Anda di halaman 1dari 23

KAIDAH BACAAN MAD DALAM AL-QUR’AN 2

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah BTQ)

Dosen Pengampu: Ahmad Subhan, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 7
SODIKIN (1801040028)
RIA IRAWATI (1801041034)

TADRIS PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
METRO
T.A 2018/2019

KATA PENGANTAR

i
Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah swt.Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga memberikan kemampuan
dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta wawasan kepada
pembaca mengenai perihal Kaidah Bacaan Panjang/Mad dalam Alqur’an. Kepada
berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah ini,
kami ucapkan terimakasih.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami


tentangIlmu Tajwid, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan
penyajian yang lebih dalam dan luas tentang materi ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca, khususnya bagi penulis dan untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.

Metro, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sekilas Tentang Judul ...................................................................... 1
1.2 Pengertian Kaidah dan Madd .......................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Madd .............................................................................. 3
2.2 Pembagian Madd ............................................................................. 3
A. Madd Ashli ................................................................................. 3
B. Madd Far’i .................................................................................. 5
2.3 Macam-Macam Mad Far’I .............................................................. 5
A. Mad Wajib Muttashil .................................................................. 5
B. Mad Jaiz Munfashil .................................................................... 5
C. Mad Lazim .................................................................................. 6
D. Mad Badal ................................................................................... 7
E. Mad Aridl Lis Sukun .................................................................. 7
F. Mad ‘Iwadl .................................................................................. 8
G. Mad lin ........................................................................................ 8
BAB III KESIMPULAN ................................................................................
3.1 Kesimpulan ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sekilas Tentang Judul
Al-Qur’an adalah kumpulan firman Allah Swt. yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril As. Al-Qur’an merupakan kitab
suci umat Islam yang berisi pedoman atau petunjuk hidup dalam menjalani
hidupnya. Sebagai umat Islam, tentunya kita harus membaca, menghayati,
mengamalkan, dan menjaga Al-Qur’an. Al-qur’an merupakan ‘kalam Allah’,
maka dalam membacanya pun tata caranya sendiri. Dalam membaca Al-Qur’an
penting bagi kita untuk mengetahui ilmunya agar tidak terjadi kekeliruan dalam
arti ataupun membacanya yang disebut ilmu tajwid. Seseorang dikatakan benar
dalam membaca Al-qur’an yaitu ketika membacanya sesuai kaidah ilmu tajwid.
Membaca al-qur’an dengan tajwid adalah wajib atau fardhu ‘ain, artinya bagi
setiap seorang mukalaf baik laki-laki maupun perempuan harus menggunakan
tajwid saat membaca al-qur’an.

Ilmu tajwid terbagi dalam empat kelompok besar diantaranya Iqlab, Ikhfa,
Idgham, dan Idhar. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Kaidah
bacaan mad dan berbagai macam pengelompokkannya. Kaidah bacaan mad
merupakan aturan, sumber, dasar yang digunakan secara umum yang mencakup
semua yang partikular bacaan mad atau panjang.

1.2 Pengertian Kaidah dan Mad


Secara Bahasa, kaidah terambil dari bahasa arab Al-Qa’idah yang artinya
pondasi atau dasar. Secara istilah kaidah adalah rumusan asas yang menjadi
hokum, aturan, yang sudah pasti.
Madd menurut bahasa adalah memanjang dan menambah. Sedangkan
menurut istilah madd adalah memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari
huruf-huruf madd (ashli).
Huruf madd seperti yang dimaksud dalam definisi diatas ada tiga yaitu : alif
(‫)ا‬, wau (‫)و‬, ya’ (‫)ي‬. Ketiga huruf ini merupakan huruf-huruf dasar bagi
pembicaraan lebih lanjut tentang hukum madd. Dengan mempelajari hukum
madd, maka kita dapat mengetahui lafadz-lafazd al-quran yang mesti dibaca
panjang atau pendek. Pemahaman yang minim tentang hukum madd, dapat

1
menyebabkan seseorang jatuh pada kesalahan: memendekan bacaan yang
seharusnya dibaca panjang atau memanjangkan bacaan yang seharusnya dibaca
pendek.1

1
Acep Lim Abdurohim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap.( Bandung: CV Penerbit
Dipenogoro, 2016), hlm. 135

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Madd


Madd menurut bahasa adalah :

ُ‫الز َيا َدة‬ ُ ‫ا ْل َم‬


ِّ ‫ط َو‬
Yang artinya “memanjang dan menambah”.
Sedangkan menurut istilah adalah :

‫ف ا ْل َم ِّد‬
ِّ ‫ف ِّم ْن َح ْر‬ َّ ‫اِّ َطا لَةُال‬
ٍ ‫ص ْو ِّت ِّب َح ْر‬
Yang artinya “ memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-huruf
madd (ashli)”.2
Huruf madd seperti yang dimaksud dalam definisi diatas ada tiga yaitu : alif
(‫)ا‬, wau (‫)و‬, ya’ (‫)ي‬. Ketiga huruf ini merupakan huruf-huruf dasar bagi
pembicaraan lebih lanjut tentang hukum madd.
Kedua mad ini menjadi tema sentral dalam setiap pembahasan tentang hukum
maddkarena pembagian inilah yang lazim dengan ilmu tajuwid. Nama-nama lain
yang mungkin sering kita dengar dan berkaitan dengan hukum seperti : madd lin,
madd badal, madd lazim, merupakan cabang dari madd far’i.

2.2 Pembagian Madd


Madd terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
ْ َ ‫)اَ ْل َم ُد ْاْل‬
A. Madd Ashli atau Madd Tabi’I (‫ص ِلي‬
Madd ashli dikenal pula dengan istilah madd thabi’i. Thabi’i secara bahasa
artinya tabiat. Madd ashli diistilahkan pula dengan madd thabi’i karena:

‫علَ ْي ِّه‬ ُ ُ‫س ِّل ْي َم ِّة ِلَ يَ ْنق‬


َ ‫صهُ ع َْن َح ِّد ِّه َوِلَيَ ِّز ْي ُد‬ َّ ‫ب ال‬
َّ ‫ط ِّب ْيعَ ِّة ال‬ َ ‫ِِّلَ َّن‬
َ ‫صا ِّح‬
Yang artinya : ”seorang yang mempunyai tabiat baik tidak mungkin akan
mengurangi atau menambah panjang bacaan dari yang telah ditetapkan”.

2
Ibid.

3
Maksudnya, ketentuan bahwa madd ashli harus dibaca panjang dua
harakat tidak mungkin ditambah atau dikurangi oleh orang yang mempunyai
tabiat baik. Jadi orang tersebut akan membaca madd ashli sesuai dengan
ketentuan, yakni dua harakat, tidak lebih, dan tidak kurang.
Madd ashli adalah hukum madd yang dasar atau pokok. Hukum-hukum
madd yang lain, yakni hukum-hukum madd yang merupakan bagian dari
madd far’i, hampir seluruhnya berasal dari mad ashli ini. Hukum-hukum
tersebut muncul karena suatu sebab yang menimpa mad ashli sehingga
berkembang menjadi lima belas hukum madd.
Pandangan diatas selaras dengan deifinisi madd ashli yang dikemukakan
oleh syekh sulaiman al-jamjuri rahimullah. Madd ashli menurut beliau ialah.

ُ ‫ب ِم ْن َه ْم ٍز ا َ ْو‬
‫سك ُْو ٍن‬ ٍ َ‫سب‬
َ ‫ع َل‬ ُ َّ‫ص ِلي ُه َو الَّ ِذ ْي ْلَيَت َ َو ق‬
َ ُ‫ف لَه‬ ْ َ‫ف‬
ْ َ‫ااْل‬
Madd ashli adalah hukum madd yang tidak kenai sebab, seperti hamzah atau
sukun.

Maksud dengan “sebab” disini ialah hal-hal yang menyebabkan madd


ashli menjadi madd far’i, seperti hamzah dan sukun yang terletak sesudah
madd ashli. Ketika itu, madd ashli otomatis berubah menjadi madd wajib atau
madd lazim. Keduanya merupakan cabang dari madd far’i. Demikian
seterusnya untuk sebab-sebab yang lain. Huruf-huruf madd ashli ada tiga,
yaitu :
a. Alif (‫ )ا‬yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah.
b. Wau (‫ )و‬yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat dhammah.
c. Ya’ (‫ )ي‬yang bersukun dan huruf sebelumnya berharakat kasrah.
Adapun cara membaca madd ashli ialah dengan memanjangkan bacan dua
harakat (satu alif), baik disaat washal maupun waqaf. Haram hukumnya
membaca madd ashli kurang dari dua harakat.

Huruf Madd
Ashli Harakat Huruf Sebelumnya Contoh Dibaca

ْ‫ا‬ Fat-hah ‫بَا‬ Ba (baa)

4
‫ْو‬ Dlammah ‫ت ُْو‬ Tu (tuu)

‫ْي‬ kasrah ‫ِج ْي‬ Ji (jii)

B. Madd far’I (‫)ا َ ْل َم ُد ا ْلفَ ْر ِعي‬


Far’i secara bahasa berasal dari kata far’un (‫ ) َف ْرع‬yang artinya cabang.
Sedangkan menurut istilah madd far’i adalah :

ُ ‫ب ِّم ْن َه ْم ٍز ا َ ْو‬
‫سك ُْو ٍن‬ ٍ َ‫سب‬ ْ َ‫علَى ْاِل‬
َ ِّ‫ص ِّلي ِّ ب‬ َّ ‫ا ْل َم ُّد‬
َ ‫الز اٮ ُد‬
Yang artinya : “ madd yang merupakan hukum tambahan dari madd ashli
(sebagai hukum asalnya), yang disebabkan oleh hamzah atau sukun “.
Dari keterangan diatas jelaslah bahwa madd far’i ialah madd tambahan
dari hukum asalnya, yaitu madd ashli yang terkena sebab-sebab tertentu
sehingga menjadi madd far’i. Sebab-sebab tersebut ada yang masih
merupakan bagian dari sukun atau memang merupakan sebab baru selain
hamzah dan sukun.
2.3 Macam-Macam Mad Far’i
Selanjutnya kami akan mengupas satu persatu hukum-hukum madd yang
merupakan bagian dari madd far’i. Hukum-hukum tersebut jumlahnya ada lima
belas hukum.
1. Madd Wajib Muttasil
Secara bahasa, madd artinya panjang; wajib artinya harus (dipanjangkan);
dan muttasil artinya bersambung (dengan hamzah). Menurut istilah, madd
wajib muttasil adalah:

ِّ ‫ُون ال َم ُّد َوال َه ْم َزةُ فِّي َك ِّل َم ٍة َو‬


‫اح َد ٍة‬ َ ‫ُه َوا َ ْن يَك‬
Artinya : Apabila madd (ashli) dan hamzah (bertemu) dalam satu kata.3
Jadi, syarat madd wajib muttasil itu adalah harus ada hamzah setelah madd
ashli dan hamzah itu pun berada dalam satu kata dengan madd ashli. Jika tidak
demikian, tidak terjadi hukum mad wajib muttasil.

3
Dachlan salim Zarkasyi, Pelajaran Ilmu Tajwid, (Semarang, 1989), hlm, 27.

5
Cara membaca mad wajib muttasil ialah wajib dipanjangkan lima harakat

atau dua setengah alif. Contoh


ِٰٓٔ‫ُٯ‬
‫ َجآ َء‬, ‫لٮك‬ ‫ا‬
2. Madd Jaiz Munfasil
Secara bahasa, madd artinya panjang; jaiz artinya boleh (dipanjangkan
lebih dari dua harakat); dan munfasil artinya terpisah (antara huruf madd
dengan hamzah).
Apabila huruf madd (ashli) pada satu kata bertemu dengan hamzah dikata
yang lainnya.4 Dengan kata lain, madd ashli dan hamzah berada pada dua kata
yang terpisah. Cara membaca madd jaiz munfasil boleh dipanjangkan dua
harakat, empat harakat, dan lima harakat. Dengan demikian, ada tiga wajah
dalam membacanya :
1. Hadr yaitu cepat, dibaca dua harakat.
2. Tadir yaitu sedang, dibaca empat harakat.
3. Tartil yaitu lambat, dibaca lima harakat.

Contohnya; ِٔ‫ْسن‬
‫ٰٓ ا ح‬
ْ‫ِٔي‬
‫ف‬
3. Madd Lazim
Lazim menurut bahasa maknanya pasti. Menurut istilah, madd lazim ialah
apabila setelah huruf madd atau huruf lin terdapat bersukun lazim (sukun yang
tetap/asli) atau huruf bertashdid, baik dalam keadaan washal atau waqaf, di
dalam kata (kalimat) atau (ejaan) huruf.Madd lazim yaitu apabila setelah huruf
madd terdapat (huruf) yang bersukun ashli, baik ketika waqaf ,maupun
washal.
Madd lazim terbagi dalam empat hukum yaitu:
a. Madd lazim Harfi Musyba’
Secara bahasa, madd artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); harfi artinya huruf (yakni, terjadinya pada huruf); dan musyba’
berarti penuh (tiga ejaan huruf). Menurut istilah, Madd lazim Harfi

4
Imam Alhakam Wicaksono, Pemahaman Ilmu Tajwid, (Solo: Sendang Ilmu), hlm. 40.

6
Musyba’ ialah: madd yang terjadi pada huruf yang terletak pada
permulaan surah. Huruf tersebut mempunyai tiga ejaan huruf: huruf yang
tengahnya huruf madd dan huruf yang ketiga bersukun (ashli). Apabila
huruf setelah madd di idghamkan, maka ia dinamakan madd lazim harfi
musyaba’. Huruf-huruf yang termasuk mad lazim harfi musyba’ itu
terkumpul dalam kalimat ‫ نقص عسلكم‬yakni ( ‫ م‬،‫ ك‬،‫ ل‬،‫ س‬،‫ ع‬،‫ ص‬،‫ ق‬،‫)ن‬.

Contohnya
Madd lazim harfi musyaba’ terjadi tatkala kita membaca huruf-huruf
fawatihus suwar (permulaan surah) di dalam al-qur’an. Cara membacanya
dipanjangkan enam harakat atau (tiga alif).
b. Madd Lazim Harfi Mukhaffaf
Secara bahasa, madd artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); harfi artinya huruf (yakni, terjadinya pada huruf); dan mukhaffaf
berarti ringan atau tidak terjadi idgham. Menurut istilah, Madd Lazim
Harfi Mukhaffaf adalah: apabila huruf-huruf (fawatihus suwar) nya terdiri
dari dua ejaan hurufnya. Semua huruf tersebut mempunyai dua ejaan huruf
dan cara membacanya dipanjangkan dua harakat (satu alif). Huruf-huruf

yang termasuk mad ini terkumpul pada kalimat ‫ر‬ َ ‫َح ٌّي‬
َ ‫ط ُه‬ yakni ( ‫ح‬
‫ي‬,‫ ط‬,‫ ه‬,‫) ر‬. Cara membacanya adalah 2 harakat atau 1 alif. Contoh:

c. Madd lazim kalimi mutsaqqal


Secara bahasa, madd artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); kalimi artinhya kalimat (yakni, terjadinya pada kalimat); dan
mutsaqqal artinya berat, karena terjadi idgham. Menurut Istilah, Madd
lazim kalimi mutsaqqal ialah: apabila setelah huruf madd (ashli) terdapat
huruf yang bertasydid dalam satu kata (kalimat). Cara membacanya ialah
dengan memanjangkan terlebih dahulu huruf madd sebanyak enam harakat

7
(tiga alif), lalu diberatkan atau dimasukkan kepada huruf yang bertasydid
di hadapannya. Contohnya :

d. Madd lazim kalimi mukhaffaf


Secara bahasa, madd artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); kalimi artinhya kalimat (yakni, terjadinya pada kalimat); dan
mukhaffaf artinya ringan, karena tidak terjadi idgham.Menurut Istilah,
Madd lazim kalimi mukhaffaf ialah: apabila setelah huruf madd terdapat
huruf yang bersukun dan tidak ada idgham. Jadi, syaratnya Madd lazim
kalimi mukhaffaf adalah adanya huruf yang bersukun setelah huruf madd.
Namun, tidak ada proses idgham di dalamnya. Cara membacanya
dipanjangkan enam harakat.

4. Madd badal
Secara bahasa, madd artinya panjang dan badal artinya pengganti.
Menurut istilah, mad badal ialah: berkumpulnya huruf madd dengan hamzah
dalam kalimat, tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari huruf madd.5 Cara
membaca madd badal ialah dipanjangkan dua harakat.

5. Madd ‘Aridl lis Sukun


Secara bahasa, madd artinya panjang; ‘Aridl artinya baru/tiba-tiba ada, dan
sukun artinya bersukun atau mati. Sedangkan menurut istilah, Madd ‘Aridl lis
Sukun adalah madd tabi’i atau ashli yang diiringi atau memghadapi satu huruf
hidup dalam satu kalimat yang mati karena berhenti atau diwaqafkan. Aturan
membacanya boleh dua harakat, empat harakat, dan enam harakat.

5
Acep Lim Abdurohim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap.( Bandung: CV Penerbit
Dipenogoro, 2016), hlm. 155.

8
6. Madd ‘iwadl
Secara bahasa, madd artinya panjang dan ‘iwadl artinya pengganti.
Menurut istilah madd ‘iwadl adalah madd yang terjadi bila ada fathatain
(fathah tanwin) yang diwaqafkan di akhir kalimat. Madd ‘iwadl dalam
pengertian yang kita maksudakan disini adalah bacaan panjang pada akhir kata
/ kalimat sebagai pengganti dari suara tanwin fathah yang tidak berbunyi lagi
karena bacaan di waqaf kan . cara membacanya dipanjangkan dua harakat atau
satu alif.

ِّ ‫)اَ ْل َم ُد‬
7. Madd lin ( ُ‫الل ْين‬
Secara bahasa madd artinya panjang dan lin artinnya lunak. Sedangkan
menurut istilah lin adalah :

‫ح َما قَ ْبلَ ُه َما‬


ُ ‫ان ا ْل َم ْفت ُ ْو‬ َّ ‫او َوا ْليَا ُء ال‬
ِّ َ‫سا ِّكن‬ ُ ‫ُه َوا ْل َو‬
Yang artinya “ apabila ada wau dan ya’ berharakat sukun dan huruf
sebelumnya berharakat fathah”.
Berbicara tentang lin artinya berbicara tentang dua hal, yaitu huruf lin atau
madd lin. Dua hal tersebut harus dibedakan karena mempunyai kedudukan
masing-masing. Adalah suatu kesalahan jika bacaan yang sebenarnya
hanyalah huruf lin kita hukumi sebagai madd lin. Begitu pun sebaliknya.
Sebelum mengulas tentang huruf lin dan madd lin, perlu kita ketahui bahwa
pengucapan lin tidak boleh dikeraskan dengan menekan suara pada kedua
huruf lin, yaitu wau dan ya’. Sesuia dengan maknanya, lin harus diucapkan
dengan lunak dan lembut.
a. Huruf lin
Huruf lin terjadi apabila huruf wau (‫ )و‬dan ya’ (‫ )ي‬dalam keadaan bersukun
dengan huruf sebelumnya berharakat fat-hah, dibaca washal atau tidak di-
waqafkan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini :

Contoh Dibaca Q.S

‫يَ ْوٮ َٕ َم ٍذ‬ Yauma-idzin 3:167

9
‫قَ ْو َم ُه ْم‬ Qaumahum 14:28
ُ‫اَلت َّ ْو َبة‬ At-taubatu 4:17

‫ا ْل َم ْي َم َن ِّة‬ Al-mainati 90:18

َ
‫غي ُْر‬ Ghairu 4:95

‫بَيْض‬ baidlun 37:49

Contoh-contoh lin diatas tidak dibaca madd (panjang), karena bacaan tidak
di-waqafkan. Untuk contoh-contoh diatas, kita cukup menyebutkan dengan
huruf lin.

b. Madd lin
Madd lin terjadi apabila huruf terjadi apabila huruf wau (‫ )و‬dan ya’ (‫)ي‬
dalam keadaan bersukun dengan huruf sebelumnya berharakhat fathah dan
setelahnya ada huruf hidup. Kemudian bacaan diwaqafkan atau tidak dibaca
washal.

Cara membacanya dipanjangkan, seperti dalam madd aridli lis sukun, yaitu
dua,empat, atau enam harokat, perhatikan contoh :

Contoh Dibaca Q.S

ٍ‫ِّم ْن َخ ْوف‬ Min khauf (min khauuuuuuf) 106:4

‫ِّب َيدٍكَ ا ْل َخي ُْر‬ Bi yadikal khair (bi yadikal khaiiiiiir) 3:26

‫اِّلَي ال ْيلَيْل‬ Ilal lail (ilal laiiiiiil) 2:187

Contoh-contoh diatas merupakan madd lin, karena bacaan di waqafkan,


sehingga harus dibaca panjang dua, empat, atau enam harakat. Namun
apabila bacaan disambungkan dengan kalimat selanjutnya hanyalah huruf
lin dan tidak dibaca panjang.

8. Madd shilah
Secara bahasa madd artinya panjang dan shilah artinya hubungan.
Menurut istilah, madd shilah ialah :

ِ‫ها‬
ٌ‫ء‬ َْ
ٌَ‫د‬ ‫بع‬ ََّ
ٌَ‫در‬ ‫مق‬ٌُ
‫َِٕٮد‬ ُ ‫ُه َو َح ْر‬
‫ف َم ٍّد زَ ا‬

ٌْ
‫ر‬
ِ ‫َّم‬
‫ِي‬ ‫الض‬

10
Yang artinya : “madd tambahan (dari madd ashli) yang disebabkan oleh ha’
dlamir (kata ganti benda atau orang ketiga tunggal)”.
Ha’ dlamir disebut juga ha’ kinayah yaitu ha’ tambahan yang menunjukan
mufrad mudzakar ghaib atau orang ketiga tunggal. Para ulama’ memberikan
alasan tentang penamaan madd shilah ini :

َ ‫تَأ َ ُّدبًا اِلَ َّن ْالقُ ْر ٰانَ ْالعَ اظي اْم ِلَ از َيا َدة ً اف ْي اه َوِلَ نَ ْق‬
‫ص‬
Yang artinya : “sebagai penghormatan terhadap al-quran yang agung, yang
tidak bisa ditambah dan dikurang. Madd shilah dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
1. Madd shilah qashirah
2. Madd shilah thawillah
a) Madd shilah qashirah
Secara bahasa qashirah artinya pendek. Menurut istilah madd shilah
qashirah ialah :

ً ‫ط ا َ ْي‬
ُ‫ظا ا َ ْن الَ َي ُك ْو ُن َما َب ْعدَه‬ َ ‫ااذَا َكانَ َما قَ ْب َل ْال َها ُء ُمت َ َحر ًك‬
ُ ‫ويُ ْشت َ َر‬...‫ا‬
‫والَ َي ُجدُ ْال َهاء ه َْم ٌز ُمت َ َحر ٌك‬...
َ ً‫ص ْوال‬ُ ‫َم ْو‬
Yang artinya : “ apabila sebelum ha’ dlamir ada huruf yang berharakat dan
disyaratkan tidak disambungkan dengan huruf berikutnya, dan tidak pula
bertemu dengan hamzah yang berharakat. Dari definisi ini, jelaslah bahwa
madd shilah qashirah mempunyai tiga syarat, yaitu :

1. Sebelum ha’ dlamir harus ada huruf yang berharakat. Maksudnya bukan
huruf yang bersukun. Jadi apabila huruf sebelumnya ada huruf yang
bersukun, ia tidak dihukumi sebagai madd shilah qashirah. Contoh huruf
yang bersukun sebelum ha’ dlamir yaitu lafadz :

‫ الَيْه‬, ُ‫ع ْنه‬


َ , ُ‫ م ْنه‬, ‫ فيْه‬, ‫َبنيْه‬
2. Ha’ dlamir tidak disambungkan atau tidak dibaca bersambung dengan
kalimat berikutnya atau tidak diidghamkan. Tetapi bila demikian, maka ia
tidak dihukum sebagai madd shilah qashirah contoh pada lafadz :

‫ َربه ْاالَ ْعلَى‬, ُ‫ لَهُ ْال ُم ْلك‬, ‫اَنَّهُ ْال َح ُّق‬

11
3. Ha’ dlamir tidak bertemu dengan huruf hamzah. Apabila bertemu hamzah,
ia tidak dihukumi madd shilah qashirah, melainkan madd shila thawillah,
contoh pada lafadz :

‫ٌَله‬,ٌ‫ه‬
ٌٌ ُ‫د‬ َْ
َ‫ل‬ ‫َخ‬ ‫ما َله‬
‫ٌ ٌا‬ ٌَ,ٌَّ‫ِال‬ ‫َو َما َله‬
‫ٌٌ ا‬
‫ًا‬‫َاج‬ ‫َز‬
‫ْو‬ ‫ا‬
Cara membaca madd shilah qashirah ialah dipanjangkan dua harakat atau
satu alif, baik ha’ dlamir tesebut berharakat dlammah, maupun kashrah.
Harakat ha’ dlamir dalam madd shilah qashirah biasanya ditulis dalam
bentuk dlammar terbalik atau fat-hah kasrah berdiri. Perhatikan contoh-
contoh berikut :

Contoh Dibaca Q.S.

Li rabbihi lakanud (li rabbihii


ٌ ‫ل َربه لَ َكنُ ْود‬ 100:6
lakanuuuuuud)

‘ala raj’ihi la qadir (‘ala raj’ihii la


‫َعلَىزَ جْ عه لَقَاد ٌر‬ 86:8
qadiiiiiir)

‫انَّهُ لَقَ ْو ٌل‬ Innahu la qaulun (Innahuu la qaulun) 86:13

ٌ‫فَا ُ ُّمهُ هَا و َية‬ Fa ummuhu hawiyah (Fa ummuhuu


101:9
haawiyah)

ُ ْ‫سنَد‬
‫ع‬ َ ُ‫نَاديَه‬ Nadiyahu sanad’u (Naadiyahuu sanad’u) 96:17-18

Pengecualian :

1. Dalam surat al-furqan ayat 69 pada lafadzh :

‫و َي ْخلُ ْد في ْٖه ُم َها نًا‬...


َ
Tetap dibaca : wa yakhlud fihi muhana(wa yakhlud fihii muhaanaa) atau
dibaca panjang ha’ dlamirnya meskipun tidak memenuhi persyaratan
sebagai madd shilah qashirah karena sebelum ha’ dlamir terdapat huruf
yang bersukun.
Ha’ dlamir pada lafadzh tersebut tetap dibaca panjang, karena
mengandung faedah mubalaghah, yaitu menyatakan betapa kerasnya
siksaan allah untuk orang-orang musyrik.
2. Dalam surat az-zumar ayat 7 pada lafadzh :

12
...‫ضهُ لَ ُك ْم‬
َ ‫يَ ْر‬...
Dibaca : yardlahu lakum, yakni ha’ kinayah pada lafazh ini dibaca pendek
(qasrah ha’ kinayah) atau dibaca madd (panjang), meskipun memenuhi
syarat sebagai madd shilah qashirah.

b) Madd shilah thawillah


Secara bahasa, thawilah artinya panjang. Sedangkan menurut istilah, madd
shilah thawilah ialah :
ْ َ‫اذَا َكانَ َب ْعدَ ْال َها ء ه َْمزَ ة ٌ ق‬
‫طع‬
Yang artinya : “apabila setelah ha’ (dlamir) terdapat hamzah qath’i.
Jadi, madd shilah thawilah mensyaratkan adanya huruf hamzah setelah ha’
(dlamira). Jika tidak ada hamzah, maka hukumnya madd shilah qashirah.
Adapun cara membaca madd shilah thawilah ialah dipanjangkan lima harakat
atau dua setengah alif, baik ha’ dlamir tersbut berharakat dlammah maupun
kasrah. Contoh bacaan mad shilah thawilah :

‫ٰٓ احد‬
‫ َوثَاقه‬, ‫ٰٓاَ ْز َوا َجا‬
‫ِٔه‬‫ب‬
9. Madd tamkin
Tamkin secara bahasa artinya tetap (penetapan). Madd tamkin menurut istilah
adalah :

َ ‫س ْو ٌر َما قَ ْبلَ َها ُم‬


‫شدَّدًا‬ ُ ‫ساك ٌن َم ْك‬
َ ‫ُه َو ُك ُّل َيا َءيْن ا َ َحدُ ُه َما‬
Yang artinya : “bertemu dua huruf ya’(dalam satu kata), ya’ yang pertama
berharakat kasrah dan bertasydid, sedangkan ya’ kedua berharakat sukun atau
mati.
Jadi madd tamkin terjadi jika dua huruf ya’ saling bertemu dalam satu kata.
Huruf yang pertama berharakat kasrah dan bertasydid, sedangkan huruf ya’
yang kedua bertanda sukun atau dalam keadaan mati.
Bila ditelaah lebih jauh, madd tamkin ini sebenarnya hanya mempunyai
perbedaan sedikit dengan madd ashli. Perbedaan tersebut ialah adanya tasydid

13
pada huruf ya’ yang pertama dalam madd tamkin. Seandainya tasydid tersebut
tidak ada, maka hukumnya tetaplah madd ashli.
Cara membaca madd tamkin ialah dengan menetapkan (menetapkan) bunyi
tasydid pada huruf ya’ yang pertama. Selanjutnya bacaan dipanjangkan saat
menghadapi huruf madd-nya, yaitu huruf ya’ kedua yang bertanda sukun.
Panjangnya bacaan ialah dua harakat atau satu alif. Namun, apabila setelah
huruf ya’ terdapat satu huruf hidup dan bacaan diwaqahkan pada huruf hidup
tersebut, maka membacanya boleh dua, empat, enam harakat, karena hukum
bacaan pada akhir kata terebut menjajdi madd aridli sukun.
Perhatikan contoh-contoh :

Contoh Dibaca Cara membaca Harakat Q.S.

‫ُحيِّ ْي ُك ْم‬ huyyiittun Waqaf/washal 2 4:86

Wan nabiyyiiiiiin waqaf 2,4, atau 6 2:177


َ‫َوالن ِّب ِّي ْي ْين‬
Wan nabiyyiina washal 2 2:177

Al-
waqaf 2,4, atau 6 5:111
َ‫اَل َح َو ِّار ِّي ْين‬ hawaariyyiiiiiin

Al-hawaariyyiin washal 2 5:111

10. Mad farq


Farq secara bahasa artinya pembeda (membedakan). Secara istilah, madd farq
ialah :

َ‫ُه َو ال َمدُّ يُفَ َّر ُق َبيْنَ ْاال ْست ْف َها م َوال َخ َبر الَنَّهُ لَ ْو الَ ْال َمدُّ لَت ُ ُوه َم اَنَّهُ َخ َب ٌر ال‬
‫ا ْست ْف َها ٌم فَا ْل َه ْمزَ ة ٌ فيْه ل ْْل ْستف َهام‬

Yang artinya : “bacaan panjang yang berfungsi untuk membedakan kalimat


istifham (pertanyaan) dan khabar (keterangan). Karena jika tidak dibedakan
dengan madd, kalimat istifhamn akan disangka kalimat khabar, padahal
hamzah tersebut adalah hamzah istifham.

14
Cara membaca madd farq ialah dipanjangkan enam harakat atau 3 alif, yaitu
tatkala kita melafalkan hamzah istifham kemudian ditasydidkan pada huruf
idgham syamsiyyah dikalimat berikutnya. Didalam al-quran, madd farq ini
hanya terdapat pada empat tempat, yaitu pada :
1. Surah al-an’am ayat 143 dan 144
2. Surah yunus ayat 59
3. Surat an-naml ayat 59
Kehadiran madd farq dalam empat tempat tersebut berfaedah untuk
membedakan (farq) bentuk kalimat, yaitu antara kalimat istifham (pertanyaan)
dan kalimat khabar (keterangan). Dengan madd farq menjadi jelas bahwa
kalimat yang terletak dalam empat tempat didalam al-quran tersebut berbentuk
istifham bukan khabar.
Berikut ini dua contoh lafadz al-quran yang berhukum madd farq beserta
proses pembentukannya :

Contoh 1. Surah al-an’am ayat 143 dan 144 pada lafadzh:

‫ٌالذَّ َك َريْن‬
‫قُ ْلء‬
Dibaca: qul aaaaaadz-dzakaraini
Cara membacanya ialah dipanjangkan terlebih dahulu enam harakat baru
kemudian ditasydidkan pada kalimat depannya, yaitu pada huruf idgham

syamsiyyah. Lafadzh diatas mulanya ialah ‫الذَّ َّك َريْن‬ . kemudian ditambah

hazah istifham (‫ )أ‬di belakangnya, sehingga terjadi pertemuan dua hamzah.

Hamzah pertama merupakan hamzah istifham dan yang kedua hamzah pada

lafadzh ‫ الذَّ َّك َريْن‬. Selanjutnya hamzah kedua disukunkan dan diganti menjadi
alif (huruf madd). Maka terbentuklah madd badal. Madd badal ini kemudian
disambut huruf yang bertasydid pada idgham syamsiyyah. Dari pertemuaan
madd badal dan huruf yang bertasydid inilah lahir madd farq.
2.4 Lafadzh-lafadzh yang tidak dibaca madd

15
Pada sub ini kita akan mengakat lafazh-lafazh dalam al-quran yang tidak
dibaca panjang meskipun lafazh tersebut mengandung huruf madd atau memenuhi
syarat sebagai lafadzh yang mesti dibaca madd. Secara umum, lafazh-lafazh
tersebut biasanya ditandai dengan shifir, yaitu tanda kecil berbentuk bulat atau
lonjong diatas huruf yang tidak boleh dibaca panjang. Tetapi ada juga beberapa
lafazh yang tidak dibaca panjang dan tidak ditandai dengan shifir. Tanda shifir
dalam al-quran terbagi atas dua bagian :
1. Shifir mustadir
2. Shifir mustathil
Shifir mustadir merupakan tanda kecil berbentuk bulat (tidak lonjong) yang
terletak diatas suatu huruf. Fungsinya ialah “sebagai suatu tanda tambahan yang
menunjukkan bahwa huruf tersebut tidak boleh dibaca panjang, baik ketika
washal maupun waqaf.
Sepanjang penelaahan kami terhadap mushaf al-quran standar indonesia terbaru
diterbitkan ole departemen agama RI, setidaknya ada 22 tempat didala al-quran
yang padanya terdapat tanda shifir mustadir. Contohnya yaitu :

‫ ليَ ْبلُ َوا‬, ‫ اَفَاْب ْن‬, ‫ْلبه‬


ْ َ ‫َو َم‬
Pada lafazh seluruh diatas, huruf yang dibubuhi tanda shifir mustadir tidak boleh
dibaca panjang, baik ketika bacaan di washalkan atau di waqafkan.
Memanjangkan bacaan pada huruf-huruf yang bertanda shifir mustadir dapat
mengakibatkan perubahan arti pada lafazh tersebut.
Selanjutnya shifir mustathil, merupakan tanda kecil berbentuk bulat panjang
(lonjong) yang terletak diatas suatu huruf fungsinya : “ sebagai suatu tanda
tambahan yang menunjukkan bahwa huruf tersebut tidak boleh dibaca (panjang)
ketika washal tetapi panjang ketia waqaf.
Berdasarkan penelaahan kami terhadap mushaf al-quran standar indonesia,
setidaknya ada 66 tempat didalam al-quran yang padanya terdapat tanda shifir
mustathil. Keenam puluh enam tempat tersebut terbagi dalam dua kategori lafazh,
yakni: lafazh “ana” (‫ )انا‬yang lebih kurang terdapat pada 61 tempat didalam al-

16
quran, serta lafazh selain “ana” yang lebih kurang terdapat pada 5 tempat didalam
al-quran dan masing-masing berbeda lafazh.
Berikut ini contoh tempat lafazh “ana” (‫ )انا‬yang bertanda shifir mustathil dalam
al-quran :

‫ قَ َل اَنَا ْ َخي ٌْر‬, ‫اَنَا ْ َمعَ ُك ْم‬


Adapun contoh tempat lafazh selain “ana” (‫ )انا‬yang bertanda shifir mustathir ialah
:
ْ َ ‫سبي‬
‫ْْل‬ َّ ‫ ال‬, ْ‫قَ َواري َْرا‬
Pada seluruhnya diatas, yaitu huruf-huruf yang dibubuhi tanda shifir mustathil,
tidak boleh dibaca panjang ketika lafazh diwashalkan dengan lafazh selanjutnya.
Tetapi jika lafazh tersebut di waqafkan atau bacaan berhenti pada lafazh tersebut,
maka ia dibaca panjang.

17
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasa diatas dapat diambil kesimpulan. Madd adalah ilmu


mengenai ukuran panjang sutu huruf dalam membaca Al-Qur’an. Madd terbagi
menjadi dua bagian, yaitu: Madd Ashli/madd tabi’i, Mad Far’i. Madd Far’i terbagi
menjadi beberapa hukum yaitu: Mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad
lazim, mad badal, madd ‘iwadl, mad lin, madda aridl lis sukun, mad tamkin, mad
shilah, madd farqi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, Acep Lim. 2016. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV


Penerbit Dipenogoro.
Muntaha, Thoha dan Tim Tafhimul Qur’an. 2015. Metode Belajar Qur’an. YPP
Minhajuth Thullab.
Wicaksono, Imam Al-Hakm. Pemahaman Imu Tajwid. Solo: Sendang Ilmu.
Zarkasyi, H. Dachlan Salim. 1989. Pelajaran Ilmu Tajwid. Semarang.

19

Anda mungkin juga menyukai