konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan
dalam konteks harmoni keluarga
kele-luasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan
kewajiban wanita.
• Cara Penanggulangan KDRT

1. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh
pada agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi
dan dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.
2. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga,
karena didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap
ibu, bapak, saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga
dapat saling mengahargai setiap pendapat yang ada.
3. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah
rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua
belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam
rumah tangga.
4. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan
sebagainya antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi
dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka
mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa
kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang
berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai