Anda di halaman 1dari 24

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Tajwid dan Tahsin Dra. Rusdiah, M.Pd.I

HUKUM MAD DAN WAQAF

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Lokal PAI A

Gusti Muhammad Rajes Khan (190101010134)


Rismayandi Ansari (190101010025)
Rizky Ramadani (190101010115)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat dapat pada waktunya, serta
shalawat dan salam selalu kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-ide sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah
wawasan baru bagi pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Banjarmasin, Maret 2020

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ..............................................................................iv


B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................iv
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Hukum Madd..........................................................................1
2. Macam macam Pembagian Madd.............................................................1
3. Pengertian Hukum Waqaf........................................................................7
4. Pembagian Hukum Waqaf…………...................................................…...8
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN………………………………………………………………..17

SARAN……………………………………………………………………...…18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….19

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kitab suci rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi
seluruh alam yang didalamnya mengandung berbagai macam ilmu, hukum,
teologi, sosial, dan sebagainya. Untuk itu perlu mengetahui dan memahami
perbedaan bacaan Al-Qur’an serta implikasinya terhadap makna dari lafal
itu sendiri. 
Al-Qur’an dipelajari untuk memahami makna atau pesan dibalik
teks. Maka untuk mendapatkan makna yang sesuai dengan Al-Qur’an
perlu memahami qira’at dan cara membaca Al-Qur’an dengan benar, cara
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar bisa dipelajari dengan ilmu
tajwid hukum bacaan mad dan waqaf.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Madd ?
2. Apa saja macam-macam madd dan hukumnya ?
3. Apa pengertian wakaf ?
4. Apa saja macam-macam wakaf dan hukumnya ?
5. Bagaimana tanda wakaf ?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian Madd.
2.Untuk mengetahui macam-macam madd dan hukumnya.
3.Untuk mengetahui pengertian wakaf.
4.Untuk mengetahui macam-macam wakaf dan hukumnya.
5. Untuk mengetahui tanda wakaf.

IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Madd
Madd menurut bahasa adalah ُ‫ادة‬
َ َ‫الزي‬ ُّ ‫اَل َْم‬Artinya “ memanjangkan
ِّ ‫ط َو‬
dan menambah’’. Sedangkan secara istilah Madd adalah “ Memanjangkan
suara pada salah satu dari huruf madd (asli)”1 Dalam QS. Ali ‘Imran(3):

125. Dalam ayat tersebut Madd berarti ‫ ي زدكم‬, yaitu menolong kalian

dengan tambahan pasukan malaikat. Huruf Madd itu ada tiga macam, yaitu

alif, waww, dan ya’ ( ‫و ي‬,‫) ا‬.

Jika dibentuk sebuah kalimat, huruf Madd tersebut akan terkumpul

dalam kalimat ‫نوحيها‬. Disebut huruf Madd karna di dalamnya ada proses

pemanjangan dan penggandaan suara huruf untuk memperluas tempat


dikeluarkannya huruf-huruf tersebut.2
B. Macam-Macam Pembagian Madd
Mad terbagi menjadi 2 bagian yaitu, Mad Ashli atau Mad Thabi’i
dan Mad Far’i. dan Mad Far’i juga masih terbagi lagi menjadi beberapa
bagian.
“Mad ada 2 yaitu ashli dan far’i. Mad ashli sering disebut mad thabi’i.
Mad ashli tidak membutuhkan sebab. Tidak akan berdiri tanpa huruf mad.
Setelah mad ashli selalu ada huruf selain Hamzah dan huruf bersukun.”
1. Madd Ashli
Mad asli : Memanjangkan bacaan karena ada huruf mad dan tidak ada
sebab yang mengubah keasliannya.
Cara Membaca mad asli panjangnya  1 alif atau  2 harakat. Nama lain dari
mad asli adalah mad tabi’i
‫ ُق ْول ُْوا‬, َ‫ قِ ْيال‬,‫قَال ُْوا‬

1
Wahyudi, Moh. Ilmu Tajwid Plus.(Surabaya:
1 Halim Jaya. 2007). Hal.159
2
Abdullah, Muhammad Ahm ad. Metode cepat&Efektif Menghafal Al-Qur’an Al-Karim.
(Jogjakarta:GARAILMU. 2009) Hal. 321-322
2. Madd Far’i
Mad far’i ialah mad yang panjangnya lebih dari pada mad tabi’i dengan
adanya beberapa sebab, yaitu bila di hadapannya terdapat huruf hamzah
yang berbaris hidup, atau huruf lainnya yang berbaris sukun (mati) atau
huruf sesudahnya itu bertasydid.3
a) Macam-Macam Madd Far’i
Mad far’i terbagi menjadi 13 macam, yaitu :
1.   Mad Wajib Muttasil
Mad wajib muttasil yaitu apabila mad asli diikuti oleh huruf hamzah,
dalam satu kata. Qadar (Ukuran) madnya dua setengah alif atau lima
harakat.

ِ ‫ َخيرالنِّس‬, ‫آء ِمن‬


‫ نَآئِ ُم ْو َن َو ُه ْم‬, ‫آء‬ ٍ
َ ُ ْ ْ ‫َم‬
2.  Mad Ja’iz Munfasil
Ja’iz artinya boleh.Munfasil artinya terpisah.
Mad ja’iz munfasil ialah apabila mad asli bertemu dengan huruf
hamzah pada dua kata. Huruf mad pada akhir kata yang pertama dan
hamzah pada kata kedua yang menyambutnya. Hamzah tersebut berada
awal kata yang kedua.
Hukum atau cara membacanya ada tiga macam, yaitu :
o   Ketika cepat, yaitu satu alif atau dua harakat.
o   Ketika sederhana, yaitu dua alif atau empat harakat.
o   Ketika bertajwid betul, yaitu dua setengah alif atau lima harakat

‫ ُق ْواأَْن ُف َس ُك ْم يَاأ َُّي َهاالَّ ِذيْ َن‬ ‫اََمُن ْوا‬

3. Mad Arid Lissukun


Arid artinya baru.Lissukun artinya karena sukun (mati).

2
3
Ibid.
Mad Arid lissukun ialah mad asli yang diiringi huruf hidup dalam satu
kalimat, tetapi dibaca mati karena di waqafkan.
Hukum atau cara membacanya ada tiga macam,yaitu :

o   Tul (panjang) yaitu 3 alif atau 6 harakat.


o   Tawassut (sedang) yaitu 2 alif atau 4 harakat.
o   Qasar (pendek) yaitu 1 alif atau 2 harakat.
Keterangan :
    Bila tidak di waqafkan tetap mad asli atau mad tabi’i.

‫ َي ْنظُُر ْو َن‬, ‫َت ْعلَ ُم ْو َن‬


4. Mad Layyin atau Mad Lin
Lin artinya lunak.
Mad Lin ialah wau mati atau ya mati sesudah huruf berbaris fathah serta
diiringi sebuah huruf hidup.
Mad Lin ini terjadi bila dihentikan. Jika tidak dihentikan,Tidak jadi mad
lin atu tidak ada mad.
Membunyikan wau atau ya  ketika matinya seperti itu tidak boleh di
keraskan dengan menekan suara padanya, tapi hendaknya dengan
dilunakan begitu rupa sesuai dengan namanya yaitu lunak
Hukum atau cara membacanya :
o   Boleh 1 alif atau 2 harakat
o   Boleh 2 alif atau 4 harakat
o   Boleh 3 alif atau 6 harakat

‫ي ال َْع ْي ِن‬ ِ ِ ِ ِ4
َ ْ‫رأ‬,
َ ‫ م َن الْ َق ْوم‬, ‫م َن الْ َخ ْوف‬

5.  Mad Badal
Badal artinya ganti. Mad badal ialah terhimpunanya huruf mad beserta
hamzah dalam satu suku kata.
3
4
Alam, Tombak. Ilmu Tajdwid Populer(Jakarta:Bumi Aksara. 1992). Hal. 40
Hukum atau cara membacanya yaitu :
o   1 alif atau 2 harakat

‫ اِيْ َمانًا‬, ‫ آ ََم ُن ْوا‬, ‫َد ُم‬


َ‫آ‬

6. Mad farq
  Farq artinya beda. Mad farq ialah mad badal yang diiringi oleh huruf
yang bertasydid. Dinamakan mad farq karena untuk membedakan
bahwa hamzah tersebut adalah hamzah untuk bertanya (Apakah).
hukum atau cara membacanya ialah :
o   3 alif atau 6 harakat

‫آم ْي َن‬
ِّ َ‫ْح َر ْام َوال‬
َ ‫الَْب ْيتَال‬
7. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi/Kalimi
Lazim artinya harus. Mukhaffaf  artinya diringankan. Kilmi artinya
kata. Jadi, mad lazim mukhaffaf kalimi ialah adanya huruf mad yang
diiringi atau disambut oleh huruf mati.
Hukum atau cara membacanya ialah :
o   3 alif atau 6 harakat.

‫آآل َن‬
8. Mad Lazim Musaqqal Kilmi
Musaqqal artinya diberatkan. Mad lazim musaqqal kalimi ialah apabila
ada mad tabi’i bertemu dengan huruf bertasydid dalam satu kata.
Hukum atau Cara membacanya ialah :
o   3 alif atau 6 harakat.

َّ َّ‫ اَلط‬, ‫آخ ْه‬


‫آم ْه‬ َّ َ‫ ا‬, ‫َوالَالضَّآلِّْي َن‬
َّ ‫لص‬

4
9.Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
Mad Lazim mukhaffaf harfi ialah mad (panjang) dengan satu alif atau
dua harakat ketika membaca huruf Ha, Ya, Tho, Hamzah, Ra. Yang
terdapat pada awal surah-surah Al-Qur’an tertentu.
‫ حم‬: ‫ح‬
DIBACA: HÄMÏM

‫ يس‬: ‫ي‬
DIBACA: YÄSÏN

‫ طه‬: ‫ط‬
DIBACA: THÖHÄ

‫ طه‬: ‫ه‬
DIBACA: THÖHÄ

‫ الر‬: ‫ر‬
DIBACA: ALIF LÄMRÖ
10. Mad Lazim Musaqqal Harfi
Mad lazim musaqqal harfi ialah mad (panjang) dengan tiga atau enam
harakat.
Cara membaca mad lazim musaqqal harfi, yaitu membaca huruf yang
diberi tanda tiga alif atau enam harakat.
Kemudian apabila ada tanda syaddah, maka membaca mad lazim
musaqqal harfi harus di idghomkan kepada huruf yang berada
dihadapanya.
Disini yang di idghomkan ialah huruf lam kepada mim dan huruf sin
kepada mim.
11. Mad Silah
Silah artinya bergabung . Mad silah ialah mad yang berlaku pada ha
dhamir (kata ganti). Khususnya pada hu dan hi yang artinya “dia”
.Letaknya selalu di akhir kalimat.
Mad silah terbagi
5
menjadi 2 macam, yaitu :
o   Mad silah qasirah
Artinya mad silah yang pendek
Yang di maksud adalah mad yang terjadi sesudah bersambungnya “ha
dhamir” dengan huruf hidup.
Hukum atau cara membacanya ialah :
1 alif dan 2 harakat

ِ ‫السمو‬ ِ ِ
ُ‫ات َولَه‬ َ َ َّ ‫ َمافى‬, ‫انَّهُ َكا َن‬
o  Mad silah tawilah
   Artinya mad silah yang panjang.
    Yang dimakasud adalah mad yang terjadi jika “ha dhamir” terdapat
huruf Hamzah yang hidup.
    Hukum atau cara membacanya ialah :
o   2 sampai 5 harakat.

ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫االَّ ب َما َش‬, ُ‫االَّبِإ ْذنه ع ْن َده‬
‫آء‬
12. Mad Iwad
Iwad artinya ganti.Mad iwad ialah apabila Fathatain pada bacaan
waqaf (bacaan berhenti) di akhir kalimat.
Hukum atau cara membacanya adalah 1 alif atau 2 harakat. Kecuali ta
marbutah yang berbaris fathatain, bila dihentikan tidak jadi mad iwad,
akan tetapi menjadi “HA”.

‫اجا‬ ِ ِ
َ ‫ ع َو‬, ‫اسا‬
َ َ‫لب‬
13. Mad Tamkin
Tamkin artinya penetapan. Mad tamkin ialah mad yang terdiri dari 2
huruf “ya” yang bertemu dalam satu kalimat, sedangkan yang pertama
berbaris kasrah dan bertasydid , dan yang kedua mati(sukun).

‫نَبِِّي ْي َن‬, ‫حِّي ْيتُ ْم‬, ِِ ِِ 5


ُ ‫ علِّي ْي َن‬, ‫عتِّي ْي َن‬
C. Pengertian Hukum Waqof
D. Macam-Macam Pembagian
6
Waqof
5
Ibid.
E. Contoh Hukum Waqof

C. Pengertian Hukum Waqaf

Menurut bahasa, Waqof adalah Al habsu‫س‬


ُ ‫ْح ْب‬
َ ‫اَل‬artinya menahan.
Sedangkan menurut istilah, Waqof adalah :

‫ف ا ْلقِ َرا َء ِۃ‬


ِ ‫ت ْءنَا‬ ْ ِ‫س فِ ْي ِه عَا َدۃً بِنِيَّ ِۃ ا‬
ِ ‫س‬ ِ َ‫ت َع َل الْ َكلِ َم ِۃ َز َمنَا ً ي‬
ُ َّ‫س ْي ًرا يَنَتَف‬ ِ ‫الصو‬
ْ َّ ‫ْع‬
ُ ‫قَط‬.

“ Memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu lama,
kemudian mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan
Alquran.6

Dari definisi di atas, jelaslah bahwa setiap kali bacaan dihentikan dan menarik
nafas, baik di akhir ayat maupun di tengah kalimat, dinamakan waqaf, selama
terkandung maksud yang meneruskan bacaan.

1. Dasar Hukum Waqof

Sebagai dasar hukum dari waqaf ( dan ibtida ) adalah Alqur’an dan hadis, dasar-
dasar tersebut antara lain :

‫ المز مل‬. ‫َو َرت ِِّل الْ ُق ْرٓا َن َت ْرتِْياًل‬

“Dan bacaan Al-Qur’an itu dengan tartil.”

“Dari Ummu Salamah, ia berkata: Rasulullah SAW memutuskan bacaannya satu


ayat demi satu ayat, seperti Bismillahirrohmanirrohim -
Alhamdulillahirobbil’alamin
7
– arrohmanirrohim - dan seterusnya.
6
Moh. Wahyudi. Ilmu Tajwid Plus. Halim Jaya. Hlm. 192.
“ Diriwayatkan bahwa dua orang laki-laki pernah menghadap Rasulullah SAW
salah seorang diantaranya mengucapkan kesaksian dan berkata : Siapa yang taat
kepada Allah dan rasulnya sungguh ia telah mendapat petunjuk dan siapa yang
ingkar kepada keduanya, kemudian ia berhenti. Rasulullah SAW kemudian
berkata: berdirilah, engkau pembicara yang jelek, ucapkan : Siapa yang ingkar
kepada keduanya, sungguh ia sia-sia dan celaka”.7

Hadis pertama menunjukkan bahwa Rasulullah SAW berhenti pada setiap


akhir ayat. Sedangkan dalam hadits kedua, Rasulullah SAW, marah kepada orang
yang berhenti bicara pada kata yang tidak sempurna. Berhenti pada kata yang
tidak tepat, bukan hanya mengakibatkan orang tidak mengerti dengan maksud
ayat yang dibaca, tetapi juga dapat mengakibatkan rusaknya makna ( arti ) yang
dikehendaki oleh Ayat tersebut. Pengertian yang berubah akan berakibat pula
kepada rusaknya kallamullah dan hilang pula keagungan dan kesuciannya.

Saking pentingnya pembahasan masalah wakaf ini, sampai para ahli tajwid
menjadikan bab ini sebagai bahasan tersendiri, bahkan Syekh Al Asmuni menulis
secara khusus masalah wakaf dan ibtida’ ini dalam kitabnya yang berjudul : Al-
Manarul Huda Fi Bayani Waqfi Wal Ibtida’.

2. Pembagian Waqof

dilihat dari sebabnya, secara umum terbagi menjadi 4 bagian yaitu:

1. Waqof Idl-Thirory
Menurut bahasa “Idl-thirory” berasal dari kata “ ‫ َر َر‬g‫"ض‬Yang
َ artinya
darurat ( terpaksa ). Sedangkan menurut istilah, Waqof Idl-thirory adalah :
‫ان‬
ٍ َ ‫سي‬ ِ َ‫ق النَّف‬
ْ ِ‫س َونَ ْح ِو ِه َك َع ْج ٍز َون‬ ِ ِّ‫ضي‬
َ ‫سبَو‬
َ ِ‫ض ب‬
ُ ‫ َما يَ ْع ِر‬.

“ Berhenti mendadak karena terpaksa, seperti kehabisan nafas,batuk dan


lupa.8

8
7
Ibid. Hlm. 193.
8
Ibid. Hlm 194.
Seorang Qori’ yang dalam keadaan darurat, seperti kehabisan
nafas, batuk, atau lupa, boleh menghentikan bacaannya. Namun, ketika ia
hendak mulai lagi bacaannya, ia boleh memilih salah satu dari dua cara
berikut :
a. memulai kembali bacaannya dari kalimat sebelumnya yang cocok dan
baik, jika penghentian bacaan yang dilakukannya belum sempurna.
Misalnya : Qori’ berhenti pada kalimat yang belum sempurna lafazh

dan maknanya, contohnya berhenti pada kata “‫ ِع ْن َد‬dalam ayat :

٨ )٨:‫(البينۃ‬....‫َج ٓزاءُ ُه ْم ِع ْن َد َربِِّه ْم‬

Maka ia harus memulai kembali bacaan dari lafazh :

‫ َج ٓزاءُ ُه ْم‬....
b. Melanjutkan bacaan pada kalimat berikutnya tanpa harus mengulang
kembali bacaannya, Jika ia berhenti pada tempat yang baik, Misalnya
berhenti pada akhir ayat berikut :

)١:‫( الفيل‬.‫ب ال ِْف ْي ِل‬ ْ َ‫ك بِا‬


ِ ‫ص ٰح‬ َ ُّ‫ف َف َع َل َرب‬
َ ‫َم َت َر َك ْي‬
ْ ‫ا َل‬

2. Waqof Intizhory ( ( ‫ا ْلو ْقفُ اإلالنتظارى‬


Intizhory menurut bahasa berarti menunggu. Sedangkan menurut istilah,
Waqof Intizhory adalah:

‫ت‬ ِ ‫هُ َواَ ْن يَقِفَ ع َٰلي َكلِ َم ِۃ لِيَ ْعطَفَ َعلَ ْيهَا َغي ِْر هَا ِح ْينَ َج ْم ُعهُ اِل ِختِاَل‬.
ِ ‫ف ال ِّر َوايَا‬

“ Berhenti menunggu pada suatu kalimat guna dihubungkan dengan kalimat


lain pada bacaan yang tengah dibaca ketika ia menghimpun beberapa
kerapatan dan ada beberapa perbedaan riwayat.”

9
Dari definisi tersebut, jelaslah bahwa wakaf intizhory terjadi apabila
Qori’ berhenti pada lafaz yang diperselisihkan para ulama qiraat tentang
boleh tidaknya berhenti pada lafaz tersebut. Sebagian ahli qiroat
menyatakan boleh berhenti, tetapi sebagian yang lain melarangnya. Untuk
mempertemukan dua pendapat ini dipakai lah waqaf intizhory, yaitu
dengan cara berhenti dahulu pada lafaz tersebut, kemudian mengulangi
bacaan dari lafazh sebelumnya dan berhenti pada lafaz lain yang disepakati
bersama.
Contoh pada surat Al-Baqarah ayat 24 yang berbunyi :

ِ ‫فَا َّت ُقواالنَ ِرالَّتِي و ُقو ُد َهاالنَّس وال‬....


َ‫ْح َج َارۃُ اُ ِعدَّتْ لِل َكا فِ ِريْن‬ َ ُ ْ َ ْ

Pada ayat diatas, tepatnya pada kata” ada yang berpendapat lebih baik
Washol tetapi ada pula yang membolehkan Waqof.9
Untuk mempertemukan dua pendapat tersebut, bacaan dihentikan pada
lafazh “‫ ”الحجارة‬, kemudian mengulangi dari lafazh ‫اَلَّتِي‬ atau dari
lafazh sebelumnya yang cocok dan baik.

3. Waqof Ikhtibary ( (‫الوقفاإلختبارى‬


Secara bahasa Ikhtibary berarti memberi keterangan, yang berasal dari kata
‫ “" َخبَ َر‬. Sedangkan menurut istilah, Waqof Ikhtibary adalah :

ٰ
. ُ‫ َكيْفَ يَقِف‬g‫س َءا ِل ُم ْمتَ ِح ٍن اَ ْو تَ ْعلِ ْي ِم ا ْلقَا ِري‬ ِ ‫ه َُواَنْ يَقِفَ عَلي َكلِ َم ٍۃ لِبَيَا ِن ا ْل َم ْقطُ ْو‬
ُ ‫ع َواَ ْل َم ْو‬
ُ ِ‫ص ْو ِل اَ ْوب‬

“ Berhenti pada suatu kalimat untuk menjelaskan Al-Maqthu’ ( kalimat yang


terpotong) dan Al-Maushul ( kalimat yang bersambung ), atau karena
10
9
Ibid., Hlm.195.
pertanyaan seorang penguji kepada seorang qori’ yang sedang belajar
bagaimana cara mewaqofkannya.”
Waqof ini berhubungan erat dengan bentuk tulisan dan tata bahasa Arab.
Dalam satu kata, kemungkinan ada huruf yang hilang ( Makhzhuf ) dari
tulisan karena di idhofahkan dengan kata berikutnya. pada dasarnya
berwakof pada kata yang demikian itu terlarang, tetapi hal ini dibolehkan
karena suatu Ikhtibary.
Misalnya, seorang guru sengaja berhenti pada kata tersebut atau ia
memerintahkan muridnya berhenti pada kata tersebut dengan tujuan
memberitahukan atau menguji sang murid sekitar Al-Maqthu’,Al-
Maushul, dan Al-Makhzhuf.
Contoh dalam surat Al-Maidah ayat 27 yang berbunyi :

)٢٧:‫( الما ءدۃ‬...ِّ‫َوا ْت ُل َعلَ ْي ِه ْم نَبَا اَبَ ْني ٰا َد َم بِا ْل َحق‬

َ ‫ “ اِب‬asalnya adalah “ ‫“ اِ ْبنَيْن‬, karena terjadi Idhofah dengan kata


Kata “‫ْني‬
“ “, maka huruf Nunnya hilang. Apabila terpaksa berhenti pada kata
tersebut atau untuk mengetahui adanya huruf yang dibuang , maka di

ِ ‫ “اِ ْبنَي‬dengan “ ‫“ ن‬. Tindak guru yang menguji muridnya


bacalah kata “ ‫ْن‬
inilah yang disebut dengan Waqof Ikhtibary.10
4. Waqof Ikhtiyary ( (‫وقف اإلختيارى‬
Ikhtiyary berasal dari kata “ ‫ “ َخيَ َر‬yang berarti memilih. Sedangkan menurut
istilah, Waqof Ikhtiyary adalah :

‫ب‬ ْ َ ‫ب ِمنَ ااْل‬


ِ ‫سبَا‬ ٍ َ‫سب‬ ِ ‫ص َدلِ َذاتِ ِه ِمنْ َغ ْي ِر ُع ُر ْو‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ ُه َو اَنْ يَ ْق‬.

“ Waqof yang disengaja ( atau dipilih ) bukan karena suatu sebab, seperti
sebab-sebab di atas.

11
10
Ibid., hlm. 196.
Jadi, Waqof ikhtiyary adalah waqaf yang dipilih dengan sengaja oleh
qori’ untuk menghentikan bacaan Alqur’annya pada suatu lafaz.
pilihannya untuk berhenti itu bukan karena alasan Idltirory ( terpaksa )
intizhory ( menunggu ) atau Ikhtibar ( diuji ) tetapi karena pilihannya
sendiri.
Dari ke empat macam bentuk Wakof, hanya waqof Ikhtiyary yang ada
perinciannya, ini mengingat Wakof inilah yang paling banyak digunakan
di samping karena dasar pilihan si pembaca. Sedangkan untuk wakof yang
lain, jarang dipergunakan. oleh karena itu ada ahli tajwid yang membagi
bentuk wakof kepada dua macam saja, yaitu Idltirory dan Ikhtiyary,
pembagian seperti inilah yang dipilih oleh Ibnul Jazari.
Ahli tajwid juga berbeda pendapat mengenai perincian waqof
Ikhtiyary ini, ada yang mengatakan terbagi menjadi tiga, terdiri dari waqof
Tam,Hasan, dan Qobich,seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Anbari ada
juga yang membagi menjadi empat macam dengan menambah satu bentuk
lagi, yaitu waqof kafi. bahkan Imam sajawandi membaginya menjadi
lima,terdiri dari waqaf lazim, mutlak, Jaiz, dan Mujawaz,dan Murokh-
khosh. Dari beberapa pendapat di atas, yang populer di pakai adalah
pendapat yang membagi waqof Ikhtiyary menjadi empat bagian, yaitu :
waqof Tam, wakof kafi. waqaf Hasan. dan waqaf Qobich.11

A. Waqof Tam
Secara bahasa, Tam artinya sempurna, Waqof Tam menurut istilah
adalah:
“Berhenti pada kalimat (yang sempurna) yang tidak ada lagi
kaitannya dengan kalimat (ayat) sesudahnya maupun sebelumnya, baik
secara lafazh maupun makna.12”
Waqaf Tam adalah berhenti pada kata yang telah sempurna
pengertiannya. Kata berikutnya adalah kalimat baru yang tidak ada

12
11
Ibid., hlm. 197.
12
Ibid.
kaitannya sama sekali dengan kata yang diwaqofkan. Seorang qori’ baik
sekali berhenti pada kata yang demikian, ia tidak perlu lagi mengulang dari
kata sebelumnya, tetapi ia bisa langsung ibtida’ dari kata sebelumnya.

B. Waqof Kafi
Menurut bahasa, Kafi artinya cukup. Sedang menurut istilah, waqaf
kafi adalah:

“Berhenti pada kalimat dimana kalimat sesudah dan sebelumnya


tidak berkaitan dari segi lafazh tetapi hanya berkaitan dari segi makna.13”

Terkadang Waqaf Kafi ini yang satu lebih utama dari yang lain,
seperti:
‫ا‬gg‫ذاب اليم بم‬gg‫ا (وقف) ولهم ع‬gg‫ر ض‬gg‫زادهم هللا م‬gg‫رض (وقف) ف‬gg‫وبهم م‬gg‫في قل‬

‫كانوا يكذبون (وقف)۝‬

Berhenti pada ” ‫رض‬gg‫وبهم م‬gg‫ ”في قل‬adalah Kafi, berhenti pada “

‫ ”فزادهم هللا مر ضا‬adalah lebih Kafi, sedangkan berhenti pada “ ‫انوا‬gg‫بما ك‬


‫ ”يكذبون‬Lebih Kafi dari keduanya.

C. Waqaf Hasan
Hasan menurut bahasa artinya baik. Sedagnkan menurut istilah
Waqaf Hasan adalah :
‘Berhenti pada kalimat yang secara lafazh (ata I’rob) dan makna
masih berkaitan dengan kalimat sebelum dan sesudahnya, tetapi dengan
syarat susunan kalimatnya telah sempurna.14”
Waqaf Hasan ini dapat terjadi pada pertengahan ayat atau pada
akhir ayat:
Contoh Waqaf Hasan pada pertengahan ayat:
13
13
Ibid.
14
Ibid., Hlm. 205.
‫الحمداهلل‬
“Segala puji bagi Allah…”
Dilihat dari susunan kalimatnya, waqaf tersebut sudah sempurna,
tetapi dari segi lafazh dan makna masih berhubungan dengan lafazh
selanjutnya, yaitu :

‫ربالعالمين‬
“... Tuhan semesta alam.” yang berkedudukan sebagai sifat dari
kata sebelumnya.
-Contoh Waqaf Hasan pada akhir ayat:

‫إن اإلنسان لفى خسر‬


“Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kesesatan…”
Dari susunan kalimat, Waqaf diatas sudah baik, tetapi dari segi lafazh
makna masih berhubungan dengan ayat selanjutnya, yaitu:

‫االالذين امنوا وعملوا الصالحات‬


“Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal
sholeh…” yang berkedudukan sebagai Mustastna (Pengecualian) dari ayat
sebelumnya.
Sebagai kesimpulan tentang Ibtida’ dari Waqaf Hasan ini,
qori’ tidak harus mengulang dari tempat waqaf atau dari kata
sebelumnya dan juga tidak mutlak ibtida’ dari kata berikutnya.
Perlu atau tidaknya mengulang dari kata yang tadi dipakai waqaf
tersebut tergantung kepada susunan kalimat itu sendiri. Dalam
masalah ini, erat hubungannya dengan pengetahuan qori’ tentang
makna atau pengertian ayat yang dibaca.

D. Waqaf Qobich
14
Menurut bahasa, Qobich artinya buruk. Sedangkan menurut istilah
Waqaf Qobich adalah:
“Behenti pada kalimat yang memberikan makna yang tidak baik,
karena susunan kalimatnya tidak sempurna serta masih bertalian dengan
kalimat sesudah dan sebelumnya, baik dalam lafazh maupun makna.15”
Buruknya waqaf qobich ini setidaknya dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu :
1. Segi Lafazh
Waqad Qobich dinilai buruk dari segi lafazh karena
menyebabkan munculnya kerancuan dari segi tata bahasa atau ilmu
Nahwu, terutama yang berhubungan erat dengan masalah I’rab dan
kedudukan kalimat. Bacaan yang dihentikan secara buruk,
maknanya menjadi bertentangan, karena sulit diketahui kepada apa
atau siapa lafazh tersebut disandarkan.

Contohnya waqaf pada lafazh”‫” بسم‬dari ”‫اهلل‬ ‫”بس م‬. kedua

lafazh ini tidak bisa dipisahkan, karena lafazh yang pertama


berkedudukan sebagai mudhof, sementara lafazh berikutnya
berkedudukan sebagai mudhof ilaih. Dua kata ini seperti kata
majemuk yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

2. Segi Makna
Menghentikan bacaan secara buruk (Qobich), yaitu pada
kalimat yang belum sempurna, dapat menimbulkan pertanyaan
tenttang maksud dari suatu ayat. Bahkan bisa jadi akan terjadi
pengaburan makna atau munculnya makna makna yang lain yang
bertentangan dengan maksud ayat. Sebagai contoh, berhenti pada :

...‫ياايها الذين امنوا ال تقربوا الصالة‬


“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat…”
(QS. An-Nisa
15 : 43)
15
Ibid., hlm. 206.
.‫فويل للمصلين‬
“Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat…”
(QS.Al-Maun: 4)
Dengan demikian jelaslah bahwa qori tidak boleh
mengehentikan bacaannya dengan sengaja pada waqaf qobich,
kecuali karena keadaan darurat, seperti kehabisan nafas, bersin,
batuk dan lain lain, yang semuanya termasuk dalam kategori waqof
idltirory. Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan waqaf
idltiory bahwa bacaan yang dihentikan dalam pembahasan secara
darurat harus diulangi lafazh sebelumnya yang cocok dan baik.16

16
16
Ibid., hlm. 211.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpul an

Madd menurut bahasa adalah ُ‫ادة‬


َ َ‫الزي‬ ُّ ‫اَل َْم‬Artinya “ memanjangkan
ِّ ‫ط َو‬
dan menambah’’. Sedangkan secara istilah Madd adalah “ Memanjangkan
suara pada salah satu dari huruf madd (asli)”17 Dalam QS. Ali ‘Imran(3):

125. Dalam ayat tersebut Madd berarti ‫ ي زدكم‬, yaitu menolong kalian

dengan tambahan pasukan malaikat. Huruf Madd itu ada tiga macam, yaitu

alif, waww, dan ya’ ( ‫و ي‬,‫) ا‬.

Mad terbagi menjadi 2 bagian yaitu, Mad Ashli atau Mad Thabi’i
dan Mad Far’i. dan Mad Far’i juga masih terbagi lagi menjadi beberapa
bagian.
Menurut bahasa, Waqof adalah Al habsu‫س‬
ُ ‫ْح ْب‬
َ ‫اَل‬artinya menahan.
Sedangkan menurut istilah, Waqof adalah :

.‫ف ا ْلقِ َرا َء ِۃ‬


ِ ‫ت ْءنَا‬ ْ ِ‫س فِ ْي ِه عَا َدۃً بِنِيَّ ِۃ ا‬
ِ ‫س‬ ِ َ‫ت َع َل الْ َكلِ َم ِۃ زَ َمنَا ً ي‬
ُ َّ‫س ْي ًرا يَنَتَف‬ ِ ‫الصو‬
ْ َّ ‫ْع‬
ُ ‫قَط‬

“ Memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu
lama, kemudian mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai
kembali bacaan Alquran.18

Sebagai dasar hukum dari waqaf ( dan ibtida ) adalah Alqur’an dan hadis,
dasar-dasar tersebut antara lain :

‫ المز مل‬. ‫َو َرت ِِّل الْ ُق ْرٓا َن َت ْرتِْياًل‬

“Dan bacaan Al-Qur’an itu dengan tartil.”

\B. Saran

17
Wahyudi, Moh. Ilmu Tajwid Plus.(Surabaya: Halim Jaya. 2007). Hal.159
18
Moh. Wahyudi. Ilmu Tajwid Plus. Halim Jaya. Hlm. 192.
Saran yang mampu diberikan penulis yaitu hendaknya setiap hukum-hukum
bacaan pada Alqur’an ditaati sesuai dengan ketentuan atau hukum ilmu tajwid
mengetahui hukum bacaan mad dan waqaf. Sehingga makna ada arti yang
terkandung di dalam Al-Qur’an sesuai dengan wahyu yang telah Allah turunkan
kepada baginda Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Muhammad. 2008. Ilmu Tajwid PLUS. Halim Jaya: Malang.

Abdullah, Muhammad Ahmad. Metode cepat&Efektif Menghafal


Al-Qur’an Al-Karim.(Jogjakarta:GARAILMU. 2009)

Alam, Tombak. Ilmu Tajdwid Populer(Jakarta:Bumi Aksara. 1992)

Anda mungkin juga menyukai