Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH ILMIAH

DAHSYATNYA SEDEKAH DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Dalam Memenuhi Salah Satu Syarat

Kelulusan Tingkat Tsanawi Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis

Disusun oleh :

HANI AZKIA (192005021)

TINGKAT TSANAWI

YAYASAN PONDOK PESANTREN

AL HASAN CIAMIS

2021/2022
MAKALAH ILMIAH

DAHSYATNYA SEDEKAH DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Dalam Memenuhi Salah Satu Syarat

Kelulusan Tingkat Tsanawi Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis

Disusun oleh :

HANI AZKIA (192005021)

TINGKAT TSANAWI

YAYASAN PONDOK PESANTREN

AL HASAN CIAMIS

2021/2022
PENGESAHAN

Makalah berjudul “DAHSYATNYA SEDEKAH DALAM KEHIDUPAN


MANUSIA” telah dipertanggungjawabkan di hadapan pembimbing dan penguji
pada tanggal …… April 2022. Makalah ini telah di terima sebagai salah satu syarat
kelukusan Tingkat Tsanawi Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis

Menyetujui dan Mengesahkan :

H. Sofi Ahmad Mustofa, S.Pd.i


Pembimbing Makalah

Asep Sunandar, S.Pd.


Rois ‘Am

H, Nizar Muhammad Fasya, S.Pd.i.,


M.Pd.
Kepala Bidang Pendidikan

Pengasuh

Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis,

KH. Muhammad Syarif Hidayat


MOTTO

‫زَن اِ َّن هّٰللا َ َم َعن َۚا‬


ْ ْ‫اَل تَح‬

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

(QS. At Taubah:40)

PERSEMBAHAN

Dengan bertabur rasa Bahagia dan syukur ke hadirat Allah SWT.,

Penulis persembahkan makalah teruntuk:

1. Ayahanda dan ibunda tercinta, Ananda ucapkan terima kasih yang


tiada terhingga atas jasa-jasa kalian berdua yang tidak mungkin
dapat terbalas oleh penulis;
2. Keluarga yang sangat penulis banggakan;
3. Rekan-rekan seperjuangan dan senantiasa mendukung penulis
selama mondok di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan berbagai nikmat kepada kita sekalian. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada baginda alam Nabi besar Muhammad SAW.
Akhirnya penyusun bisa menyelesaikan penyusunan makalah ilmiah dengan judul
“ DAHSYATNYA SEDEKAH DALAM KEHIDUPAN MANUSIA”, sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir makalah ilmiah untuk kelulusan
tingkat tsanawi.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan


yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Bapak KH. Muhammad Syarif Hidayat, selaku Pengasuh Pondok


Pesantren Al Hasan Ciamis yang telah memberikan bekal ilmu kepada
penyusun.
2. Yth. Dewan Pengasuh dan Dewan Guru Pondok Pesantren Al Hasan
Ciamis, yang telah memberikan imu-ilmunya kepada penyusun.
3. Yth. H. Sofi Ahmad Mustofa, selaku pembimbing penyusun makalah
ilmiah yang telah memberikan arahan dan bimbingannya kepada
penyusun.
4. Yth. Asep Sunandar, S. Pd. selaku Rois ‘ Am Pondok Pesantren Al
Hasan Ciamis yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama
penyusun makalah ilmiah ini di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis.
5. Teman-teman Angkatan 2021/2022 yang sama-sama berjihad melawan
hawa nafsu, sehingga akhirnya bisa menyelesikan Pendidikan selama 3
tahun di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis.
6. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu yang
telah memberikan bantuan moral maupun materi demi terselesaikannya
penyusunan makalah ilmiah ini.

Semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan kepada penyusun selama
menempuh Pendidikan di Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis dibalas oleh Allah
SWT, dengan balasan yang berlipat ganda.
Akhir kata “………”, mungkin itulah ungkapan yang dapat penyusun
ungkapkan yang dapat penyusun ungkapkan. Makalah ilmiah ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan, saran dan kritik sangat penyusun harapkan demi
perbaikan penyusunan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga makalah
ilmiah ini bermanfaat, khususnya kepada penyusun dan umumnya kepada yang
membutuhkan.

Ciamis, 29 Jumadil Ula 1443 H/


10 Januari 2022 M

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Allah Ta’ala berfirman,

٧ ‫ٰا ِمنُوْ ا بِاهّٰلل ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َواَ ْنفِقُوْ ا ِم َّما َج َعلَ ُك ْم ُّم ْست َْخلَفِيْنَ فِ ْي ۗ ِه فَالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم َواَ ْنفَقُوْ ا لَهُ ْم اَجْ ٌر َكبِ ْي ۚ ٌر‬

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah


sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid:
7)1
ٰ
ِ ‫الص……د َٰق‬
‫ت فَنِ ِع َّما ِه ۚ َي‬ َّ ‫ اِ ْن تُ ْبدُوا‬٢٧٠ ‫ار‬ ٍ ‫ص‬ َ ‫َو َمٓا اَ ْنفَ ْقتُ ْم ِّم ْن نَّفَقَ ٍة اَوْ نَ َذرْ تُ ْم ِّم ْن نَّ ْذ ٍر فَاِنَّ هّٰللا َ يَ ْعلَ ُمهٗ ۗ َو َما لِلظّلِ ِميْنَ ِم ْن اَ ْن‬
٢٧١ ‫َواِ ْن تُ ْخفُوْ هَا َوتُْؤ تُوْ هَا ْالفُقَ َر ۤا َء فَه َُو خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۗ َويُ َكفِّ ُ…ر َع ْن ُك ْم ِّم ْن َسي ِّٰاتِ ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ ِب َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ ِب ْي ٌر‬
“Infak apa pun yang kamu berikan atau nazar apa pun yang kamu
janjikan sesungguhnya Allah mengetahuinya. Bagi orang-orang zalim tidak
ada satu pun penolong (dari azab Allah). Jika kamu menampakkan
sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan
memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah
akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa
yang kamu kerjakan.”(QS. Al Baqarah : 270-271).2

Rasulullah SAW bersabda ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu


(dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah”. (HR Al-Baihaqi). Dalam
salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman: ”Hai anak Adam, infaklah
(nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu“.
(HR Muslim).

‫ار ِذى ْالقُرْ ٰبى‬ ‫هّٰللا‬


ِ ‫﴿۞ َوا ْعبُدُوا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا ِب ٖه َش ْيـًٔا َّو ِب ْال َوا ِل َدي ِْن ِاحْ َسانًا َّو ِب ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َج‬
٣٦ ‫َت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ اِنَّ هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخوْ رً ۙا‬
ْ ‫ب َواب ِْن ال َّسبِي ۙ ِْل َو َما َملَك‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ۢ ْن‬
ِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫َو ْال َج‬

1
QS. Al Hadiid: 7
2
QS. Al Baqarah : 270-271
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib
kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan
tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu
miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi
sangat membanggakan diri.”(QS. An-Nisa : 36).

Rasulullah SAW bersabda ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu


(dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah”. (HR Al-Baihaqi). Dalam
salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman: ”Hai anak Adam, infaklah
(nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu“.
(HR Muslim).

Sedekah di waktu subuh memiliki banyak manfaat, salah satunya


terdapat dalam hadits berikut: "Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu
sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidak ada satu subuh-
pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua
malaikat.

Nabi Muhammas SAW bersabda : "Sedekah siri (secara rahasia)


memadamkan murka Allah dan sedekah secara terang-terangan
merupakan perisai dari neraka”. ‫ص َدقَةُ تَ ُس ُّد َسب ِْع ْينَ بَابًا‬
َّ ‫ {ال‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
}‫الس …و ِء‬
ُّ َ‫ ِمن‬. Nabi SAWbersabda : "Sedekah itu bisa menutup 70 pintu
keburukan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sedekah?
2. Apa keutamaan bersedekah?
3. Apa perbedaan sedekah, infak, zakat, dan hadiah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk
mengetahui, mendeskripsi, menganalisis, dan memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang dahsyatnya sedekah dalam
kehidupan sehari-hari manusia:
1. Untuk mengetahui pengertian dari bersedekah?
2. Untuk mengetahui keutamaan dari bersedekah?
3. Untuk mengetahui perbedaan dari bersedekah, infaq, zakat, dan
hadiah?
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN : terdiri dari latar belakang makalah,
rumusan makalah, tujuan makalah,
sistematika penulisan dan tinjauan
pustaka.
BAB II PEMBAHASAN : terdiri dari pengertian bersedekah,
keutamaan bersedekah, perbedaan
sedekah, infaq, zakat dan hadiah.
BAB III PENUTUP : terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SEDEKAH
Sedekah berasal dari Bahasa Arab yaitu ‘ash-shadaqoh yang berarti suci
dan berkah. Sedekah merupakan suatu pemberian tanpa disertai adanya
imbalan, yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara
spontan dan sukarela, tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu karena
mengharapkan Ridho-Nya.3

Kata sedekah di dalam bahasa Arab kemungkinan besar diserap dari


bahasa ibrani yaitu zedaka yang dimaknai sebagai keadilan dan kebajikan.
Praktik sedekah ini, sebelum datangnya agama-agama samawi seperti Islam,
Yahudi, dan Kristen, lazimnya merujuk kepada praktik persembahan kepada
dewa agar mendapatkan balasan yang setimpal dengan pengorbanan yang
telah diberikan (Mauss, 1966).

Masyarakat Arab di kota Mekah sebelum kedatangan Islam dikenal


sebagai masyarakat yang senang melakukan berbagai tindakan
kedermawanan. Mereka, kaum Quraisyh, memiliki reputasi karena
keramahannya yang senantiasa ditunjukkan terutama pada musim-musim haji.
Mereka adalah masyarakat yang piawai dalam memuliakan para tamu dari
berbagai penjuru jazirah Arab yang datang ke Mekah baik untuk mengunjungi
Ka’bah atau dalam perjalanan dagang.

Di kalangan para pembesar kabilah, mereka saling berlomba untuk


menunjukkan keramah tamahan mereka. Unta, selain berfungsi sebagai
kendaraan atau alat transportasi, juga menjadi simbol kekayaan dan
kemakmuran di mana hewan ini sering menjadi menu utama untuk menjamu
para tamu. Seorang pemimpin kabilah, sebagai contoh, mengumpulkan klan
mereka untuk berpesta dengan jamuan daging unta. Melihat hal ini, pemimpin
kabilah lain akan menyainginya, dengan menyembelih unta lalu dagingnya
didistribusikan kepada kaumnya.

3
https://bdkpalembang.kemenag.go.id/upload/files/untuk%20Website%20%28Mukmin%29.pdf,
tanggal 5 Mei 2022. Pukul 22:57 WIB.
Persaingan seperti ini terus berlanjut sehingga terdapat banyak unta yang
disembelih hanya untuk menunjukkan kemurahan hati dan kebesaran sang
pemimpin tersebut, meskipun daging unta yang tersedia melebihi daya
konsumsi penduduk yang ada. Pemimpin kabilah yang kehabisan untanya atau
menyerah dalam persaingan ini akan menanggung rasa malu. Praktik ini
disebut dengan beragam istilah yang sering disebutkan dalam perlombaan
syair masyarakat Mekah seperti tafakhur dan mufakhara (Bonner, 2003).

Salah satu pemimpin kabilah yang melegenda karena sifat


kedermawanannya pada masa jahiliyah ini adalah Hatim Al-Tha’i. Hatim sang
dermawan ini, di beberapa negara seperti India dan Iran, kemasyhurannya
hampir sama dengan Aladdin, Sinbad atau Abu Nuwas. Namanya juga tertulis
dalam salah satu bagian dari kisah Seribu Satu Malam.

suatu hari, kafilah dagang yang dipimpin oleh Al-Hakam bin Abi al-Ash
dalam perjalanannya dari Hijaz menuju Hira melewati perkampungan Tha’i
dan meminta perlindungan dari Hatim. Hatim pun menyetujuinya dan
memberikan jamuan sebagai bentuk keramahtamahannya dengan
menyembelih beberapa ekor unta. Hatim menyuruh seluruh kaumnya untuk
memberikan perlindungan kepada Al-Hakam dan kemudian menantang Banu
Lam, salah satu keturunan dari Bani Tha’i. Keduanya pun bersepakat untuk
bersaing dalam memberikan jamuan yang akan diselenggarakan di pasar Hira.
Pihak Banu Lam mengerahkan seluruh sumber daya untuk menjawab
tantangan ini. Hatim mengajak kemenakan-kemenakannya dan sekutunya
sehingga Banu Lam pun dengan terpaksa harus mengakui kekalahan mereka
sebelum kompetisi perjamuan itu dimulai (Bonner, 2003). Dengan pengakuan
tersebut, maka keunggulan atau harga diri Hatim sebagai pemimpin kabilah
tetap terjaga sekaligus menjadi kabar baik bagi unta-unta lokal karena tidak
akan terjadi penyembelihan yang lebih banyak untuk persaingan ini.

Demikianlah kira-kira praktik kedermawanan di era jahiliyah. Di satu sisi


berhubungan dengan pengorbanan sekaligus berkaitan dengan masalah
kepemimpinan. Dalam konteks yang lebih luas, kondisi ini menggambarkan
bagaimana bobroknya solidaritas sosial masyarakat Mekah. Mereka
terkungkung oleh fanatik buta terhadap suku masing-masing dan persaingan
yang tidak sehat antar pemimpin kabilah dalam hal kekayaan dan
kedermawanan sehingga mengikis rasa kepedulian sosial. Lebih lanjut,
meskipun daging unta itu didistribusikan kepada para budak dan sekutu
mereka, hal itu tidak dilandasi oleh semangat tolong-menolong melainkan
dalam rangka melanggengkan status quo hubungan majikan-budak di antara
mereka.

Kedermawanan pada masa Jahiliyah adalah simbol kesuksesan dan


kebesaran. Setiap orang berusaha untuk mencapai posisi sebagaimana yang
telah dicapai oleh Hatim al-Tha’i dan pemimpin kabilah lainnya. Untuk
dihormati masyarakat di seluruh jazirah Arab, bahkan mungkin lebih luas lagi,
seseorang mesti bermurah hati, memiliki keberanian, tepat janji, baik untuk
persekutuan, perlindungan, jaminan maupun untuk tujuan lainnya. Dipuji
karena berbagai kebaikan dalam hidup ini dan setelah mati, bagi mereka,
adalah kehormatan dan keabadian yang memberikan makna hidup.

Itulah yang mereka cari sebagai ideal kehidupan ini. Bukan pahala di sisi
Tuhan. Inilah yang menutup jiwa mereka dari seruan Muhammad di kemudian
hari yang mengajarkan tentang kefanaan hidup duniawi beserta kesuksesan
hidup yang mereka idam-idamkan.

Kedermawanan pada Masa Islam

Dengan gambaran di atas, kita melihat bagaimana ajaran Islam tentang


kedermawanan tidak hadir dari ruang kosong. Nabi Muhammad diutus untuk
mempertahankan tradisi bersedekah yang dianggap baik, sembari
meluruskannya berdasarkan semangat ketauhidan. Jika pada masa jahiliyah
kedermawaan digunakan sebagai ajang untuk menunjukkan keunggulan
pribadi di tengah kaumnya, Islam menggantinya dengan semangat tauhid di
mana kedermawanan menjadi salah satu ibadah yang penting, bahkan inti dari
ajaran Islam.

Sejumlah ayat Alquran menekankan tindakan kedermawanan dalam


berbagai bentuk mulai dari zakat, infak, sedekah, dan wakaf (QS. Al-Taubah:
34 dan 71; Q.S. Al-Baqarah: 2-3 dan 272; Q.S. Ali-Imran: 180).Zakat,
misalnya, selain bertujuan untuk membersihkan harta benda, juga menjadi
jembatan untuk membangun kesetaraan antara yang punya dan kaum papa.
Jonathan Benthall (1999), seorang antropolog dari Inggris, menyebutnya
sebagai “financial worship”, yaitu ibadah dalam bentuk harta benda yang
salah satunya bertujuan untuk membangun solidaritas sosial, mengentas
kemiskinan, dan menjaga keteraturan sosial. 4

Beragam bentuk praktik kedermawanan di dalam Islam mengandung dua


sisi yang saling terkait: membersihkan jiwa dan harta dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah dan menebarkan kasih sayang kepada sesama
dan membangun masyarakat berbasis semangat kesetaraan dan keadilan
sosial.

Islam menganjurkan umatnya untuk saling berbagi, baik kepada keluarga,


kerabat, atau orang-orang yang membutuhkan seperti fakir miskin.

Secara umum, sedekah merupakan amalan yang hukumnya sunnah,


padahal dalam situasi dan kondisi tertentu amalan sedekah ter bagi menjadi 4
bagian, diantaranya sebagai berikut.

1. Hukumnya wajib, apabila kita melihat atau bertemu dengan orang


yang benar-benar membutuhkan. Misalnya, seorang fakir miskin yang
sedang kelaparan dan apabila kita tidak menolongnya orang tersebut
akan sakit bahkan meninggal. Maka dalam situasi tersebut sedekah
hukumnya wajib.
2. Hukumnya sunnah, kapanpun dan dimanapun islam sangat
menganjurkan umatnya untuk saling berbagi kepada sesama, baik
dalam keadaan susah maupun lapang.
3. Hukumnya makruh, apabila barang yang kita sedekahkan tidak
bermanfaat atau tidak bisa di manfaatkan dan buruk bagi orang lain.
4. Hukumnya haram, apabila harta yang kita sedekahkan itu digunakan
untuk berbuat maksiat, melakukan kejahatan, atau hasil mencuri.

Dalam islam, sedekah lebih luas dari zakat maupun infaq. Karena sedekah
tidak hanya berkaitan dengan materil, namun sedekah juga mencakup segala
4
https://islami.co/sejarah-sedekah-dari-era-jahiliyah-sebagian-muslim-mungkin-enggak-
tahu/ tanggal 8 Mei 2022, Pukul 20:54 WIB.
amal atau perbuatan yang baik. Sedekah merupakan tradisi amal serta menjadi
sumber keharusan moral dalam ideologi termasuk dalam agama islam.
Sedekah merupakan bukti iman dan ketaatan manusia kepada Allah SWT.
Karena merupakan panggilan hati untuk melakukannya dengan ikhlas tanpa
adanya paksaan dan dapat menyenangkan hati orang lain. Karena tidak terikat
dengan aturan dan waktu, sedekah bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.

Rasulullah SAW. Bersabda :


“Kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu adalah
sedekah bagimu.” (HR. Bukhari).

Walaupun memiliki tujuan yang sama, sedekah terbagi menjadi 3 bagian


diantaranya, sebagai berikut.

1. Sedekah Materi
Sedekah materi adalah sesuatu yang memiliki wujud yang kita
bagikan kepada orang lain. Contohnya seperti memberi uang, makanan,
minuman, atau takjil berbuka puasa kepada orang-orang yang
menunaikannya. Sedekah ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Seperti dalam sebuah hadits dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata
bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
“Siapa yang memberi makan berbuka puasa orang yang berpuasa, maka
baginya pahala seperti orang itu tanpa mengurangi pahala orang yang
berpuasa sama sekali.” (HR. At Tirmidzi).

2. Sedekah Non- Materi


Sedekah non-materi sangatlah mudah, bisa berupa tenaga, pikiran,
nasehat, atau hanya sekedar tersenyum dengan tulus kepada orang lain.
Salah satu hadits menjelaskan, dari Abi Dzar berkata bahwa Rasulullah
SAW. Bersabda:
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, perintahmu kepada
berbuat baik dan mencegah kemungkaran adalah sedekah, petunjukmu
kepada seseorang yang tersesat adalah sedekah, menuntunmu kepada orang
yang kabur penglihatannya adalah sedekah, kamu menyingkirkan batu,
duri, tulang dari jalan (yang dapat membahayakan pengguna jalan) adalah
sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu
adalah sedekah.” (HR. At Tirmidzi).

3. Sedekah Jariyah
Keutamaan sedekah ini adalah pahalanya terus mengalir meskipun
orang yang bersedekah sudah meninggal, karena barang yang
disedekahkan masih bisa dimanfaatkan. Contohnya seperti, memberikan
hartanya untuk membangun masjid, membangun pesantren, pengembangan
ilmu, atau membangun fasilitas umum.

Dari Abu Hurairah RA berkata. Bahwasannya Rasululah SAW. Bersabda:


“ Jika manusia meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali 3 perkara,
yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang
mendoakannya.” (HR. At Tirmidzi).

Adapun rukun dan syaratnya mencakup 4 hal sebagai berikut.

1. Orang yang bisa memberi


Bentuk sedekah yang anda berikan kepada orang lain bisa berbagai
macam baik dana, bantuan pangan dan lain-lain. Syarat memberi
sedekah adalah orang yang memberi orang yang memiliki benda
tersebut, dan bisa memberikannya kepada orang lain.

2. Orang yang diberi


Syarat sedekah adalah orang yang diberi dengan ketentuan berhak
memiliki benda tersebut. Orang yang berhak menerima sedekah adalah
orang-orang yang memang memiliki keterbatasan kemampuan baik
finansial atau faktor yang lain seperti fakir miskin atau dhuafa.
Sedekah tidak sah apabila memberikan suatu barang kepada bayi yang
masih dalam kandungan.

3. Adanya ijab qabul


Ijab bermakna pernyataan dari orang yang memberikan barang
tersebut, sedangkan qabul adalah pernyataan penerimaan pada barang
yang diberikan oleh orang yang memberi.
4. Barang yang diberi
Rukun sedekah yang dimaksud pada barang tertentu adalah jenis
benda yang bisa dijual. Sedekah yang lebih utama berbeda dengan
hadiah yang memiliki kelebihan dibandingkan kaum yang lebih
membutuhkan. Ada beberapa hal yang menyebabkan sedekah tidak sah
apabila orang yang memberi termasuk kedalam kategori orang gila,
anak-anak, atau orang yang tidak sehat rohani.

B. KEUTAMAAN DAN MANFAAT BERSEDEKAH


Sedekah memiliki keutamaan dan pahala yang besar di dunia dan di
akhirat. Terdapat banyak keutamaan-keutamaan dalam bersedekah.
Dalam ayat di bawah ini Allah SWT. Memuji orang yang gemar untuk
bersedekah. Bahkan Allah SWT. Memuji secara khusus dengan mengatakan
ٰ ‫ت َواَ ْق َرضُوا هّٰللا َ قَرْ ضً ا َح َسنًا ي‬
ِ ‫ُّض َعفُ لَهُ ْم َولَهُ ْم اَجْ ٌر ك‬
١٨ ‫َر ْي ٌم‬ ِ ‫صد ِّٰق‬
َّ ‫ص ِّدقِيْنَ َو ْال ُم‬
َّ ‫اِنَّ ْال ُم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun
perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan
dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran
yang sangat mulia (surga).” (QS. Al-Hadid : 18).

Ini menunjukkan bahwa bukan hanya laki-laki yang dianjurkan untuk


bersedekah, akan tetapi wanita juga dianjurkan bersedekah, karena Allah SWT.
memuji dalam ayat ini secara langsung baik kepada laki-laki maupun perempuan.
Maka hendaknya para wanita juga bersedekah, terlebih lagi jika wanita-wanita
tersebut diizinkan oleh suami-suami mereka untuk bersedekah, karena betapa
banyaknya seorang suami pelit disebabkan karena istrinya, dimana istrinya
mengajarkan untuk tidak dermawan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sebaliknya betapa banyaknya suami menjadi dermawan karena motivasi istrinya.

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah dengan menginfakkan


sebagian hartanya, baik laki-laki maupun perempuan dan mereka dengan ikhlas
meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka niscaya akan
dilipatgandakan balasan kebaikan bagi mereka dan mereka akan mendapat pahala
yang mulia di sisi-Nya. Dan orang-orang yang beriman dengan mantap kepada
Allah dan Rasul-Nya, serta tidak meragukan janji-Nya, mereka itu orang-orang
yang tulus hati dan pecinta kebenaran, dan mereka menjadi saksi-saksi di sisi
Tuhan mereka. Karena keimanan dan kebaikan itu mereka berhak mendapat pahala
dan cahaya dari sisi Allah. Tetapi, orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-
ayat Kami serta mengingkari ajaran-ajaran Kami, mereka itu penghuni-penghuni
neraka. Mereka kekal di dalamnya. Akibat perbuatannya itulah Allah akan
membalas penghinaan mereka di dunia dengan tersingkapnya kebusukan hatinya,
dan mereka akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak.

Didalam surat An-Nissa Allah berfirman :


‫هّٰللا‬
ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
‫ب‬ ِ …‫ار ِذى ْالقُ……رْ ٰبى َو ْال َج‬
ِ …‫َوا ْعبُدُوا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا ِب ٖه َش ْيـًٔا َّو ِب ْال َوا ِل َدي ِْن اِحْ َس…انًا َّو ِب… ِذى ْالقُ……رْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس… ِكي ِْن َو ْال َج‬
٣٦ ‫َت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ اِنَّ هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخوْ رً ۙا‬ ْ ‫ب َواب ِْن ال َّسبِي ۙ ِْل َو َما َملَك‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ۢ ْن‬
ِ ‫َّاح‬ ِ ‫َوالص‬

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak
ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat,
ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.(QS An-Nisa : 36)

Ayat ini menjelaskan tentang perintah untuk berbuat baik dengan sungguh-
sungguh kepada kedua orang tua, juga kepada karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh walaupun tetangga itu
nonmuslim, teman sejawat, ibnu sabil, yakni orang dalam perjalanan bukan
maksiat yang kehabisan bekal, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh,
Allah tidak menyukai dan tidak melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada
orang yang sombong dan membanggakan diri di hadapan orang lain.

Melalui ayat tersebut, Allah memerintahkan kepada umat yang beriman


agar hanya beribadah/menghamba kepada Allah dan jangan sekali-kali
menyekutukan-Nya. Kemudian dilanjut dengan perintah untuk mempersembahkan
kebaikan yang sempurna.

Quraish Shihab mengurutkan tentang siapa saja yang dijadikan objek


kebaikan yang tercantum dalam ayat tersebut. Yakni kedua orang tua, kerabat
dekat, anak yatim (mereka yang ayahnya meninggal sedang ia belum dewasa),
orang miskin, tetangga (baik dekat maupun jauh), teman sejawat (baik dalam suatu
perjalanan atau dalam keseharian), ibn Sabil (anak-anak jalanan dan orang yang
habis bekalnya saat dalam perjalanan). Dan, hamba sahaya (baik laki maupun
perempuan). (Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 2:256) 5

5
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 2:256
Keutamaan dan Manfaat dari sedekah juga di sebutkan dalam hadist Nabi. SAW

1. Mencegah Kematian Buruk Orang yang suka bersedekah akan dilindungi


oleh Allah SWT dari kematian yang buruk. Hal ini sesuai sabda
ُّ َ‫{الص… َدقَةُ تَ ْمنَ… ُع ِميتَ…ة‬
Rasulullah SAW: }‫الس…و ِء‬ َّ :‫قال النبي ص…لى هللا علي…ه وس…لم‬. Nabi
Muhammad SAW bersabda : "Sedekah itu bisa mencegah kematian
buruk".

2. Peredam Murka Allah Bersedekah selain mendatangkan pahala berlipat,


juga menghindari murka Allah. ‫طفِى ُء‬ ْ ُ‫الس…رِّ ت‬
ِّ ُ‫{ص… َدقَة‬
َ :‫وق……ال ص……لى هللا علي……ه وس……لم‬
}‫ص… َدقَةُ ال َعالَنِيَ… ِة ُجنَّةٌ ِمنَ النَّار‬
َ ‫ب ال…رَّبِّ َو‬
َ ‫َض‬
َ ‫غ‬. Nabi Muhammas SAW bersabda :
"Sedekah sirri (secara rahasia) memadamkan murka Allah dan sedekah
secara terang-terangan merupakan perisai dari neraka”.

3. 70 Pintu Keburukan Ditutup َ‫ص َدقَةُ تَ ُس ُّد َس… ْب ِع ْينَ بَابً…ا ِمن‬
َّ ‫ {ال‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
}‫الس……و ِء‬.
ُّ Nabi SAWbersabda : "Sedekah itu bisa menutup 70 pintu
keburukan”.

4. Didoakan Malaikat ‫ال َما ِم ْن‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


َ ‫ي‬ َّ ِ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َأ َّن النَّب‬
ِ ‫ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ َر‬
ِ …‫َان يَ ْن ِزاَل ِن فَيَقُو ُل َأ َح ُدهُ َما اللَّهُ َّم َأ ْع ِط ُم ْنفِقًا َخلَفًا َويَقُو ُل اآْل خَ ُر اللَّهُ َّم َأ ْع‬
‫…ط‬ ِ ‫يَوْ ٍم يُصْ بِ ُح ْال ِعبَا ُد فِي ِه ِإاَّل َملَك‬
‫ ُم ْم ِس…………… ًكا تَلَفًا‬Dari Abu Hurairah radliallahu anhu bahwa Nabi
Shallallahualaihiwasallam bersabda: "Tidak ada suatu hari pun ketika
seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua
malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; "Ya Allah berikanlah
pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang
satunya lagi berkata; "Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan)
kepada orang yang menahan hartanya (bakhil) ". (HR. Bukhari) [No.
1442 Fathul Bari] Shahih.

5. Menolak Bala Orang yang suka bersedekah hidupnya insyaallah akan


dijauhkan dari marabahaya dan dipanjangkan umurnya dalam artian
hidupnya dipenuhi keberkahan. ‫ص َدقَةُ تَ ُر ُّد البَالَء َوتُطَ ِّو ُل‬
َّ ‫ {ال‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
}‫ال ُع ْم َر‬. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sedekah itu menolak bala dan
memanjangkan umur”.

C. Perbedaan antara bersedekah, infaq, zakat, dan hadiah


Di dalam bermuamalah dan beramal soleh, seorang muslim
sudah tidak asing lagi dengan istilah zakat, infak, dan sedekah.
Ketiganya ini banyak sekali ditemukan di lembaga-lembaga
penyalur maupun di masjid-masjid yang menampungnya.
Ketiganya mempunyai kesamaan yakni suatu kegiatan amal untuk
memberikan bantuan berupa harta yang kita miliki kepada pihak-
pihak yang sedang membutuhkan bantuan. 

Namun ternyata kebanyakan dari kita justru tidak begitu


paham bahwa ada perbedaan dari sedekah, zakat, infaq, dan hadiah.
secara makna yang mendasar dari ketiga istilah tersebut adalah
Perbedaan zakat dan infak serta sedekah yang mendasar terletak
pada sifat hukumnya. Dari berbagai sumber hadis dijelaskan
adanya perbedaan sedekah, zakat, infaq, dan hadiah yang begitu
mendasar. Berikut perbedaan sedekah, zakat, infaq, dan hadiah.

1. Sedekah

Sedekah menurut bahasa berasal dari kata shidqoh yang


berarti benar. Para ulama menyebutkan orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Jadi
sedekah adalah cara seseorang mewujudkan dan mencerminkan
keimanannya. 

Secara terminologi, sedekah berarti pemberian sukarela


kepada orang lain (terutama kepada orang-orang yang lebih
membutuhkan, yang tidak ditentukan jenis, jumlah maupun
waktunya.  Sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat
material saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi
orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk
menyenangkan orang lain termasuk kategori sedekah. Hukum dari
sedekah adalah sunnah, yaitu amalan yang jika dilakukan akan
mendapatkan pahala dan tidak dikerjakan tidak akan mendapatkan
dosa. Ada beberapa hadis yang menganjurkan tentang sedekah, di
antaranya:

A. Sedekah sebagai amal yang tak terputus meski seseorang sudah


meninggal dunia

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya


kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau doa anak yang salih” (HR. Muslim No. 1631)

B. Tidak akan habis harta kita dengan bersedekah

“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba


yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.”
(HR. Muslim, No. 2588). 

2. Zakat

Zakat menurut bahasa artinya membersihkan atau menyucikan


diri. Sedangkan menurut istilah adalah sebagian harta yang
dimiliki wajib diserahkan kepada orang-orang tertentu, seperti
fakir miskin, orang yang terlilit hutang, orang yang sedang dalam
perjalanan, amil zakat atau pengurus zakat, orang yang sedang
berjihad di jalan Allah, dan memerdekakan budak. Seperti yang
telah dijelaskan di atas, hukum dari zakat adalah wajib (fardhu
ain), yaitu suatu kewajiban bagi setiap orang untuk
melaksanakan perintah Allah SWT. sesuai ketentuan syariat
islam.

Perintah zakat di dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 44 kali


oleh Allah. dalam Al-Qur’an. Berikut ini beberapa perintah
zakat

merupakan ibadah wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah


memenuhi syarat.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. At-Taubah ayat 103).

“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu


memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan
Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah
memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat,
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujaadilah ayat 13).

“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan


orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah
diturunkan kepadamu (Al-Qur’an), dan apa yang telah diturunkan
sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan
zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-
orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang
besar.” (QS. An-Nisaa’ ayat 162).

Zakat sendiri ada dua macam jenisnya, yakni zakat fitrah dan zakat
mal. Zakat Fitrah wajib dibayarkan oleh setiap muslim senilai 3,5
liter atau 2,5 kilogram bahan makanan pokok pada bulan suci
Ramadan.

Kemudian ada zakat mal, yang berarti zakat harta. Zakat ini


dikeluarkan oleh seorang muslim jika harta yang diperoleh dari
profesi, atau usahanya yang telah mencapai nisab dan haul. Jika
harta yang tersimpan dari hasil profesi atau usahanya mengendap
selama 1 tahun telah mencapai nisab setara harga emas 85 gram
maka ia sudah wajib untuk membayar zakat mal. Nisab dalam
konteks perhitungan zakat adalah jumlah batasan harta atau
kepemilikan seorang muslim selama satu tahun untuk dikenai
ketentuan wajib mengeluarkan zakat. Jika harta tersebut belum
mencapai batasannya atau belum mencapai nisab, maka statusnya
belum wajib dizakati. Sementara haul adalah sumber kepimilikan
harta selama satu tahun

Besaran zakat adalah 2,5 persen. Misalnya, hitungannya harga emas


saat ini per gramnya adalah Rp 1 juta, dikalikan 85 gram menjadi Rp
85 juta. 

Contohnya, seseorang yang bergaji Rp 10 juta per bulan selama


setahun maka nilainya mencapai Rp 120 juta. Angka ini sudah
melebihi harga 85 gram emas yang sudah disebutkan sebelumnya.
Maka, jumlah zakat yang harus dibayarkan adalah Rp 120 juta x 2,5
persen = Rp 3 juta.

3. Infak

Secara bahasa infak berasal dari kata anfaqa yang artinya


mengeluarkan atau membelanjakan harta. Secara istilah syariah,
infak berarti mengeluarkan sebagian harta atau penghasilan untuk
kepentingan yang diperintahkan Islam. Seperti misalnya membantu
menyumbang kepada anak yatim piatu, fakir, miskin, menyumbang
untuk operasional masjid atau menolong orang yang terkena
musibah bencana. 

Hukum dari infak adalah wajib atau fardhu khifayah, yaitu suatu


kewajiban bagi sekelompok orang untuk melaksanakan perintah
Allah SWT sesuai ketentuan syariat. Namun bila sudah dilaksanakan
oleh seseorang atau beberapa orang maka kewajiban ini gugur.  

Misalnya mengisi uang ke kotak amal untuk operasional dan


perawatan masjid adalah infak. Sebab bila tidak ada yang menyumbang
maka kegiatan masjid tidak jalan, dan hal itu menjadi tanggung jawab
masyarakat sekitar masjid, semuanya berdosa.

Jika zakat ada nisabnya, infak tidak mengenal nisab. Allah memberi
kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan waktu dan besaran
harta yang dikeluarkannya sebagai cerminan kadar keimanan seseorang.
Dalam Al-Qur’an perintah infak ditujukan kepada setiap orang yang
bertakwa, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di
saat lapang maupun sempit. 

Di dalam beberapa hadis disebutkan, infak merupakan kunci rezeki


dari Allah SWT. Jika seseorang memberikan infak maka Allah akan
menggantinya dengan rezeki yang tidak pernah diduga-duga. Seperti
hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah RA. 

“Tidaklah para hamba berada di pagi hari kecuali di dalamnya


terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdoa, ‘Ya Allah,
berikanlah kepada orang yang berinfak ganti (dari apa yang ia
infakkan)’. Sedang yang lain berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kepada
orang yang menahan (hartanya) kebinasaan (hartanya).”

Sedekah menurut bahasa berasal dari kata shidqoh yang berarti benar.


Para ulama menyebutkan orang yang suka bersedekah adalah orang
yang benar pengakuan imannya. Jadi sedekah adalah cara seseorang
mewujudkan dan mencerminkan keimanannya. 

Secara terminologi, sedekah berarti pemberian sukarela kepada orang


lain (terutama kepada orang-orang yang lebih membutuhkan, yang tidak
ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya.  Sedekah tidak terbatas
pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa
yang bermanfaat bagi orang lain. 

Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan


orang lain termasuk kategori sedekah. Hukum dari sedekah adalah
sunnah, yaitu amalan yang jika dilakukan akan mendapatkan pahala
dan tidak dikerjakan tidak akan mendapatkan dosa. 

Ada beberapa hadis yang menganjurkan tentang sedekah, di


antaranya:

A. Sedekah sebagai amal yang tak terputus meski seseorang sudah


meninggal dunia

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya


kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau doa anak yang salih” (HR. Muslim No. 1631)

B. Tidak akan habis harta kita dengan bersedekah

“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba


yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.”
(HR. Muslim, No. 2588). 

Dari penjelasan di atas kini kamu sudah mengetahui bagaimana


perbedaan sedekah, zakat, infak, dan hadiah. Semuanya memberikan
manfaat untuk orang lain. Selain itu, dari beberapa sumber Al-
Qur’an dan hadis yang disebutkan di atas, jumlah harta yang kita
miliki tidak akan berkurang sedikit pun hanya karena ikut
bersedekah, atau menginfakkan dan menunaikan zakatnya. 

Zakat merupakan amalan yang termasuk dalam rukun Islam


sebagai salah satu ibadah wajib umat muslim. Secara umum, zakat
merupakan besaran harta tertentu yang dikeluarkan umat Muslim
kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Perintah untuk berzakat disebutkan lebih dari 30 kali dalam Al


Quran, salah satunya tercantum dalam Alquran surat Al-Baqarah
ayat 43.

“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta


orang-orang yang rukuk.” [QS. Al Baqarah: 43].
Secara garis besar zakat terbagi menjadi dua, yakni zakat jiwa
(fitrah) dan zakat harta (mal). Zakat fitrah wajib dikeluarkan setiap
Muslim di bulan Ramadhan atau sebelum melaksanakan sholat Id di
hari Raya Idul Fitri.

Ketentuan zakat fitrah di Indonesia ditetapkan 2,5 kilogram beras


atau makanan pokok di sekitar wilayah tempat tinggal. Sementara
pembayaran zakat mal berbeda-beda menurut sifat harta dan besar
penghasilan yang bersangkutan.

Berbeda dari infak, sedekah lebih mencakup segala macam bantuan dari


seseorang kepada orang lainnya dengan harapan mencari pahala dari Allah
SWT. Bentuk pemberiannya pun bebas, waktu dan jumlahnya juga bebas
sesuai keinginan pemberinya.

Istilah sedekah sering digunakan untuk menyebut segala jenis


kebaikan sebab ada hadis Nabi yang artinya:

“Segala kebaikan adalah sedekah.” (HR. Bukhari).

Bahkan hal kecil seperti senyuman yang tulus, menyingkirkan duri


dari jalan, membaca tasbih atau wirit lainnya dan segala bentuk
kebaikan lain secara agama bisa disebut sebagai sedekah.

Hadiah adalah pemberian kepada orang lain yang sangat umum dan
sering dialami oleh setiap manusia. Istilah hadiah dapat juga
dikembangkan untuk menjelaskan apa saja yang membuat orang lain
merasa lebih bahagia atau berkurang kesedihannya. Terutama
sebagai kebaikan, termasuk memaafkan (walaupun orang lain yang
diberi tidak baik). 

Rasulullah SAW  mengartikan makna hadiah dalam kehidupan


masyarakat melalui sabdanya:

“Hendaknya kalian saling memberi hadiah niscaya kalian saling


cinta mencintai.” (HR. Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad).

Dalam hubungan manusia, tindakan pertukaran hadiah berperan


dalam meningkatkan kedekatan sosial.

1. Sedekah menghapus kesalahan dan menangkal


kepedihan sakarotul maut
Salah satu harapan umat muslim adalah mendapat kematian
yang khusnul khatimah. Salah satu cara untuk mendapatkannya
dengan bersedekah. Nabi Muhammad SAW menuntun hambanya
untuk memperbanyak dan merutinkan amalan sedekah.
Rasulullah SAW bersabda: “Sedekah meredakan kemarahan Allah
dan menangkal (mengurangi) kepedihan sakaratul maut.” (dalam buku Fiqh
Sunnah karangan Sayyid Sabiq)

2. Bersedekah membuka pintu rezeki

Salah satu cara membuka rezeki adalah dengan berbagi. Semakin banyak
Anda berbagi, maka semakin banyak yang menyayangi. Rasulullah SAW
bersabda “ Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan
mengeluarkan sedekah”. (HR Al-Baihaqi).

Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman: “Hai anak Adam, infaklah
(nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu”.(HR
Muslim).

3. Sedekah menjadikan rezeki berlipat ganda

Dengan banyak bersedekah, Allah SWT akan melipat gandakan harta Anda


dari arah mana saja, yang tidak pernah disangka-sangka.

“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS Al-Baqarah 2:261)

4. Bersedekah menjauhkan dari panasnya api neraka

Salah satu cara menghindarkan diri dari pedihnya azab neraka adalah
dengan bersedekah. Maka semakin banyak bersedekah, semakin jauh pula
tubuh dijauhkan dari jilatan api neraka pada hari kiamat kelak.

Rasulullah SAW bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya


dengan (sedekah) sebutir kurma”. (Mutafaq’alaih)

5.Sedekah menjadi pelindung di hari kiamat 

Saat hari kiamat, umat manusia hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tanpa
peduli pada situasi yang ada di sekitarnya. Oleh karenanya, amal ibadah
selama hidup di dunia lah yang menjadi tameng alias pelindung. Salah
satunya adalah dengan bersedekah.

Rasulullah SAW bersabda: “Naungan bagi seorang mukmin pada hari


kiamat adalah sedekahnya ” (HR Ahmad).

6. Bersedekah menghindarkan diri dari segala macam penyakit jasmani dan


rohani

Salah satu obat baik bagi rohani maupun jasmani adalah dengan bersedekah.
Hal itu sebagaimana sabda Nabi:
"Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari
kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi
datangnya bencana”. (HR Ath-Thabrani).

7. Bersedekah terhindar dari berbagai macam penyakit hati

Sebagaimana sabda Nabi SAW kepada orang yang mengeluhkan kekerasaan


hatinya kepada beliau: “Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka
berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim”. (HR Ahmad).

“Rasulullah SAW juga pernah bersabda, bahwa sedekah dari seorang


Muslim meningkatkan (hartanya) di masa kehidupannya meringankan
kepedihan saat mautnya, dan Allah hilangkan perasaan sombong dan egois
dari dirinya". (Fiqhus- Sunnah vol. 3, hal 97).

8. Allah SWT mencegah berbagai bencana dan musibah

Manfaat sedekah lainnya, dapat menolak berbagai bentuk musibah bagi


siapapun, sekalipun mereka dari golongan orang zhalim, bahkan kafir
sekalipun.

Rasulullah SAW bersabda’. “Sedekah dapat menyelamatkan manusia dari


kematian yang buruk”. (Al Wasail 6: 267, hadis ke 4).

9. Capai kebaikan hati dengan banyak sedekah

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum


kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. 3:92).

10. Sedekah menjadi penyebab manusia didoakan malaikat

Nabi SAW bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba
melainkan di sana ada dua malaikat yang turun salah satunya berkata ‘ya
Allah, berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfaq’ sedangkan
(malaikat) yang lainnya berkata ’ya Allah, berikanlah kehancuran kepada
orang-orang yang menahan (hartanya)”. (HR Bukhari-Muslim).

11. Orang yang gemar bersedekah akan mendapatkan keberkahan jiwa dan
hartanya.
Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-
Nya (QS Saba 34: 39). Bahkan, jika disedekahkan, maka tidak berkurang
karena Allah akan menggantinya.

12. Harta yang sebenarnya adalah harta yang disedekahkan


Sebagaimana dalam firman Allah SWT: “…Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS.3 :92)

13. Pahala orang bersedekah akan dilipat gandakan oleh Allah SWT
Sebagaimana firman Allah : "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah
baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka:
dan bagi mereka pahala yang banyak" (QS 57:18)

14. Allah membukakan pintu surga bagi orang yang gemar bersedekah

“Wahai hamba Allah,kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika dia berasal


dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, dia akan dipanggil
dari pintu shalat yang berasal, sedangkandari kalangan mujahid, maka akan
dipanggil dari pintu jihad, jika dia berasal dari golongan yang gemar
bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah. (HR Bukhari).

15. Sedekan menenangkan hati dan memberikan kenyamanan. 

Setiap kali bersedekah, makin menguat kebahagiaan dan makin besar


kesenangan. Allah Ta’ala berfirman: ”Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung". (QS. 59: 9)

16. Sedekah menghapus dosa yang telah diperbuat masa lalu


Pernyataan ini diperkuat dalil hadist Rasulullah SAW, “Sedekah dapat
menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api". (HR Tirmidzi,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)

17. Diperkenankan iri kepada orang yang gemar berinfak dan sedekah

Rasulullah bersabda:

“Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali (kepada) dua orang. (Yaitu) seorang
yang diberikan Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan
malam. Dan seorang yang dikaruniakan (kekayaan) harta oleh Allah, lalu ia
menginfakkannya di (jalan) kebenaran siang dan malam.”

18. Merelakan harta dan jiwa untuk Agama dan sesame

Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang-


mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surqa untuk mereka.
Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh/terbunuh. (Itu
telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, lnjil dan Al
Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?
Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
itulah kemenangah yang besar". (QS 9:111)

19. Sucikan hati harta dan jiwa dengan sedekah

Manfaat sedekah lainnya dapat menyucikan hati, harta dan jiwa. Nabi
berwasiat kepada pedagang: "Wahai para pedagang, sesungguhnya (pada)
perdagangan ini terjadi kealphaan dan sumpah, maka campurilah dengan
sedekah".  (HR. Ahmad).
Allah berflrman:

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka…” (QS At-Taubah:103).

20. Bersedekah kepada janda dan orang miskin, bagaikan salat malam dan


puasa tanpa putus

Rasulullah SAW bersabda,

”Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang


miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak
merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka”.
(HR Bukhari)

CARA BERSEDEKAH YANG BAIK, BENAR DAN TEPAT

(KOSONG)

SKIP

Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari
bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan
umatnya untuk banyak bersedekah. Dan bulan Ramadhan, amalan ini
menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang
mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan
memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan
serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat
Allah Ta’ala, sebagaimana dalam hadits:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai


kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang
buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’,
1744)

Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil
adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati.
Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin.
Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW:
“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas
adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang
meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)
Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin,
mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan
juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi.
Rasulullah SAW. Bersabda:
“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi
oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah
dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung
silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka
inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia
berkata: “Hasan shahih”)

KEUTAMAAN BERSEDEKAH
Allah Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar memuliakan orang-orang yang
bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang
menakjubkan bagi orang-orang yang gemar bersedekah. Terdapat ratusan
dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan  orang-orang
yang bersedekah. Ibnu Hajar Al Haitami mengumpulkan ratusan hadits
mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul Al Inaafah
Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah, meskipun hampir sebagiannya
perlu dicek keshahihannya. Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh
kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh
mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil-dalil tersebut dan ia
tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak
bersedekah.
Diantara keutamaan bersedekah antara lain:

Sedekah dapat menghapus dosa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار‬
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan
api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi,
614)
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai
taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan
sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba,
mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum
melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya
agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena
termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar.
Allah Ta’ala berfirman:

َ‫َأفََأ ِمنُوا َم ْك َر هَّللا ِ فَاَل يَْأ َمنُ َم ْك َر هَّللا ِ ِإاَّل ْالقَوْ ُم ْالخَ ا ِسرُون‬
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa
aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf:
99)

Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis
manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada
naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia
yang mendapatkannya adalah:
‫ حتى ال تعلم شماله ما تنفق يمينه‬،‫رجل تصدق بصدقة فأخفاها‬
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan
amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)

Sedekah memberi keberkahan pada harta


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ما نقصت صدقة من مال وما زاد هللا عبدا بعفو إال عزا‬
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang
pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim,
no. 2588)
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih
Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang
dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan
dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi
oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan.
Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan
tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini
dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”

Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah


Allah Ta’ala berfirman:

‫ضا َعفُ لَهُ ْم َولَهُ ْم َأجْ ٌر َك ِري ٌم‬


َ ُ‫ت َوَأ ْق َرضُوا هَّللا َ قَرْ ضا ً َح َسنا ً ي‬ َّ ‫ص ِّدقِينَ َو ْال ُم‬
ِ ‫ص ِّدقَا‬ َّ ‫ِإ َّن ْال ُم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun
perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya
akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka
pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang
bersedekah
‫ فمن كان من أهل الصالة دُعي‬:‫ هذا خير‬،‫ نودي في الجنة يا عبد هللا‬،‫من أنفق زوجين في سبيل هللا‬
‫ ومن كان من أهل الصدقة دُعي من‬،‫ ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد‬،‫من باب الصالة‬
‫باب الصدقة‬
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia
akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah,
kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-
orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat,
yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad,
jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari
pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)

Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫والصدقة برهان‬
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu
shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi
(kebenaran imannya)”

Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور‬
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani,
di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)

Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ فشوبوا بيعكم بالصدقة‬. ‫يا معشر التجار ! إن الشيطان واإلثم يحضران البيع‬
“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir
dalam jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR.
Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)

Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang
bahagia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang
bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:
: ‫ فأما المنفق‬، ‫ من ثديهما إلى تراقيهما‬، ‫ عليهما جبتان من حديد‬، ‫ كمثل رجلين‬، ‫مثل البخيل والمنفق‬
‫ فال يريد أن‬: ‫ وأما البخيل‬. ‫ وتعفو أثره‬، ‫ حتى تخفي بنانه‬، ‫ أو وفرت على جلده‬، ‫فال ينفق إال سبغت‬
‫ فهو يوسعها وال تتسع‬، ‫ينفق شيئا إال لزقت كل حلقة مكانها‬
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti
dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada
hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya
ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung
jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada
kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan
setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha
melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang,
bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang
lain yang membutuhkan.

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat


sedekah dan keutamaan orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita
terpanggil?
Pahala sedekah terus berkembang
Pahala sedekah walaupun hanya sedikit itu akan terus berkembang
pahalanya hingga menjadi besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

َّ ‫ حتى‬، ‫ كما يُ َربِّي أحدُكم ُم ْه َره‬، ‫ فيُ َربِّيها َأِل َح ِدكم‬، ‫ ويأخ ُذها بيمينِه‬، َ‫إن هللاَ يقب ُل الصدقة‬
َ‫إن اللُّ ْق َمة‬ َّ
‫صي ُر ِم ْث َل ُأ ُح ٍد‬
ِ َ‫لَت‬
“sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan
tangan kanan-Nya. Lalu Allah mengembangkan pahalanya untuk salah
seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan seekor anak
kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa berkembang hingga
sebesar gunung Uhud” (HR. At Tirmidzi 662, ia berkata: “hasan shahih”)
Sedekah menjauhkan diri dari api neraka
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk
menjauhkan kita dari api neraka. Semakin banyak sedekah, semakin jauh
kita darinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

‫ فمن لم ي ِج ْد فبكلم ٍة طيِّب ٍة‬، ‫ق تمر ٍة‬ َ َّ‫اتَّقوا الن‬


ِّ ‫ار ولو بش‬
“jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika
kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah” (HR. Al Bukhari
6539, Muslim 1016)
Boleh iri kepada orang yang dermawan
Iri atau hasad adalah akhlak yang tercela, namun iri kepada orang yang suka
bersedekah, ingin menyaingi kedermawanan dia, ini adalah akhlak yang
terpuji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
ِّ ‫ رج ٌل آتاه هللاُ مااًل ؛ فسلَّطَ على هَلَ َكتِه في الح‬: ‫ال حس َد إال في اثنتين‬
‫ ورج ٌل آتاه هللاُ الحكمةَ؛ فهو‬، ‫ق‬
‫يَقضي بها ويُعل ُمها‬
“tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: seseorang yang diberikan
harta oleh Allah, kemudia ia belanjakan di jalan yang haq, dan seseorang
yang diberikan oleh Allah ilmu dan ia mengamalkannya dan
mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 73, Muslim 816)
Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan
Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau
adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih
dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu
Abbas radhiallahu’anhuma:
‫ وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه‬، ‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أجود الناس‬
‫ فالرسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬، ‫ وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن‬، ‫جبريل‬
‫أجو ُد بالخير من الريح المر َسلة‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling
dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau
bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al
Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)
Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga
ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:
‫كان النبي صلى هللا عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani
dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)
Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau
lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang
berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir,
sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi
sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan
Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar,
bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan
bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini
disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.
Oleh karena itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya
memiliki semangat yang sama. Yaitu semangat untuk bersedekah lebih
sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi
bulan-bulan lainnya.
Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan
Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi teladan
untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah
karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan
lainnya. Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:
Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan
jaminan surga
Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa
tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits
qudsi:

‫ إال الصيام فإنه لي و‬: ‫كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل‬
‫أنا الذي أجزي به‬
“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali
lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu
untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.'” (HR. Muslim no.1151)
Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam,
juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat
menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
‫من قام رمضان إيمانا ً واحتسابا ً غفر له ما تقدم من ذنبه‬
“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan
diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no.
759)
Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika
semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها هللا لمن أالن الكالم وأطعم‬
‫الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام‬
“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya
dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar.
Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah
makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At
Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu
Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani
di Shahih At Targhib, 946)
Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain
Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan
jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain,
maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa
terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa
untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
‫ غير أنه ال ينقص من أجر الصائم شيئا‬، ‫من فطر صائما كان له مثل أجره‬
“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang
berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun
mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan
shahih”)
Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau
bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan
kepada orang lain.

‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى‬
‫تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan
beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr
(kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At
Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi,
696)
Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka
kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.
Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan
Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan
mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan,
termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia
mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia
meninggalkan kebaikan, setan berkata:

‫ك ْال ُم ْستَقِي َم‬ ِ ‫فَبِ َما َأ ْغ َو ْيتَنِي َأَل ْق ُعد ََّن لَهُ ْم‬
َ َ‫ص َراط‬
“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al
A’raf: 16)
Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan
Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan,
sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫ وصفدت الشياطين‬، ‫ وغلقت أبواب النار‬، ‫إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة‬
“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup
dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)
Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu
berbedanya dengan bulan lain. Orang-orang bersemangat melakukan amalan
kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya.
Subhanallah.

Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap
amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana
amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah
wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar. Karena yang
mendasari keyakinan ini adalah hadits yang lemah, yaitu hadits:

‫ و‬، ‫ جعل هللا صيامه فريضة‬، ‫ شهر فيه ليلة خير من ألف شهر‬، ‫يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم‬
‫ و من أدى‬، ‫ و من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه‬، ‫قيام ليله تطوعا‬
‫ و شهر‬، ‫ و هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة‬، ‫فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه‬
‫ و عتق رقبته‬، ‫ و من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه‬، ‫ و شهر يزاد فيه رزق المؤمن‬، ‫المواساة‬
‫ يا رسول هللا ليس كلنا يجد‬: ‫ و كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء قالوا‬، ‫من النار‬
‫ أو شربة‬، ‫ أو تمرة‬، ‫ يعطي هللا هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن‬: ‫ قال‬، ‫ما يفطر الصائم‬
‫ و هو شهر أوله‬، ‫ و من أشبع صائما سقاه هللا من الحوض شربة اليظمأ حتى يدخل الجنة‬، ‫من ماء‬
‫ رحمة و وسطه مغفرة و آخره عتق من النار‬،
“Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh
berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya
lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya
sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai
perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan
diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu
ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu
perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang
lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya
surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang
Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan
buka  kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi maghfirah
(pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia
memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi
pahala orang yang berpuasa (itu) sedikitpun.” Kemudian para Sahabat
berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk
diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada
orang yang memberikan buka dari sebutir kurma, atau satu teguk air atau
susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya
maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah (no.
1887) dan Al Ash-habani dalam At Targhib (178). Hadits ini didhaifkan
oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam Targhib Wat
Tarhib (2/115), juga oleh Dhiya Al Maqdisi di Sunan Al Hakim (3/400),
bahkan dikatakan oleh Al Albani hadits ini Munkar, dalam Silsilah Adh
Dhaifah (871).
Ringkasnya, walaupun tidak terdapat kelipatan pahala 70 kali lipat pahala
ibadah wajib di luar bulan Ramadhan, pada asalnya setiap amal kebaikan,
baik di luar maupun di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah 10
sampai 700 kali lipat. Berdasarkan hadits:

‫إن هللا كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها هللا له عنده حسنة كاملة‬
‫فإن هو هم بها فعملها كتبها هللا له عنده عشر حسنات إلى سبع مائة ضعف إلى أضعاف كثيرة‬
“Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal
keburukan.” Kemudian Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan
sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya
satu pahala kebaikan sempurna.  Orang yang meniatkan sebuah kebaikan,
lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali
lipat banyaknya.” (HR. Muslim no.1955)
Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan
dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat karena sedekah adalah
amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat 16 khusus amalan
sedekah di bulan Ramadhan dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak
Allah. Kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah.
Lalu jika ia mengiringi amalan sedekah di bulan Ramadhan dengan puasa
dengan shalat malam, maka diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia
tidak terlupa untuk bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi
orang yang berpuasa, maka pahala yang sudah dilipatgandakan tadi
ditambah lagi dengan pahala orang yang diberi sedekah di bulan Ramadhan.
Jika orang yang diberi hidangan berbuka puasa lebih dari satu maka pahala
yang didapat lebih berlipat lagi.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

https://alamisharia.co.id/id/hijrahfinansial/perbedaan-zakat-dan-infak-
sedekah/
Diakses pada tanggal 8 mei 2022 pada pukul 22:22 WIB

https://katadata.co.id/intan/berita/
Diakses pada tanggal 8 mei 2022 pada pukul 24:05 WIB

Sumber: https://muslim.or.id/1282-dahsyatnya-sedekah-di-bulan-
ramadhan.html

Diakses pada tanggal 8 mei 2022 pada pukul 24:15 WIB

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/hadits-tentang-sedekah/
Diakses pada tanggal 8 Mei 2022 pada pukul 24:29 WIB

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5878639/hadits-sedekah-
benarkah-lebih-baik-dilakukan-waktu-subuh
Diakses pada tanggal 8 Mei 2022 pada pukul 24:43 WIB

https://muslim.or.id/1282-dahsyatnya-sedekah-di-bulan-ramadhan.html
Diakses pada tanggal 8 Mei 2022 pada pukul 24:53 WIB
RIWAYAT PENYUSUN

Karya Ilmiah ini ditulis oleh seorang putri asli Kota Bawang dari Desa
Banjaran, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Bernama
lengkap Hani Azkia. Anak tunggal dari pasangan bapak Warji dan ibu Cumirah.

Penulis lahir pada bulan Maret tahun 2004. Mengawali pendidikan di


taman kanak-kanak At-Taqwa banjaran, lulus tahun 2009. Kemudian meneruskan
pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah, lulus tahun 2015. Selanjutnya menempuh
pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Assalam Salem, lulus tahun 2019. Pada tahun
berikutnya penulis meneruskan pendidikan di SMK Terpadu jurusan Multimedia,
hingga saat ini duduk di kelas 12 semester genap dan mondok di Yayasan Pondok
Pesantren Al Hasan Ciamis, kini berada di tingkat 3 Tsanawi.

Selama mondok di Pesantren Al Hasan penulis pernah tergabung dalam


organisasi interen pondok pesantren. Seperti Pengurus Asrama divisi Rois Khos
masa bhakti 2021/2022. Banyak pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapat
selama mondok di Kota Manis ini, terlebih dalam ranah pengetahuan keagamaan
dan keorganisasian dari sekian banyak kegiatan dan proses belajar mengajar yang
penulis ikuti. Mudah-mudahan hal tersebut dapat menghantarkan penulis menjadi
Insan Kamil yang bermanfaat bagi agama, nusa, bangsa dan negara.

Dan puji syukur Alhamdulillah pada tanggal ………… penulis dapat


menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul Keutamaan Bersiwak Dalam
Beribadah, sebagi salah satu syarat kelulusan Pondok Pesantren Al Hasan Ciamis.
Semoga makalah ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai