Anda di halaman 1dari 6

Khutbah I

،ً‫هللا ب ُْك َر ًة َوَأصِ ْيال‬


ِ ‫ان‬ َ ‫هلل َك ِثيْرً ا َو ُسب َْح‬ ِ ‫ء) هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َبرْ َك ِبيْرً ا َو ْال َحمْ ُد‬3( ‫هللا َو َبر َكا َ ُت ُه‬
ِ ‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬
ِ ‫ ُر َو‬/‫ هللَا ُ َأ ْك َب‬،ُ‫ ر‬/‫ َه ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْك َب‬/‫ الَِإل‬،ُ‫ َده‬/ْ‫اب َوح‬
َ ‫هلل ْا‬
.‫ ُد‬/ْ‫لحم‬ َ ‫ َز‬/ْ‫ز َم اَأْلح‬/ َ ‫ص َر َع ْب َدهُ َوَأ َع َّز ُج ْن َدهُ َو َه‬ َ ‫ص َد َق َوعْ َدهُ َو َن‬ َ ،ُ‫اَل ِإل َه ِإالَّ هللاُ َوحْ َده‬
َ ‫ َوَأ ْش َه ُد ّأنْ اَل ِإل َه ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬،)ً‫اع ِإلَ ْي ِه َس ِب ْيال‬
‫ا‬//‫ َه ُد َأنَّ َن ِب َّي َن‬/ ‫ َوَأ ْش‬، ‫ك لَ ُه‬ َ ‫ت َم ِن اسْ َت َط‬ ِ ‫اس ِح ُّج ْال َب ْي‬
ِ ‫هلل َعلَى ال َّن‬
ِ ‫(و‬َ ‫اِئل‬ ِ ‫هلل ْال َق‬ ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬
.‫ْن‬ِ ‫ ِّدي‬/‫و ِم ال‬/ْ /‫ان ِإلَى َي‬ ٍ /‫ َح ِاب ِه َوال َّت ِاب ِعي َْن َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس‬/‫ص‬ْ ‫ ِه َوَأ‬/ِ‫ ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى آل‬/‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َس‬ َّ ‫ َوال‬، ‫م َُحم ًَّدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه‬
‫از ْال ُم َّتقُ ْو َن َوَأ َح ُّث ُك ْم َعلَى َطا َع ِت ِه لَ َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم ُْو َن‬ ِ ‫ ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى‬،‫هللا‬
َ ‫هللا َف َق ْد َف‬ ِ ‫ َف َيا عِ َبا َد‬.)‫(َأمَّا َبعْ ُد‬.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia,
Umat Islam yang berada di tanah air menyambut hari raya Idul Adha yang mulia
dengan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur, sedangkan jutaan
umat Islam di tanah suci Makkah, Arafah dan Mina sedang berkonsentrasi menunaikan
manasik haji. Mereka datang dari berbagai pelosok dunia, dari berbagai bangsa dan
suku, dari latar belakang yang berbeda, menyatu dalam kepasrahan kepada Allah
SWT. Mereka menanggalkan segala atribut duniawi, meninggalkan berbagai aktivitas
sehari-hari untuk menghadap Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan
penuh khusyu dan keikhlasan. Secara serentak, mereka mengumandangkan kalimat
talbiyah:
َ ‫ْك َل‬
‫ك‬ َ ‫ك َو ْالم ُْل‬
َ ‫ك الَ َش ِري‬ َ َ‫ ِإنَّ ْال َح ْم َد َوال ِّنعْ َم َة ل‬،‫ْك‬
َ ‫ك لَ َّبي‬
َ َ‫ك ل‬ َ ‫ك اللّ ُه َّم لَ َّب ْي‬
َ ‫ لَ َّب ْي‬،‫ك‬
َ ‫ك الَ َش ِر ْي‬ َ ‫لَ َّب ْي‬.
“Kami penuhi panggilan-Mu wahai Allah, wahai Allah kami datang memenuhi seruan-
Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan karunia hanyalah
milik-Mu, milik-Mu segala kekuasaan dan kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu”.
Pada momen ini pula umat Islam yang mampu ditekankan untuk melaksanakan ibadah
kurban. Berbagi daging dan kebahagiaan kepada sesama. Menyembelih sebagian
harta kita untuk diberikan kepada orang lain, terutama yang membutuhkan. Dari sinilah
kita semua belajar tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah, tanpa memandang
jabatan, status sosial, latar belakang pendidikan, suku, bangsa, serta kelas ekonomi.
Ibadah kurban memberikan pesan kepada umat Islam tentang pentingnya solidaritas,
empati terhadap orang lain, serta menyembelih ego pribadi untuk kemanfaatan
bersama.
Hadirin yang berbahagia, Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa seorang laki-
laki bertanya kepada Nabi SAW: “Ajaran Islam apakah yang baik?” Nabi SAW
َ ‫ َو َت ْق َرُأ ال َّسالَ َم َعلَى َمنْ َع َر ْف‬،‫الط َعا َم‬
ْ ‫ت َو َمنْ لَ ْم َتعْ ِر‬
menjawab, )‫ف (رواه البخاري ومسلم‬ َّ ‫ُت ْط ِع ُم‬
“Memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan
kepada orang yang tidak kamu kenal.” (HR. Bukhari, No: 28, Muslim, No: 126).
Dari hadis di atas, sepintas kita menyaksikan betapa agungnya nilai-nilai Islam yang
sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Tidak hanya masalah ibadah saja
yang diajarkan Islam, tetapi masalah-masalah kehidupan sosial pun menjadi sorotan.
Hadis tersebut mengajak umat Islam, bahkan umat manusia secara keseluruhan untuk
memperhatikan nasib masyarakat di sekitarnya.
Tanggung jawab untuk menyantuni orang-orang lemah, fakir miskin, yatim piatu, para
manula, dan mereka yang membutuhkan, tidak hanya dilimpahkan kepada para
pemimpin. Tetapi itu semua merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku
dirinya sebagai muslim. Jawaban Rasulullah ketika ditanya seorang sahabatnya
tentang amalan Islam apakah yang paling baik, beliau langsung mengarahkan orang itu
untuk memberikan bantuan dan memasyarakatkan salam kepada siapa saja, baik pada
orang yang dikenal maupun pada orang yang belum dikenal sebelumnya.
Bantuan tersebut bukan hanya berupa dana atau makanan, tetapi juga meyangkut
segala kebutuhan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya memberikan ilmu,
pengalaman, nasihat, kebijaksanaan dan sebaginya. Sedangkan menebar salam
maksudnya memasyarakatkan suasana yang damai dan saling mencintai antara
sesama umat manusia.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Ketika seorang muslim mendapatkan rezeki berupa harta yang cukup, ia harus ingat
saudara-saudaranya yang lain. Dengan kata lain, ia harus merasa empati pada mereka.
Islam memandang bahwa rezeki yang barakah adalah rezeki yang cukup untuk diri
sendiri dan orang lain, bukan rezeki yang banyak dan berlimpah tetapi tidak barakah.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, Nabi SAW bersabda:
)‫الثالَ َث ِة َكافِي اَألرْ َب َع ِة (رواه البخاري ومسلم‬
َّ ‫ َو َط َعا ُم‬،ِ‫الثالَ َثة‬ ِ ‫َط َعا ُم ااِل ْث َني‬
َّ ‫ْن َكافِي‬
“Makanan satu orang cukup untuk dua orang, dan makanan dua orang cukup untuk
empat orang”. (HR. Bukhari, No: 5392, Muslim, No: 2058).
Pengertian hadis di atas menyebutkan bahwa makanan untuk satu orang dapat
mencukupi dua orang, makanan untuk dua orang dapat mencukupi empat orang, dan
seterusnya. Hadis ini mengarahkan supaya setiap orang muslim memiliki kepedulian
kepada mereka yang lemah dan miskin, sehingga dapat mengantarkan mereka pada
kehidupan yang layak. Selain dari itu, hadis ini mengisyaratkan juga agar setiap orang,
mengonsumsi makanan secara sederhana dan tidak berlebihan. Hal ini sangat
berkaitan erat dengan pola hidup sederhana dan kesehatan fisik maupun mental
manusia.
Mengonsumsi makanan secara berlebihan akan mengantarkan seseorang untuk
menggali kuburnya sendiri. Makan berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit
yang membinasakan dan merusak terhadap fisik dan rohani umat manusia. Seorang
muslim yang senantiasa menginfakkan sebagian rezekinya pada orang-orang yang
membutuhkan, akan merasa cukup dengan segala karunia Allah kepadanya. Meskipun
rezekinya tidak banyak, tetapi itu dirasakan sebagai suatu kecukupan yang tetap ia
syukuri. Hatinya selalu tentram dan hidupnya pun nyaman. Dengan kedermawanannya,
banyak orang yang bersimpati kepadanya, dan berdoa untuk kebaikan orang tersebut
dalam segala kehidupannya. Inilah yang dimaksud dengan keberkahan.
Dalam hal memperoleh rezeki, umat Islam diarahkan agar meraih keberkahan dari
rezeki tersebut, bukan meraih banyak jumlahnya. Karena harta yang banyak dan
berlimpah kalau tidak disertai keberhakan akan menjadi sia-sia dan bahkan akan
menjerumuskan orang tersebut dalam prilaku yang tercela.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd,
Berbeda halnya dengan orang yang kikir, tidak memiliki rasa empati terhadap sesama,
meskipun hartanya banyak dan berlimpah ruah, tetapi ia merasa hal itu masih kurang
dan tidak cukup baginya. Sehingga ia merasa berat untuk mengeluarkan sebahagian
rezekinya pada mereka yang membutuhkan. Hidupnya selalu dikejar-kejar oleh nafsu
duniawi, seolah-olah ia ingin mencengkeram seisi dunia ini dengan jari-jari tangannya.
Akibatnya, ia hidup dengan prinsip semua orang harus melayaninya bukan aku yang
harus melayani mereka. Sikap demikian inilah yang membuat hidupnya tidak barakah
dan tidak pernah merasa cukup atas rezeki yang ia dapatkan. Manusia seperti ini,
digambarkan seperti orang yang meminum air laut, semakin banyak diminum, merasa
semakin haus dan dahaga. Manusia muslim harus memperhatikan nasib masyarakat
yang berada di bawah garis kemiskinan yang lebih sulit dan menderita dari dirinya. Ia
harus empati dan iba untuk menolong dan meringankan beban mereka. Jika hal itu
terwujud, maka jurang kemiskinan pun bisa diminimalisir dan angka gejolak sosial pun
dapat ditekan. Dengan demikian, masyarakat muslim akan sejahtera sesuai dengan
tatanan dan tuntunan agamanya. Alangkah agungnya ajaran Islam yang memandang
semua umatnya adalah bersaudara yang harus saling membantu dan menolong antara
satu dengan yang lain. Bahkan, lebih jauh lagi, Islam melalui sabda Rasulullah SAW
memandang bahwa iman seseorang tidak sempurna sehingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
)‫ َح َّتى ُيحِبَّ َأِلخِي ِه َما ُيحِبُّ لِ َن ْفسِ ِه (رواه البخاري ومسلم‬،‫الَ يُْؤ مِنُ َأ َح ُد ُك ْم‬
“Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, No: 13, Muslim, No: 45).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Kaum Muslimin dan Muslimat yang kami
cintai, Selain menyerukan untuk empati atau solidaritas pada sesama, pengarahan
berikutnya dari hadis di atas adalah menyebarkan salam. Ia merupakan pesan yang
sangat tinggi bagi kemanusiaan berupa tegur sapa yang mengandung arti perdamaian
dan kesejahteraan. Karena mengandung nilai perdamaian dan kesejahteraan itulah,
ucapan tersebut harus disebarluaskan pada setiap orang, baik orang yang dikenal
maupun tidak.
Hidup yang damai dan sejahtera adalah dambaan semua manusia yang beradab. Tidak
ada seorang pun yang menginginkan adanya kekerasan, dan tindakan yang tidak
berperikemanusiaan mengenai dirinya. Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang
membawa rahmat untuk semesta alam (rahmatan lil alamin), sesuai namanya, juga
menyerukan umatnya untuk menebarkan perdamaian dan saling mencintai antar
sesama manusia.Cinta kasih adalah modal utama untuk mewujudkan hidup rukun,
aman, dan tentram. Tetapi jika ada pihak atau sekelompok manusia yang menginginkan
untuk mencabik nilai-nilai yang tinggi itu, maka Islam melalui sabda Nabi Muhammad
SAW, dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan memperoleh kesuksesan di
dunia dan akhirat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Demikianlah, ajaran Islam yang paripurna dan senantiasa relavan untuk diamalkan
umat manusia sampai akhir masa, demi mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Bangsa yang berkeadaban adalah umat yang selalu memperhatikan nasib masyarakat
sekitarnya. Mereka dapat hidup tenang dan damai, jika masyarakatnya berkecukupan.
Sebaliknya mereka merasa gundah dan gelisah, jika masyarakatnya hidup susah.
Hal ini digambarkan Nabi SAW sebagaimana hadis dari Nu’man bin Basyir:
َّ ‫ ِد ِه ِب‬/‫ ِإ َذا ا ْش َت َكى عُضْ ًوا َتدَا َعى لَ ُه َساِئ ُر َج َس‬،ِ‫الج َسد‬
‫ َه ِر َوال ُحمَّى (رواه‬/‫الس‬ ُ ‫ِين فِي َت َرا ُحم ِِه ْم َو َت َوا ِّد ِه ْم َو َت َع‬
َ ‫ َك َم َث ِل‬،‫اطف ِِه ْم‬ َ ‫َت َرى المُْؤ ِمن‬
)‫البخاري ومسلم‬
“Kamu melihat kaum mukminin dalam hal sayang menyayangi, cinta mencintai, dan
kasih mengasihi, bagaikan satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh yang
mengeluh (sakit), maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan
tidak bisa tidur dan merasa demam”. (HR. Bukhari, No 6011; Muslim, No 2586).
Sikap dan cara pandang itulah yang harus kita usung bersama, yaitu solidaritas
terhadap sesama. Dalam nuansa Idul Adha ini, di balik merayakan kegembiraan dan
kemenangan kita dengan takbir, tahlil, dan tahmid, kita pun harus menengok saudara-
saudara kita yang masih hidup dalam garis kemiskinan. Kepada mereka, kita ulurkan
tangan. Untuk mereka, kita hentikan gaya hidup yang berlebihan.
Marilah kita berbagi dan empati dalam kerangka solidaritas sosial untuk bahu membahu
mewujudkan masyarakat yang mapan dan sejahtera. Berkaitan dengan hal inilah maka
pada hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah), diperintahkan
kepada kita agar melaksanakan ibadah kurban. Kurban itu diarahkan agar dilakukan
secara ikhlas, semata-mata mengharap keridhaan Allah SWT.
Ibadah itu dilaksanakan karena Allah, dan mengahrap keridhaan-Nya. Sedangkan
daging kurbannya adalah diperuntukkan bagi mereka yang hidup dalam kekurangan
dan amat membutuhkan protein hewani. Tidaklah akan sampai kepada Allah darah dan
daging kurban itu, yang sampai kepada Allah adalah ketakwaan dari mereka yang
melakukan kurban tersebut.
َ ‫ن‬/ ‫ ِر ْالمُحْ ِس‬/ ‫ دَا ُك ْم َو َب ِّش‬/‫ا َه‬//‫ َّخ َر َها لَ ُك ْم لِ ُت َك ِّبرُوا هَّللا َ َعلَى َم‬/ ‫ك َس‬
‫ِين‬ َ ِ‫ َذل‬/‫وى ِم ْن ُك ْم َك‬/َ /‫ ُه ال َّت ْق‬/ ُ‫ا َولَكِنْ َي َنال‬//‫ا َوال ِد َماُؤ َه‬//‫ا َل هَّللا َ لُحُو ُم َه‬//‫لَنْ َي َن‬
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah
Telah menundukkannya untukmu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap
‫‪hidayah-Nya kepadamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat‬‬
‫‪baik”. (QS. Al-Haj, 22:37).‬‬
‫اع ُه َفه َُو ال َّس ِع ْي ُد َو َمنْ َأعْ َر َ‬
‫ض َو َت َولَّى َف ُه‪/َ /‬و‬ ‫هللا ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى ِ‬
‫هللا فِي ه َذا ْال ِع ْي ِد ال َّس ِع ْي ِد َوَأ َح ُّث ُك ْم َعلَى َطا َع ِتهِ‪َ ،‬ف َمنْ َأ َط َ‬ ‫عِ َبادَ ِ‬
‫هذا َوَأسْ َت ْغفِ ُر هللاَ ْال َعظِ ْي َم لِي َولَ ُك ْم َول َِج ِمي ِْع ْالمُسْ لِ ِمي َْن ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬
‫ضالَ ِل ْال َب ِع ْيدِ‪َ ،‬أقُ ْو ُل َق ْولِيْ َ‬
‫  ‪.‬فِي ال َّ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫صلِّ َعلَى )‪(7x‬‬ ‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر اَ ْل َح ْم ُد هللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ‪َ ،‬أرْ َسلَهُ َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللّهُ َّم َ‬
‫ال هللاُ تَ َعالَى فِي ِكتَابِ ِه‬ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ نَ قَ َ‬
‫َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأجْ َم ِع ْينَ ‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح َّ‬
‫ق هَّللا َ َح ْيثُ َما‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪ :‬اتَّ ِ‬ ‫ُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُونَ َوقَا َل َرسُوْ ُل هللاِ َ‬ ‫ْال َك ِري ِْم‪ :‬يَا َأيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُد ْ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن‬ ‫ض َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ َوع َْن َج ِمي ِْع ال َّ‬ ‫ق َح َس ٍن ‪ .‬اَللّهُ َّم ارْ َ‬ ‫اس بِ ُخلُ ٍ‬
‫ق النَّ َ‬ ‫ُك ْنتَ َوَأ ْتبِ ِع ال َّسيَِّئةَ ْال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا َوخَالِ ِ‬
‫صا ِدقًا َوقَ ْلبًا خَ ا ِشعًا َولِ َسانًا َذا ِكرًا َوتَوْ بَةً نَصُوْ حًا‪ ،‬اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ‬ ‫تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‪ ،‬اَللّهُ َّم ِإنَّا نَ ْسَألُكَ ِإ ْي َمانًا َكا ِماًل َويَقِ ْينًا َ‬
‫َّعيَّةَ‬ ‫ح ال ُرعَاةَ َوالر ِ‬ ‫ت‪ ،‬اَللّهُ َّم َأصْ لِ ِ‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫ت اََألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬
‫ت ِإنَّ َ‬ ‫ت َو ْال ْم ُسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬‫لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ار‪ِ .‬عبَا َد هللاِ ُأوْ ِ‬
‫ص ْي ُك ْم‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫َواجْ َعلْ ِإ ْن ُدوْ نِ ْي ِسيَّا َو ِديَا َر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ آ ِمنَةً َر ِخيَّةً‪َ ،‬ربَّنَا آتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذيْ ْالقُرْ بَى‬ ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ‪ِ ،‬إ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواِإْل حْ َس ِ‬ ‫فى ال ِّس ِّر َو ْال َعلَ ِن َو َجانِبُوْ ا ْالفَ َوا ِح َ‬ ‫َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ِ‬
‫‪َ .‬ويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪َ ،‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللَا ُ َأ ْكبَ ُر وهللِ ْال َح ْم ُد‬

Anda mungkin juga menyukai