Anda di halaman 1dari 11

‫‪KHUTBAH IDUL ADHA: Berqurban di Masa Pandemi‬‬

‫َـح َم ُدهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ ِف ُرهُ‬ ‫ين ْ‬ ‫‪،‬اَ ْلـ َح ْم ُد ِ ّ ِ الﱠ ِذ ْ‬
‫س ِّيئَا ِ‬
‫ت‬ ‫ور أ َ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َ‬ ‫ش ُر ِ‬ ‫َونَعُوذُ ِبا ِ ِم ْن ُ‬
‫ض ﱠل لَهُ‪َ ،‬و َم ْن‬ ‫أ َ ْع َما ِلنَا‪َ ،‬م ْن َي ْه ِد ِه ﷲُ فَ َﻼ ُم ِ‬
‫ي لَهُ‪ ،‬أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ﻻﱠ ِإلَهَ ِإﻻﱠ ﷲ‬ ‫ض ِل ْل فَ َﻼ َها ِد َ‬ ‫يُ ْ‬
‫َو ْح َدهُ َﻻ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ﱠن ُمـ َح ﱠمدا ً‬
‫صﻼَة ُ‬ ‫ي بَ ْع َدهُ ‪َ .‬وال ﱠ‬ ‫سولُهُ ﻻَنَ ِب ﱠ‬ ‫َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬
‫س ْو ِل ﷲِ نَ ِب ِيّنَا ُم َح ﱠمد‬ ‫سﻼَ ُم َعلَى َر ُ‬ ‫َوال ﱠ‬
‫ص َح ِبهَ َو َم ْن ﱠو َاﻻهُ اَ ﱠما بّ ْع ُد‬ ‫َو َعلَى اَ ِلهَ َو ا َ ْ‬
‫ﱠاي ِبت َ ْق َوى ﷲِ َح ﱠق‬ ‫ْ َ َ‬‫ي‬ ‫ِ‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ص‬
‫ِ‬ ‫و‬‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ﷲأ‬‫فَ َيا ِع َب َد ِ‬
‫تُقَا ِت ِه فَقَ ْد فَازَ ْال ُمتﱠقُ ْو َن‬
‫ا َ ُ ا َ ْكبَ ُرﷲُ اَ ْكبَ ُر َو ِ ﱠ ِ ْال َح ْم ُد‬

‫‪Alhamdulillah, pagi hari ini segenap kaum muslimin‬‬


‫‪di seluruh tanah air dan sejumlah negeri‬‬
‫‪menunaikan shalat ‘Idul Adha 10 Dzuhlizah 1442‬‬
‫‪Hijriyah. Segenap kaum muslimin‬‬
‫‪mengumandangkan takbir, tahlil, tahmid, dan‬‬
‫‪tasbih sebagai wujud penghambaan diri kepada‬‬
Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Semua
bersalawat kepada Nabi Muhammad, Rasul akhir
zaman yang menjadi uswah hasanah dan penyebar
risalah rahmatan lil-‘alamim. Setiap Muslim
bersimpuh diri di hadapan Allah serta menunaikan
sunnah Nabi shalat Idul Adha untuk meraih ridha
dan karunia Ilahi.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
‘Idul Adha adalah Hari Raya Penyembelihan hewan
qurban. Kata kurban (qurban) artinya dekat atau
mendekatkan, yakni dekat dan mendekatkan diri
kepada Allah dengan jalan beribadah shalat sunnah
dua rakaat dan menyembelih hewan qurban
sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad
mengikuti jejak Nabi Ibrahim. Allah berfirman dalam
Al-Quran yang artinya: “Maka ketika anak itu
sampai (pada umur) sanggup berusaha
bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku!
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana
pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai
ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.” (QS As-Shaffat: 102)
Berqurban memerlukan kepasrahan jiwa yang
ikhlas untuk menjalankan perintah Allah, kendati
awalnya berat. Secara lahiriah setiap yang
berkorban menyembelih hewan qurban dan
membagikannya kepada sesama, tetapi sejatinya
yang bersangkutan berqurban kepada Allah dengan
berani mengorbankan sesuatu yang dimilikinya
untuk sesuatu yang lebih utama, yakni semakin
mendekatkan diri kepada Allah sekaligus berbuat
kebajikan yang luhur atau ihsan kepada sesama.
Jika Ibrahim dan Ismail didukung Siti Hajar rela
berqurban nyawa, meski kemudian diganti dengan
hewan qurban, maka jangan merasa berat untuk
berqurban hanya seekor hewan terutama bagi
muslim yang berkemampuan. Dalam satu hadis
Nabi bersabda yang artinya: “Siapa yang mendapati
dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak
berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat
salat Ied kami.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah).
Kita malu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti
Hajar yang rela mengorbankan jiwa demi
menunaikan perintah Allah. Meski akhirnya kurban
jiwa diganti dengan hewan, namun ketiganya teruji
keimanannya. Bagi kita kaum muslim yang
berkemampuan, apalah arti seekor hewan bila
dibandingkan dengan jiwa, maka mari tunaikan
ibadah qurban hewan dengan sepenuh keikhlasan.
Meski hidup di masa pandemi terasa berat, bagi
yang berkemampuan jangan berat untuk tetap
berqurban sebagai panggilan jiwa Islami yang
pasrah dan berharap anugerah Allah.
Keikhlasan dan kesabaran dalam berqurban
melambangkan ketaqwaan. Jangan merasa sudah
bertaqwa kalau masih berat berqurban dengan
seekor hewan qurban. Allah berfirman dalam Al-
Quran:

ُ‫لَ ْن يﱠنَا َل ﱣ َ لُ ُح ْو ُم َها َو َﻻ ِد َم ۤا ُؤ َها َو ٰل ِك ْن يﱠنَالُه‬


‫س ﱠخ َر َها لَ ُك ْم ِلت ُ َك ِبّ ُروا‬ َ ‫الت ﱠ ْق ٰوى ِم ْن ُك ۗ ْم َك ٰذ ِل َك‬
٣٧ – ‫ش ِر ْال ُم ْح ِسنِي َْن‬ ّ ِ ‫ع ٰلى َما َه ٰدى ُك ْم ۗ َو َب‬ َ َ‫ﱣ‬
Artinya: “Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali
tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk
kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap
hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.“
(QS Al-Hajj/22: 37).
Berqurban hewan kurban wujud ketaqwaan. Muslim
yang beridul-adha dan berqurban dengan ikhlas
berarti dirinya naik derajat menjadi “al-muttaquun”,
yakni orang-orang yang bertaqwa. Taqwa adalah
puncak segala keutamaan diri setiap muslim dan
mukmin dalam menjalankan perintah Allah,
menjauhi larangan-Nya, serta menunaikan segala
kebaikan hidup yang harmonis antara habluminallah
dan habluminannas. Bukankah setiap muslim ingin
dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di hadapan
Allah? Orang bertaqwa itulah yang derajatnya
ditinggiikan Allah sebagai insan mulia.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Di era pandemi Covid-19 yang sangat berat saat ini
jiwa berqurban sangat tepat untuk dikembangkan
dalam berbagai kebajikan. Menegakkan disiplin
protokol kesehatan, peduli terhadap sesama yang
berkekurangan, membantu meringankan para
dokter dan tenaga kesehatan, serta
mengembangkan kebersamaan dalam mengatasi
pandemi merupakan bukti kaum muslimin
mempraktikkan jiwa berqurban dalam kehidupan
nyata. Termasuk membagikan daging qurban bagi
saudara-saudara kita yang sangat memmerlukan.
Esensi qurban ialah menebar kebaikan yang tulus
dan bermakna. Pada suatu kali Nabi Muhamamad
ditanya: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban
itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah
sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka
bertanya: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh
dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap
satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”
Mereka bertanya lagi: “Kalau bulu-bulunya?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya
juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah).
Mari wujudkan jiwa berqurban dalam segala
kebaikan hidup. Lebih-lebih di masa pandemi yang
banyak orang mengalami pendritaan jiwa,
kesehatan, ekonomi, dan lainnya. Satu sama lain
harus memiliki jiwa peduli, berbagi, dan beramal
kebajikan lebih-lebih untuk orang-orang yang
membutuhkan. Jangan egois merasa diri tidak
terkena Covid, kemudian bersikap sombong dan
tidak berdisiplin mengikuti protokol kesehatan, serta
mencerca mereka yang disiplin dan taat aturan
dengan tudingan penakut dan sejenisnya. Padahal
agama mengajarkan keseksamaan sebagai bagian
dari taqwa dan ikhtiar mengatasi musibah.
Kembangkan solidaritas sosial yang memupuk
persaudaraan, toleransi, perdamaian, dan
kebersamaan yang tulus sebagai sesama anak
bangsa. Wujudkan secara luas kebiasaan gemar
menolong, berbagi rizki, melapangkan jalan orang
yang kesulitan, mengentaskan mereka yang lemah,
membela orang yang terrzalimi, suka meminta dan
memberi maaf, mengedepankan kepentingan orang
banyak, dan berbagai kebaikan sosial yang utama.
Semua kebaikan itu cermin dari ihsan yang
diajarkan Allah sebagaimana firman-Nya:
ِ ‫ان َواِ ْيت َ ۤا‬
۞ ‫ئ ِذى‬ ِ ‫س‬
َ ‫ح‬ ْ ‫اﻻ‬
ِ ْ ‫و‬
َ َ ‫ل‬
ِ ْ
‫د‬ ‫ع‬ ْ
‫ال‬ ‫ب‬
ِ ‫ر‬
ُ ‫م‬ُ ْ ‫اِ ﱠن ﱣ َ يَأ‬
‫ع ِن ْالفَ ْحش َۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ َ ‫ْالقُ ْر ٰبى َويَ ْن ٰهى‬
٩٠ – ‫ظ ُك ْم لَعَلﱠ ُك ْم تَذَ ﱠك ُر ْو َن‬ ُ ‫َو ْالبَ ْغي ِ َي ِع‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An-
Nahl: 90).
Setiap muslim harus memberi kebaikan bagi
sesama dan kingkungan secara melintasi tanpa
diskriminasi. Bangun kebersamaan dengan sesama
secara ikhlas dan bermanfaat. Sebagai wujud
berqurban bagi kepentingan sesama, setiap muslim
sebaliknya menghindarkan diri dari segala bentuk
egoisme seperti bertindak semaunya sendiri, tidak
mengikuti protokol kesehatan karena merasa diri
aman, dan berbuat yang merugikan pihak lain.
Jauhi sikap berlebihan dan tamak yang membuat
keruskaan di muka bumi, memupuk kekayaan
dengan merusak alam dsn merugikan masyarakat,
monopoli, oligarki, korupsi, dan menyalahgunakan
kekuasaan.
Pasca Idul Adha setiap muslim perlu
menyebarluaskan dan mempraktikkan ta’awun dan
ukhuwah atau solidaritas sosial sebagai budaya dan
praksis sosial untuk membela kaum lemah,
menyadarkan kaum kaya agar mau berbagi, dan
menebar serbakebajikan dengan sesama yang
bersifat melintasi. Budaya dan praksis solidaritas
sosial juga disebarluaskan melalui harmonisasi
sosial yang memupuk benih-benih toleransi, welas
asih, damai, dan saling memajukan yang membawa
pada kebajikan hidup kolektif yang luhur dan utama.
Praktik keagamaan dalam kehidupan sosial yang
indah ini jangan mekar sesaat di kala ritual ibadah
semata, tetapi harus mewujud dan menyebarluas
sepanjang masa dalam kehidupan sebagai pantulan
iman dan ihsan yang merahmati semesta alam.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Di akhir khutbah ini marilah kita bermunajat kepada
Allah agar pasca ‘Idul Adha kita kaum muslimin
makin menjadi insan yang shaleh, yang mau
berkorban dalam menunaikan kebajikan dan
ketaqwaan. Seraya dengan itu selaku kaum
beriman harus berani menjauhi yang buruk dan
munkar agar kehidupan dilimpahi berkah Allah.
Hidup di dunia ini sejatinya fana yang harus diisi
dengan iman, ilmu, dan amal shaleh yang
membawa keselamatan di akhirat kelak nan abadi.
Jalani kehidupan dengan ikhlas dan ihsan yang
semakin kokoh yang
melahirkan habluminallah dan habluminannas yang
semakin baik. Jadikan kehidupan ini penuh arti
dengan fondasi iman, Islam, dan taqwa untuk
menggapai kebahagiaan di dunia akhirat dengan
meraih surga jannatun na’im dalam rengkuhan ridha
dan karunia Allah Yang Maha Rahman dan Rahim.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

‫علَى آ ِل ُم َح ﱠم ٍد َك َما‬ َ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح ﱠم ٍد َو‬ َ ‫اَللﱠ ُه ﱠم‬


ٌ ‫ْت َعلَى ِإب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم ِإنﱠ َك َح ِم ْيد‬ َ ‫صلَي‬ َ
‫علَى آ ِل ُم َح ﱠم ٍد َك َما‬ َ ‫ار ْك َعلَى ُم َح ﱠم ٍد َو‬ ِ َ‫ َوب‬، ٌ‫َم ِج ْيد‬
‫علَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم ِإنﱠ َك‬ َ ‫علَى ِإب َْرا ِهي َْم َو‬ َ ‫ت‬ َ ‫ار ْك‬َ َ‫ب‬
ٌ‫َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد‬
َ‫ت َو ْال ُم ْس ِل ِميْن‬ ِ ‫اَللﱠ ُه ﱠم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
‫س ِم ْي ٌع‬َ ‫ت ِإنﱠ َك‬ ِ ‫اء ِم ْن ُه ْم َواْﻷ َ ْم َوا‬
ِ َ‫ت اﻷ َ ْحي‬ ِ ‫َو ْال ُم ْس ِل َما‬
‫ت‬
ِ ‫ع َوا‬َ ‫ْب الدﱠ‬ ُ ‫ْب ُم ِجي‬ ٌ ‫قَ ِري‬
‫ان‬
ِ ‫اﻹ ْي َم‬ َ َ‫َربﱠنَا ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِ ِﻹ ْخ َوانِنَا الﱠ ِذيْن‬
ِ ْ ‫س َبقُ ْونَا ِب‬
‫َو َﻻ تَ ْج َع ْل ِف ْي قُلُ ْو ِبنَا ِغﻼ ِللﱠ ِذيْنَ آ َمنُوا َربﱠنَا ِإنﱠ َك‬
‫وف َر ِحي ٌم‬ ٌ ‫َر ُء‬
‫ص ِل ْح أَئِ ﱠمتَنَا َو ُو َﻻة َ أ ُ ُم ْو ِرنَا‬ ‫طانِنَا َوأَ ْ‬ ‫اَللﱠ ُه ﱠم ِآمنﱠا فِ ْي أ َ ْو َ‬
‫اك َوات ﱠ َب َع‬ ‫َوا ْج َع ْل ِو َﻻ َيتَنَا ِف ْي َم ْن خَافَ َك َواتﱠقَ َ‬
‫ي أ َ ْم ِرنَا‬ ‫ب ْال َعالَ ِميْنَ ‪ .‬اَللﱠ ُه ﱠم َو ِفّ ْق َو ِل ﱠ‬ ‫اك َيا َر ﱠ‬ ‫ض َ‬ ‫ِر َ‬
‫ار ُز ْقهُ‬ ‫اك‪َ ،‬و ْ‬ ‫ض َ‬ ‫ع َملَهُ فِ ْي ِر َ‬ ‫اج َع ْل َ‬ ‫اك َو ْ‬ ‫ِل ُهدَ َ‬
‫ب ْالعَالَ ِميْنَ‬ ‫َاص َحةَ يَا َر ﱠ‬ ‫صا ِل َحةَ الن ِ‬ ‫طانَةَ ال ﱠ‬ ‫ْال ِب َ‬
‫اللﱠ ُه ﱠم ا ْق ِس ْم لَنَا ِم ْن َخ ْش َي ِت َك َما تَ ُحو ُل ِب ِه َب ْينَنَا‬
‫طا َعتِ َك َما تُبَ ِلّغُنَا ِب ِه‬ ‫يك ‪َ ،‬و ِم ْن َ‬ ‫اص َ‬ ‫َوبَيْنَ َمعَ ِ‬
‫ب‬‫صائِ َ‬ ‫علَ ْينَا َم َ‬ ‫ين َما ت ُ َه ّ ِو ُن ِب ِه َ‬ ‫َجنﱠت َ َك ‪َ ،‬و ِمنَ ْال َي ِق ِ‬
‫ارنَا َما أ َ ْح َي ْيتَنَا‬ ‫ص ِ‬ ‫‪ ،‬الدﱡ ْنيَا‪َ ،‬و َم ِتّ ْعنَا ِبأ َ ْس َما ِعنَا َوأَ ْب َ‬
‫علَى َم ْن‬ ‫اج َع ْل ثَأ ْ َرنَا َ‬ ‫ث ِمنﱠا ‪َ ،‬و ْ‬ ‫ار َ‬ ‫َوا ْج َع ْلهُ ْال َو ِ‬
‫عادَانَا ‪َ ،‬وﻻ ت َ ْجعَ ْل‬ ‫علَى َم ْن َ‬ ‫ص ْرنَا َ‬ ‫ظلَ َمنَا ‪َ ،‬وا ْن ُ‬ ‫َ‬
‫صيبَتَنَا فِي ِدينِنَا ‪َ ،‬وﻻ تَ ْج َع ِل الدﱡ ْنيَا أ َ ْكبَ َر َه ِّمنَا‬ ‫ُم ِ‬
‫علَ ْينَا َم ْن ﻻ َي ْر َح ُمنَا‬ ‫ط َ‬ ‫س ِلّ ْ‬‫َوﻻ َم ْبلَ َغ ِع ْل ِمنَا َوﻻ ت ُ َ‬
‫س َنةً َوقِنَا‬ ‫َربﱠنَا آتِنَا فِي الدﱡ ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ْاﻵ ِخ َرةِ َح َ‬
‫اب النﱠ ِ‬
‫ار‬ ‫عذ َ َ‬ ‫َ‬
‫وصلى ﷲ على نبينا محمد وعلى آله وصحبه‬
‫وسلم‬

Anda mungkin juga menyukai