BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Anak merupakan amanah yang diberikan oleh Allah Swt, yang harus dijaga dan dibina. Orang
tua bertanggung jawab sejak dalam kandungan, memberi nama anaknya dengan nama yang baik,
memberi perhatian dan kasih sayang, mengajari dan menyuruhnya sholat, sampai mendidik dan
membantunya menjadi manusia yang sempurna. Untuk tujuan inilah maka setiap orang tua ingin
membina anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai prilaku yang baik serta
kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji.“(Asnelly Ilyas,
1997, hlm, 46).
Dalam pandangan Islam, anak-anak memiliki dunia yang indah dan mempesona namun tetap
senantiasa membutuhkan perhatian serta penghargaan untuk melindungi kehidupan dan dunia
mereka agar terhindar dari mara bahaya yang mengancam sehingga mereka tetap berada dalam
jalan yang lurus (Shirôtol- Mustaqîm)
Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang anakyang kesemuanya menekankan
pentingnya rasa cinta dan kasih sayang. Makna kehadiran anak dalam sebuah rumah tangga
menurut perspektif Al-Qur’an sangat hikmahya banyak, diantaranya :
1. Anak sebagai karunia serta nikmat dari Allah.
2. Anak sebagai perhiasan kehidupan dunia.
3. Anak sebagai penyejuk hati dan penenang jiwa.
Dari hasil pertemuan dan perpaduan kedua insan yang sama-sama bersih tersebut akan tercipta
satu bentuk bangunan rumah tangga yang teduh, kokoh, dan Islami, tempat anak-anak akan lahir,
sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan pendidikan yang memiliki akar yang
kuat dan penuh dengan budi pekerti serta akhlak yang luhur dan terpuji. (M Quraish Shihab,
1999, hlm. 173).
Para orang tua memiliki tanggung jawab memelihara dan menjaga pertumbuhan dan
perkembangan mereka.Sebab mereka dilahirkan dalam keadaan fitrah (mentauhidkan
Allah).Untuk menopang tugas tersebut, Allah menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang di hati
setiap orang tua (ayah dan ibu).
Dengan berbekal anugerah inilah mereka diharapkan mampu menjaga, memelihara, dan
mendidik anak- anaknya dengan baik dan Islami” (Ramayulis, dkk, 1990: 53).
Kesibukan orang tua di luar rumah menjadikan mereka tidak mempunyai waktu untuk
memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Bila keadaan ini terus berlanjut akan memberikan
dampak negatif pada perkembangan pribadi anak. Tidak bisa kita pungkiri lagi, bahwasanya
secara keseluruhan orang tualah yang mempunyai kompetensi tertinggi dalam memberikan
pendidikan terhadap anak sedini mungkin, sebab ia akan mengukir dan mewarnai pribadi anak
tersebut.
Sebagaimana sabda Rosulullah Saw.
ومسلم،سانِ ِه )رواه البخاري
َ َص َرانِ ِه َويُ َم ِج ْ ( َما ِم ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَد ُ َعلَى ْال ِف
ِ ط َرةِ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه َويُن
“Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya yang
menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Bukhari, Muslim)’’
Anak dalam perkembangannya, seperti halnya anak-anak di desa Babadan, yang berada pada
masa pancaroba atau masa transisi, prilaku mereka belumlah stabil dan masih sangat mudah
terpengaruh oleh lingkungan yang negatif yang paling mudah mempengaruhi mereka. Apalagi di
eraglobalisasi ini, dimana teknologi dan arus Informasi sudah berkembang dengan pesat, sudah
tentu sangat mempengaruhi anak-anak yang mempunyai alat komunikasi (Handphone) yang
canggih dengan kamera, video, inframerah dan masih banyak lagi layanan yang ditawarkan,
sehingga anak membutuhkan perhatian, bimbingan, dan asuhan orang tua menumbuhkan prilaku
yang Islami.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul adalah
bagaimana “ PERAN ORANG TUA DALAM MELURUSKAN TINGKAH LAKU
ANAK(Studi kasus dilingkungan Rt 15/Rw 04 Desa Babadan Kec. Sindang Kab. Indramayu)
A. Fokus Penelitian
Dalam latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis ingin mengetahui beberapa hal
diantaranya :
a. Bagaimana Peran orang tua dalam Meluruskan Tingkah Laku Anak ?
b. Apa kendala yang di hadapi Orang Tua dalam Meluruskan Tingkah Laku Anak ?
c. Usaha apa yang dilakukanOrang Tua dalam Meluruskan Tingkah Laku Anak ?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam meluruskan tingkah laku anak.
2. Untuk mengetahui apa kendala yang di hadapi orang tua dalam meluruskan tingkah laku anak.
3. Untuk mengetahui usaha- usaha yang dilakukan orang tua dalam meluruskan tingkah laku
anak.
C. Keguanaan Penelitian
Sebagai karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan ilmu keislaman, khususnya dari sisi ajaran Islam dalam keluarga maupun
menjadi pedoman bagi masyarakat.
Kegunaan yang penulis maksudkan adalah :
a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memperkaya ilmu juga memiliki akademis dan mampu
memberikan motivasi tentang peran orang tua dalam meluruskan tingkah laku anak.
b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumbangan berharga bagi orang tua maupun
anak, dengan manjadikan nilai- nilai agama tersebut sebagai landasan utama bagi orang tua dan
anaknya untuk mencapai dunia akhirat.
c. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi orang tua dalam membentuk anak yang
bermoral untuk membangun bangsa, serta sebagai solusi alternatif terhadap masalah yang di
hadapi bangsa.
d. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis khususnya agar menambah wawasan
tentang konsep pembinaan tingkah laku anak.
D. Definisi Istilah
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari
sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. (Ikeu
Kania, 2008: 15).
E. Sistematika Pembahasan
Skripsi disusun dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari lima bab. Masing- masing bab
terdiri atas sub bab. Dimulai dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup.
BAB I PENDAHULUAN
Didalamnya membahas secara umum rumusan permasalahan yang menjadi pembahasan skripsi
ini sekaligus sebagai pengantar awal terhadap bab- bab selanjutnya Bab ini terdiri dari enam sub
bab yaitu Konteks Penelitian, Fokus Penelitian,Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi
Istilah dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada kajian pustaka ini penulis berbicara tentang kajian analisis lapangan tentang orang tua dan
meluruskan tingkah laku anak. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu tentang pengertian orang
tua, dan meluruskan tingkah laku anak.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada metode penelitian ini terdiri dari enam sub bab yaitu jenis penelitian dan Pendekatan,
tempat penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data,
dan teknik analisis data.
BAB IV TEMUAN DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi hasil penelitian serta pembahasannya, bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu peran orang
tua dalam meluruskan tingkah laku anak, kendala yang dihadapi dalam meluruskan tingkah laku
anak, dan upaya yang dilakukan orang tua dalam meluruskan tingkah laku anak.
BAB V PENUTUP
Berisi dua bab yaitu kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Orang Tua
Metode Penggunaan konsekuensi Perilaku Untuk Membebaskan Anak dari Perilaku yang Tidak
Baik
Jika orang tua tidak menemukan konsekuensi rasional untuk suatu perilaku, maka mereka harus
berpikir untuk menggunakan metode”imbalan perilaku”. Misalnya, tidak memperbolehkan anak
nonton film kartun selama dua hari jika ia berbohong kepada orang tua. Atau jika anak mencaci
saudaranya, dikenakan denda besaran tertentu setiap kali mencaci. Ini memungkinkan orang tua
untuk mengetahui sanksi yang memberikan pengaruh besar kepada anak. Sebelum menggunakan
metode imbalan, upayakan menyebutkan sanksi atau imbalan kepada anak sebelun terjadi suatu
perilaku.
Hindari memperlihatkan kemarahan berlebihan pada saat menggunakan sanksi. Anak wajib
merasa bahwa dia diberi sanksi karena perilaku buruknya, bukan karena kemarahan orang tua
kepadanya. Jika perilaku buruk ituterus saja terjadi, itu artinya bahwa sanksi lebih kecil kadarnya
dari kesalahan yang dilakukan. Karenanya harus harus diperhatikan keseimbangan kadar sanksi
dengan kadar kesalahan, dan juga harus sesuai dengan tingkat usia anak.
Pukulan
Terjadi banyak perdebatan di antara para pendidik seputar masalah memukul. Apakah memukul
mereka akan memberikan manfaat atau tidak. Serta apakah yang menjadi konsekuensi dari
pukulan itu.
Pukulan Dalam Pandangan Syariah Islam
Rasulullah saw bersabda:
ِاجع
ِ ضَ َوفَ ِرقُ ْوا بَ ْينَ ُه ْم فِي ْال َم، َواض ِْرب ُْو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر،سبْعِ ِسنِي ٍْن
َ صالَةِ َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء
ُم ُر ْوا أ َ ْوَّلَدَ ُك ْم بِال ا
Surulah anak- anakmu melaksanakan shalat dan mereka anak usia tujuh tahun, dan pukullah
mereka sebagai sanksi karena melalaikannya sementara mereka anak usia sepuluh tahun dan
pisahkanlah tempat tidur mereka (HR. Abu Dawud)
D. Anak
1. Pengertian anak
Pengertian anak sangat beragam dari para ahli. Menurut UU Perlindungan anak tahun 2002 pasal
1 bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak
dalam kandungan”. Lebih lanjut pasal 77 berbunyi setiap orang yang dengan sengaja melakukan
tindakan ;
a. diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian, baik materil
maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya.
b. penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan baik
fisik,mental, maupun sosial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima ) tahun dan/
atau denda paling banyak Rp.100.000.000.-(seratus juta rupiah).
Artinya siapapun individu yang hidup di Indonesia yang berumur kurang dari 18 tahun masih
dikategorikan sebagai anak dan mereka wajib dilindungi oleh masyarakat, Negara terutama
orang tua.
2. Batasan dan Karakteristik Anak Pra Sekolah
Masa kanak- kanak, menurut Hurlock, dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan (kira- kira umur 2 tahun) sampai anak matang secara seksual (kira- kira umur 13
tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk laki- laki). Periode pertama disebut periode awal (pra
sekolah) dan periode kedua merupakan akhir masa kanak- kanak (6- 14). Secara umum pada usia
(0- 6 tahun) saat ini dikenal dengan usia dini, atau disebut juga sebagai periode emas (golden
age).
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang mengusung tema “PERAN ORANG TUA DALAM MELURUSKAN
PRILAKU ANAK (Studi di Desa Babadan Rt 15/ Rw 04 Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu)” adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi
lapangan.
Dalam setiap penelitian ilmiah, eksistensi sebuah kerangka metodologi sangat diperlukan untuk
mengarahkan peneliti atau penulis kepada tujuan dan target penelitian tersebut. Sebagai
kelaziman dalam sebuah studi atau kajian tentang masalah-masalah sosial dan politik yang
terjadi dalam latar alamiah, maka pendekatan kualitatif menjadi model pendekatan yang cukup.
Ketepatan analisa kualitatif dalam penelitian ini di dasarkan pada konteks metodologi kualitatif
yang memiliki paradigma analisis secara naturalistik (Hisyam, 1999:25 dalam Anwar Nuris el-
Ali, Politik Dominasi Keluarga al-Saud dalam Kerajaan Saudi Arabia (1932-2008), Tesis
Pascasarjana Program Studi Timur Tengah dan Islam, (Jakarta: Perpustakaan Universitas
Indonesia, 2008).
David Williams (1995) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu
latar alamiah dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
tertarik secara alamiah (Moleong, 2007:5).
B. Tempat Penelitian
Adapun tempat atau lokasi penelitian yaitu di Desa Babadan Rt 15/ Rw 04 Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang
isi catatan subjek penelitian atau variabel penelitian. Dan apabila peneliti menggunakan
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Atau peneliti menggunakan tehnik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak
atau proses sesuatu (Arikunto, 2006:129)
D. Teknik Pengumpulan Data
Data artinya informasi yang didapati melalui pengukuran-pengukuran tertentu, untuk digunakan
sebagai landasan dalam menyusun argumen yang logis menjadi fakta. Sedang fakta itu sendiri
adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empirik, antara lain melalui analisis data.
Suatu penelitian bisa dikatakan berkualitas jika metode pengumpulan datanya valid (Fathoni,
2006:105).
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam hal ini untuk mendapatkan kriteria keabsahan data terdapat beberapa teknik antara lain:
1. Teknik Pemeriksaan Derajat Kepercayaan (credibility)
a. Perpanjangan keikutsertaan, dimana keikutsertan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian, sehingga memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
b. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat releven dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dengan demikian perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka
ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
c. Triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding. Dan teknik yang paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainnya.
d. Kecukupan referensi, yakni bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat digunakan sebagai
patokan untuk menguji atau menilai sewaktu diadakan analisis dan interpretasi data (Moleong,
2002:327).
2. Teknik pemeriksaan keterahlian dengan cara uraian rinci (transferability)
Teknik ini menuntut peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang
kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data
deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang peralihan tersebut. Untuk
keperluan itu peneliti harus melalukan penelitian kecil untuk memastikan usaha memferifikasi
tersebut.
3. Teknik pemeriksaan ketergantungan dengan cara auditing kebergantungan (dependability)
Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan
keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah hingga
informasi tentang pengembangan instrumen sebelum auditing dilakukan agar mendapatkan
persetujuan resmi antara auditing dengan auditi.
4. Teknik pemeriksaan kepastian dengan cara audit kepastian (confirmability)
Kepastian berasal dari objektifitas dari segi kesepakatan antara objek.Disini pemastian bahwa
sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,
pendapat dan penemuan seseorang.Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu
subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat dikatakan
objektif.
F. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah langkah-langkah memproses data yang dimulai dengan memilah-milah data
dalam kategori tertentu dan diakhiri dengan menganalisanya baik secara umum maupun secara
statistik (Sandjaja dan Heriyanto, 2006:211)
BAB IV
TEMUAN DATA,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Data
Dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya.Masing- masing
saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas.
Tetapi peran Ibu menjadi hal yang sangat penting dan menentukan.
Peran Orang Tua sebagai seorang pendidik dalam keluarga pasti memiliki berbagai kendala dan
hambatan yang menyebabkan pendidikan dalam keluarga tidak berjalan mulus dan lancar.
Menurut syekh M. Jammaluddin Mahfuzh dalam bukunya psikologi anak dan remaja muslim,
kendala- kendala yang di hadapi oleh Orang Tua dan para pendidik meliputi :
1. Kendala pertama, ialah berupa cirri khas dan karakteristik remaja yang cenderung keras kepala
dan berani menentang pengarahan ayah dan guru. Atas namakebebasan, mereka berani mendebat
dan membantah, terutama dalam masalah- masalah agama sampai pada ambang batas meragukan
kebenarannya. Kenyataan ini jelas memerlukan banyak kesabaran, kesantunan dan sikap lapang
dada dari kaum ayah dan pendidik.
2. Kendala kedua yang tidak kalah bahayanya dari kendala pertama tadi, ialah kegigihan musuh-
musuh islam dan musuh kaum muslimin untuk menarik putra- putrid kita agar menjahui agama,
nilai- nilai yang luhur, dan tradisi- tradisi yang mulia. Dalam usahanya itu, mereka menggunakan
berbagai instrument yang dapat membius hati serta perasaan putra- putrid kita.
Dengan sangat cerdi, mereka menawarkan konsep kebebasan dan kemerdekaan dalam berpikir
serta berpendapat. Tentu saja konsep yang kebetulan sama seperti yang di inginkan para remaja
ini karena hal itu memang sangat sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan jiwanya yang cendrung
sedang mencari identitas diri dengan sepontan mereka sambut. ini seperti kata penyair, “ Suatu
ucapan akan berhasil mempengaruhi seseorang apabila ia sesuai dengan keinginan di
hatinya”.Mengingat pikiran dan agama para remaja itu relative masih kosong, dengan serta
merata racun itu mereka telan begitu saja.
3. Kendala ketiga yang harus dihadapi oleh orang tua dan para pendidik ialah kemajuan pesat
yang cukup mencengangkan di bidang sarana- sarana informasi dan komunikasi, baik berupa
media penyiaran, media penerbitan dan televise. Rasa sulit, kalau tidak di sebut mustahil
membendung pengaruh arus kemajuan tersebut masuk ke akal pikiran dan jiwa putra- putrid kita.
Satu- satunya pertahanan yang secara mendasar bisa di andalkan ialah pertahanan diri dari
kemauan yang kuat, belakangan ini, perangkat video, VCD, internet dan lain sebagainya
merupakan bentuk bahaya besar yang mengancam putra- putrid kita di bidang agama, budaya
dan pendidikan. Kita tidak di benarkan menipu diri karena menggantungkan tanggung jawab
pada perangkat pengawasan dalam pemerintah. Pengawasan apapun bentuknya di seluruh dunia
ini tidak akan ada yang sanggup mencegah dan menghentikan serangan perang budaya yang di
lancarkan dari luar serta dari dalam tersebut. Satu keeping kaset VCD saja misalnya,
4. sudah sanggup mempengaruhi pola piker, perilaku, sikap dan mental seorang anak. Itu hanya
sekedar contoh supaya kita tahu bahwa pengawasan sejati hanya bisa di wujudkan dari dalam diri
kita sendiri, artinya kita harus punya kemauan dan tekad yang kuat untuk menghadapi bahaya
yang merusak yang secara halus memasuki rumah- rumah kita.
Penulis telah mendapatkan data hasil wawancara dari sejumlah para orang tua yang ada di Rt 15/
Rw 04 Desa Babadan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu ketika penulis memberikan
pertanyaan mengenai hambatan- hambatan/ kendala- kendala apa saja yang menjadi faktor orang
tua meluruska tingkah laku anak. Penulis akan mengutip hasil wawancara dari para orang tua,
diantaranya :
1. Bapak Kadma
Kendala yang di hadapi dalam meluruskan tingkah laku anak yaitu :
a. Ketika saya sibuk mencari nafkah.
b. Kurangnya waktu untuk membimbing anak, apalagi kalau saya kerjanya jauh dari anak,
kurangnya pengawasan dari saya.
c. Pergaulan dengan teman- temannya, anak saya selalu begadang setiap malam, ketika saya
tidak ada di rumah.
d. Anak saya suka bermain game, sehingga kadang- kadang lupa untuk belajar.
1. Bapak Karli
Kendala yang di hadapi dalam meluruskan tingkah laku anak yaitu :
a. Waktu ketemu anak tidak banyak, karena saya bekerja mulai dari jam 7 pagi sampai jam 5
sore. Ketika menjelang magrib kadang saya kecapaian dan tidak sempat untuk mengotrol anak.
b. Saya sendiri masih minim dalam memberikan pendidikan ke anak, terutama mengenai
pendidikan agama.
c. Anak saya suka menonton televise, kalau sudah nonton televise terkadang dia lupa waktu
untuk belajar.
2. Bapak Karnadi
Kendala yang di hadapi dalam meluruskan tingkah laku anak yaitu :
a. Ketemu anak- anak jarang sekali, karena saya bekerja di Jakarta dan istri saya pun bekerja di
luar negri, sehingga anak saya tidak ada yang mengontrol. Anak- anak saya di titipkan sama
neneknya.
3. Bapak Tarman
Kendala yang di hadapi dalam meluruskan tingkah laku anak yaitu :
Saya masih minim dalam pendidikan dan ilmu agama sehingga saya tidak bisa memberikan
pendidikan agama ke anak saya, saya cuma bisa menitipkan anak saya ke guru dan ustad, terus
perhatian dari saya pun kurang karena saya bekerja sebagai petani yang bekerja dari pagi sampai
sore.
a. Kadang anak saya sendiripun tidak mematuhi perintah dan nasehat orang tua.
Dari keterangan sejumlah para orang tua tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kendala-
kendala yang dihadapi para orang tua dalam meluruskan tingkah laku anak sebagai berikut:
1. Kesibukan atau keterbatasan waktu yang di miliki orang tua atau pekerjaan orang tua. Dari
sejumlah orang tua yang ada di Rt 15/ Rw 04 mereka mengatakan mengenai kendala meluruskan
tingkah laku anak adalah faktor kesibukan bekrja.
2. Keterbatasan ilmu agama yang dimiliki orang tua, sehingga anak cendrung kurang perhatian
dan nasehat tentang pentingnya pendidikan umum atau pendidikan agama.
3. Pergaulan teman yang berprilaku tidak baik, bisa mempengaruhi pikiran dan mental
kepribadian anak.
4. Pengaruh tayangan- tayangan negative teknologi informasi dan komunikasi.
Bentuk- bentuk bimbingan Orang Tua Dalam meluruskan Tingkah Laku anak.
Rasullullah shallahu’alaihi wasallam pernah bersabda:
اجعِ (وصححه َ َوفَ ِرقُوا بَ ْينَ ُه ْم فِي ْال َم، َواض ِْربُو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر، َسبْعِ ِسنِين
ِ ض َ صالةِ َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء
ُم ُروا أ َ ْوَّلدَ ُك ْم بِال ا
247 ) رقم،”األلباني في “اإلرواء
“Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan
pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.” (Dishahihkan oleh
Al-Albany dalam Irwa’u Ghalil, no. 247)
Dalam hadits tersebut terkandung hikmah yang mendalam, hikmah yang member pelajaran
terkait memula kebiasaan pada anak agar rajin beribadah.Dalam hadits tersebutmemberi faidah,
bahwa menerapkan suatu kebajikan perlu tahapan- tahapan yang jelas. Bagaimanapun seorang
anak memerlukan proses waktu agar bisa melaksanakan sebuah amal shalih.
Seorang anak terkadang tak bisa menunaikan secara instan.Dari hadits ini menunjukan betapa
Islam sangat dengan ramah (kasih sayang), mengerti keadaan anak.Juga terkandung muatan,
betapa Islam mengajarkan untuk tidak melakukannya secara tergesa- gesa.Namun, secara
bartahap.Inilah bentuk kasih Islam kepada makhluk yang masih lemah; anak. Menanamkan
kebiasaan baik pada anak bisa di upayakan melalui tahapan:
Pertama, tahap imitasi. Tahapan anak melihat dan meniru apa yang di kerjakan orang tua,
pendidik, guru, ustadz sebagai figure. Pada tahapan ini, orang tua, pendidik, guru, ustadz menjadi
obyek pengamatan sang anak. Dari prilaku dan sikap yang ditunjukan orag tua, pendidik, guru,
ustadz, seorang anak memperoleh gambaran bagaimana sebuah amal shalih harus di
tunaikan.Tahap ini merupakan tahap pengkondisian.
Kedua tahap perintah.Tahap anak mendapat bimbingan dan arahan dalam bentuk perintah.Anak
diperintah untuk menunaikan sebuah kebajikan. Dengan tanpa meninggalkan sifat sabar dan
ramah, orang tua, pendidik,guru, ustadz secara terus menerus mengingatkan anak untuk beramal
kebajikan. Terkait masalah shalat, anak usia tujuh tahun telah diperintahkan untuk senantiasa
menunaikannya. Jika sehari lima kali diingatkan untuk menunaikan shalat, berapa ribu kali anak
diingatkan selama tiga tahun? yaitu, diingatkan dan diperintahkan untuk shalat hingga usianya
mencapai sepuluh tahun. Ribuan kali perintah terus berulang pada diri anak, tentu sebuah bentuk
penanaman kebiasaan baik yang sangat intens.
Tahap ketiga, tahap hukuman.Tahap anak mendapat sanksi manakala lalai dari kewajiban yang
harus ditunaikan. Tahap hukuman adalah sebuah tahap yang ditempatkan setelah dilakukannya
proses pengkondisian, bimbingan, arahan, dan perintah. Sebuah proses yang dilakukan dalam
waktu yang tak sedikit. Dalam menjatuhkan hukuman tetap harus berada dalam kerangka hikmah
(bijak) dan adil.Tujuan menghukum adalah agar anak jera, yaitu agar anak tak lagi melakukan
perbuatan yang dilarang.Bukan sebagai bentuk pelampiasan kejengkelan, amarah apalagi untuk
membalas dendam. Pemberian hukuman pada anak jangan sampai menjadikan ia membenci
kebaikan dan menghindar dari orang- orang yang berbuat kebajikan. Memberi hukuman dalam
bentuk memukul, tentu ada batasan- batasannya.Seperti, dilarang memukul wajah, bagian tubuh
yang vital, dilarang memukul yang menimbulkan trauma (luka) fisik atau psikis, menimbulkan
bekas, seperti memar dan lebam, dan sebagainya. (http://www.Salafy. Or.id/Menanamkan-
kebiasaan-Berbuat-baik-pada-anak).
Sebagai Orang Tua pendidikan anak merupakan tanggung jawab yang besar yang harus di emban
oleh orang tua, khususnya pendidikan dalam bentuk bimbingan berprilaku baik. Berangkat dari
Rumusan Masalah, peneliti ingin mengetahui bentuk- bentuk bimbingan apa sajakah yang
dilakukan oleh orang tua yang ada di Rt 15/ Rw 04 Desa Babadan peneliti melakukan sejumlah
wawancara kepada orang tua.
Adapun hasil wawancara peneliti dengan sejumlah para orang tua di Rt 15/ Rw 04 adalah
sebagai berikut:
1. Bapak Muhamad, Menjawab pertanyaan peneliti ketika di tanya tentang bentuk bimbingan
yang dilakukannya terhadap anaknya yaitu mengajarkan tentang berprilaku baik, mengajarkan
membaca Al-Qur’an, melatih anak sejak dini dan memberikan pengawasan kepada anaknya,
menghukum anak jika malas meninggalkan shalat.
2. Bapak Rudi, memberikan jawabannya yaitu mengajarkan bacaan- bacaan shalat, menyuruh
anak untuk shalat dan berprilaku baik.
3. Bapak Siman, memberikan jawabannya yaitu mengajarkan bacaan- bacaan shalat, member
motivasi, menyuruh anak untuk berprilaku baik dan menghargai orang lain, menghukum jika
anak malas melaksanakan shalat, terkadang member imbalan atau hadia jika anak rajin dan
berprilaku baik, memberikan nasihat serta menanyakan kepada anak sudah shalat dan belajar
belum.
Dari keterangan di atas penlis menyimpulkan bahwa bentuk- bentuk bimbingan yang telah
dilaksanakan oleh sejumlah orang tua di Rt 15/ Rw 04 adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan bacaan- bacaan shalat di mulai sejak usia dini.
2. Memberikan motivasi.
3. Memberi hukuman jika anak malas melaksanakan shalat dan tidak berprilaku baik.
4. Mengontrol dan mengwasi anak dalam bergaul.
5. Memberinya nasehat jika anak mulai berani meninggalkan shalat dan berprilaku tidak baik.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentangorang tua dalam meluruskan tingkah laku anak(Studi kasus
dilingkungan Rt 15/Rw 04 Desa Babadan Kec. Sindang Kab. Indramayu),sebagai berikut.
1. Bagaimana PeranOrang Tua dalam Meluruskan Tingkah LakuAnak (studi kasus dilingkungan
Rt 15/Rw 04 Desa Babadan Kec. Sindang Kab. Indramayu)
Bagi para orang tua dalam meluruskan tingkah laku anak memang bukanlah mudah untuk
menciptakan anak- anak yang sholeh yang selalu berprilaku baik dan rajin, hal ini karena banyak
yang menjadi kendala para orang tua dan anak itu sendiri, berdasarkan hasil penelitian yang
penulis laksanakan di lingkungan Rt 15/ Rw 04 Desa Babadan Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu tahun 2014. Adapun untuk menjadikan anak- anak kita agar mau berprilaku baik
harus di tempuh dengan peran Orang tua itu sendiri yaitu dengan cara antara lain:
1. Teladan yang baik dari orang tua itu sendiri
Panutan atau teladan yang baik adalah guru terbaik bagi seorang anak yang masih berada dalam
fase proses kematangan jiwa dan akalnya. ia gampang sekali terpengaruh oleh took panutannya.
Karena itulah, seorang pendidik/ orang tua sedapat mungkin harus bisa menjadi seorang panutan
yang baik lahir dan batin.Ia wajib mengamalkan ilmunya, tindakannya tidak boleh mendustakan
ucapannya, dan lahiriahnya tidak boleh bertentangan dengan batinnya. Bahkan ia harus bisa
menjadi orang pertama yang melaksanakan apa yang di perintahnya. Dan menjadi orang pertama
yang meninggalkan apa yang di larangnya. Dengan demikian pengarahannya akan berguna, dan
petunjuknyapun akan berbuah.
Penulis telah mendapatkan hasil data yang penulis mewawancarai dari sejumlah orang tua yang
ada di Rt 15/Rw 04 pada paparan data di atas bahwa dapat di sinpulkan peran orang tua yang
harus di tempuh oleh para orang tua yang ada di Rt 15/ Rw 04 Desa Babadan yaitu dengan cara
teladan yang baik dari orang tua itu sendiri.
2. Memberi Motivasi
Pemberian motivasi kepada anak dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan atau
meningkatkan semangat belajar anak dan berprilaku baik, karena motivasi akan melahirkan
semangat anak untuk berbuat baik, adapun upaya untuk menumbuhkan semangat anak yaitu
dengan cara memberikan nasehat- nasehat yang baik, menceritakan tentang anak- anak yang
shaleh seperti contoh Zahra, adalah anak yang berasal dari Arab Saudi, anak ini afal beberapa
surah Al-Qur’an bersama makhroj hurufnya dengan sangat baik padahal usianya baru setengah
tahun, contoh lain adalah Muhammad Husain. Si kecil dari iran. Umurnya baru 5 tahun tapi
sudah menghafal Al- qur’an. Pada usia 7 tahun mendapatkn gelar doctor dari London University.
Dan masih banyak anak- anak yang lain.
Berdasarkan hasi penelitian yang penulis laksanakan di Rt 15/ Rw 04 Desa Babadan Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu tahun 2014 dapat di simpulkan bahwa peran orang tua yang ada
di Rt 15/ Rw 04 adalah orang tua harus memberikan motivasi kepada anak.
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dan berdasarkan deskripsi data yang penulis uraikanpada bab sebelumnya,
maka akhirnya penulis dapat memberikan suatu kesimpulan sebagaiberikut:
1. Peran Orang Tua Dalam Meluruskan Tingkah Laku Anak
Setelah melaksanakan penelitian melalui wawancara kepada sejumlah Orang Tua di Rt 15/ Rw
04 Desa Babadan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu tahun 2014, peneliti menyimpulkan
ada beberapa peran yang di lakukan orang tua dalam meluruskan tingkah laku anak di Rt 15/ Rw
04 Desa Babadan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu yaitu sebagai berikut:
• Menjadi contoh atau teladan yang baik.
• Berikan selalu motivasi- motivasi yang dapat menumbuhkan prilaku yang baik.
• Memberikan pengawasan atau mengontrol pergaulan anak.
• Memberikan fasilitas belajar dan saran prasarana pendidikan agama.
2. Kendala- kendala Orang Tua Dalam Meluruskan Tingkah Laku Anak.
Sejumlah Orang Tua di Rt 15/ Rw 04 Desa Babadan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
walaupun sudah berusaha untuk mendidik anak- anaknya berprilaku baik namun masih banyak
kendala- kendala yang dihadapinya. Kendala
tersebut bersumber dari orang tua itu sendiri atau bersumber dari faktor internal selain itu dari
anak itu sendiri atau dari faktor eksternal.
1. Faktor Internal
• Kesibukan Orang Tua dalam bekerja sehingga membuat anak kurang ada bimbingan dan
pengawasan.
• Masih minimnya pengetahuan agama mengenai cara- cara mendidik anak.
2. Faktor Eksternal
• Pergaulan teman yang tidak baik.
• Faktor malas.
• Media teknologi informasi dan komunikasi yang negative, seperti televise, internet, game
playstation.
Bentuk- bentuk bimbingan Orang Tua Dalam Meluruskan Tingkah Laku Anak
Setelah mengadakan penelitian, penulis menyimpulkan bahwa bentuk- bentuk bimbingan yang
harus di tempuh oleh Orang Tua adalah sebagai berikut:
a. Mengajari anak mengenai berprilaku baik dan sopan santun mulai sejak usia dini.
b. Memberikan hukuman yang membuat anak sadar diri untuk mau berprilaku baik dan
menghormati orang lain.
c. Memberikan pengarahan dan bimbingan terus menerus mengenai prilaku yang baik.
d. Selalu mengawasi dan mengontrol kegiatan anak.
B. SARAN-SARAN
Penulis memberikan beberapa saran penting yang di tunjukkan kepada semua pihak/ masyarakat
terutama kepada:
• Para Orang Tua.
Orang tua hendaknya lebih meningkatkan pendidikan, aktifitas ibadah serta intensitas bimbingan
kepada anak di banding dengan rutinitas bekerja. agar membimbing prilaku baik pada anak di Rt
15/ Rw 04 Desa Babadan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu tahun 2014 dapat optimal,
serta dapat mencetak generasi muda yang berakhlak dan taat menjalankan perintah agama.
Orang Tua hendaknya lebih menekankan kepada aspek kedisiplinan kepada anak sejak usia dini,
karena baik sedikit ataupun banyak, disiplin memiliki pengaruh yang signifikan dalam
membangkitkan semangat dan pembiasaan kepada diri anak untuk menumbuhkan prilaku yang
baik.
• Anak.
Bagi anak agar selalu mentaati apa- apa yang di perintahkan oleh orang tua agar menjadi anak
yang berbakti kepada kedu orang tuanya dan menjadi anak yang sholeh dan sholeha.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Muzdakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2006a) hlm 109.
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan (Jakarta : Gemawindu
Pancaperkasa, 2000).
Abdurrahman An Nahlawi. Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung : Rosdakarya, 1986).
Ahmad Juhaidi, MA. Pendidikan Islam Dalam Keluarga. (bandung, Pustaka Setia, 2010).
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Pembelajaran Pendidikan Islam (PAI) Berdasarkan pendekatan
Kontekstual (Jakarta: Rajawali Press, 2004).
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Taswuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010).
Drs. Anas Salahudin, M.Pd. Bimbingan dan Konsling (Bandung: Pustaka Setia, 2010).
Dr. Muhammad bin Abdullah As Sahim, 15 Kesalahan dalam Mendidik Anak (Yogyakarta :
Media Hidayah, 2002).
Hasan Langgulung. Asas- asas Pendidikan Islam.(Jakarta: Pustaka Al Husna,1988).
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, teladan Rasulullah (Bandung : Irsyad Baitus
Salam, 2005).
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003).
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Agama (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2002).
Prof. Dr. H. Kamrani Buseri, Pendidikan Keluarga dalam Islam dan gagasan implementasinya
(Yogyakarta: LKIS Printing Cemerlang, 2010).
Prof. Dr. H. Ramayulis, dkk, Ensiklopedi Toko Pendidikan Islam (Jakarta: Quantum Teaching,
2005).
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, PT Rosda Karya,
2007).
Prof. Dr. Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & B. (Bandung, Alfa Beta,
2011).
Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belajar (Jakarta : Rajawali Press Jakarta, 1990).
Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta, 2003).
Darajat Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2003) hlm 67.
Saad Readh, Mencetak Anak Jenius (Surakarta: Rahma Media Pustaka, 2009a) hlm 1.
Abdurrahman, Jamal, Cara Rasulullah Mendidik Anak. (Kediri: Azhar Risalah, 2010).
Al- Falih, Abdullah Ibnu Sa’d, Langkah Praktis Mendidik Anak sesui tahapan usia.(bandung:
Irsyad Baitus Salam, 2007).
Hamid, Abdul Khalik Hamid, Bimbinglah Anakmu ke Surga. (Surabaya: Risalah Gusti, 1993).
Haunan, Ummu, Surgamu ada di rumahmu.(Solo; Multazam, 2010).
Rofidoh, Siti, Membentuk anak Shaleh. (Jakarta: Wedi Press, 2007).
Utsman, Akram Misbah, Kiat Membentuk Anak Hebat.(Jakarta: Gema Insani Press, 2005) hlm
25.
Female Readers, Menjadi Orang Tua Teladan. (Jakarta: Gema Insani Press, Desember, 2005).
Abdurrahman, Hafidz, Membangun Kepribadian Pendidik Umat. (Ciputat: WADI Press, 2008).
http://jenemeks.blogspot.com/2014/11/pembentukan-kepribadian.html.
http://anak muslim.Wordpress.com/pendidikan-anak-dalam-islam/ (di akses pada tgl
07/11/2014).
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-orang-tua.html(di akses pada tgl
15/11/2014).
http://servoclinic.com/2011/06/06/peran-orang-tua-dalam-mendidik-anak/(di akses pada tgl
01/12/2014).