Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL JURNAL

HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

RELEVANSI KONSEP PERKAWINAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM


Febio Siti Karina, M. Syaharuli Ramadhan, Nuraida Febriani, Ilham Nugroho Bagaskara,
Rani Aprianti, Ibnu Husein Abdullah, Mimi Apriani, Kharisma Utami, Andeska Audira,
Cindy Indriani Putri, Rike Pebriyani
UIN Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan
febio.sitikarina@gmail.com; syaharuli0812@gmail.com; nuraidah0444@gmail.com;
iamnugroho04@gmail.com; raniapriyanti0401@gmail.com;
ibnuhuseinabdullah@gmail.com; mimiapriyani641@gmail.com;
utamikharisma96@gmail.com; andeskahumairah13@gmail.com;
cindyindrianiputri1@gmail.com; rikepebriyani88@gmail.com

Abstrak
Perkawinan merupakan salah satu syariat yang sangat penting untuk dipelajari dan dipahami
karena merupakan bentuk ibadah yang paling panjang dan paling lama menurut syariat Islam.
Sehingga dalam praktik dan implementasinya perlu pemahaman yang mendalam terkait konsep
perkawinan menurut syariat Islam agar perkawinan yang dilakukan bernilai ibadah, mendapat
keridhan Allah SWT, serta menciptakan rumah tangga yang Sakinah mawaddah wa rahmah.
Untuk itu perlu dilakukan pengkajian terhadap relevansi konsep perkawinan dalam Kompilasi
Hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kepustakaan untuk memperoleh data-data yang bersumber dari buku, jurnal, dan artikel
ilmiah terkait penelitian ini. Dengan hasil penelitian bahwasanya relevansi konsep perkawinan
dalam Kompilasi Hukum Islam sangat erat dan berkaitan dalam mewujudkan perkawinan yang
diridhai Allah SWT dan menciptakan rumah tangga yang Sakinah mawaddah wa rahmah.

Kata Kunci : Relevansi, Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam

Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 1


ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

Abstract
Marriage is one of the most important sharia to learn and understand because it is the longest
and longest form of worship according to Islamic law. So that in practice and implementation
it is necessary to have a deep understanding of the concept of marriage according to Islamic
law so that the marriage carried out is worth worship, getting the pleasure of Allah SWT, and
creating a household that is Sakinah mawaddah wa rahmah. For this reason, it is necessary to
study the relevance of the concept of marriage in the Compilation of Islamic Law. This research
uses qualitative research methods with a literature study approach to obtain data sourced from
books, journals, and scientific articles related to this research. With the results of the research
that the relevance of the concept of marriage in the Compilation of Islamic Law is very close
and related in realizing the marriage that Allah Almighty has and creating a household that
Sakinah mawaddah wa rahmah.

Keywords : Relevance, Marriage, Compilation of Islamic Law

Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 2


ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

PENDAHULUAN hukumnya sendiri berkaitan dengan konsep


Perkawinan merupakan ibadah yang perkawinan, dimana aturan hukum ini
paling lama dan paling panjang yang akan merupakan kolaborasi antara hukum
dilakukan umat Islam dalam syariat. perdata dengan hukum Islam. Tujuan dari
Bahkan syariat terkait perkawinan hukum ini tentu saja untuk mengatur
merupakan syariat yang pertama kali masyarakat berkaitan dengan konsep
diturunkan oleh Allah SWT. Dalam perkawinan yang sesuai dengan syariat
pandangan Islam, selain sebagai suatu agama Islam.
perbuatan ibadah, perkawinan juga Oleh sebab itu, sebagai masyarakat
merupakan sunnah Allah SWT dan sunnah negara hukum yang beragama Islam kita
Rasulullah SAW. wajib untuk mempelajari dan memahami
Hal ini cukup berbeda dengan konsep perkawinan sesuai dengan hukum
pandangan hukum perdata biasa, yang perdata dan hukum Islam tersebut agar
beranggapan bahwasanya perkawinan dapat mewujudkan tujuan daripada hukum
merupakan kontrak keperdataan biasa itu sendiri.
antara suami dan istri. Dalam Islam METODE PENELITIAN
perkawinan dianggap sebagai ikatan yang Penelitaian ini merupakan penelitian
paling suci dan paling kokoh. Bahkan Allah kualitatif dengan studi kepustakaan yang
SWT menamakan ikatan perjanjian antara sumber penelitiannya berasal dari buku,
suami dan istri tersebut sebagai ‫ميثاقا غليظا‬ jurnal, dan artikel ilmiah yang memiliki

(perjanjian yang kokoh). korelasi terkait dengan relevansi konsep

Konsep perkawinan sebagai ibadah dan perkawinan terhadap Kompilasi Hukum

sunnah dalam syariat Islam dianalogikan Islam. Kemudian, data-data yang diperoleh

atau diibaratkan sebagai libas (pakaian), tersebut dianalisis kesesuaiannya. Agar

yang berarti antara suami dan istri harus kemudian penulis dapat mengetahui hasil

saling menutupi dan saling melengkapi satu terkait relevansi konsep perkawinan

sama lain. Dengan tujuan untuk terhadap Kompilasi Hukum Islam.

mendapatkan ridha dan keberkahan dari PEMBAHASAN

Allah SWT, serta terwujudnya keluarga 1. Pengertian, Syarat dan Rukun

yang Sakinah mawaddah wa rahmah. Perkawinan

Sebagai negara hukum dengan Pengertian perkawinan menurut Kompilasi

mayoritas masyarakat yang beragama Hukum Islam pada pasal 2 menjelaskan

Islam, Indonesia tentu memiliki aturan bahwasanya “Perkawinan menurut hukum


Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 3
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

sangat kuat atau miitsagan ghaliizhan diucapkan oleh wali atau wakilnya
untuk menaati perintah Allah dan dari pihak wanita, dan qabul dijawab
melakukannya merupakan ibadah.” oleh calon pengantin laki-laki. Akad
Rukun perkawinan yaitu sesuatu yang adalah gabungan ijab salah satu dari
mesti ada yang menentukan sah dan dua pembicara serta penerimaan yang
tidaknya suatu perkawinan dan sesuatu itu lain. Seperti ucapan seorang laki-laki:
termasuk dalam rangkaian perkawinan itu. "Aku nikahkan engkau dengan
Jumhur ulama sepakat bawa rukun putriku" adalah ijab, sedangkan yang
perkawinan itu tediri atas, lain berkata: "Aku terima" adalah
a. Adanya calon suami dan istri yang qabul
akan melakukan perkawinan Dalam Kompilasi Hukum Islam terkait
b. Adanya wali dari pihak calon dengan rukun perkawinan terdapat dalam
pengantin Wanita Pasal 14 yang berbunyi,
Akad nikah akan dianggap sah Untuk melaksanakan perkawinan harus
apabila ada seorang wali atau wakilnya ada :
yang akan menikahkannya. Berdasarkan a. Calon Suami;
sabda Nabi SAW: b. Calon Isteri;
‫أََ يُّ َما ْام َرأةِ نَ َك َحت بغير إذن ول ْي َها فَنِكَا ُح َها‬ c. Wali nikah;

‫اط ٌل‬
ِ َ‫ب‬ d. Dua orang saksi dan;
e. Ijab dan Kabul.
Artinya: perempuan mana saja yang
Syarat perkawinan yaitu sesuatu yang
menikah tanpa seizin walinya, maka
mesti ada yang menentukan sah dan
pernikahanya batal.
tidaknya suatu perkawinan, tetapi sesuatu
c. Adanya dua orang saksi
itu tidak termasuk dalam rangkaian
Pelaksanaan akad nikah akan sah
perkawinan itu.
apabila dua orang saksi yang
Syarat-syarat perkawinan merupakan
menyaksikan akad nikah tersebut,
dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila
berdasarkan sabda Nabi SAW:
syarat-syaratnya terpenuhi, maka
‫عدْل‬
َ ‫بو ِلي َوشَا ِهدَى‬
َ ‫ال نكاح إال‬
perkawinan itu sah dan menimbulkan
Artinya: Tidak ada nikah melainkan
adanya segala hak dan kewajiban sebagai
dengan wali dan dua saksi yang adil."
suami istri. Syarat sah nikah adalah yang
d. Sighat akad nikah
membuat akad itu patut menimbulkan
Sighat akad adalah ijab dan qabul.
beberapa hukum. Jika satu syarat tidak ada,
Keduanya menjadi rukun akad, ijab
maka akadnya rusak, adapun syarat sah
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 4
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

akad ada tiga: adanya persaksiaan, wanita dalam surah An-Nisa ayat 4, Allah Swt
yang tidak haram untuk selamanya atau berfirman:
sementara bagi suami, dan shighat akad َ ‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۗ فَا ِْن ِطبْنَ لَ ُك ْم‬
‫ع ْن‬ َ ‫س ۤا َء‬َ ِ‫َو ٰاتُوا الن‬
hendaknya selamanya." ‫سا فَ ُكلُ ْوهُ َهنِ ۤ ْيـًٔا َّم ِر ۤ ْيـًٔا‬
ً ‫ش ْيء ِم ْنهُ نَ ْف‬
َ
Dalam Kompilasi Hukum Islam
Artinya: “Dan berikanlah maskawin
berkenaan dengan Rukun dan Syarat
(mahar) kepada perempuan (yang kamu
Perkawinan diatur dalam Bab IV dari Pasal
nikahi) sebagai pemberian yang penuh
14 hingga Pasal 29.
kerelaan. Kemudian, jika mereka
2. Mahar
menyerahkan kepada kamu sebagian dari
Pengertian mahar secara etimologi
(maskawin) itu dengan senang hati, maka
artinya maskawin dan secara terminologi,
terimalah dan nikamatilah pemberian itu
mahar ialah pemberian wajib dari calon
dengan senang hati”.
suami kepada calon istri sebagai bentuk
Ayat yang tersebut menunjukkan bahwa
ketulusan hati calon suami demi
Allah SWT telah memerintahkan kepada
menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang
suami untuk membayar mahar kepada
istri kepada calon suaminya atau bisa juga
istrinya. Karena perintah itu tidak disertai
sebagai suatu pemberian yang diwajibkan
dengan Qarinah yang menunjukkan kepada
bagi calon suami kepada calon istrinya,
Sunnah ataupun Mubah, maka ia
baik dalam bentuk benda maupun jasa,
menghendaki kepada makna Wajib. Jadi
tetapi tidak ditentukan bentuk dari jenisnya,
mahar adalah wajib bagi suami terhadap
besar dan kecilnya dalam al-Quran dan
istrinya, karena tidak ada Qarinah yang
Hadits.
memalingkannya dari makna wajib kepada
Abdur Rahman al-Jaziri mengatakan
makna yang lain.
mahar berfungsi sebagai pengganti
Kalau mahar ialah hak seorang istri,
(muqabalah) istimta' dengan istrinya.
maka istri yang baik adalah yang tidak
Sedangkan sebagian ulama Malikiyah
mempersulit atau mempermahal mas
mengatakan bahwa mahar berfungsi
kawin. Kini, tidak sedikit dari kaum
sebagai imbalan jasa pelayanan seksual dan
muslimin yang telah teracuni oleh
Abu Hasan Ali memposisikan mahar
materialisme kehidupan. Mereka
sebagai alat ganti yang wajib dimiliki
memandang mahar dengan pandangan
perempuan karena adanya akad nikah.
materi semata. Mahar dijadikan mereka
Tentang hukum memberikan mahar
sebagai asas dalam akad nikah. Padahal
adalah wajib. Terdapat dalam Al-qur’an
sebenarnya mahar hanyalah sebagai

Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 5


ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

lambang penghormatan terhadap kaum memilikinya karena berniat untuk


wanita. Namun ternyata sekarang menjadi mengembalikannya kelak.
tuntutan yang paling utama. Pandangan Memberikan mahar dengan barang
seperti itu sangat bertentangan dengan hasil ghasab tidak sah.
syari’at Islam yang memerintahkan kepada d. Barang yang tidak jelas keadaannya
pemeluknya untuk mempermudah masalah itu tidaklah sah maharnya.
mahar. Dalam Kompilasi Hukum Islam Mahar
Mempermahal mas kawin adalah diatur dalam Bab V dari pasal 30 hingga
sesuatu yang dibenci oleh Islam, karena pasal 38.
akan mempersulit hubungan perkawinan di 3. Prosedur Perkawinan
antara sesama manusia. Islam tidak Terkait prosedur perkawinan tentu saja
menyukai mahar yang berlebih-lebihan harus sesuai dengan aturan dan hukum yang
(wanita yang memasang mahar terlalu berlaku di Indonesia dan juga sesuai dengan
mahal), bahkan sebaliknya mengatakan syariat Islam. Prosedur perkawinan harus
bahwa setiap kali mahar itu lebih murah berkesesuaian dengan hukum perdata
tentu akan memberi berkah dalam Indonesia dan hukum perdata Islam
kehidupan suami istri (berumah tangga). Indonesia, agar legalitas perkawinannya
Syarat-Syarat Mahar yang diberikan diakui dan sah menurut hukum dan negara.
kepada calon istri harus memenuhi syarat- Prosedur perkawinan di Indonesia
syarat menurut syariat Islam yaitu, berlandaskan pada Undang-Undang Nomor
a. Sebuah pemberian yang berharga. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Tidak sah mahar dengan yang tidak Kompilasi Hukum Islam Buku I Hukum
berharga walaupun tidak ada Perkawinan.
ketentuan banyak atau sedikitnya 4. Pencegahan dan Pembatalan
mahar tapi bernilai tetap sah barulah Perkawinan
disebut dengan mahar. Pengertian Pencegahan Perkawinan
b. Barang yang suci dan bermanfaat. adalah menghindari terjadinya perkawinan
Tidak sah mahar dengan memberikan yang telah diatur dalam ketentuan atau
barang yang haram dan tidak berdasarkan hukum Islam yang berlaku.
berharga. Pencegahan Perkawinan sendiri dilakukan
c. Barang mahar bukan barang ghasab. apabila tidak memenuhi dua syarat, yang
Ghasab artinya mengambil barang pertama ada syarat materil dan yang kedua
milik orang lain tanpa seizinnya ada syarat administratif.
namun tidak termasuk untuk
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 6
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

Syarat materil ini adalah syarat yang c. Perempuan yang dalam masa iddah
mempunyai kaitan dengan pencatatan d. Perkawinan yang melanggar batas
perkawinan, akta nikah, dan larangan umur perkawinan sebagaimana yang
perkawinan. Syarat kedua yaitu syarat telah ditetapkan
Administratif adalah syarat yang kaitannya e. Perkawinan dialngsungkan tanpa
pada setiap rukun perkawinan. wali atau dengan wali yang tidak
Pencegahan perkawinan itu sendiri berhak
diatur dalam UU No 1 Tahun 1974 dalam f. Perkawinan yang dilakukan dengan
pasal 13 yang menyebutkan bahwa paksaan
“Perkawinan dapat dicegah, apabila ada Orang yang dapat membatalkan atau
pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat mengajukan pembatalan perkawinan diatur
untuk melangsungkan perkawinan”. dalam pasal 73 Kompilasi Hukum Islam
Sedangkan, dalam hukum perdata islam di yaitu :
Indonesia terkait dengan pencegahan a. Para keluarga dalam garis keturunan
perkawinan diatur di dalam Kompilasi b. Suami atau Istri
Hukum Islam Bab X. c. Pejabat yang berwenang mengawasi
Pengertian Pembatalan Perkawinan jalanya perkawinan menurut undang-
adalah proses untuk tidak melanjutkan undang
hubungan perkawinan setelah sebelumnya d. Para pihak yang mengetahui adanya
perkawinan itu terjadi. Dalam pasal 22 UU cacat dalam rukun dan syaray
Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan perkawinan memurut Kompilasi
dapat dibatalkan jika para pihak tidak Hukum Islam dan Peraturan
memenuhi syarat untuk proses perkawinan. Perundang-undangan
Perkawinan dapat dibatalkan berdasarkan Pada Pasal 74 ayat 1 Kompilasi Hukum
UU NO.1 Tahun 1974 tentang perkawinan Islam menentukan bahwa pembatalan
dalam pasal 22, 24, 26, dan 26 serta perkawinan hanya dapat diputuskan oleh
berdasarkan KHI pasal 70 dan 71. pengadilan dan permohonan perkawinan
Dalam Kompilasi Hukum Islam di pasal dapat diajukan oleh para pihak pada
71 menjelaskan bahwa suatu perkawinan pengadilan yang berada diwilayah hukum
dapat dibatalkan apabila : masing-masing. Permohonan pembatalan
a. Seorang suami melakukan poligami perkawinan dapat berbentuk kontensius
tanpa izin Pengadilan Agama atau sengketa sehingga dapat lebih jelas
b. Perempuan yang dinikahi ternyata melangsungkan pembatalan perkawinan
masih menjadi istri orang lain
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 7
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

yaitu sama dengan cara gugatan perceraian VIII Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun
yang diatur dalam peraturan. 1975
5. Prosedur Poligami c. Perkawinan yang dilakukan dengan
Pernikahan poligami hanya terbatas isteri kedua,ketiga,atau keempat tanpa
empat orang isteri karena telah diatur dalam izin dari pengadilan agama tidak
Kompilasi Hukum Islam pasal 55 ayat (1) mempunyai kekuatan hukum.
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pengadilan agama setelah menerima
yang berbunyi “beristeri lebih dari satu permohonan izin poligami kemudian
orang pada waktu bersamaan, terbatas memeriksa :
hanya sampai empat orang istri”. a. Ada atau tidaknya alasan yang
Ketika seorang suami menginginkan memungkinkan seorang suami kawin
untuk berpoligami, maka ia harus datang ke lagi
Pengadilan untuk mendapatkan izin dari b. Ada atau tidaknya persetujuan dari isteri,
Pengadilan. Hal ini sesuai dengan pasal 4 baik persetujuan lisan maupun tertulis,
ayat 1 undang-undang No. 1 tahun 1974, apabila persetujuan itu merupakan
dan Pasal 56 Kompilasi Hukum Islam persetujuan lisan, persetujuan itu harus
dalam pasal tersebut menyatakan bahwa diucapkan didepan sidang pengadilan
dalam hal seorang suami akan beristeri c. Ada atau tidaknya kemampuan suami
lebih dari seorang, maka ia wajib untuk menjamin keperluan hidup isteri-
mengajukan kepada Pengadilan di daerah isteri dan anak-anak dengan
tempat tinggalnya. memperlihatkan :
Dalam pasal 40 Peraturan Pemerintah 1) Surat keterangan mengenai
Nomor 9 Tahun 1975 menyebutkan penghasilan suami yang
“Apabila seorang suami bermaksud untuk ditandatangani oleh bendahara
beristeri lebih dari seorang maka ia wajib tempat bekerja
mengajukan permohonan secara tertulis 2) Surat keterangan pajak penghasilan
kepada pengadilan” Pasal 56 KHI 3) Surat keterangan lain yang dapat
menyebutkan, diterima oleh pengadilan
a. Suami yang hendak beristeri lebih dari Mengenai teknis pemeriksaan, Peraturan
satu orang harus mendapat izin dari Pemerintah N0. 9 Tahun 1975 Pasal 42
pengadilan agama Mengatur :
b. Pengajuan permohonan izin dimaksud a. Dalam melakukan pemeriksaan
pada ayat (1) dilakukan menurut tata mengenai hal-hal pada pasal 40 dan
cara sebagaimana diatur dalam Bab
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 8
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

41 pengadilan harus memanggil dan Dalam Kompilasi Hukum Islam,


mendengar isteri yang bersangkutan. Kewajiban suami terhadap istri dijelaskan
b. Pemeriksaan pengadilan untuk itu secara rinci sebagai berikut:
dilakukan oleh Hakim selambat- Pasal 80
lambatnya 30 (tiga Puluh) hari a. Suami adalah pembimbing terhadap
setelah diterimanya surat istri dan rumah tangganya.
permohonan beserta lampiran- b. Suami wajib melindungi istrinya dan
lampirannya. memberikan segala keperluan hidup
Pengadilan Agama dapat menetapkan rumah tangga sesuai dengan
pemberian izin setelah memeriksa dan kemampuannya.
mendengar isteri yang bersangkutan di c. Suami wajib memberi pendidikan
persidangan pengadilan agama dan agama kepada istrinya dan
terhadap penetapan ini isteri atau suami memberikan kesempatan belajar
dapat mengajukan banding atau kasasi pengetahuan yang berguna dan
Dalam ketentuan hukum mengenai bermanfaat.
poligami yang boleh dilakukan atas Dalam Kompilasi Hukum Islam,
kehendak yang bersangkutan melalui izin kewajiban istri terhadap suami dijelaskan
pengadilan agama, setelah dibuktikan izin sebagai berikut:
isteri atau isteri-isteri yaitu terwujudnya Pasal 83
cita-cita dan tujuan perkawinan. a. Kewajiban utana bagi seorang istri
6. Hak dan Kewajiban Suami Istri ialah berbakti lahir batin kepada
Berbeda dengan Undang-Undang suami di dalam batas-batas yang
Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam dibenarkan oleh hukum Islam.
mengatur masalah hak dan kewajiban b. Istri menyelenggarakan dan
suami istri ini sangat perinci. mengatur keperluan rumah tangga
Pembahasannya dimulai dari Pasal 77-78 sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
mengatur hal-hal yang umum, Pasal 79 Pasal-pasal Kompilasi Hukum Islam
menyangkut kedudukan suami istri, Pasal dapat dikatakan sangat jelas mengatur
80 berkenaan dengan kewajiban suami, kedudukan suami istri, serta kewajiban
Pasal 81 tempat kediaman dan Pasal 82 antara suami istri. Dalam beberapa hal
kewajiban suami terhadap istri yang lebih Kompilasi Hukum Islam mengadopsi
dari seorang, dan Pasal 83 bekenaan dengan pasal-pasal fikih Islam. Seperti berkenaan
kewajiban istri. dengan kedudukan suami sebagai kepala
rumah tangga dan istri sebagai ibu rumah
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 9
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

tangga, posisi yang seimbang, kewajiban Pada dasarnya, suatu perkawinan itu
saling mencintai, menghormati dan saling dibentuk atas suatu kebahagiaan pasangan
membantu. Pada sisi lain, Kompilasi antara suami dan istri selama hidup
Hukum Islam begitu memerinci hal-hal berlangsung. Namun apabilq salah satu
yang dijelaskan secara umum di Undang- pihak tidak dapat melaksanakan
Undang Perkawinan seperti bentuk kewajibannya masing-masing dengan baik
kebutuhan yang harus dipenuhi suami, dan salah satu pihak tidak dapat
nafkah, kiswah dan kediaman atau sandang, menerimanya, sehingga tidak ada jalan lagi
pangan, dan papan. Demikian juga dengan selain bercerai, maka pemutusan
biaya perawatan, pengobatan istri dan anak perkawinan boleh dilakukan.
serta pendidikan. Menurut isi pasal 113 pada Kompilasi
Kompilasi Hukum Islam dalam masalah Hukum Islam disebutkan bahwasanya,
hak dan kewajiban ini menunjukkan sikap suatu perkawinan dapat putus karena
yang mendua, satu sisi ingin mewujudkan beberapa hal, yaitu :
kesetaraan sedangkan pada sisi lain belum a. Kematian
berhasil sepenuhnya keluar dari b. Perceraian
mainstream fikih Islam yang jelas-jelas c. Atas putusan pengadilan
tidak menempatkan perempuan dan laki- Putusnya suatu perkawinan bisa terjadi
laki secara seimbang. diakibatkan oleh adanya perceraian, baik
7. Putusnya Perkawinan cerai karena kematian maupun karena cerai
Dalam hal terjadi putusnya suatu hidup yang bisa terjadi karena 2 (dua) hal
perkawinan definisi yang sering dikenal yaitu: cerai talak dan cerai gugat. Pada
yakni istilah “Perceraian”, tetapi sulit pula dasarnya putusnya suatu perkawinan tidak
digunakan istilah tersebut sebagai mudah dilakukan, oleh sebab itu harus ada
pengganti “Putusnya Perkawinan”, karena alasan-alasan kuat yang mendasarinya.
perceraian itu adalah salah satu bentuk dari Selain menurut pasal 113 KHI, pemutusan
putusnya perkawinan. Untuk tidak terjebak perkawinan juga dapat dilakukan dengan
dalam istilah tersebut, kita dapat saja cara seperti berikut ini :
menggunakan “Putusnya Perkawinan”, a. Talak, menurut isi pasal 117 dalam
namun dalam arti yang tidak sama dengan Kompilasi Hukum Islam, talak adalah
istilah ba-in yang digunakan dalam fiqh, ikrar suami di hadapan sidang
atau ia dipandang sebagai sinonim dari Pengadilan Agama yang menjadi
istilah furqah yang terdapat dalam kitab salah satu sebab putusnya
fikih perkawinan. KHI mensyaratkan
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 10
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

bahwa ikrar suami untuk bercerai hukum khulu’ itu adalah boleh, tetapi
(talak) harus disampaikan di hadapan makruh seperti talak karena adanya
sidang Pengadilan Agama. pemutusan talak yang diperintahkan
Tampaknya UU No. 7 Tahun 1989 syarak. Khulu’ diperbolehkan jika
tentang Peradilan Agama juga ada sebab yang menuntut, seperti
menjelaskan hal yang sama seperti suami cacat fisik atau cacat sedikit
yang terdapat dalam Pasal 66 ayat (1) pada fisik atau suami tidak dapat
yang berbunyi, “Seorang suami yang melaksanakan hak istri atau wanita
beragama Islam yang akan khawatir tidak dapat melaksanakan
menceraikan istrinya mengajukan kewajiban hukum-hukum Allah Swt.
permohonan kepada pengadilan Adapun pembahasan tentang talak
untuk mengadakan sidang guna terdapat dalam pasal 117 KHI yang mana
penyaksian ikrar Talak” berbunyi,
b. Fasakh, merupakan pemutusan “Talak adalah ikrar suami dihadapan
perkawinan yang terjadi karena sidang Pengadilan Agama yang menjadi
timbulnya suatu hal yang dianggap salah satu sebab putusnya perkawinan”
berat oleh sepasang suami-istri yang Pasal 118 KHI berbunyi,
menyebabkan mereka tidak sanggup “Talak raj’i adalah talak kesatu atau
untuk melanjutkan kehidupan sebagai kedua, dimana suami berhak rujuk selama
suami-istri untuk mencapai tujuan istri dalam masa iddah”
dari berumah tangga. Memfasakhkan Sedangkan dalam pasal 119 KHI
nikah diperbolehkan apabila salah berbunyi,
seorang suami ataupun istri cacat “Talak ba’in sugra adalah talak yang
pada badannya, keduanya boleh tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah
memilih bercerai atau meneruskan baru dengan bekas suaminya meskipun
pernikahannnya. dalam masa iddah, talak ba’in sugra
c. Khulu’ , merupakan talak yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diucapkan oleh istri dengan adalah talak yang terjadi qabla al-dukhul
mengembalikan mahar yang pernah dan talak dengan tebusan atau khulu’.”
dibayarkan oleh suaminya. Artinya, Mengenai bagaimana tata cara
tebusan itu dibayarkan oleh seorang perceraian atau pemutusan perkawinan
istri kepada suaminya yang diatur dalam pasal 131 Kompilasi Hukum
dibencinya, agar suaminya itu dapat Islam yang berbunyi,
menceraikannya. Pada dasarnya
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 11
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

a. Pengadilan agama yang bersangkutan perceraian bagi bekas suami dan isteri.
mempelajari permohonan dimaksud Helai pertama beserta surat ikrar talak
pasal 129 dan dalam waktu selambat- dikirimkan kepada Pegawai Pencatat
lambatnya tiga puluh hari memanggil Nikah yang mewilayahi tempat tinggal
pemohon dan isterinya untuk meminta suami untuk diadakan pencatatan, helai
penjelasan tentang segala sesuatu yang kedua dan ketiga masing-masing
berhubungan dengan maksud diberikan kepada suami isteri dan helai
menjatuhkan talak. keempat disimpan oleh Pengadilan
b. Setelah Pengadilan Agama tidak Agama.
berhasil menasehati kedua belah pihak Pada Kompilasi Hukum Islam juga
dan ternyata cukup alasan untuk disebutkan tambahan tentang hal-hal yang
menjatuhkan talak serta yang dapat menyebabkan terjadinya perceraian
bersangkutan tidak mungkin lagi hidup yang berlaku khusus kepada suami istri
rukun dalam rumah tangga, pengadilan (pasangan perkawinan) yang memeluk
Agama menjatuhkan keputusannya agama islam yang terdapat pada pasal 116
tentang izin bagi suami untuk KHI yakni, suami melanggar taklik talak.
mengikrarkan talak. Peralihan agama atau murtad yang
c. Setelah keputusannya mempunyai menyebabkan terjadinya ketidakrukunan
kekuatan hukum tetap suami dalam rumah tangga.
mengikrarkan talaknya didepan sidang Pemutusan perkawinan yang dilakukan
Pengadilan Agama, dihadiri oleh isteri di luar pengadilan merupakan hal illegal
atau kuasanya. menurut ketentuan Kompilasi Hukum
d. Bila suami tidak mengucapkan ikrar Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
talak dalam tempo 6 (enam) bulan 1974 tentang perkawinan karena setiap
terhitung sejak putusan Pengadilan terjadinya pemutusan perkawinan wajib
Agama tentang izin ikrar talak baginya dilakukan di hadapan Pengadilan,
mempunyai kekuatan hukum yang tetap perceraian yang dilakukan di luar sidang
maka hak suami untuk mengikrarkan Pengadilan membawa kemudharotan bagi
talak gugur dan ikatan perkawinan istri dan anak, serta dapat mempersulit
yang tetap utuh. segala administrasi kependudukan Negara.
e. Setelah sidang penyaksian ikrar talak 8. Perkawinan Antar Agama
Pengadilan Agama membuat Berkenaan dengan perkawinan antar
penetapan tentang terjadinya Talak agama, berdasarkan hukum perdata
rangkap empat yang merupakan bukti perkawinan di Indonesia yakni Undang-
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 12
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya,


Perkawinan Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi, setiap poin dan setiap objek dalam konsep
“perkawinan dinyatakan sah apabila perkawinan yang telah diatur oleh hukum
dilakukan menurut hukum masing-masing perdata Islam yakni Kompilasi Hukum
agamanya dan kepercayaannya itu” sudah Islam memiliki korelasi dan relevansi
jelas perkawinan antar agama tersebut tidak antara yang satu dan yang lain.
diperkenankan dan dianggap tidak sah. Setiap objek dalam konsep perkawinan
Sejalan dengan hal tersebut, menurut tersebut saling terikat dan berkaitan satu
Kompilasi Hukum Islam Pasal 40 yang sama lain. Untuk mewujudkan dan
berbunyi, mencapai tujuan yang sama yaitu,
“Dilarang melangsungkan perkawinan mewujudkan perkawinan yang bernilai
antara seorang pria denagn seorang ibadah, diridhai Allah SWT, dan
wanita karena keadaan tertentu: mewujudkan pernikahan yang Sakinah
a. karena wanita yang bersangkutan mawaddah wa rahmah.
masih terikat satu perkawinan dengan 2. Saran
pria lain; Berdasarkan kesimpulan tersebut
b. seorang wanita yang masih berada penulis memberikan saran, bagi masyarakat
dalam masa iddah dengan pria lain; Indonesia yang beragama Islam yang akan
c. seorang wanita yang tidak beragama melaksanakan perkawinan untuk dapat
islam.” mempelajari dan memahami terkait konsep
Pasal 44 yang berbunyi, pernikahan yang sesuai dengan syariat
“Seorang wanita Islam dilarang Islam agar terciptanya keluarga yang
melangsungkan perkawinan dengan Sakinah mawaddah wa rahmah.
seorang pria yang tidak beragama Islam.”
Selain secara jelas dilarang dalam
hukum perdata postif dan hukum perdata
Islam, perkawinan antar agama juga
dilarang sebab berpegang pada sad dariah
bahwa perkawinan beda agama lebih besar
mafsadatnya dari pada manfaatnya.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan terkait konsep
perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam
Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 13
ARTIKEL JURNAL
HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kohar. 2016. “Kedudukan dan Hikmah Mahar Dalam Perkawinan”. UIN Raden Intan.
http://ejournal.radenintan.ac.id/
Amiur Nurudin. 2004. “Hukum Perdata Islam di Indonesia”. Jakarta: Prenada Media Group.
Z. Zulhaq. 2017. “Prosedur Pengajuan Poligami”. UIN Raden Intan.
http://repository.radenintan.ac.id/1592/5/BAB_IV_Poligami.pdf
Dian Latifiani, dkk. 2019. “Analisis Hukum Islam Terhadap Faktor Putusnya Tali
Perkawinan”. Universitas Negeri Semarang.
https://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/samarah/article/download/4441/3553
Hidayat. 2019. “Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam”. Universitas Indonesia
Timur. https://uit.ejournal.id/JPAIs/article/download/206/370
Mukmin Mukri. 2020. “Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan”. IAIN Langsa.
http://ejournal.iainlangsa.ac.id/173-Article/Text-406-1-10-20170823.pdf
Rahmad Hanafi. 2018. “Perkawinan Dalam Hukum Positif dan Hukum Islam”. Universitas
Sultan Agung. http://repository.unissula.ac.id/8819/4/BAB
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Kompilasi Hukum Islam

Kelompok 2 (Relevansi Konsep…) | 14

Anda mungkin juga menyukai