“Mad yaitu memanjangkan suara dengan suatu huruf diantara huruf-huruf mad”
Menurut imam Asy-Syathibi, Mad merupakan memanjangkan bunyi huruf atau huruf
layyin ketika bertemu hamzah atau huruf mati. Asy-syathibi mendefinisikan Mad dengan
menisbatkan huruf mad dalam suatu kata.
B. Huruf-huruf mad
Huruf mad yang dipanjangkan ada tiga macam, yaitu:
2. Panjang yang tengah-tengah ( )اَلت َّ َوسطyaitu cara membaca huruf mad sepanjang 1
½ alif (3 ketukan/harakat)
3. Panjang yang panjang ( )اَلط ْولyaitu cara membaca huruf mad sepanjang 2 ½ alif (5
ketukan/harakat) atau 3 alif (6 ketukan)
D. Pembagian Mad
ْ َ ) َم ْد اdan Mad Far’i ( َم ْد
Bacaan mad dibagi menjadi 2 bagian yaitu yaitu Mad Asli (صلِّى
)فَ ْرعِّى
Mad asli menurut bahasa yaitu mad yang masih asli, adalah panjang bacaannya tetap
satu alif atau 2 ketukan.
Sedangkan menurut pengertian istilah adalah:
َّ ال َمد
الطبِّ ْيعِّي اَّلذِّي ََلت َق ْوم ذَات َح ْرفِّ اْل َم ِّد ا ََِّّل بِّ ِّه
Maksud dari pengertian ini yaitu bahwa panjang bacaan mad tak melebihi panjang
semula, yakni satu alif karena tak dimasuki hamzah ataupun sukun. Dalam kondisi
َّ )ا َ ْل َمدYaitu mad yang sesuai dengan
demikian, mad asli disebut juga Mad Thabi’i ( الط ِّب ْيعِّي
watak aslinya yang selamat dari tambahan hamzah dan sukun, sehingga tidak
menambah panjang bacaaan semula.
Setiap alif yang jatuh setelah huruf berharakat fathah, ya’ yang jatuh setelah huruf
berharakat kasrah, wawu jatuh setelah huruf berharakat dhomah, maka dibaca mad
thabi’i yang artinya dibaca dengan panjang bacaannya satu alif.
Contoh
Mad Far’i
Sedangkan yang dimaksud Mad Far’i adalah mad cabang. Dalam arti istilah ayat :”Mad
yang melebihi mad asli dikarenakan ada hamzah dan sukun“.
Pada pengertian diatas, ditunjukkan bahwa Mad Far’i dibaca lebih dari satu alif.
Ketentuan ini berlaku setelah huruf mad didepanya terdapat hamzah atau sukun, hingga
cara membacanya melebihi yang semestinya. Dalam pengertian itu juga disebutkan
bahwa panjang bacaannya yang menyebabkan perselisihan: berapakah panjang yang
sebenarnya dan harus bertemu apa, hamzah atau sukun.
ه َوا َ ْن يَك ْونَ ال َمد َواْل َه ْمزَ ة فِّى َك ِّل َم ٍة َواحِّ َد ٍة
“Antara mad dan hamzah terdiri atas satu kalimat”
Ukuran panjang bacaan mad wajib muttashil adalah 2 ½ alif (5 ketukan). Panjang
pendek ketukan tersebut disesuaikan dengan irama bacaan yang dialunkan. Karenanya,
diharapkan dalam bacaannya tidak melebihi ketentuan yang sudah disepakati oleh
ulama ahli Qurra’.
Contoh:
ه َو َما َكانَ َح ْرف ْال َم ِّـد فِّى َك ِّل َم ٍة َو ْال َه ْمزَ ة فِّى َك ِّل َم ٍة ا ْخ َرى
“Disebut Mad Jaiz Munfashil karena huruf mad berada disatu kalimat sedang hamzah
berada di kalimat lain”.
Dari pengertian yang diterangkan diatas bahwa cara membaca Mad Jaiz Munfashil tidak
wajib dibaca panjang seperti Mad Wajib Muttashil, karenanya terdapat 5 macam cara
membacanya yaitu:
a. Imam Nawawi dan Imam Hamzah membacanya 3 alif (6 ketukan)
b. Imam Ashim seorang guru dari Imam Hafas dan syu’bah membacanya 2 ½ alif (5
ketukan). Bacaan inilah yang banyak dianut ahli Qurra’.
c. Imam Ibnu Amer dan Imam Kisa’i membacanya 2 alif (4 ketukan)
d. Imam Qolun dan Imam Dury membacanya 1 ½ alif (3 ketukan)
e. Imam Ibnu Katsir dan Imam Susy membacanya 1 alif (2 ketukan).
Contoh:
ِّّّالطبِّ ْيعِّي َ ِّع ٰل ٰياخِّ ِّر اْل َك ِّل َم ِّة َو َكانَ قَ ْب َل اْل َح ْرفِّ اْل َم ْوق ْوف
َّ علَ ْي ِّه ا َ َحد حر ْوفِّ اْل َم ِّد َ ه َو اْ َلو ْقف
“Berhenti pada akhir kalimat dan sebelum huruf yang di hentikan itu ada huruf Mad
Thabi’i”
Para ulama Qurra’ belum sepakat sepenuhnya mengenai seberapa panjang bacaan
Mad Aridh lis Sukun ini. Sebagian ada yang membaca qashar dengan 1 alif, sebagian
juga ada yang membaca tawasuth yaitu dengan 2 alif, dan ada yang membacanya
thulun dengan 3 alif. Dan pendapat terakhir inilah yang paling banyak dipakai oleh Ahlul
Qurra’.
Contoh :
4. Bacaan Mad Badal
Badal dalam arti bahasa adalah pengganti. Sedangkan menurut istilah adalah:
ِّ َعلَى اْل
مد َ ه َو ا َ ْن يَجْ ت َ َم َع ال َمد َواْل َه ْمزَ ة فِّى َك ِّل َم ٍة لك ِّْن تَتَقَد ََّم اْل َه ْمزَ ة
“Huruf mad dan hamzah berkumpul dalam satu kalimat akan tetapi yang hamzah
tersebut lebih dulu daripada mad”.
Para ulama’ sepakat, panjang bacaan mad badal yaitu 1 alif, sebagaimana mad Thabi’i.
Dikatakan mad badal dikarenakan mad itu sebagai Badal (pengganti) dari huruf hamzah
yang dibuang. Mad badal semula berupa hamzah, lalu diganti dengan bacaan ini.
Alasan penggantian itu sebab ada dua hamzah dalam satu kalimat yang pertama hidup
sedangkan yang kedua mati, maka hamzah yang mati itu diganti mad, agar
membacanya tak terlalu berat.
Contoh:
5. Bacaan Mad Iwadh
Iwadh artinya pengganti, sedang yang dimaksud mad iwadh adalah:
Pada pengertian tersebut, tampak bahwa mad iwadh semula berupa kalimat yang
dibaca nasab, kemudian diwakafkan sehingga tanwinnya diganti dengan tanda baca
biasa (bukan tanwin). Setelah diganti, maka cara membacanya menjadi lebih panjang.
Dan untuk panjang bacaannya sekitar 1 alif (2 ketukan).
Contoh :
6. Bacaan Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi
Mad lazim yaitu artinya kelaziman untuk memanjangkan. Sedangkan Mutsaqqal berarti
berat, dan kilmi memiliki arti satu kalimat. Maka yang dimaksud Mad Lazim Mutsaqqal
adalah bacaan mad yang dipanjangkan, karena ada tasydid di dalam satu kalimat.
Pengertian ini selanjutnya dirumuskan Muhammad Mahmud sebagai berikut:
ٍش َّد ٌد فِّى َك ِّل َم ٍة َواحِّ َدة ٌ ه َو ا َ ْن يَك ْونَ بَ ْع َد َح ْرفِّ اْل َم ِّد َح ْر
َ فم
“Mad yang terjadi karena setelah huruf mad ada huruf yang ditasydid dalam satu
kalimat”
Tasydid merupakan huruf dobel (ganda) yang satu hidupdan yang satu mati, dan yang
mati itu sama dengan sukun. Sebab itu, jika ada huruf mad yang bertemu dengan sukun
(dalam hal ini tasydid), maka kelaziman untuk dibaca panjang dengan syarat antara
huruf mad dan huruf yang ditasydid itu masih satu kalimat.
panjang bacaan ini semua ulama Qurra sepakat 3 alif atau (6 ketukan)ز
Contoh:
7. Bacaan Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi
Mad Lazim yaitu artinya kelaziman untuk dipanjangkan, sedang mukhaffaf artinya
diringankan, dan kilmi yaitu artinya satu kalimat. Maka yang dimaksud Mad Lazim
Mukhaffaf Kilmi yaitu bacaan mad yang terjadi ketika huruf mad bertemu dengan huruf
yang mati pada satu kalimat. Pengertian ini selanjutnya dirumuskan oleh Muhammad
Mahmud sebagai berikut:
ٌ سا ك
ِّن ٌ ه َوا َ ْن يَك ْونَ بَ ْع َد َح ْرفِّ اْل َم ِّد َح ْر
َ ف
“Mad yang terjadi disebabkan setelah huruf mad ada huruf yang mati atau disukun”
Cara membacanya agak ringan dibandingkan dengan Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi,
tetapi dalam panjang bacaanya sama, yaitu 3 alif (6 ketukan). Sebab itu, perbedaaan
kedua mad itu adalah: jika mad lazim mutsaqqal setelah mad ada huruf yang di tasydid,
sedang mad lazim mukhaffaf setelah huruf mad ada huruf yang disukun. Adapun
persamaannya yaitu : sama-sama dibaca panjang 3 alif serta sama-sama dalam satu
kalimat.
Dari pengertian diatas, dapat ditentukan syarat-syarat Mad Lazim Mutsaqqal Harfi yaitu:
1. Terjadi pada huruf di permulaan surah
2. Huruf yang dimaksud bersifat 3 bagian huruf. Misalnya huruf صا ْد َ , maka bagian huruf
itu adalah د, ا, صdimana huruf tengah mad, sedangkan huruf terakhir mati.
3. Cara membacanya sepanjang 3 alif (6 ketukan).
Di dalam Al-Qur’an, huruf-huruf yang digunakan pada permulaan surah yang disebut
dengan Fawatihus Suwar ( *) فَ َواتِّح الس َو ِّرadalah sebagai berikut:
Dari pengertian tersebut, maka bisa ditentukan syarat-syarat Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
yaitu:
1. Terjadi pada huruf dipermulaan surah
2. Huruf yang dimaksud bersifat 2 bagian, contohnya huruf هاyang terdiri dari: اdan هـ
3. Panjangnya 1 alif (2 harakat),
Beranjak dari huruf-huruf yang mengawali surah di atas, maka huruf Mad Lazim
َ ي
Mukhaffaf Harfi ada 5 macam yaitu terkumpul dalam lafadz: َطهر ٌّ َح
Contoh:
Baca Juga : Ziarah Kubur Beserta Dalil Dan Pendapat Para Ulama
Dalam Mushaf Utsmani, Mad ini ditandai dengan tanda baca ( ) اpada huruf yang
mengawali surah.
َ ه َو َح ْرف َم ٍد زَ ائِّ ٍد مقَد ٌَّر بَ ْع َد اْل َهاءِّ الضَّمِّ ي ِّْر َوقد َِّر بِّ َح َر َكتَي ِّْن َحا َل
ض ِّم ِّه َو َكس ِّْر ِّه
“Mad shilah adalah huruf mad tambahan yang dikira-kirakan setelah ha’ dhamir dan
dikira-kirakan dengan harakat dhammah dan kasrah”.
Yang dimaksud dengan ha’ dhamir dalam pengertian ini adalah ha’ sebagai kata ganti,
misalnya: ىـــــــ ٰه, ىـــــــه
ٖ ,ىـــــــه
1 َ ِّإنَّهٗ َكانDhamir jatuh setelah huruf hidup dan tidak sambung hamzah
2ت ِّ َولَهٗ َما فِّى السَّمٰ ٰواDhamir jatuh setelah huruf hidup dan tidak sambung hamzah
Bacaan dalam al-Qur’an yang bertanda Shafrun Mustadir harus dibaca pendek, baik
diwashalkan (terus) maupun diwakafkan (berhenti).
Contoh: