Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at

HIKMAH QURBAN IDUL ADHA


Oleh: Muhammad Atok Hawari

Masjid Baitun Nur Rohman

Karangjongkeng Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Jawa Tengah 52415


KHUTBAH PERTAMA

‫ح ُ ُ ح َ ح ُ َ َ ح َ ِّ َ َ ح‬ ُ‫َحَ ُ ُ َ َح َ حُُ َ َح َح ُُ ََ ُ ح‬ َ ‫َّ ح َ ح‬


‫ات أع َم هاِلَا َم حن‬ ‫ه‬ ‫ئ‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫م‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫س‬
‫ه‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ر‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ُش‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫هلل‬
‫ه ه ه‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ذ‬‫و‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ه‬‫ر‬‫ف‬‫ه‬ ‫غ‬‫ت‬ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬‫ن‬ ‫ي‬ ‫ع‬
‫ه‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬ ‫د‬‫م‬‫َن‬ ‫لِل‬
‫إن اْلم ه ه‬
‫د‬
‫ُ َ َ ُ َّ َ ُ َ َ ح ُ ح ح َ َ َ َ َ ُ َ َ ح َ ُ َ ح َ َ َ َّ ُ َ ح َ ُ َ َ َ َ َ ح‬ ‫َح‬
‫ُشيحك َُل َوأش َه ُد‬ ‫اهلل وحده َل ه‬ ‫يه هدهه اهلل فَل م هضل َل ومن يض هلل فَلها هدي َل وأشهد أن َل هإَل هإَل‬
ُ،‫ ا َ َّما َب حعد‬,‫ي‬ َ ‫حبه أَ ح‬
َ ‫ْجع ح‬ ‫َ َ ح‬ َ َ َ َّ َ ُ َ ِّ َ َ َ ِّ َ َّ ُ ُ ُ ‫َ َّ ُ َ َّ ً َ ح ُ ُ َ َ ُ ح‬
‫ه‬ ‫آَل وص ه ه‬ ‫ اللهم صل لَع سي هدنا ُمم ٍد ولَع ه ه‬،‫أن ُممدا عبده ورسوَل‬
َ ‫َّ ُ ح َ َ َّ ُ َ َ َ َ ُ ح ُ َّ َّ َ َ ح ُ ح ُ ح ُ ح‬
.‫ هاتقوااهلل حق تقاتهه وَلتموتن هاَلوأنـتم مس هلمون‬,‫ أوصيكم ونفيس بتقوى اهلل‬،‫فيَا عباد اهلل‬

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Marilah senantiasa kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas semua nikmat
yang diberikan kepada kita. Dengan syukur yang ikhlas, dari hati nurani kita yang paling
dalam, semoga Allah ridha kepada kita, Allah melimpahkan nikmat-nikmatNya dan
mengampuni dosa-dosa kita semua.

Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk senantiasa
memelihara dan meningkatkan iman dan taqwa, karena dengan kedua hal itu, kita akan
selamat dari fitnah dunia dan fitnah siksa kubur, serta akan mendapatkan rahmat dan
ampunan Allah di akhirat kelak.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Sayyidina Abu Bakar Al-Shiddiq radhiyallahu ‘Anhu mengatakan tentang taqwa.


ُ ‫َ َ ح َ ُ حُ ح ح‬
ُ ‫لف‬ ‫َّ ح‬ َ ‫َ حَ ُ ح‬
‫ج حو ُر‬ ‫ وأْحق اْلم هق ا‬، ‫اتلق ٰوى‬ ‫يس‬
‫أكيس ال ه‬
‫ك‬
“Sungguh, kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa, dan kebodohan yang paling bodoh
adalah maksiat.” (As-Sunan Al-Kubra no. 13009)

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Marilah pada kesempatan ini, kita merenungkan Firman Allah Q.S. Al-Kausar [108]: 1-3 yang
berbunyi:
َ ‫َّ َ َ َ ُ َ ح‬
ُ َ ‫اَلب ح‬ ‫َ ح‬ ِّ َ َ َ ‫َّ ٓ َ ح ح َ ح‬
.)٣(‫َت‬ ‫) هان شانهئك هو‬٢(‫) ف َصل ل ه َر ِّبك َواَنَ حر‬١( ‫هانا اع َطي ٰنك الك حوث َر‬

)٣-١ : ]١١٠[ ‫(سوراة الكوثر‬


“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak, Maka laksanakanlah
shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada
Allah), Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”

Perintah berqurban hadir di kala Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam sedang berada dalam
tekanan dan serangan oleh kaum kafir Quraisy. Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala justru
memerintahkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam untuk melakukan qurban dan
mensyiarkannya.

Syariat qurban juga untuk mengenang peristiwa pengorbanan Nabiyullah Ibrahim Alaihi
salam, ketika diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyembelih putera
kesayangannya, yaitu Nabiyullah Ismail Alaihi salam.

Substansi dari ibadah qurban adalah pernyataan kesediaan diri untuk menyerahkan sesuatu
yang paling berharga dan paling dicintainya, semata-mata hanya karena rasa cinta dan taat
kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lambang kecintaan Nabi Ibrahim Alaihi salam ialah Ismail, seorang anak yang sudah sekian
lama didamba-damba kehadirannya dan dinanti-nanti kelahirannya. Lalu ketika si anak
sedang tumbuh kembang, sedang semangat-semangatnya belajar banyak hal, tiba-tiba Allah
Subhanahu wa Ta’ala meminta untuk disembelih.

Secara manusiawi, bapak mana yang tega melakukannya. Orang tua mana yang sampai hati
mengorbankan anaknya. Normalnya sebagai seorang ayah, ia akan melakukan apapun demi
keselamatan jiwa buah hati tercinta.

Namun, Nabi Ibrahim Alaihi salam segera sadar bahwa cintanya kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala melebihi segalanya. Ketaatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mengalahkan
semua kecintaannya kepada harta benda, termasuk keluarganya yang dicinta.

Maka, Nabi Ibrahim Alaihi salam berhasil dan lulus dari ujian itu dan sang putera tercinta
juga dengan ikhlas dan ridha mematuhi perintah bapaknya. Akhirnya berangkatlah mereka
ke Mina, menunaikan perintah suci, dari Rabb pencipta alam semesta.

Begitulah potret keluarga rabbani, antara ayah, ibu dan anak, semuanya memiliki orieantasi
untuk beribadah kepada Allah semata. Seluruh hidupnya dipersembahkan untuk menaati
perintah Allah, segenap kemampuan dan kekuatan diperuntukkan untuk ibadah kepada
Allah. Bahkan jiwanya pun rela dikorbankan demi menunaikan perintah Allah Subhanahu
wa Ta’ala.

Maka, jika kita ingin mengikuti jejak keluarga Rabbani seperti keluarga Nabiyullah Ibrahim
Alahi salam, marilah kita laksanakan qurban sebagai simbol ketaatan kita dengan
mengorbankan apa saja yang kita cintai sebagai bukti cinta kita dan ketaatan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Menjelang shalat Idul Adha ini, kita sedang diuji keimanan oleh Allah, akankah kita tunduk
dan patuh kepada perintah Allah untuk menunaikan qurban, ataukah kita lebih cinta harta
benda karena takut berkurang atau habis karenanya.

Ma’asyiral Muslimin Hadakumullah

Nabi Ibrahim Alaihi salam yang mengajarkan kepada kita bahwa seorang hamba janganlah
tertipu dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja. Ada kehidupan yang lebih hakiki dan
perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana.

Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillahi Ta’ala tidak akan ada ruginya. Sikap
semacam inilah yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim Alaihi salam, yang juga diikuti
puteranya, Ismail, yang begitu patuh dan saleh. Dengan bahasa lain, pengorbanan adalah
bentuk pola pikir dan cara pandang manusia yang jauh ke depan menuju kehidupan bahagia
di kemudian hari, termasuk di akhirat kelak.

Syariat ibadah qurban sesungguhnya menjadi barometer yang bersifat vertikal dan horizontal
tentang seberapa jauh kesetiaan, pengorbanan, dan pengabdian kita terhadap nilai-nilai
ketuhanan (esoterik) serta kepedulian dan empati kita kepada nilai-nilai kemanusiaan
(eksoterik).

Ibadah qurban menjadi contoh nyata bagaimana Islam mengatur aspek kemanusiaan, sosial,
bahkan juga perekonomian umatnya. Distribusi daging kurban yang menyeluruh dapat
menjadi contoh baik dalam menjaga harmonisnya kehidupan sosial kemasyarakatan umat
Islam, bukan hanya umat Islam yang merasakan keberkahannya, qurban juga bisa dirasakan
oleh umat non-Muslim yang hidup berdampingan dengan kita. Hal ini mampu memupuk
rasa solidaritas umat manusia karena menghubungkan kasih sayang antar sesama.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Tidak
memandang agama, suku, kelas sosial dan atribut-atribut kemanusian yang lain.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam.

)‫لناس (رواه اْحد‬ ‫َحَ ُ ُ ح‬ ُ ‫َخ ح‬


‫اِلاس أنفعهم ل ه ه‬
‫ْي ه‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (H.R. Ahmad)

Semoga kita semua mampu menjadi hamba-hamba yang patuh, tunduk dan pasrah total
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah mantabkan hati kita untuk menunaikan ibadah
qurban karena pengorbanan itu sesungguhnya bukan untuk Allah, tetapi akan kembali
kepada kita sendiri, yang akan kita rasakan balasannya, baik ketika di dunia, terlebih nanti di
Yaumil Qiyamah kelak, ketika banyak orang yang menyesal dengan harta yang ditumpuk-
tumpuk dan disayangi sehingga tidak mau berqurban, dan kita yang berqurban merasakan
kenikmatan dan kasih sayang Allah Subahanahu wa Ta’ala.

Baarokallohu lii wa lakum fil quranil ‘adzim. Wa nafa’ani wa iyyakum bima fiihi minal
aayaati waddzikril hakim. Wa taqobbala minnii wa minkum tilaawatahu, innahu huwal
ghofuururrohim.
‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫ح َد ب هه َو ََ َفر‪َ،‬‬ ‫اغما ل َم حن َج َ‬ ‫يك َ َُل‪ ،‬إ حر ً‬ ‫ُ َ ح َُ َ َ َ‬ ‫َ ح ُ ه َ ح ً َ َ َ َ َ َ ح ُ َ ح َ ٰ َ َّ‬


‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ُش‬‫لِل ْحدا كما أمر‪ .‬أشهد أن َل هإَل هإَل اهلل وحده َل ه‬ ‫اْلمد ه ه‬
‫ح َ َ َ ه ُ ََّ َ َّ َ َ َّ ح َ َ َ َّ َ ََّ ٰ‬
‫ُمم ٍد وا ه هَل‬ ‫َش‪ .‬اللهم ص هل وس هلم لَع س هي هدنا‬ ‫ب‬‫وال‬ ‫س‬
‫ح‬
‫ن‬ ‫اْل‬
‫ح‬
‫د‬ ‫وَل َس َّي ُ‬ ‫ورس ُ ُ‬ ‫بد ُه ُ‬ ‫ُمم ًدا َع ُ‬ ‫وأَ حش َه ُد أَ ََّن َس َّي َدنَا ََّ‬
‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬
‫َ َ ح َ ََّ َ َ ح َ ٌ َ َ ُ ُ ٌ َ‬
‫ِب َ‬
‫َب‬‫وصح هب هه ما اتصلت عي هبنظ ٍر وأذن ه ٍ‬
‫َ ُ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ ح‬ ‫َ‬ ‫َ َََ ََُ حَ‬ ‫َ َّ َ ح ُ َ َ َُّ َّ ُ ََّ ُ‬
‫واحش ما ظهر همنها وما بطن‪ ،‬وحافظوا لَع‬ ‫أما بعد‪ :‬فيآ أيهااِلاس اتقوا اهلل تعاىل وذروا الف ه‬
‫ََ‬ ‫َح‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ح َ َ َ ح َ ُ َ ََّ َ َ َ َ ُ ح ح َ َ‬ ‫ح‬
‫ور اْل ُ ُم َع هة واْلماع هة ‪ .‬واعلموا أن اهلل أمرَم بهأم ٍر بدأ هفيه بهنف هس هه وثَن بهمَلئك هة‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫ه‬ ‫اع هة َو ُح ُض‬ ‫الط َ‬ ‫ََّ‬

‫آمنُوا‬ ‫ب يَآ أَيَّها ََّاَلي َن َ‬ ‫ون لَع ََّ‬


‫اِل َّ‬ ‫َ ُ ُ َ َُّ َ‬
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫مَلئكت‬ ‫اهلل َ‬
‫و‬ ‫يما‪ :‬إ ََّن َ‬ ‫َل َعل ً‬ ‫ً‬
‫ئ‬ ‫قا‬ ‫ل‬
‫َ َ ََ َ َح ََح‬
‫ز‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ول‬ ‫اىل‬ ‫ع‬‫ت‬ ‫قال‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬ ‫ه‬ ‫س‬ ‫د‬
‫ُح‬
‫ق‬
‫ه‬ ‫هه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫َ َّ َ ََّ َ َ َ ََّ ح َ َ‬ ‫ََّ َ َ َ‬ ‫لَع َّ‬ ‫َ َُّ َ َ ح َ َّ ُ َ ح ح ً َ ََّ ََّ َ َّ َ َّ ح َ َ‬
‫ت َلَع‬ ‫آل س هي هدنا ُمم ٍد كما صلي‬ ‫ه‬ ‫لَع‬ ‫و‬ ‫د‬
‫ٍ‬ ‫ُمم‬ ‫نا‬ ‫د‬
‫هه‬ ‫سي‬ ‫صلوا علي هه وس هلموا تس هليم‪ .‬اللهم ص هل وس هلم‬
‫ح َ َ ََّ َ َ ٌ َ ٌ‬ ‫لَع آل َس َّي هدنَا إب ح َرا هه َ‬ ‫حَ َ َ ََ‬
‫َميد‬ ‫ه‬ ‫يد‬ ‫ْح‬‫ه‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫إ‬
‫ه‬ ‫ي‬ ‫م‬‫ه‬ ‫عال‬ ‫ال‬ ‫يف‬ ‫يم‬ ‫ه ه ه‬ ‫َس هَّي هدنا هإبرا ههيم و‬
‫َح ُ َ َ َ ح َ ُ ََ ُح َ‬ ‫ُ‬ ‫ح‬ ‫َ ََّ َ َ َ‬ ‫اْلُلَ َفاء َّ‬ ‫ح‬ ‫َ ََّ ََّ َ ح َ‬
‫ين قض حوا هباْل َ هَّق َواكنوا هب هه يع هدلون‪ ،‬أ هِب بك ٍر وعمر و عثمان‬ ‫اش هدين اَل‬ ‫الر ه‬ ‫ارض َع هن‬ ‫اللهم و‬
‫َ َّ َ ح َ َ َ َ ََّ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ َ ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
‫ي لهل َع ح َ‬ ‫ح‬
‫الس َّتَة ال ُمتَ َّمم َ‬
‫ي وتابه هِع‬ ‫حاب ن هب هيك أْجعي‪ ،‬وع هن اتل هاب هع‬ ‫لَع َو َعن َ‬ ‫َو َ ٍّ‬
‫كرامه وعن سائه هر أص ه‬ ‫َش هة ال ه‬ ‫هه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫ُ ُ َ َ َ َ ً َ َّ َ‬ ‫ح‬ ‫ُ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ ََّ ُ ََّ َ َ ح َ ح َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََّ َ َ َ ح َ َ ُ ح ح‬
‫وننا‬ ‫ين‪ .‬اللهم َل َتعل هِلح ٍد همنهم هيف عن هقنا ظَلمة‪ ،‬ه‬ ‫ل ه‬ ‫سان هإىل يومه ا ه‬ ‫اتل هاب هعي ومن ت هبعهم به هإح ٍ‬
‫ود َّهمرح‬ ‫ح ََََ ُ ح َ َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ح َ َ ََّ ََّ ََّ ح ح َ َ ُ ح ح‬ ‫َ‬ ‫ُ َّ ح ح َ ح‬
‫اْلسَلم والمس هل همي‪ ،‬وأه هل هك الكفرة والمَش هَي‪،‬‬ ‫وال يومه ال هقيام هة‪ .‬اللهم أ هعز ه‬ ‫هِب هب ههم همن أه ه‬
‫ك َو ََّات َقاكَ‬ ‫َ ح َ َ‬ ‫َ ح َ ََّ ُ ََّ َ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُح َ َ ح ح َُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََّ ُ ََّ ََّ‬ ‫َّ‬ ‫َ ح‬
‫ورنا‪ ،‬واجع هل اللهم هوَليتنا هفيمن خاف‬ ‫َ‬
‫ين‪ .‬اللهم آ همنا هيف دو هرنا وأص هلح وَلة أم ه‬ ‫ل ه‬ ‫أعداء ا ه‬
‫َ حَ َ‬ ‫حُ ح حَح‬ ‫َح َ ح‬ ‫َ حُ ح حَ َ حُ ح‬ ‫ي وال ح ُم حسل َ‬ ‫اغف حر للح ُم حسلم ح َ‬ ‫ََّ ُ َّ ح‬
‫ْح هتك يَا‬ ‫وات‪ ،‬بهر‬ ‫ه‬ ‫م‬ ‫واِل‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫م‬
‫ه‬ ‫ء‬ ‫ه‬ ‫يا‬ ‫ح‬ ‫ِل‬ ‫ا‬ ‫‪،‬‬ ‫نات‬ ‫ه ه‬ ‫م‬ ‫ؤ‬ ‫م‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ي‬ ‫ن‬
‫هه‬ ‫م‬ ‫ؤ‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ات‬ ‫ه ه‬ ‫م‬ ‫هه‬ ‫الله َم ه ه‬
‫َ‬ ‫َ ََّ ََّ ح َ ح َ ََّ ح َ َ َ َ َ َ ِّ َ َ َّ َ ََّ َ َ َ ح َ َ َ ُ ح َ ح َ‬ ‫ب الح َعط َّيَ‬
‫َ َما ظ َه َر‬ ‫ه‬ ‫ف‬‫ه‬ ‫ال‬ ‫ء‬ ‫و‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ح‬ ‫م‬
‫ه‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ز‬
‫ه‬ ‫َل‬ ‫والز‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫الز‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫الر‬ ‫و‬ ‫باء‬ ‫والو‬ ‫ء‬ ‫َل‬ ‫اْل‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫اد‬ ‫هم‬ ‫لل‬ ‫ا‬ ‫‪.‬‬ ‫ات‬
‫ه ه‬
‫َواه َ‬
‫ه‬
‫ي‪َ .‬ر ََّبنا آتهنا يف‬ ‫ي ََع ََّم ًة يا َر ََّب الح َعالَم َ‬ ‫وع حن سائر ب ََلد ال ح ُم حسلم ح َ‬ ‫ح َ َ َ َ َ َ ح َ َ َ َ َ َ ََّ ً َ‬
‫َلنا هذا خاصة‪،‬‬
‫ه‬ ‫هه‬ ‫هه ه ه‬ ‫همنها وما بطن عن ب ه‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ًَ َ ح َ َ َ ًَ َ َ َ َ‬ ‫َّ‬
‫ار‬
‫النيا حسنة ويف اَل هخر هة حسنة وقهنا عذاب اِل ه‬
‫حُ ح َ َ حَ ح‬ ‫حُ ح َ َح َ َ حَ ح‬ ‫َ‬ ‫ح ح‬ ‫ََّ َ َ ح ُ ُ ح َ ح‬ ‫َ‬
‫ْ‬
‫ه‬ ‫اْل‬‫و‬ ‫ر‬
‫ه‬ ‫ك‬‫ن‬ ‫م‬ ‫وال‬ ‫ء‬
‫ه‬ ‫شا‬ ‫ح‬ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫ن‬
‫ه‬ ‫ع‬ ‫َه‬ ‫ن‬ ‫وي‬ ‫َب‬ ‫ر‬‫ق‬‫ال‬ ‫ي‬ ‫ذ‬
‫ه‬ ‫يتاء‬‫ه‬ ‫وإ‬ ‫سان‬ ‫ح‬ ‫واْل‬
‫ه‬ ‫ل‬
‫ه‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ال‬‫ه‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫م‬‫أ‬ ‫ي‬ ‫اهلل‬ ‫ن‬ ‫إ‬
‫ه‬ ‫‪،‬‬ ‫هلل‬
‫ه‬ ‫ا‬ ‫باد‬ ‫هع‬
‫ُ ُ َ ََّ ُ َ َ ََّ َ‬
‫يَ هعظك حم ل َعلك حم تذك ُر حون‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai