Anda di halaman 1dari 25

“PENGENALAN HURUF IDZHAR, IDGHAM, DAN IKHFA”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah QQWT (Qiro‟atul Qur‟an wa al-Tahfidz)

Pemakalah :
Kelompok 2
1) Ridwan Kurnia Sandi (221420063)
2) Muhamad Feri Sofyan (221420064)
3) Erika Ayu Rahmawati (221420065)
4) Agung Ariadillah (221420066)
5) Ade Afrillia Nurhaliza (221420067)
6) Nida Zahrotunnisa (221420068)
PBS-1C

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Ita Mintarsih, M.A.

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


kami rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengenalan Huruf Idzhar, Idgham, dan
Ikhfa” ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah QQWT
(Qiro‟atul Qur‟an wa al-Tahfidz), dalam penyusunan makalah ini kami berusaha
untuk dapat menyelesaikan sebaik-baiknya dan kami juga berterimakasih
kepada banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, jika dalam makalah
ini terdapat kesalahan kata maupun penulisan kami minta kritik dan sarannya
sehingga kami dapat memperbaikinya di lain kesempatan.

Serang, 05 September 2022

Penulis

i
ABSTRAK

Tajwid memiliki beragam jenis. Ada yang mengatur mengenai panjang


pendek sampai hukumnya huruf-huruf atau harakat-harakat tertentu ketika
bertemu huruf ataupun kelompok huruf lainnya. Dalam tajwid ada hukum nun
sukun dan tanwin di antaranya idzhar, idgham, iqlab, ikhfa. Idzhar artinya
menjelaskan dibaca jelas, tidak berdengung. Huruf idzhar berjumlah enam huruf,
yaitu hamzah (‫)ء‬, ha (‫)هـ‬, ha (‫)ح‬, kha (‫)خ‬, „ain (‫)ع‬, ghain (‫)غ‬. Idgham adalah
memasukan sesuatu kepada sesuatu. Banyaknya huruf idgham ada 6, yaitu ‫ي‬
(ya‟), ‫( ر‬ra), ‫( م‬mim), ‫( ل‬lam), ‫( و‬waw), ‫( ن‬nun). Ikhfa‟ adalah samar atau
tertutup. Huruf-huruf ikhfa berjumlah 15, yaitu: ‫ ظ‬- ‫س – د – ط – ز – ف – ت – ض‬
–‫ص–ذ–ث–ج–ش–ق‬

Kata kunci : Hukum, Tajwid, Idzhar, Idgham, Ikhfa.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Idzhar ............................................................................................................. 4
A. Pengertian Idzhar ..................................................................................... 4
B. Huruf-Huruf Idzhar.................................................................................. 4
C. Jenis-Jenis Idzhar ..................................................................................... 5
2.2 Idgham ........................................................................................................... 9
A. Pengertian Idgham ................................................................................... 9
B. Huruf-Huruf Idgham................................................................................ 9
C. Jenis-Jenis Idgham ................................................................................... 9
D. Pembagian Idgham ................................................................................ 11
2.3 Ikhfa ............................................................................................................. 15
A. Pengertian Ikhfa ..................................................................................... 15
B. Huruf-Huruf Ikhfa ................................................................................. 15
C. LaIkhfa Syafawi .................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17
3.2 Saran ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tajwid secara bahasa berasal dari kata Jawwada- yujawwidu-tajwidan
yang artinya memperbaiki/memperindah1. Sedangkan menurut maknanya
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ismail Tekan ialah membetulkan dan
membaguskan bunyi bacaan Al-Qur‟an menurut aturan-aturan hukumnya
yang tertentu2.
Adapun pengertian menurut Istilah yang dimaksud dengan tajwid ialah
memberikan hak-haknya huruf yang asli seperti makhraj-makhraj hurufnya
yang tetap menjadi dzatnya dan memberikan hak-haknya yang baru seperti
tafhim, tarqiq, dan lain-lainnya3. Yang menurut Ismail Tekan adalah sesuai
dengan aturan-aturan hukumnya diantaranya ialah cara membacanya,
makharijul hurufnya, shifatul hurufnya, ahkamul hurufnya, Mad dan
qasarnya, ahkamul augauf dan lainnya demikian beliau menambahkan4.
Adapun pengertian Ilmu tajwid ialah ilmu yang mengajarkan cara
memSSbaca seharusnya/membaca huruf huruf hijaiyyah dengan baik dan
sempurna, baik ketika berdiri sendiri maupun sewaktu bertemu dengan
huruf lain5. Demikian pula yang dikemukakan oleh Ismail Tekan bahwa

1
Drs. A. Munir, Dres. Sudarsono, S.H. Ilmu Tajwid dan Seni Baca Alqur‟an, Rineka
Cipta, Jakarta, hal: 8
2
Ustadz Ismail Tekan, Tajwid Alqur‟anul Karim Pembahasan secara praktis, Populer
dan Sistematis, Pustaka Al Husan, Jakarta, hal: 13
3
Drs. A. Munir, Drs. Sudarsono, S.H. Op. Cit, Hal: 8
4
Ismail Tekan, Op. Cit, Hal: 13
5
Drs. A. Munir, Drs. Sudarsono, S.H. Op. Cit, Hal: 9

1
ilmu tajwid adalah suatu cabang pengetahuan untuk mempelajari cara-cara
pembacaan Al Qur'an6.
Membaca Alquran ada ilmunya berupa tajwid. Seseorang tidak bisa
asal membaca Alquran. Mereka harus memperhatikan panjang pendek, tata
cara membaca hurufnya apakah jelas atau sedikit dengung, panjang pendek
lafalnya, dan lain sebagainya.
Ilmu tajwid menjadi acuan umat muslim dalam membaca Alquran.
Tanpanya, manusia akan kesulitan dalam membaca Alquran dengan
seragam dan tepat sesuai kaidahnya. Tajwid biasanya diajarkan di kelas-
kelas mengaji baik yang berbentuk sekolah atau guru privat.
Membaca Alquran wajib dilakukan dan diamalkan di kehidupan sehari-
hari. Hal tersebut tergambarkan dalam surah Al-Muzzammil ayat 4. Berikut
penggalan arti suratnya.
“Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur‟an itu dengan
perlahan-lahan. atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur‟an itu
dengan perlahan-lahan dengan bacaan yang baik dan benar.” (QS. Al-
Muzzammil: 4)
Berdasarkan ayat tersebut, para ulama menyimpulkan bahwa hukum
belajar ilmu tajwid bagi umat Islam adalah fardu kifayah. Namun, jika telah
memiliki pengetahuan ilmu tajwid maka mengamalkan dengan membaca
Alquran menjadi fardu ain.
Tajwid memiliki beragam jenis. Ada yang mengatur mengenai panjang
pendek sampai hukumnya huruf-huruf atau harakat-harakat tertentu ketika
bertemu huruf ataupun kelompok huruf lainnya. Dalam tajwid ada hukum
nun sukun dan tanwin di antaranya idzhar, idgham, iqlab, ikhfa.

6
Ismail Tekan, Op. Cit, Hal: 13

2
Dalam kesempatan ini, kami akan mengenal lebih dalam mengenai
huruf dan hukum bacaan Idzhar, Idgham, dan Ikhfa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja huruf idzhar dan bagaimana hukum bacaan Idzhar?
2. Apa saja huruf idgham dan bagaimana hukum bacaan Idgham?
3. Apa saja huruf ikhfa dan Bagaimana hukum bacaan Ikhfa?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mahasiswa mengetahui huruf idzhar dan mampu memahami hukum
bacaan Idzhar.
2. Mahasiswa mengetahui huruf idgham dan mampu memahami hukum
bacaan Idgham.
3. Mahasiswa mengetahui huruf ikhfa dan mampu memahami hukum
bacaan Ikhfa.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Idzhar
A. Pengertian Idzhar
Idzhar artinya menjelaskan7 dibaca jelas, tidak berdengung8.
Secara bahasa idzhar berarti memperjelas atau menampakkan jelasnya
atau terang. Berdasarkan hukum bacaan nun mati atau tanwin, maka
nun mati atau tanwin tersebut harus dibaca dengan jelas tanpa
mendengung.
Sementara itu, dalam hukum bacaan mim mati, mim mati dibaca
dengan jelas atau idzhar tanpa dengung apabila bertemu dengan
beberapa huruf hijaiyah, kecuali huruf ba‟ dan mim.
B. Huruf-Huruf Idzhar
Huruf izhar berjumlah enam huruf yang dikenal sebagai huruf
halaq. Halaq merupakan huruf yang keluar dari tenggorokan, mulai dari
pangkal, tengah, maupun ujung tenggorokan. Oleh karena itu, izhar
sering kali dikenal sebagai izhar halqi.
Sebenarnya, istilah halqi ini digunakan untuk membedakan
hukum izhar dalam hukum mim mati. Huruf izhar, yaitu hamzah (‫)ء‬, ha
(‫)هـ‬, ha (‫)ح‬, kha (‫)خ‬, „ain (‫)ع‬, ghain (‫)غ‬. Saat huruf huruf tersebut berada
di depan nun sukun atau tanwin, maka harus dibaca jelas. Suara nun
sukun harus jelas, tidak berubah menjadi samar, dan tanpa dengung.

7
Ibid, hal: 8
8
H. As‟ad Humam, Cara cepat Belajar Tajwid Praktis, Pengasuh Team Tadarus AMM
(Angkatan Muda Masjid dan Musholla), Kota Gede, Jogjakarta, 1995, hal: 9

4
C. Jenis-Jenis Idzhar
1. Idzhar (Halqi) (‫)اﻹﻇﮭﺎر اﻟﺤﻠﻘﻲ‬
Izhar menurut bahasa adalah al-bayan (‫ )اﻟﺒﯿﺎﻥ‬artinya jelas. Halqi
artinya tenggorokan. Menurut Dodi Ahmad Fauzi (2008:94) kata izhar
secara harfiah artinya menerangkan atau menjelaskan dan kholqi artinya
tenggorokan, yang berarti harus dibaca secara terang, pendek, dan jelas
apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf khalqi9.
Menurut istilah, izhar ialah:
“Mengeluarkan setiap huruf dari makhrojnya tanpa memakai dengung
(sengau) pada huruf yang dibaca izhar.”
Izhar menurut pengertian hukum nun mati dan tanwin adalah:
“Apabila nun mati atau tanwin menghadapi salah satu dari huruf
(halqi) yang enam, maka dinamakan izhar halqi.”
Enam huruf dimaksud terkumpul dalam awal kalimat berikut:
Keenam huruf di atas keluar dari tenggorokan ٍ‫َاَﺧِﻰَھَﺎﻙ َﻋِﻠْﻤًﺎَﺣﺎزﻩَُﻏﯿْﺮَِﺧﺎﺳِﺮ‬
(halq). Dikatakan izhar halqi karena jelasnya pengucapan nun mati dan
tanwin ketika menghadapi huruf-huruf yang keluar dari halq atau
tenggorokan.
Hukum nun mati (‫ )ﻥ‬dan tanwin ( ٌَ ٌٍَ ًٌَ ) jika bertemu dengan
salah satu huruf hijaiyah mempunyai empat hukum bacaan, yaitu: 1.
idzhar (‫ ;)اﻹﻇﮭﺎر‬2. idghom (‫ ;)اﻹﺩﻏﺎﻡ‬3. iqlab (‫ ;)اﻹﻗﻼب‬dan 4. ikhfa (‫)اﻹﺧﻔﺎء‬.
Dodi AhmadFauzi (2008:95-96) membagi idghom yang dimaksud ke
dalam dua jenis idghom, yaitu idghom bighunnah dan idghom
bilaghunnah. Dengan demikian, jika nun mati dan tanwin bertemu
dengan huruf hijaiyah hukum bacaannya terbagi menjadi lima bagian.
Dalam nadzham dijelaskan:

9
Abdullah Asy‟ari, Op. Cit, hal: 8

5
Untuk nun mati dan tanwin ada empat hukum, maka ambillah semua
pelajaran tersebut.
Nun mati adalah huruf nun yang tidak ber-harakat, baik fathah,
dhamah, maupun kasrah. Nun mati bisa terletak pada kalimat isim, fiil,
maupun huruf, juga bisa terletak di tengah kalimat atau di ujung
kalimat. Keberadaan nun mati akan selalu nyata, baik dalam bentuk
tulisan, pengucapan, washal maupun waqof. Maksudnya, nyata
terdengar suara (bunyi) nun-nya.
Berikut contoh-contoh bacaan izhar halqi:
‫ء‬ = ‫ ﯾﻨْﺎوْ ﻥ‬- َََََْ‫واِ َْﻥار ْﺩﺗُﻢ‬ - ََََََََََََََ‫ﻓﻮاﺣ َِﺪاﺓًو‬
ْ‫ﻣﺎﻣﻠﻜﺖ‬
‫ﻩ‬ ‫ ﻣِﻨْﮭﺎ‬- ََََََ‫ٌِﻣ َﻦْھﺬِ ِﻩ‬ - ََََََََََََ‫ﺎر‬
= ٍ ‫ُﻑھ‬
ٍَ ‫ﺟُﺮ‬
‫ﻉ‬ = ‫ اﻧْﻌﻢ‬- ََََََ‫ٌِﻣ َﻦْﻋِﻨْﺪِﻙ‬ - َََََََََََ
‫ﻣﯿﻠْ َﻼًﻋﻈِﯿْﻤًﺎ‬
‫ح‬ = ‫ ﯾﻨْﺤِﺘُﻮﻥ‬- ٍََََََ‫ﻣِﻦَْﺣﺴﻨﺔ‬ - ََََََََََََ
‫ﻋﻠِﯿْﻤًَﺎﺣﻜِﯿْﻤًﺎ‬
‫ﻍ‬ = ‫ ﻓﺴﯿُﻨْﻐِﻀُﻮْﻥ‬- ٍََََََََّ‫ﻣِﻦََْﻏِﻞ‬ - َََََََََََ
‫ﻣِﯿْﺜﺎَﻗًﺎﻏﻠِﯿﻈًﺎ‬
‫ﺥ‬ = ‫ واﻟْﻤُﻨْﺨﻨِﻘﺖ‬- ََََََْ‫واِ َْﻥﺧِﻔْﺘُﻢ‬ - ََََََََََََََ
‫ﻧﺎرً اَﺧﺎﻟِﺪًا‬
Adapun yang menjadi sebab (illat) terjadinya hukum izhar adalah
karena jauhnya makhroj. Huruf izhar keluar dari daerah kerongkongan
(halq), sedang makhroj nun dan tanwin berada di ujung lidah. Akan
tetapi kesulitan pengucapan apabila diberi hukum lain. Demikian pula
huruf nun atau tanwin termasuk huruf yang mudah pengucapannya,
sedang huruf halqi termasuk berat, dengan demikian tidak mungkin
diberi hukum ikhfa apabila dengan idghom.
2. Idzhar Syafawi

6
Selain izhar halqi pada hukum nun mati dan tanwin, pada hukum
mim mati juga ada yang dinamakan izhar syafawi. Huruf mim mati
adalah setiap huruf mim dan yang mati (sukun) yang terdapat dalam
kata atau kalimat. Huruf mim mati apabila bertemu dengan salah satu
huruf hijaiyyah mempunyai tiga hukum bacaan, yaitu ikhfa safawi (
‫)اﻟﺸﻔﻮي اﻻﺧﻔﺎء‬, idghom mimi (‫)اﻻﻇﻐﺎﻡ اﻟﻤﯿﻤﻰ‬, izhar safawi (‫)اﻻﻇﮭﺎراﻟﺸﻔﻮي‬10.
Dalam nazham dijelaskan:
“Hukum (mim mati) menurut para ulama hanya terbagi atas tiga,
yaitu ikhfa (safawi), idghom (mimi), dan izhar (syafawi).
Izhar artinya jelas atau terang. Syafawi asal katanya dari syafatun,
artinya bibir11. Terjadinya izhar syafawi adalah:
“Apabila mim mati beretemu dengan huruf hijaiyyah selain ba dan
mim, maka dinamakan izhar syafawi”.Dengan demikian, huruf izhar
syafawi adalah seluruh huruf hijaiyyah selain ba dan mim.

3. Idzhar Wajib atau Mutlak

10
Ibid, hal: 15
11
Ibid, hal: 15

7
Izhar wajib terjadi saat terdapat nun mati atau nun sukun bertemu
dengan huruf hijaiyah, yaitu ya, wawu, nun, dan mim di dalam satu kata
atau kalimat dalam keadaan sambung.
Namun, di antara huruf izhar yang termasuk ke dalam izhar
mutlak huruf wawu dan ya adalah huruf-huruf yang sering bertemu
dengan nun mati atau nun sukun. Apabila terdapat nun sukun yang
diikuti dengan huruf tersebut, maka cara membacanya harus jelas tanpa
dengung.
Untuk huruf nun dan mim tidak terdapat contohnya dalam Al-
Quran. Berikut merupakan contoh izhar wajib yang terdapat dalam Al-
Qur‟an:

Jika terdapat huruf nun mati terpisah dengan huruf ya dan wawu,
maka hukum bacaannya adalah Idgham Bighunnah. Namun, jika huruf
nun mati serta huruf nun dan wawu berada dalam satu kata, maka
hukumnya adalah izhar wajib.

8
2.2 Idgham
A. Pengertian Idgham
Idghom menurut bahasa adalah: “Memasukan sesuatu kepada
sesuatu”12.

‫ء‬ ‫ء‬
Sedangkan menurut istilah, idghom ialah: “Bertemunya huruf
yang bersukun dengan huruf yang berharakat sehingga kedua huruf
tersebut menjadi satu huruf dan huruf yang kedua menjadi bertasydid.
Kemudian lisan mengucapkan huruf tersebut dengan sekali ucapan”.
B. Huruf-Huruf Idgham
Bacaan idgham huruf yang ketika bertemu nun atau tanwin
dengan salah satu huruf idgham, banyaknya huruf idgham ada 6 terdiri
dari :
‫( ي‬ya‟)
‫( ر‬ra)
‫( م‬mim)
(lam)
‫( و‬waw)
‫( ن‬nun)
C. Jenis-Jenis Idgham
Idghom dalam hukum nun mati dan tanwin dibagi menjadi dua
Idgham Bighunnah dan Idgham Bilaghunnah13.
1. Idgham Bighunnah
Secara bahasa idghom artinya “memasukkan”, bighunnah artinya
“dengan dengung”. Dalam pengertian hukum nun mati dan tanwin,

12
Abdullah Asy‟ari, Op. Cit, hal: 9
13
Ibid.

9
idghom bighunnah ialah: Apabila nun mati dan tanwin bertemu dengan
salah satu huruf idghom yang empat, maka dinamakan idghom
bighunnah.
Keempat huruf idghom bighunnah itu terkumpul dalam lapadz
“ ”
Cara membaca idghom bighunnah adalah dengan memasukkan
suara nun mati atau tanwin kepada huruf idghom bighunnah yang ada
dihadapannya, sehingga menjadi satu ucapan, seakan-akan satu huruf.
Pada waktu mengidghomkan, suara harus di-tasydid-kan kepada huruf
idghom bighunnah yang ada di depan nun mati atau tanwin, kemudian
ditahan kira-kira dua ketukan dengan memakai ghunnah (sengau) ketika
membacanya.
2. Idgham Bilaghunnah
Idghom Bila Ghunnah artinya tidak memakai ghunnah
(dengung/sengau). Idghom bila ghunnah dalam pengertian hukum nun
mati dan tanwin adalah: Apabila ada nun mati dan tanwin bertemu
dengan salah satu huruf lam dan ra, dinamakan idgham bila ghunnah.
Dari dua penjelasan tersebut, diketahui bahwa hukum idghom bila
ghunnah terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu
dari dua huruf, yaitu lam (‫ )ل‬dan ra (‫)ر‬.
Cara membawa idghom bila ghunnah ialah dengan memasukkan
suara nun mati atau tanwin sepenuhnya kepada huruf lam atau ra tanpa
memakai dengung (sengau). Pada waktu meng-idghom-kan, suara harus
ditasydidkan kepada huruf lam dan ra seraya menahan sejenak,
ghunnah (sengau) ketika membacanya.
3. Idgham Mimi

10
Sedangkan didalam hukum mim mati, ada yang dinamakan
idghom mimi atau yang biasa kita sebut idghom mutamatsilain.
Idghom mimi disebut juga idghom mutamassilain. Dinamakan
idghom mimi karena dalam proses idghom-nya huruf mim dimasukan
kepada huruf mim pula14. Sedangkan disebut mutamassilain karena
huruf yang berhadapan sama, baik makhroj maupun sifatnya.
Pengertian idghom mimi adalah: Memasukkan mim pertama
kedalam mim kedua, sehingga kedua mim itu menjadi satu mim yang
bertasydid, dengan tasydid yang agak lemah untuk mewujudkan
ghunnah.
Huruf idghom mimi hanya satu, yaitu mim. Cara membaca idghom
mimi ialah dengan memasukan suara mim yang mati kedalam mim
yang ber-harakat yang ada dihadapannya. Kemudian suara di
idghom-kan secara sempurna tiga harakat dengan suara ghunnah
yang keluar dari permukaan hidung15.
D. Pembagian Idghom
Didalam hukum idghom, idghom dibagi menjadi tiga, yaitu
idghom mutamatsilain, idghom mutajannisain, dan idghom
mutaqarribain.
1. Idghom Mutamatsilain

‫ن ه‬ ‫ن‬ ‫و‬
Idgham artinya adalah memasukkan, sedangkan mutamatsilain
artinya adalah dua sama atau sejenis. Jadi idgham mutamatsilain
artinya adalah bertemunya dua huruf yang sama, baik makhroj
maupun sifatnya. Dengan demikian, idghom mutamatsilain terjadi

14
Abdullah Asy‟ari, Op. Cit, hal: 17
15
A. Munir dan Sudarsono, Op. Cit, hal:43

11
apabila ada dua huruf yang sama, baik makhroj maupun sifatnya
bertemu. Misalnya ba (‫ )ب‬bertemu dengan ba (‫)ب‬, ta (‫ )ﺕ‬dengan ta
(‫)ﺕ‬, kaf (‫ )ﻙ‬dengan kaf (‫ )ﻙ‬dan seterusnya.
Cara membacanya ialah dengan memasukkan huruf yang
pertama kepada huruf yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam
pengucapan, bukan dalam tulisan. Cara memasukkan huruf dilakukan
dengan men-tasydid-kan huruf kedua. Kemudian apabila proses
idghom ini terjadi pada huruf yang mempunyai sifat qalqalah, maka
suara qalqalah-nya tidak nampak.
Contoh bacaan Idgham Mutamatsilain :

2. Idghom Mutajanisain
Mutajanisain artinya dua hal yang sejenis. Idghom mutajanisain
adalah:
Dan apabila dua huruf bertemu, sama makhroj beda sifat, maka
wajib dinamakan idghom mutajanisain.
Huruf-huruf yang termasuk kedalam idghom mutajanisain antara lain:

‫ط‬- -‫ت‬

12
‫ذ–ظ‬-‫ث‬
‫م‬-‫ب‬
Kedelapan huruf tersebut berasal dari tiga kelompok makhroj
huruf yang berbeda, yaitu huruf mim dan ba berasal dari makhroj asy-
syafatain (dua bibir); Huruf ta, tho, dan dal berasal dari makhroj lisan,
tepatnya pada ujung lidah yang bertemu dengan pangkal gigi seri yang
atas; dan Huruf ha, dzal, zho, dan tsa berasal dari makhroj lisan,
tepatnya pada ujung lidah yang bertemu dengan ujung gigi seri yang
atas.
Cara membacanya yaitu dengan memasukkan suara huruf yang
pertama kepada huruf yang kedua sehingga menjadi satu huruf dalam
pengucapan dan bukan pada tulisan. Cara memasukkan huruf dengan
mentasydidkan huruf yang kedua, sehingga huruf yang pertama
diabaikan pengucapannya dan diganti oleh huruf yang kedua. Apabila
proses idghom ini terjadi pada huruf qalqalah atau hams, maka kedua
sifat tersebut tidak akan tampak, karena telah dilebur makhroj dan
sifatnya pada huruf yang kedua nampak.
Contoh bacaan Idgham Mutajanisain

13
3. Idghom Mutaqarribain
Mutaqaribain artinya dua hal yang berdekatan. Idghom
mutaqaribain adalah:

‫ه‬ ‫رب‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ت‬


(Bertemunya) dua huruf yang berdekatan makhroj-nya tetapi
sifatnya berlainan.
Cara membacanya tidak berbeda dengan idghom mutajanisain, yaitu
dengan memasukkan suara huruf yang pertama pada huruf yang kedua
sehingga menjadi satu huruf dalam pengucapan, bukan dalam tulisan.
Cara memasukan huruf dilakukan dengan mentasydidkan huruf yang
kedua, sehingga pengucapan huruf yang pertama diganti dengan
pengucapan huruf yang kedua. Apabila proses idghom ini terjadi pada
huruf qalqalah atau hams, kedua sifat ini tidak nampak, karena telah
dilebur makhroj dan sifatnya kepada huruf yang kedua
Contoh bacaan Idgham Mutaqaribain :

14
2.3 Ikhfa
A. Pengertian Ikhfa (‫)اﻻﺧﻔﺎء‬
Ikhfa‟ menurut bahasa adalah as-satru (‫ )اﻟﺴﱠﺘْﺮ‬artinya samar atau
tertutup16. Sedang menurut istilah, ikhfa‟ adalah:
“Mengucapkan huruf dengan sifat antara izhar dan idghom tanpa
tasydid serta dengan menjaga ghunnah pada huruf yang di-ikhfa-kan”.
Ikhfa dalam pengertian hukum nun mati dan tanwin adalah:
“Apabila nun mati atau tanwin menghadapi salah satu huruf ikhfa yang
berjumlah lima belas, maka dinamakan ikhfa haqiqi”.
B. Huruf-Huruf Ikhfa
Istilah Huruf-huruf ikhfa yang berjumlah 15 itu adalah huruf-
huruf yang terdapat pada awal setiap kata dari bait nazham di atas,
yaitu:
‫ظ‬-‫–ش–ق–س– –ط–ز–ف–ت–ض‬ –‫ص–ذ–ث‬
Cara membaca huruf ikhfa adalah memadukan antara suara nun
mati atau tanwin dengan suara huruf ikhfa yang ada dihadapannya.
Suara ikhfa akan terdengar samar, antara izhar dan idghom, antara suara
nun mati dan tanwin dengan huruf ikhfa yang dihadapinya. Ketika itu,
16
Abdullah Asy‟ari, Op. Cit, hal: 12

15
suara nun mati dan tanwin masih tetap terdengar namun samar.
Demikian juga dengan huruf ikhfa sudah mulai terdengar namun juga
samar. Saat proses ikhfa berlangsung, suara ditahan sejenak kira-kira
dua ketukan, baru kemudian disambung dengan pengucapan huruf
ikhfa.
C. Laikha Syafawi
Selain pembagian ikhfa di atas, pada hukum mim mati juga ada
yang dinamakan ikhfa syafawi (‫ي‬ ‫ء‬ ‫) ﻻ‬.
Dalam nazham dijelaskan:
Hukum (mim mati) menurut para ulama hanya terbagi atas tiga,
yaitu: ikhfa (safawi), idghom (mimi), dan izhar (syafawi).
Ikhfa artinya samar, syafawi berarti bibir. Ikhfa syafawi hanya
terjadi apabila memenuhi tiga syarat, yaitu apabila Ba (‫ )ب‬berada
setelah mim yang mati, terjadi di antara dua kata, dan terjadi proses
ghunnah. Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa huruf ikhfa syafawi
hanya ada satu, yaitu ba (‫)ب‬17.
Cara mengucapkannya adalah dengan menyuarakan huruf mim
menurut makhraj dan sifatnya, dan sebelum mengucapkan ba (‫)ب‬,
diberi ghunnah selama dua atau tiga harakat, demikian menurut para
ahli tajwid. Sementara itu ada sebagian kecil ulama seperti di Irak yang
membacanya dengan izhar tanpa memberi ghunnah selain yang ada
pada sifat mim.
Dinamakan ikhfa syafawi, karena kedua huruf yang bertemu ini
sama- sama keluar dari makhraj dua bibir, disamping untuk
membedakannya dengan ikhfa haqiqi.

17
A. Munir dan Sudarsono, Op. Cit, hal: 42

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam hukum nun mati dan tanwin ada yang dinamakan izhar. Izhar
menurut bahasa adalah al-Bayan (‫ ) ﺒﯿ ن‬artinya jelas. Halqi artinya
tenggorokan. Menurut istilah, izhar ialah: “Mengeluarkan setiap huruf dari
makhrojnya tanpa memakai dengung (sengau) pada huruf yang dibaca
izhar.”
Izhar menurut pengertian hukum nun mati dan tanwin adalah:
“Apabilan Nun mati atau tanwin menghadapi salah satu dari huruf (halqi)
yang enam, maka dinamakan izhar halqi.”
Enam huruf dimaksud, terkumpul dalam awal kalimat berikut:

ٍ‫اَﺧِﻰَھَﺎﻙَﻋِﻠْﻤًﺎَﺣﺎزﻩَُﻏﯿْﺮَِﺧﺎﺳِﺮ‬

Selain izhar halqi pada hukum nun mati dan tanwin, pada hukum mim
mati juga ada yang dinamakan izhar syafawi. Izhar artinya jelas atau terang,
syafawi artinya bibir. Terjadinya izhar syafawi adalah: “Apabila mim mati
beretemu dengan huruf hijaiyyah selain ba dan mim, maka dinamakan
izhar syafawi”. Dengan demikian, huruf izhar syafawi adalah seluruh huruf
hijaiyyah selain ba dan mim.
Idghom menurut bahasa adalah:
Memasukan sesuatu kepada sesuatu.

‫ء‬ ‫ء‬
Sedangkan menurut istilah, idghom ialah:

17
‫ء‬ ‫ف‬ ‫ﯿ‬ ‫ﯿ‬ ‫ن‬ ‫ن‬

‫ر‬ ‫ة و‬

Bertemunya huruf yang bersukun dengan huruf yang berharakat


sehingga kedua huruf tersebut menjadi satu huruf dan huruf yang kedua
menjadi bertasydid. Kemudian lisan mengucapkan huruf tersebut dengan
sekali ucapan.
Pembagian idghom diantaranya idghom bighunnah dan idghom bila
ghunnah.
Ikhfa‟ menurut bahasa adalah as-satru (‫ )اﻟﺴﱠﺘْﺮ‬artinya samar atau tertutup.
Sedang menurut istilah, ikhfa‟ adalah: Mengucapkan huruf dengan sifat
antara izhar dan idghom tanpa tasydid serta dengan menjaga ghunnah
pada huruf yang di ikhfakan.
Huruf-huruf ikhfa yang berjumlah 15 itu adalah huruf-huruf yang
terdapat pada awal setiap kata dari bait nazham di atas, yaitu:
‫ظ‬-‫–ش–ق–س– –ط–ز–ف–ت–ض‬ –‫ص–ذ–ث‬
Hukum ikhfa dalam nun mait dan tanwin dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu ikhfa ab‟ad (‫)اﻻﺧﻔﺎءاﻻﺑﻌﺪ‬, ikhfa aqrab (‫)اﻻﺧﻔﺎءاﻻﻗﺮب‬, ikhfa ausath
(‫)اﻻﺧﻔﺎءاﻻوﺳﻂ‬.

3.2 Saran
Demikian pembahasan makalah yang penulis uraikan. Penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat guna menunjang pemahaman terhadap mata
kuliah QQWT (Qiro‟atul Qur‟an wa al-Tahfidz). Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca serta penulis sendiri.
Kami selaku penulis menyadari seutuhnya bahwa makalah yang kami
buat ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami juga mengharapkan

18
kritik dan saran demi terciptanya pengetahuan-pengetahuan baru khususnya
mengenai ilmu dan guna perkembangan kedepan dalam menyusun makalah
kembali.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asy'ari, Abdullah. Pelajaran Tajwid. Surabaya: Penerbit Apollo, 1987.

Muniir dan Sudarsono. Ilmu Tjawid dan Seni Baca Al-Qur'an. Jakarta: Rineka
Cipta.

H. As‟ad Humam. Cara cepat Belajar Tajwid Praktis. Jogjakarta:


Pengasuh Team Tadarus AMM (Angkatan Muda Masjid dan Musholla), 1995.

Mesra, Alimin. Ulumul Qur'an. Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN
Jakarta, 2005.

Zaini, Muhammad. Sumber-sumber Penafsiran Al-Quran. Jurnal Substantia


[Online]. Vol. 14, No. 1., 2012.

Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an. Jakarta: Pustaka


Al-Kautsar, 2005.

Abdurahim, Acep Iim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2004.

Abubakar, Anwar dan Rohendi, Terjemah & Transliterasi Juz „Amma dilengkapi

Ilmu Tajwid, Bandung: Fajar Utama Madani, 2008.

Fauzi, Dodi Ahmad, Juz „Amma & Ilmu Tajwid, Jakarta: Edsa Mahkota, 2008.
Mahfani.

M. Khalilurrahman Al, Juz„Amma, Tajwid Berwarna dan Terjemahannya,


Jakarta: Wahyu Media, 2008.

20
Rifa‟I, N.H., Pintar Ilmu Tajwid Dilengkapi Terjemah Juz „Amma dan Doa,
Jombang:Lintas Media, t.t.

Robith, A. Shomad dan Sairuddin, Tuntunan Ilmu Tajwid Praktis, Surabaya:


Penerbit INDAH, 1997.

Shadiq, Muhammad, Al-Burhan Fi Tajwidil Qur‟an, cetakan ketiga, Beirut.


Soenarto, Ahmad., Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap,
Jakarta: Bintang Terang, t.t.

Tekan, Ismail, Tajwidil Al-Quran Karim: Pembahasan Secara Praktis, Populer,


Sistematis, Cetakan Kesepuluh, Jakarta: Al-Husna Dzikro, 1997.

Wahyudi, Moh., Ilmu Tajwid Plus, Surabaya, Halim Jaya, 2007.

Wahyudi, Moh.. Hukum-hukum Bacaan Al-Quran, Surabaya, Penerbit Indah,


1996.

21

Anda mungkin juga menyukai