Anda di halaman 1dari 65

”ANALISIS HASIL KEGIATAN MUSYAWARAH DALAM

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN INTELEKTUAL PADA


SANTRI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB LIRBOYO “

Ditulis Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan (S.Pd)

SKRIPSI

Oleh :
Arvin Khoirul Bunayya
NIM. 932130519

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era modern saat ini dunia pendidikan sedang berlomba lomba agar

mendapatkan suatu sistem pembelajaran yang dapat mencetak peserta didik

sebagai pelajar yang sukses dalam berkontribusi terhadap negara dan

msyarakat, salah satunya yaitu meningkatkan kemampuan berpikir peserta

didik atau pengembangan intelektual dalam memecahkan suatu masalah.

Dalam dunia pendidikan terdapat banyak sistem pembelajaran dan strategi

pembelajaran yang dapat di gunakan dalam mengembangkan kemampuan

berpikir peserta didik atau pengembangan intelektual peserta didik. Dari

berbagai sistem pembelajaran yang diterapkan peneliti tertarik untuk

menganalisis kegiatan musyawarah sebagai sebuah sistem atau strategi

pembelajaran yang dapat meningkatkan pengembangan intelektual.

Pada seluruh bidang mata pelajaran yang di kaji. hal ini juga dapat

memberikan dampak perubahan yang begitu signifikan jika dalam penerapan

sistem atau strategi memang benar-benar di katakan sempurna dan

musyawarah yang dijadikan sebuat subjek penelitian ini pada umumnya di

implementasikan pada dunia pendidikan non formal.

Lembaga non formal yang akan di kaji kali ini adalah pondok

pesantren. Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang

tertua didirikan dan tidak bisa disamakan dengan beberapa lembaga-lembaga

pendidikan yang sudah ada saat ini, mulai dari metode pembelajaran yang

digunakan hingga aturan-aturan yang diberlakukan. Namun dengan seiring

1
perkembangan zaman, Pesantren yang sudah berdiri juga mulai ikut merintis

berdirinya beberapa lembaga-lembaga formal di lingkungan masing-masing.

Sehingga lambat laun pesantren juga mampu mengenalkan metode

pembelajaran modern pada santri. Di sisi lain, hal ini menjadikan pesantren

sebagai lahan yang mampu memenuhi kebutuhan santri secara utuh dan

mereka mampu bereksplorasi dengan bebas walaupun mereka berada di

lingkungan pesantren. Dengan begitu santri bukanlah mereka yang gagap

teknologi dan informasi, melainkan santri yang mampu bersaing di segala

bidang apapun dan dengan siapapun, karena kebutuhan mereka terpenuhi

secara maksimal di pesantren. Di samping itu, pesantren merupakan lembaga

yang mendidik santrinya untuk berbaur dengan masyarakat. Dalam segi

kurikulum pembelajaran, pendidikan non formal atau pesantren sudah lebih

jauh di terapkan sebelum adanya pendidikan formal di era modern ini.

Pendidikan pesantren juga mengedepankan moral akhlak terhadap guru

sehingga hasil dari sumber belajar dapat di katakan maksimal dan siap untuk

di sajikan di masyarakat.1

Selaras dengan didirikannya pondok pesantren Menurut H. M. Arifin.

Rumusan tujuan pondok pesantren adalah sebagai berikut :

Tujuan umum, Membentuk muballigh-muballigh Indonesia berjiwa

Islam yang bertaqwa, mampu baik rohaniyah maupun jasmaniyah dengan

mengamalkan ajaran agama Islam bagi kepentingan kebahagian hidup diri

sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa serta Negara Indonesia.

1
Dadan Muttaqien, “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren” , ( JPI FIAI Jurusan
Tarbiyah Agustus, 1999 ) hlm., 81

2
Tujuan khusus, Memberikan keterampilan, olah raga dan kesehatan

kepada santri, Memberikan pengertian keagamaan melalui praktek ajaran

ilmu agama Islam, Mengembangkan sikap beragama melalui praktik-praktik

ibadah, Mewujudkan persaudaran dalam pondok pesantren dan sekitarnya.

Dan, Membimbing suasana hidup keagamaan dalam pondok pesantren sebaik

mungkin sehingga menarik pada jiwa anak didiknya (santri) 2

Korelasi dari analisis kegiatan musyawarah yaitu berupa peningkatan

pengembangan intelektual, peningkatan pengembangan intelektual sendiri

memicu pada kemampuan peserta didik dalam berpikir dan secara tidak

langsung dalam kegiatan ini santri atau peserta didik akan di latih untuk

berpikir kritis atas jawaban yang di berikan oleh mujawib. Persoalan

perosalan agama sosial budaya tidak menjadi sekat untuk melakukan

musyawarah tetapi dalam sebagian dari sistem kegiatan musyawarah yang

diteliti ada kegiatan musyawarah yang hanya membahas persoalan sesuai

dengan materi pelajaran.. Musyawarah yang di terapkan dalam dunia

pesantren sudah sangat terstruktur dan juga terorganiris sehingga dalam

sistem penerapan pengembangan intelektual akan menjadi lebih mudah,.

Semakin tinggi dan semangatnya para peserta didik dalam berkontribusi

dalam kegiatan musyawarah maka semakin luas wawasan peserta didik

menekuni dalam bidang keilmuan ini maka peserta didik akan semakin

berpikir kritis dan mampu meningkatkan pengembangan intelektual baik itu

secara individu maupun kelompok.

2
Mukromin, "Implementasi Pendidikan Karakter Di Pesantren", dalam Jurnal Al-Qalam, Vol. XII,
138

3
Tapi sayangnya hal tersebut tidak di pandang luas dari berbagai

elemen pendidikan, mungkin karena hal ini hanya terfokus pada

permasalahan-permasalahan lingkup agama. dalam melakukan aktivitas

Musyawarah memiliki peran penting dalam mewujudkan masyarakat yang

aman, damai dan tentram. Musyawarah mengajarkan kedewasaan 150 dalam

berfikir belajar agar dapat menghargai pendapat orang lain, serta belajar

untuk mengemukakan pendapat dengan baik. Begitu pentingnya

bermusyawarah, Allah SWT menurunkan ayat tentang musyawarah yang

terdapat pada surat Ali Imran ayat 159 dan surat Asy-Syura ayat 38.

ٍ ُ‫ت يَ ْو ٍم َم ْعل‬
‫وم‬ ِ ‫س َح َرة ُ ِل ِميقَا‬
َّ ‫فَ ُج ِم َع ال‬
Sementara itu, mengenai objek pada musyawarah, tidak semua

masalah atau problem bisa dijadikan sebagai objek dalam bermusyawarah.

Karena Musyawarah dilakukan hanya pada permasalahan yang menyangkut

keduniawian dan sosial-kemasyarakatan. Mengenai masalah agama, tidak

termasuk ke dalam objek musyawarah. Sebagaimana dilansir oleh para ulama

bahwa objek dari musyawarah adalah persoalan yang tidak ada nashnya

dalam AlQur’an dan Hadits Rasulullah SAW. Sedangkan persoalan yang

disebutkan nashnya secara jelas dan tegas, tidak menjadi objek dalam

musyawarah..3

Sedangkan keterkaitan intelektual sendiri mengarah kepada menguji

kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi, menalar serta bertindak

secara efektif dan efisien dalam memecahkan suatu masalah dengaan

melibatkan keterampilan dalam berpikir atau kemampuan berargumentasi


3
Dudung, A, Musyawarah dalam Al-Qur’an: Suatu Kajian Tafsir Tematik ( AlDaulah :
2014.).21

4
sehingga akan ada capaian penilaian secara akademik baik itu individu

maupun kelompok.4

Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah apakah kegiatan

musyawarah dapat membantu peserta didik agar selalu bisa berpikir krtitis di

dalam dunia pendidikan dan berbagai bidang khusus nya dalam

pengembangan intelektual selain itu gaya berpikir kritis seorang peserta didik

dalam berargumen, dan semua konteks kemampuan berpikir akan terpacu

atau tertuju pada ibarat ( referensi ) dari kitab kuning sesuai dengan konteks

yang di kaji.

Konteks musyawarah juga sangat di anjurkan dalam agama islam

seperti dalam kutipan firman Allah Swt. :

‫ب ال ْنفَضُّوا ِم ْن‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬ ًّ َ‫ت ف‬


َ ‫ظا َغ ِلي‬ َ ‫ت لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْن‬ َ ‫َّللاِ ِل ْن‬
َّ َ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمن‬
‫ت‬َ ‫ْف َع ْن ُه ْم َوا ْستَ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِي األ ْم ِر فَإِذَا َعزَ ْم‬ ُ ‫َح ْو ِل َك فَاع‬
َ‫َّللاَ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِ ِّكلِين‬ َّ ‫فَت ََو َّك ْل َعلَى‬
َّ ‫َّللاِ ِإ َّن‬
Artinya : Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal. (Ali Imran: 159)

Diriwayatkan dari Al-Hasan: tidak ada satu kaum yang

bermusyawarah kecuali mendapat petunjuk pada urusan mereka yang paling

baik. Dan Ibnu Arabi mengatakan pula bahwa musyawarah itu melembutkan

hati orang banyak, mengasah otak dan menjadi jalan menuju kebenaran. Dan

tidak ada satu pun yang bermusyawarah kecuali mendapat petunjuk.

4
Indragiri A, Kecerdasan Optimal, ( Jogjakarta: Starbooks, 2010 ), 91.

5
Dalam rencana penelitian yang akan di adakan di Pondok Pesantren

Haji Ya’qub sudah jelas, bahwa keterkaitan antara musyawarah dan

penembangan intelektual. memeliki kesusaian yang tinggi Sehingga dapat di

simpulkan bahwa peniliti tertarik untuk meniliti kegiatan musyawarah dengan

judul “ANALISIS HASIL KEGIATAN MUSYAWARAH DALAM

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN INTELEKTUAL PADA

SANTRI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB ”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem kegiatan musyawarah di Pondok Pesantren Haji Ya’qub

2. Bagaimana hasil peningkatkan pengembangan intelektual pada santri

Pondok Pesantren Haji Ya’qub melalui kegiatan musyawarah ?

C. Tujuan penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang tertera maka tujuan dari penelitian ini

yaitu :

1. Untuk eksplorasi sistem kegiatan musyawarah di Pondok Pesantren

Haji Ya’qub.

2. Untuk eksplorasi hasil peningkatkan pengembangan intelektual

pada santri pondok pesantren haji ya’qub melalui kegiatan

musyawarah

D. Manfaat penelitian

Dalam pelaksanaa penelitian penulis mengharapkan adanya manfaat yang

dapat di ambil, yaitu :

1. Manfaat teoritis

6
a. Peserta didik akan lebih mengetahui betapa pentingnya

bermusyawarah.

b. Peserta didik secara tidak langsung juga akan di bimbing agar lebih

semangat dalam berargumen ketika bermusyawarah.

c. Peserta didik dapat memahami dan juga mengimplementasikan

musyawarah sebagai pengembangan intelektual atau kemampuan

dalam berpikir.

2. Manfaat praktis

a. Peserta didik, diharapkan dapat bisa menerapkan sistem musyawarah

yang menjuru pada pengembangan intelektual.

b. Mustahiq / guru, di harapkan dapat membimbing peserta didik agar

dapat memaksimalkan dalam melakukan kegiatan musyawarah atau

melakukan kontribusi lebih kepada santri atau peserta didik.

c. Pesantren, di harapkan agar dapat mencetak generasi generasi

cemerlang dari lingkup yang benar benar jauh dari teknologi,

sehingga pesantren juga dapat ikut andil dalam mencerdaskan

bangsa.

E. Penegasan istilah

“Analisis hasil kegiatan musyawarah dalam meningkatkan pengembangan

intelektual pada santri Pondok Pesantren Haji Ya’qub “

1. Musyawarah

Kata musyawarah diambil dari bahasa Arab, yaitu syūra yang

diserap ke dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti berunding dan

berembuk. memecahkan suatu masalah dengan hasil yang mufakat dari

7
rundingan atau rembukanyang di lakukan secara kholaqoh.5

Kata Shyūra secara bahasa memiliki banyak makna.

Beberapa ulama berbeda pendapat dalam memahami kata shyūra ini.

Ibnu ‘Arabi berpendapat bahwa shyūra yang di maksud di sini

adalah berkumpul dengan tujuan membicarakan suatu perkara, dan dari

masing-masing orang itu diminta pendapatnya. Sementara ar-raghib

mengatakan shyūra atau asy-syūra sama dengan makna al-

masyūrah, yaitu dengan mengeluarkan pendapat dengan mengembalikan

sebagian pendapat kepada yang lain. Maksudnya yaitu menimbang pada

satu pendapat dengan pendapat yang lain, kemudian diambil pendapat

yang disepakati bersama. Adapun menurut Imam Mahmud al-Khalidi

menyimpulkan bahwa shyūra adalah berkumpulnya manusia untuk

menyimpulkan yang benar dengan mengungkapkan berbagai perkara

dalam satu permasalahan untuk memperoleh petunjuk dalam mengambil

keputusan.6

2. Pengembangan Intelektual

Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan yang di

gunakan untuk membedakan kemampuan berpikir seseorang dengan orang

yang lain sehingga kita dapat membandingkan cara berpikir orang lain.

5
Rifa’i, T Komunikasi dalam Musyawarah: Tinjauan Konsep Asyura dalamIslam.,(
Channel : 2015 ). 3
6
Hidayat, A. Syura dan Demokrasi Dalam Perspektif Al-Qur’an., (ADDIN 2015), 9

8
Kecerdasan intelektual juga meiliki nama lain dalam berbagai

istilah salah satunya yaitu inteligensi. Istilah ini juga dipopulerkan kembali

pertama kali olehnya.

Menurut Francis Glaton ini menganggap bahwa Inteligensi adalah

kemampuan kognitif pada suatu organisme untuk menyesuaikan diri secara

efektif pada lingkungan yang kompleks yang selalu berubah karna

faktor genetic.

.Intelegensi berasal dari bahasa inggris "intelligence" yang

juga berasal dari bahsa latin yaitu "intellectus dan intelegentia atau

intellegere". Intelegensi berasal dari bahasa latin yang berarti

memahami. Jadi jika di tarik kesimpulan mengenai makna Intelegensi

adalah aktifitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau

potensi untuk memahami sesuattu.7

3. Santri ponpes HY

Santri adalah objek penelitian yang terletak di Pondok Pesantren

Haji Ya’qub unit lirboyo, Jawa timur.

4. Pondok pesantren haji ya’qub

Pondok Pesantren Haji Ya’qub lirboyo kota kediri, merupakan

salah satu unit dari beberapa unit yang ada di lirboyo, KH. Ya’qub

merupakan muassis pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota

Kediri.dan juga merupakan salah satu unit dari pondok pesantren Lirboyo

7
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan , (Jakarta :T. Raja Grafindo Persada, 2006),
cet. I, 125.

9
Kota Kediri, yang dimana secara silsilah masih berhubungan dengan

dzuriyah pondok pesatren Lirboyo kota Kediri, jawa timur.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdapat tiga bagian, yaitu bagian

awal, bagian inti, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari: halaman

judul, logo, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan dan

keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

label, daftar gambar dan daftar lampiran.

Sedangkan pada bab inti skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari:

Bab I berisi Pendahuluan memuat tentang: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan

sistematika penulisan.

Bab II berisi Kajian Pustaka yang mencakup landasan teori, dan kajian

pustaka dari penelitian yang relevan.

Bab III berisi Metode Penelitian yang mencakup jenis penelitian,

lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis

data dan pengecekan keabsahan data.

Bab IV berisi paparan dan temuan penelitian

Bab V berisi pembahasan

Bab VI berisi tentang kesimpulan dan saran. Pada bagian Akhir

meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.

G. Penelitian terdahulu

10
Penelitian terdahulu merupakan acuan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian agar tidak terjadi kesamaan pembahasan pada penelitian dalam

pembahasan yang sama, adapun penelitian yang di lakukan sebelumya yaitu :

1. Skripsi yang di tulis oleh oleh Dwi Wahyuningsih di Fakultas Tarbiyah

IAIN Tulungagung yang berjudul :“ Peran Asatidz dalam Penggunaan

Metode Bahtsul Masail untuk Meningkatkan Kecerdasan Intelektual

Santri pada Kajian Fikih di Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam

Udanawu Blitar ”dalam hasil penelitian di Pondok Pesantren

Mamba’ul Hikam Udanawu Blitar. (1). Kegiatan Bahtsul Masail untuk

meningkatkan kecerdasan intelektual aspek kecerdasan linguistic–

verbal di Pondok pesantren memba’ul hikam udanawu blitar pengaruh

yang di hasilkan dari kegiatan ini adalah para santri lebih terlatih untuk

mengajukan pendapat, memiliki jiwa-jiwa pemberani dan mempunyai

kelihaian dalam mengolah kata (2). Kegiatan Bahtsul Masail untuk

meningkatkan kecerdasan intelektual aspek kecerdasan logika

matematik di Pondok Pesantren Mamb’ul Hikam Udanawu Blitar,

dampak positif dari kegiatan ini adalah para santri lebih terbiasa untuk

berfikir kritis, berfikir santri dengan cepat dan tepat dalam situasi atau

permasalahan apapun. Ada pun perbedaan peneliti ini dengan peneliti

terdahulu adalah : peneliti terdahulu menggunakan variable X yang

berbeda yaitu menggunakan peran asatidz sebagai pengembangan

kecerdasan intelektual melalaui kegiatan batsu masail. Dan persamaan

antara peneliti dengan peneliti terdahulu yaitu sama sama menjelaskan

peranan musywarah atau batsu dalam meningkatkan kecerdasan

11
intelektual di lingkup pondok pesantren.

2. Skripsi yang di tulis Achmad Dani Wahyudi, 2020, dengan judul Peran

Manajemen Even Bahtsul Masail Dalam Meningkatkan Kecerdasan

Intelektual Santri Di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet Pamekasan,

Skripsi, Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah,

IAIN Madura . dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitianya

pada cara mengatur manajemen dalam even batsu masail untuk

meningkatkan kecerdasan intelektual. salah satu upaya yang dilakukan

guna mensukseskan pelaksanaan even bahtsul masail yaitu

mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan bahtsul masail.

Salah satunya adalah mempersiapkan dan mendiskusikan asillah

contohnya sebagai berikut: a) Dalam persepektif syariat, bagaimana

hukum mematuhi nasehat dokter b) Bolehkah melaksanakan sholat jumat

secara bergelombang dengan sistem ganjil genap c) Antara berbakti

kepada orang tua dan mengabdi ke pesantren. Dimana untuk kitab rujukan

menggunakan kitab kuning, kitab almizan alkubraa, kitab al-siraj al-

munir. Ketiga, salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan dalam

memperbaiki bahtsul masail yaitu musyawarah untuk mufakat. Adapun

persamaan dalam penelitian ini yaitu : keduanya sama sama menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif dan juga sama sama menjelaskan tentang

musyawarah dalam meningkatkan kecerdasan intelektual, sedangkan

dalam perbedaan penelitian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

system manajemen dalam even batsu masail untuk upaya meningkatkan

kecerdasan intelektual.

12
3. Skripsi yang di tulis oleh Moh. Haerul Umam, 2020, Sistem Pendidikan

Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Intelektual Santri Di Pondok

Pesantren Matsaratul Huda Panempan Pamekasan Skripsi, Program Studi

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN Madura. Pokok

pembahasan dalam penelitian ini mengenai orientasi pendidikan Islam

yang harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang tidak hanya

sekedar sebagai penerima arus informasi global, namun juga harus

memberikan bekal kepada mereka agar mengolah, menyesuaikan, dan

mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu, yakni

manusia yang kreatif, produktif dan mempunyai pengetahuan keilmuan

yang tinggi. Oleh karena itu Pondok Pesantren Matsaratul Huda

Panempan Pamekasan melakukan upaya pengembangan intelektual untuk

santri agar bisa survive the life Adapun perbedaaan dalam penelitian yaitu,

penelitian ini menggunakan system pondok pesantren sebagai alat

penunjang untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, sedangkan

persamaan dalam penelitian ini sama sama bertujuan untuk meningkatkan

kecerdasan intelektual.

Mengenai penjabaran penelitian terdahulu dapat di simpulkan bahwa

diantara penelitian terdahulu dan penelitian yang di lakukan peneliti

memiliki perbedaan- perbedaan yang cukup signifikan tetapi juga

memeiliki kesamaan, perbedaannya, dari ke tiga penelitian para peneliti

menggunaka subjek yang berbeda yaitu menggunakan system manajemen,

system pondok dan juga peran asatidz sebagai sarana untuk melakukan

pengembangan intelektual, dan juga di sinilah letak persamaan atara

13
peneliti dengan para peneliti terdahulu yaitu sama- sama menggali

bagaimana cara untuk meningkatkan pengembangan intelektual tetapi

dengan cara yang berbeda- beda.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Musyawarah

Kegiatan musyawarah merupakan sebuah pengembangan sistem

pembelajaran dalam mengembangkan kualitas berpikir atau kemampuan

berpikir. Santri atau peserta didik akan selalu di bimbing dengan berbagai

metode pembelajaran sehingga hasil yang di raih dalam pembelajaran akan

memuaskan jika dalam penerapan tersebut maksimal. Penulis juga

mengusahakan untuk menganalisis apakah musyawarah dapat

meningkatkan pengembangan intelektual atau tidak. Jika di tinjau dari

permasalahan di dunia pendidikan, memang memerlukan sistem

pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dalam pembelajaran dapat

menghasilkan hasil belajar yang memuaskan.

14
Kegiatan musyawarah juga merupakan wujud pengembangan

belajar dalam menyelesaikan masalah ala pesantren. Kegiatan ini juga

salah satu tradisi intelektual di Pesantren salaf yang masih dilestarikan

hingga saat ini. Dalam kagiatan ini santri akan di bimbing oleh pengajar

atau ustadz dalam menyelesaikan masalah terkini tujuannya untuk melatih

para santri dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pola

berpikir dan argumentasi yang berbasis intelektual.

Kitab kuning diimplementasikan dengan pendekatan kontekstual

dengan kajian-kajian terhadap masalah-masalah faktual terkini sehingga

santri memiliki daya bepikir yang kritis dan tradisi penalaran yang baik

dalam berargumentasi .8

Dalam literatur kepesantrenan, Kata musyawarah juga sering

disebut dengan istilah bahtsu al-masa’il. Dua istilah ini secara

terminologis memang sama, namun dalam implementasinya terdapat

sedikit perbedaan. Dalam musyawarah, pembahasan yang di bahas masih

dalam materi materi kurikulum pondok pesantren sedangkan dalam bahts

al-masa’il, masalah yang dikaji tidak terikat dengan suatu tema tertentu,

tetapi bisa dari berbagai tema fiqih. Bahts al-masa’il biasanya dilakukan

dalalam berbagai forum salah satunya yaitu secara non klasikal dan formal

sedangkan musyawarah dilaksanakan sesuai dengan adat pesantren salaf

yaitu secara klasikal. Namun tujuan dari kedua kegiatan ini kurang lebih

sama, yakni membahas masalah-masalah fiqih. Tradisi musyawarah atau

bahtsu al-masa’il ini mempunyai kaitan erat dengan salah satu ormas

8
Mihmidaty Ya’cub, “Manajemen Pembelajaran Berbasis Bahtsul Masail Pada Mata
Pelajaran Fiqih Ibadah Di Pondok Pesantren Fathul Ulum Jombang” Jurnal Studi
Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1, (Maret, 2020), 53.

15
islam yaitu Nahdlatul Ulama’ atau biasa disingkat dengan NU. Hal ini

dapat di tinjau dari fakta bahwasanya NU juga mempunyai beberapa

lembaga yang membahas permasalahan terkini yang bernama Lajnah

Bahtsul Masa’il. Lajnah ini merupakan forum resmi yang memiliki

otoritas menjawab segala permasalahan keagamaan yang dihadapi

masyarakat. Data-data yang menginformasikan kelahiran dan

perkembangan Lajnah Bahtsul Masa’il ini baik dari sisi latar belakang,

metode, obyek, maupun sejarahnya masih sangat sedikit. Namun, bila

dilihat dari latar belakang berdirinya NU.

kemunculan Lajnah Bahtsul Masa’il merupakan jawaban atas

kebutuhan masyarakat terhadap hukum islam yang praktis bagi kehidupan

sehari-hari. Bila ditelusuri ke belakang, bisa diketahui bahwa bahts al-

masa’il pertama kali dilaksanakan pada tahun 1926, beberapa bulan setelah

berdirinya NU. Keterkaitan metode musyawarah atau bahts al-masa’il

dengan Nahdlatul Ulama’ juga diperkuat dengan adanya fakta bahwa

mayoritas lembaga pendidikan yang menerapkan sistem ini adalah pondok

pesantren salaf. Pesantren-pesantren modern yang muncul belakangan

sangat jarang yang menggunakan metode seperti ini. Hal ini sangat wajar

karna sumber dari jawaban jawaban batsu atau musyawarah bersumber

dari kitab kitab salaf, sedangkan pesantren modern saat ini hanya

mengembangkan sistem pembelajaran di era modern yaitu memahami dan

menghafal pelajaran dan kosa kata.9

9
Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU, (Yogyakarta: Lkis, 2004), 67.

16
Dan juga dalam beberapa karangan kitab dari salafusholih yaitu

kitab ta’lim muta’alim yang di karang oleh beliau Imam Az-zarnuji,

dalam kitab ini menjelaskan sedikit mengenai musyawarah dan perintah

untuk melaksanakan musyawarah dalam berbagai bidang yang di jelaskan

pada fasal ‫ واألساتذ‬،‫اختيار فى العلم‬

Penjelelasan dalam bermusyawarah sangat berkaitan dengan ilmu, dan

ilmu yang di maksud merupakan ilmu yang cakupannya luas tapi di

khususkan pada ilmu ilmu agama sebagaimana yang di jelaskan oleh abu

hanifah.

‫ سمعت حكيما من حكماء سمرقند‬:‫وقال أبو حنيفة رحمة هللا عليه‬


‫ إن واحدا من طلبة العلم شاورنى فى طلب العلم‬:‫قال‬
“ abu hanifah berkata : saya mendengar seorang ahli hikmahsamarkand
berkata : ada salah atu seorang pelajar mengajakku bermusyawarah
mengenai masalah masalah mencari ilmu “

Dan juga Allah SWT. Juga memerintahkan nabi muhammad untuk

senantiasa bermusyawarah dengan dalil :

‫فإن هللا تعالى أمر رسوله عليه الصالة والسالم بالمشاورة فى‬
‫ ومع ذلك أمر بالمشاورة‬،‫األمور ولم يكن أحد أفطن منه‬
“ Allah SWT memerintahkan Rasulullah Saw agar memusyawarahkan
segala hal, toh tiada orang yang lebih pintar dari beliau, dan ( beliau )
masih di perintahkan untuk bermusyawarah “

Mengenai objek yang harus kita perhatikan dari musyawarah selain

pada objek pembahassan tetapi juga objek dari lawan bicara dengan dalil

17
‫ شاور فى أمرك الذين يخشون‬:‫قال جعفر الصادق لسفيان الثورى‬
‫هللا تعالى‬
“dan ja’far ash- shodik berkata : musyawarahkan lah urusanmu dengan
orang orang yang bertaqwa kepada Allah Swt “

Dari cuplikan dari beberapa dalil yang di ambil dari kitab Ta’lim

Muta’alim dapat kita pelajari bahwa dalam bermusyawarah sendiri sudah

ditekan kan oleh Allah Swt dan di juga di perintahkan oleh Rasulullah

agar selalu senantiasa untuk bermusyawarah, sehingga kita dapat

mengembangkan pemikiran yang cerdas dan intelek, dan juga hasil dari

pemasalahan akan manjadi sebuah kesepakatan bersama. 10

2. Pengembangan Intelektual

Program Pengembangan Intelektual Pada hakikatnya adalah upaya

peningkatan sistem pendidikan, baik formal maupun non formal yang

dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung

jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing,

mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras,

pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta

kemampuan.

Sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan,

mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan

manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri. 11

10
Abu An’im. Terjemah ta’lim muta’alim- kiat santri meraih ilmu manfaat barokah (
jawabarat mukjizat, 2015 ) 34
11
Iskandar Wiryokusumo, Dasar-dasar pengembangan kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), 93

18
Intelektual adalah seseorang yang menggunakan kecerdasannya dalalm

berbagai aspek dan juga berupa gagasan atau ide. Dalam bukunya Suarni

Mengatakan bahwa intelektual dapat didifinisikan sebagai kecakapan yang

tinggi untuk berpikir.12

Pengembangan intelektual adalah suatu usaha yang dilakukan secara

sadar, terencana, terarah untuk membuat atau memperbaiki orang cerdik

dan pandai yang memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan

kemampuan berpikirnya untuk mendapatkan pengetahuan atau memahami

sesuatu. sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk

meningkatkan kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu yang lebih

baik.

Tujuan dan ruang lingkup pengembangan intelektual menurut Gardner,

tujuan dan ruang lingkup pengembangan intelektual dalam bukunya Suarni

membentuk tujuh kecerdasan intelektual, yang diantaranya:

a. Kecerdasan Linguistik-Verbal, kemampuan yang menonjol adalah

mengerti urutan dan arti kata-kata, menjelaskan, mengajar, bercerita,

berdebat, humor, mengingat, menghafal, menulis, main drama, berpuisi,

mahir perbendaharaan kata. Biasanya kedepan ditujukan untuk menjadi

editor, penulis, pengarang jurnalis, sastrawan, penyiar, guru, dst.

b. Kecerdasan Matematis-Logis, Kemampuan ini yang paling menonjol

adalah mengklasifikasi, mengkategirisasi, abtraksi, simbolisasi

pemikiran induktif dan deduktif, menghitung, bermain angka,

12
Fatmi Sarah, “Kebebasan Intelektual di Perpustakaan” , Jurnal Perpustakaan dan
Informasi, Vol. 9, No. 9, Oktober 2015, 30

19
pemikiran ilmiah, silogisme. Biasanya kedepan ditujukan untuk

menjadi logikus, matematikus, akuntan, saintis, teknisi, dst.

c. Kecerdasan Ruang atau Spatial Visual, Kemampuan yang menonjol

adalah mengenal relasi benda-benda dalam ruang yang tepat,

mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut, menggambar,

melukis, mengkaligrafi. Biasanya kedepan ditujukan untuk menjadi

pemburu, arsitek, dekorator, seniman, grafer, dst.

d. Kecerdasan Kinestik-Badani, kemampuan yang menonjol adalah

mudah ekspresi dengan tubuh, mengkaitkan pikiran dengan tubuh,

kemampuan main mimik, main drama, aktif bergerak, dst. Biasanya

kedepan ditujukan menjadi aktor, atlet, penari, teknisi, dst.

e. Kecerdasan Musical, kemampuan bagi peserta agar dapat

mengembangkan serta mengekspresikan bentuk-bentuk music dan

suara. Biasanya kedepan ditujukan untuk menjadi penyanyi, musikal,

pencipta lagu.

f. Kecerdasan Interpersonal, kemampuan untuk menangkap dan membuat

perbendaan dalam perasaan, intensi, motivasi terhadap orang lain.

Biasanya kedepan ditujukan untuk menjadi konselor, psikolog, dokter,

perawat

g. Kecerdasan Intrapersonal, kemampuan pengetahuan akan diri sendiri

dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan

diri, termasuk di dalamnya kemampuan berefleksi dan keseeimbangan

20
diri. Biasanya kedepan ditujukan untuk menjadi penasihat, rohaniawan,

filosof, pencipta karya ilmiah, dst.13

Dari beberapa penjabaran mengenai ruang lingkup pengembangan

intelektual menurut Gardner. ada salah satu ruang lingkup yang sesuai

dengan judul peniliti mengenai pengembangan intelektual dalam

bermusyawarah kesesuain yang dimaksud yaitu kecerdasan intelektual

berbasis linguistic verbal.yang dimana kecerdasan tersebut menjuru pada

berdebat, mengingat dan juga menghafal sehingga ketika bermusyawarah

kecerdasan ini sangat menentukan musyawirin dalam berdebat dalam

suatu masalah, dan hasil dari perdebatan tersebut akan menjadi suatu

kesepakatan bersama.

Musyawarah dalam meningkatkan pengembangkan kecerdasan

intelektual membutuhkan kemampuan dalam berbicara dan berfikir kritis,

keaktifan dalam bermusyawah juga harus membutuhkan mental untuk

menghadapi lawan bicara. .

Metode Pengembangan Intelektual Menurut Suarni pengembangan

intelektual dapat di bentuk dengan metode pengembangan intelektual

secara modern menurut Suarni mengatakan bahwa pengembangan

intelektual dapat di lakukan secara inovatif. Dimana peserta didik yang

tidak dapat aktif dalam hal intelektual maupun fisik. Maka dari itu

dirancanglah sebuah metode pembelajaran yang bisa mengaktifkan seluruh

indera dan intelektualitas peserta didiknya 14

13
Fatmi Sarah, “Kebebasan Intelektual di Perpustakaan” , Jurnal Perpustakaan dan
Informasi, Vol. 9, No. 9, Oktober 2015, 4
14
Fatmi Sarah, “Kebebasan Intelektual di Perpustakaan” , Jurnal Perpustakaan dan
Informasi, Vol. 9, No. 9, Oktober 2015, 63

21
3. Santri

Secara luas, Santri berarti seorang Muslim atau kaum Muslimin,

yaitu golongan orang Islam yang menjalankan ibadah keagamaannya

secara kafakh sesuai dengan ajaran syariat Islam yang sesungguhnya.

Istilah Pesantren berasal dari pe-santri-an (pa-santri-an, Jawa) yang berarti

tempat para santri, yaitu seperti telah di sebutkan di atas, tempat para

Santri menuntut pelajaran dan pendidikan keagamaan Islam di bawah

asuhan para Kyai atau Ulama. Biasanya para santri tinggal atau bermukim

di sebuah bangunan tempat tinggal bersama yang disebut pondok, yang

didirikan di dekat Mesjid dan kediaman Kyai atau Ulama pengasuhnya.

Pesantren, dalam pengertian ini, yaitu sebagai lembaga pendidikan Islam

tradisioanl, dengan demikian memiliki ciri penting, yaitu Santri, Kyai,

Mesjid dan Pondok. Hubungan keempat unsur tersebut sangat erat. Lebih-

lebih hubungan antara Kyai dan Santri, yang menggambarkan hubungan

"guru-murid", sangat khas dalam dunia kehidupan Pesantren. Karena itu,

dalam pengertian lebih luas Pesantren tidak hanya mencakup sebagai

lembaga pendidikan agama Islam tradisional, tetapi juga mencakup

pengertian sebuah komunitas orang Muslim atau kaum Muslimin yang

memiliki identitas, simbol dan tradisi budaya sebagai sebuah subkultur

Islam di Jawa 15

Selain itu santri merupakan peserta didik yang di didik dalam dunia

pendididkan nonformal, kehidupan santri sendiri membaur menjadi satu

dalam satu lingkup yaitu pondok pesantren ,berbagai kegiatan pondok dan

15
Suryo Djoko, TRADISI SANTRI DALAM HISTORIOGRAFI JAWA : PENGARUH ISLAM DI JAWA.(
Seminar Pengaruh Islam Terhadap Budaya Jawa :31 Nopember 2000 ),24

22
segala aturan pondok santri wajib mentaatinya, di karnakan dalam duia

pendidikan pesantren sendiri mengutamakan ta’dzim kepada masyayikh,

dengan bisanya mentaati segala aturan dan mengikuti kegiatan pondok hal

itu juga merupakan suarau hal yang membuat diri merasa ta’dzim dan

tunduk terhadap masyayikh. Sistem pendidikan yang di terapkan di

pesantren, terutama pesantren salaf sangat berbeda dengan sistem

pendidikan formal yang berbasis agama islam. Hal yang membedakan dari

kedunya salah satunya yaitu tujuan akhir dari peserta didik ketika lulus

atau telah menyelesaikan jenjang pendidikan. Dalam dunia pesantren

tujuan utama ketika santri selesai menempuh jenjang pendidikan di

pesantren maka hal yang harus di tekan kan yaitu pengabdian langsung

terhadap msyarakat, sedangkan dalam dunia formal sendiri hal yang di

tuju ketika telah selesai dalam menyelesaikan jenjang pendidikan

kabanyakan peserta didik akan di fokuskan untuk bisa mencari kerja yang

layak sesuai dengan jurusannya masing-masing. Maka dari itu budaya

yang paling kental dalam lingkup pondok pesantren yaitu sistem

pembelajaran yang dapat mendidik santri agar siap untuk terjun dan

mengabdi di masyarakat.

4. Pondok pesantren haji ya’qub

Letak Geografis Pondok Pesantren Haji Ya’qub Kediri

Secara geografis, Pesantren Haji Ya’qub mempunyai letak lokasi

yang sangat strategis. Terletak disebelah timur Jl. K.H Agus Salim yang

merupakan jalan raya antar kota yang dilalui kendaraan penumpang umum

23
dengan rute Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, Malang maupun

Surabaya. Pesantren ini terletak di Kelurahan Lirboyo, Kecamatan

Mojoroto, Kota Kediri, sekitar 3 km dari Kota Kediri ke arah barat. Kota

kediri mempunyai ketinggian rata-rata 67 meter di atas permukaan laut

yang iklimnya tidak terlalu panas. Terletak pada 110°,15 - 112°,03 bujur

timur dan 7°,45 - 7°,55 lintang selatan. Kota kediri terbelah oleh sungai

Brantas yang mengalir dari selatan ke utara. Luas kota ini hanya 63,40

Km² terbagi manjadi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Mojoroto, Kota,

dan Kecamatan Pesantren. Wilayah sebelah barat sungai Brantas termasuk

wilayah kecamatan Mojoroto dengan luas wilayah 24,6 km² terbagi dalam

14 kelurahan serta mempunyai penduduk 119.545 jiwa. Sebelah timur

sungai Brantas terbagi menjadi dua wilayah kecamatan yaitu kecamatan

Kota dengan luas wilayah 14,9 km² terdiri dari 17 kelurahan dengan

jumlah keseluruhan penduduk 85.248 jiwa dan kecamatan Pesantren

dengan luas wilayah 23,9 km² terbagi atas 15 kelurahan dengan jumlah

penduduk 84.316 jiwa (Kediri, 2020). jadi jumlah penduduk kota kediri

adalah 289.109 jiwa.

Seluruh Kota kediri berbatasan dengan wilayah kecamatan yang

termasuk wilayah pemerintahan Kabupaten Kediri. Sebelah barat

berbatasan dengan wilayah kecamatan Banyakan dan Semen, sebelah

timur berbatasan dengan kecamatan Wates dan Gurah, sebelah utara

berbatasan dengan kecamatan Gampengrejo dan Banyakan, dan sebelah

selatan berbatasan dengan kecamatan Kandat dan Ngadiluih. Kondisi

geografis Kota Kediri relatif datar kecuali wilayah bagian barat dengan

24
berbatasan gunung Klotok dengan ketinggian 672 meter dan

Maskumambang setinggi 300 meter.

Pondok Pesantren Haji Ya’qub menempati lahan sekitar 20 ha, 75

persen area tersebut dimanfaatkan sebagai bangunan pesantren. 9,25 ha

Sebagian wilayah kelurahan Lirboyo ditempati sebagai pemukiman

masyarakat. Dalam memelihara eksistensinya, Pondok Pesantren Haji

Ya’qub mempunyai kecenderungan sama dalam pengelolaannya karena

mempunyai keterkaitan erat dengan lingkungannya, maka pemeliharaan

eksistensi pesantren salah satunya disebabkan pemberian wakaf, Sadaqah,

hibah, dan sebagainya.

Terdapat dua rute yang sering digunakan untuk masuk ke lokasi

Pondok Pesantren Haji Ya’qub, yaitu jalur barat dan timur. Jalur barat

yaitu melalui gerbang Pondok pesantren yang berada di sebelah timur Jl.

Dr. Sahardjo yang lebih tepatnya berada di sebelah selatan Rumah Sakit

Umum Lirboyo. Dari sebelah timur, yaitu melalui Jl. Kh. Wahid Hasyim

yang ditandai dengan baliho Pondok Pesantren Lirboyo tepat di sebelah

barat perempatan Jl. Penanggungan.

Kesan lokasi Pesantren adalah keberadaannya seperti rumah-rumah

masyarakat di wilayah Kelurahan Lirboyo. Kesan ini juga di dukung oleh

peraturan santri yang membatasi untuk berhubungan secara leluasa dengan

masyarakat sekitar.16 Pondok Pesantren Haji Ya’qub lirboyo kota kediri,

merupakan salah satu unit dari beberapa unit yang ada di lirboyo, KH.

Ya’qub merupakan muassis pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota

16
Sie Sekretariatan Pondok Pesantren haji yaqub Lirboyo.

25
Kediri. KH. Ya’qub sendiri adalah salah satu putra dari Mbah Yai Soleh

Banjarmelati, pada mulanya, Mbah Yai Soleh di utus sang ayah untuk

menemani kakak iparnya dan menemani Mbah Ma’ruf dalam menangani

keamanan pondok kedunglo yang di mana pada waktu itu banyak oknum

yang mengganggu di kediaman Mbah kyai dan santri. hal yang

melatarbelakangi didirikannya Pondok Pesantren Haji Ya’qub adalah

banyaknya santri yang bersekolah di Madrasah Hidayatul Mubtadien (

MHM ) sambil bekerja penarik becak karna tidak mendapat kiriman dari

rumah. Awalnya KH. Ya’qub sempat tidak mau menerima santri yang

ingin nyantri bersama beliau. Karna alasannya adalah amanat yang berat “

abot, amanahe dunyo akhirot”

Namun setelah menimbang dan melihat keadaan sekeliling pondok

Lirboyo yang semakin lama semakin banyak di huni oleh orang orang yang

suka merusak dan berbuat gaduh di masyarakat, sehingga akhirnya mbah

KH Ya’qub mau untuk menampung santri yang bekerja dan anak desa

sekitar, serta di bina dan di bimbing dengan menggunakan metode

pembelajaran ala pesantren salaf yaitu ngaji Bandongan. Dan sekitar pada

tahun 1979 M, di bangun asrama yang berada di sebelah selatan ndalem

KH. Nur Muhammad yang biasa di sebut pondok lama.

History berevolusinya Himpunan Haji ya’qub enjadi Pondok

Pesantren Haji Ya’qub adalah keinginan para sesepuh HY sebagai sebuah

unit yang memiliki badan otonomi senidiri, namun tetap berpegang teguh

pada aturan dasar pondok pesantren Lirboyo, akhirnya para sesepuh

melakukan musyawarah dan melengkapi proses administrasinya untuk

26
kemudian di sowan ke KH. Rof’I Ya’qub, yang di mana waktu itu HY

diasuh oleh Romo Yai Rof’I Ya’qub.17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


18
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif19 metode deskriptif

adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu subjek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas peristiwa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskriptif, gambaran

atau lukisan secara sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

17
Buku jam’iyah pondok pesantren haji ya’qub, sejarah pondok ( kediri : 2016 ) 34
18
Moleong, L. J Metode Penelitian Kualitatif. ( PT Remaja Rosdakarya. 2018). 98
19
Nazir, M Metode Penelitian.( Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2011). 7

27
Lokasi penelitian ini adalah Pondok Pesantren Haji Ya’qub yang

berada di Jl. KH. Abdul Karim, RT 02, RW 01, Kelurahan Lirboyo,

Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2023 sampai

selesai. Penelitian dilaksanakan di PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB,

yang terbagi menjadi beberapa teknisi dari proses pengumpulan data hingga

proses penulisan hasil penelitian.

1. Karakteristik Demografi

No Nama Usia Jabatan Tahun mondok

1 Bapak Dirga Ahmad 26 Ketua mudier 12 tahun

2 Bapak Mansur Isrofi 25 Mustahiq kelas 6 11 tahun

3 Kang Maqbul Fadhil 20 Ketua MGS 3 tahun

4 Abbas Fuadil Ulya 23 Wakil ketua MGS 3 tahun20

C. Sumber Data
21
Menurut Singarimbun dan Effendi sumber data merupakan data yang

diperoleh dari mana data diperoleh. Sumber data diperlukan untuk menunjang

terlaksananya penelitian ini dan sekaligus untuk menjamin keberhasilan.

Sumber data menurut Bungin :

1. Sumber Data Primer

20
Bapak Dirga Ahmad, ketua mudier Pondok pesantren haji ya’qub lirboyo kota kediri.januari 23
2023, 16.00 WIB
21
Singarimbun.M, metode penelitian survei (Jakarta : LP3ES .2006 ). Hlm 67

28
Menurut Krisyanto data primer merupakan data yang diperoleh dari

sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan bisa berupa

responden atau subjek penelitian, wawancara, dan observasi.

Data primer pada penelitian ini dengan menggunakan wawancara dan

observasi Pada penelitian ini yang akan menjadi sumber data primer

adalah Santri Pondok Pesantren Haji Ya’qub, bapak ketua mudier pondok

pesantren haji ya’qub , bapak mustahiq, dan ketua Musyawarah gabungan

sughro pondok pesantren haji ya’qub.

2. Sumber Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua

atau sekunder menurut Krisyantono22. Data sekunder yang digunakan

peneliti adalah berupa buku pustaka, skripsi atau jurnal ilmiah, internet,

dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga yang berkaitan dengan

penelitian ini. data sekunder yang diperoleh penulis pada penelitian ini

adalah data santri pondok pesantren Haji Ya’qub. Penulis menggunakan

data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi

yang telah dikumpulkan melalui wawancara dengan para narasumber

yang benar benar berada pada ponpes haji ya’qub23

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Data dapat dikumpulkan pada setting alamiah

22
Kriyanoto,achmad. Teknik praktisi riset komunikasi ( Jakarta :kencana.2010 ) hlm 89
23
Nufiana, F., & dkk. Teori dan Prakris : Riset Komunikasi Pemasaran Terpadu.( Malang:
Universitas Brawijaya Pers.2018 )..90

29
(natural setting). Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data

dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer

adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan

data, dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya orang lain atau lewat dokumen 24

Adapun macam-macam pengumpulan data antara lain:

1. Wawancara

Wawancara dalam melakukan suatu proses komunikasi atau interaksi

untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti

dengan informan atau subjek penelitian yang berupa . 25

“Analisis kegiatan musyawarah dalam meningkatkan pengembangan

intelektual pada santri Pondok Pesantren Haji Ya’qub ”

Maka peneliti melakukan wawancara kepada pihak yang terkait,

diantaranya: Ketua Mudier pondok pesantren haji Ya’qub, ketua

Musyawarah gabungan sughro pondok pesantren haji ya’qub, ketua

Musyawarah gabungan sughro pondok pesantren haji ya’qub dan juga

bapak mustahiq kelas 6 ibtidaiyah pondok pesantren haji ya’qub di

pondok pesantren haji Ya’qub. Wawancara di tujukan untuk

mengumpulkan data primer yang dibutuhkan yaitu mengenai kegiatan

musyawarah di pondok pesantren haji ya’qub

2. Observasi

24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 3 ed. (Bandung: Alfabeta, 2020), 23
25
Yunus, Hadi Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 65

30
Observasi yang dilakukan peneliti meliputi: tinjauan ruang kelas

sebagai sarana untuk bermusyawarah dan juga beberapa lembaga pondok

yang terkait mengenai musyawarah harian pondok pesantren haji ya’qub

dan juga musyawarah gabungan sughro pondok pesantren haji ya’qub.

Dalam penelitian ini observasi partisipasi menjadi pilihan peneliti.

Penyesuaian dalam kegiatan musyawarah dan juga ikut membaur dalam

kegiatan agar peneliti dapat lebih paham inti dari kegiatan, dan

memanfaatkan segala sumber data yang ada agar hasil dari penilitian bisa

di katakan inafilibet atau sesuai dengan kenyataan yang terjadi di

lapangan26. Dengan adanya observasi peneliti berusaha untuk

mengumpulkan data yang berupa data primer yang di mana peneliti

berusaha mengamati system pembelajaran musyawarah di pondok

pesantren haji ya’qub.

3. Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa

diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,

arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data

berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang

terjadi pada lingkup pondok mengenai musyawarah pondok.

Dokumentasi betujuan untuk mengumpulkan data yang berupa data

sekunder sehingga peniliti harus meneliti dan mengamati data data yang

di butuhkan ketika mengelola system pembelajaran musyawarah selama

satu semester.

26
Bungin, M. Burhan.. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2007 ), 89

31
E. Analisis Data

Menurut Helaluddin dan Hengki Wijaya, analisis data adalah kegiatan

usaha yang bertujuan untuk menyusun atau merekah permasalahan, proses

meyeleksi, menyederhanakan, dan memfokuskan data secara sistematis serta

rasional guna menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian. Proses analisis

data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber, yaitu data wawancara, observasi, dan dokumentasi yang sudah

dikumpulkan oleh peneliti27, teknik analisa data yang dilakukan meliputi :

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah menyeleksi data dan menyederhanakan data

sehingga data yang telah di dapat akan diolah dengan mudah dan juga

dapat memberikan fokus data yang ada sehingga akan mempermudah

peneliti untuk melakukan penelitain selanjutnya 28

2. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data maka langkah selanjutnya yaitu

dengan melakukan penyajian data, data yang telah di dapat maka akan di

saji sesuai dengan prosedur sehingga data yang di peroleh akan lebih

terorganisir dan mudah di pahami. Dalam penelitian ini penyajian data

dilakukan dengan menggunakan uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori dan lain sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang di paparkan oleh peneliti masih bersifat

sementara, hal ini dapat berubah apabila bukti dari data yang telah

27
Helaluddin dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif, (Makasar: Sekolah Tinggi
Thelogia, 2019), 99
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 3 ed. (Bandung: Alfabeta, 2020), 133.

32
diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis awal. Kesimpulan dapat dikatakan

kredibel sesuai dengan hipotesis awal apabila didukung oleh bukti yang

valid dan juga jenuh ketika peneliti mengumpulkan data di lapangan. 29

F. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, guna memeriksa kebenaran data dengan

menggunakan teknik yang sebagai halnya dikemukakan oleh Moleong, yaitu

“ketekunan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan rujukan”.

Pertama, penyampaian keabsahan data dengan keseriusan pengamatan

dilaksanakan dengan cara memantau dan membaca secara teliti sumber data

penelitian sehingga data yang dibutuhkan dapat diidentifikasi. Menghasilkan

penjelasan hasil yang sesuai dalam proses perincian maupun ketentuan.

Kedua, triangulasi dipakai guna memeriksa keabsahan data yang

memanfaatkan sumber lain diluar data tersebut untuk dipakai mengecek atau

membandingkan data. Teknik triangulasi yang penulis gunakan untuk

mengecek keabsahan data ini adalah dengan menggunakan teknik sebagai

berikut:

1. Triangulasi Teknik

Triangulasi Teknik merupakan penggunaan teknik yang berbeda beda

untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber merupakan upaya mendapatkan data dari sumber

yang berbeda-beda dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang

sama.30

29
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 3 ed. (Bandung: Alfabeta, 2020) ,141

33
G. Tahap-Tahap Penelitian

Berikut adalah beberapa tahapan dalam melaksakan kegiatan

penelitian di pondok pesantren haji Ya’qub :

1. Membuat proposal dan berkoordinasi dengan pembimbing tentang

penelitian.

2. Mengajukan izin kepada ketua pondok dan ketua madrasah

3. Melakukan kegiatan penelitian guna mengumpulkan data

4. Menganalisis dan mengolah data

5. Proses pembuatan laporan akhir.

30
Lexy J Moleong, Metodologi Peneitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011). 186

34
BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

Seperti yang telah peneliti paparkan pada bab terdahulu bahwa penelitian

ini di lakukan di Pondok Pesantren Haji Ya’qub, Lirboyo, Kota Kediri.

Sebagai objek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang dilibatkan oleh

peneliti adalah pengurus ketua Mudier Bapak Dirga Ahmad, Mustahiq kelas 6

ibtidaiyah Bapak Mansur Isrofi, dan juga ketua musyawarah gabungan sughro

Kang Maqbul Fadil Pondok Pesantren Haji Ya’qub. Di samping itu peneliti

juga memaparkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti

dengan informan sebagai berikut.

1. Sistem Kegiatan Musyawarah Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub

Sistem kegiatan musyawarah yang di adakan di Pondok Pesantren Haji

Ya’qub ada dua yaitu kegiatan musyawarah harian dan kegiatan

musyawarah mingguan atau Musyawarah Gabungan Sugro ( MGS ) yang

35
di ikuti oleh kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 ibtidaiyah MDHY. Sedangkan

untuk kegiatan musyawarah harian di wajibkan pada seluruh jenjang

terkecuali bagi tamatan pondok yang akan menjadi pungurus.

Dalam sistem kegiatan musyawarah harian, bapak pengurus dan juga

para masyayikh sudah menyepakati beberapa aktifitas dan juga kegiatan

yang wajib di ikuti oleh seluruh santri, mulai dari tempat kegiatan, jam

pelaksanaan dan tata cara dalam pelaksanaan.

Selaras dengan pendapat nya kang fadhil bahwa seluruh kegiatan yang

telah di terapkan di pondok pesantren merupakan suatu kesepakatn dari

pengurus dan juga masyayikh.

“ yang pasti semua di terapkan sessuai dengan kesepakatan para pengurus dan juga
para masyayikh yang harus wajib diikuti oleh santri“ 31

Musyawarah dilakukan pada jam 16.00 sampai jam 18.00. Santri harus

benar benar dapat memaksimalkan 2 jam yang telah di tetapkan sebagai

kegiatan musyawarah yang dapat mengasah daya pikir kritis santri, dengan

aktifitas santri wajib mangikuti lalaran, membuat kholaqoh, dan juga

mempimpin kegiatan musayawarah atau keroisan

Senada yang telah di jelaskan oleh Bapak Dirga, selaku ketua mudier

Pondok Pesantren Haji Ya’qub.

“ musyawarah di mulai 16.00 WIS sampai 18.00 WIS. Musyawarah dibuka dengan
kegiatan lalaran 15 menit, selanjutnya musyawarah kelompok 45 menit dan yang terakhir
musyawarah di pimpin dengan rois selama 30 menit 32“

Selanjutnya juga di jelaskan oleh bapak Mansur selaku mustahiq

kelas 6 ibtidaiyah.

31
Kang Fadhil Maqbul, Ketua Musyawarah Gabungan Sughro Pondok Pesantren Haji ya’qub
Lirboyo Kota Kediri.Januari 23, 2023, 13.00 WIB.
32
Bapak Dirga Ahmad, ketua mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri.Januari
23 2023, 16.00 WIB.

36
“ musyawarah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Haji Ya’qub, biasanya di mulai dari
jam 16.00 WIS. Sampai dengan 18.00 WIS yang dimana semuanya sudah terstruktur dan
sistematis “33

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa dapat di garis bawahi

bahwa kegiatan musyawarah dilakukan dengan menggunakan waktu

istiwa’ (WIS). Dalam pelaksanaannya musyawarah di mulai pukul 16.00

WIS sampai dengan 18.00 WIS dengan beberapa rangkaian kegiatan

Dalam kegiatan awal musyawarah di buka dengan kegiatan lalaran

guna meningkatkan daya ingat santri dan juga mengasah hafalan santri

seperti yang di jelaskan oleh Kang Fadhil selaku ketua Musyawarah

Gabungan Sughro Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo sebgai berikut :

“ya.. jadi sebelum melaksanakan musyawarah seluruh santri sangat diharapkan


untuk mengikuti lalaran bersama di kelas masing-masing guna untuk mengasah
hafalan santri yang telah di targetkan setiap jenjangnya 34”

Selaras dengan jawaban dari kang Fadil, Bapak Mansur Isrofi selaku

mustahiq kelas 6 ibtidaiyah juga menjelaskan mengenai kegiatan lalaran

sebagai berikut :

“ mungkin dalam hal ini memang santri sepatutnya untuk di tekan dan di
bimbing, selanjutnya pondok juga harus menyediakan sebuah sistem kegiatan yang di
mana santri dapat memanfaatkannya guna mengasah hafalan dajuga ingatan santri
dan alhamdulillahnya semua itu sudah terealisasi pada kegiatan lalaran sebelum
melakukan musyawarah “ 35
Selanjutnya kegiatan ini di perinci lagi oleh bapak dirga selaku ketua

mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub :

“ kegiatan lalaran dilakukan selama 15 menit, dengan nadzom yang telah


ditentukan setiap jenjangnya, yaitu untuk jenjang 1, 2 ibtidaiyah melalar nadzom
ra’sun israh , untuk jenjang 3 ibtidaiyah melalar nadzom tanwirulhijah, untuk jenjang

33
Bapak mansur isrofi, mustahiq kelas 6 ibtidaiyah Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota
Kediri.Januari 24, 2023, 17.00 WIB
34
Kang Fadhil Maqbul, ketua Musyawarah Gabungan Sughro Pondok Pesantren Haji ya’qub
Lirboyo Kota Kediri.Januari 24, 2023, 17.45 WIB.
35
Bapak Mansur Isrofi, mustahiq kelas 6 Ibtidaiyah Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota
Kediri.Januari 24, 2023, 21.00 WIB

37
4 dan 5 ibtidaiyah melalar nadzom qowaidusorfiyah, untuk jenjang tsanawiya
melalar nadzom alfiyah ibnu malik “36

kegiatan musyawarah di buka dengan melakukan lalaran selama 15

menit. Hal ini dilakukan agar santri tetap bisa menghafal dan melalar

nadzom yang di targetkan dalam jangka 1 tahun sesuai dengan jenjangnya

masing-masing yaitu, pada jenjang 1-2 ibtidaiyah dengan melalar nadzom

Ra’sun sirah, sedangkan pada jenjang 3 ibtidaiyah malalar nadzom

tanwirulhijah, dan pada jenjang 4 dan 5 ibtidaiyah melalar nadzom

qowaidu al-sorfiyah awwal dan tsani, untuk jenjang 6 ibtidaiyah melalar

nadzom al-imrithi pada jenjang 1, 2, dan 3 tsanawiyah melalar nadzom

alfiyah ibnu malik.

Dan yang kedua yaitu Pembagian Kholaqoh Setelah melakukan

lalaran Selanjutnya musyawarah di lakukan dalam kholaqoh kecil atau

perkelompok, dalam 1 kelompok terdiri dari 5 orang, hal ini bertujuan

agar santri dapat menampung beberapa asilah dan jawaban dari hasil

setiap diskusi perkelompok, Dan hal ini sesuai dengan penjelasan dari

Bapak Dirga :

“ kalau semisal lalaran sudah selesai maka anak-anak akan di arahkan untuk
membuat kholaqoh, masing-masing kholaqoh terdiri dari 5 anak” 37

Selanjutnya beliau Bapak Mansur Isrofi selaku mustahiq kelas 6

ibtidaiyah Pondok Pesantren Haji Ya’qub menjelaskan tujuan dari

pembagian kholaqoh dalam kegiatan musyawarah sebagai berikuit :

“untuk tujuan dari kholaqoh sendiri, santri akan saling menampung dan
berdiskusi secara kecil-kecilan mengenai materi yang di bahas, dan juga guna untuk

36
Bapak Dirga Ahmad, ketua mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri.Januari
24 2023, 22.00 WIB
37
Bapak Dirga Ahmad, ketua mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri.Januari
25, 2023, 08.00 WIB.

38
menapung asilah, jawaban, dan juga sanggahan serta di beri ibarat ( referensi ) agar
hasil darimusyawarah juga dapat meningkatkan daya pikir kritis santri terhadap suatu
masalah”38

Setelah melakukan lalaran Kang Fadhil juga menjelaskan bahwa

kegiatan dalam musyawarah setelah lalaran yaitu pembagian kholaqoh

yang di mana setiap kholaqoh di bagi menjadi empat atau lima anak :

“ ketika melakukan musyawarah kegiatan awal yaitu lalaran selanjutnya kegaiatan


pembagian kholaqoh yang dimana nanti perholaqoh di isi oleh empat atau lima
anak“39

Sesuai penjelasan tersebut tujuan dari kholaqoh dalam kegiatan

musyawarah harian yaitu di khususkan untuk mengumpulkan asilah dari

setiap kholaqoh sebagai topik pembahasan dalam bermusyawarah dan

juga mengumpulkan ibarat sebagai refrensi ketika berargumen.

Selanjutnya yang ketiga yaitu mengenai Keroisan Musyawarah Tentang

pelaksanaan selanjutnya ketika selesai dalam melaksanakan kholaqoh

Bapak Dirga Ahmad selaku ketua mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub

menjelaskan bahwa :

“ ketika semua kholaqoh sudah selesai dalam berdiskusi guna mengumpulkan


aslilah, jawaban dan sanggahan yang sesuai dengan ibarat yang ada maka, salah satu
dari seluruh kelas akan di tugaskan sebagai rais pelajaran atau moderator yang akan
mengatur jalannya kegiatan musyawarah agar musyawarah dapat berjalan dengan
lancar” 40

Selaras dengan Bapak Dirga, Bapak Mansur juga menjelaskan tentang

keroisan :

“ runtutan sistem kegiatan yang ke tiga ini santri harus belajar untuk public speaking
yaitu dengan memilih keroisan atau moderator dalam bermusyawarah” 41

38
Bapak Mansur Isrofi, mustahiq kelas 6 ibtidaiyah Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota
Kediri.Januari 25, 2023, 10.00 WIB
39
Kang Fadhil Maqbul, ketua Musyawarah Gabungan Sughro Pondok Pesantren Haji ya’qub
Lirboyo Kota Kediri.Januari 25, 2023, 10.30 WIB.
40
Bapak Dirga Ahmad, Ketua Mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri.Januari
25, 2023, 14.00 WIB.
41
Bapak Mansur Isrofi, mustahiq kelas 6 ibtidaiyah Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota
Kediri.Januari 25, 2023, 15.00 WIB

39
Kang Fadhil selaku Ketua Musyawarah Gabungan Sugro juga

sependapat dengan penjelasan sebagai berikut :

“pada kegiatan keroisan ini hasil keseluruhan dari diskusi kholaqoh, maka santri
harus memaparkan asilah, jawaban, dan juga sanggahan kepada moderator yang
telah di tunjuk oleh bapak mustahiq” 42

Penyataan di atas sudah jelas bahwa dalam bermuyawarah harus

ada titik tengah yang akan memimpin dan mengatur kegiatan

musyawarah agar musyawarah dapat bejalan dengan lancar.

Dan untuk kegiatan yang terakhir yaitu Kesimpulan Musyawarah

kegiatan penutup dalam musyawarah harian beliau bapak Mansur

menjelaskan

“ sebagai penutup dari musywarah, rois harus pintar dalam menyimplukan berbagai
permasalahan yangtelah di bahas dan harus sesuai dengan ibarat yang di paparkan
oleh mujawib sehingga hasil yang musyawarahkan bisa menjadi kemaslahatan “43

Kesimpulan dalam kegiatan bermusyawarah yaitu rois memberikan

simpulan dari hasil jawaban dan juga memahmkan materi yang telah di

bahas saat musyawarah berlangsung.

Perihal dengan kesimpulan musyawarah Bapak Dirga juga

memberikan tambahan informasi mengenai hal apa saja yang perlu di

simpulkan.

“ yang pertama hal hal yang perlu di musyawarahkan oleh santri meliputi materi
pelajaran yang akan di kaji pada saat diniyah berlangsung, karna diniyah di
laksanakan jam 19.00 WIS maka yang harus di musyawarahkan adalah materi yang
kemarin di maknani, mengenai tentang kesimpulan dari bermusyawarah yaitu semua
hal yang mengarah pada kemaslahatan dan juga sesuai dengan tendensi atau refrensi
yang tersedia di kitab” 44

42
Kang Fadhil Maqbul, Ketua Musyawarah Gabungan Sughro Pondok Pesantren Haji ya’qub
Lirboyo Kota Kediri.Januari 25, 2023, 15.45 WIB.
43
Bapak mansur isrofi, mustahiq kelas 6 Ibtidaiyah Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota
Kediri.Januari 26, 2023, 08.30 WIB
44
Bapak Dirga Ahmad, Ketua Mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri.Januari
26, 2023, 10.00 WIB.

40
Dari wawancara di atas yang harus di garis bawahi bahwa dalam

sistem kegiatan musyawarah materi pokok yang di bahas adalah materi

peelajaran yang telah di maknani, sehingga santri akan lebih mendalami

secara kritis tentang materi yang di ajarkan sebelumnya.

Selaras dengan pendapatnya Kang Fadhil Selaku Ketua Musyawarah

Gabungan Sugro menjelaskan :

“ kesimpulan dalam bermusyawarah adalah hasil akhir dari musyawarah itu


sendiri yang dimana kesimpulan tersebut harus seusai dengan tendansi yang di dapat
agar bisa menjadi suatu kemaslahatan “45

Selain dari kegiatan musyawarah harian, Pondok Pesantren Haji

Ya’qub juga menerapkan sistem kegiatan musyawarah mingguan atau

musyawarah gabungan sughro ( MGS ) yang di adakan 3 angkatan yaitu

kelas 4, 5, dan 6 ibtida’iyah hal ini diterapkan sebagai penunjang santri

agar lebih bisa eksis di lingkup masyarakat, karna dalam musywarah

mingguan yang di adakan pada malam minggu ini membahas

permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di masyarakat seperti

halnya permasalaahan nikah, zakat bahkan permasalahan mengenai rukun

rukun shalat. dalam pelaksanaanya tidak begitu beda jauh dengan kegiatan

musyawarah harian, namun dalam kegiatan MGS membutuhkan perumus

dan juga untk aktifitas kegiatan di mulai dari jam 22.00 WIS sampai

dengan 24.00 WIS

Sesuai dengan jawaban dari kang fadil sebagai ketua musyawarah

gabunan sugro Pondok Pesantren Haji Ya’qub yaitu :

“ dalam kegiatan musyawarah gabungan sugro atau MGS tidak begitu beda jauh
dengan pelaksanna pada sistem kegiatan musawarah harian hanya saja dalam MGS
membutuhkan yang namanya perumus, fungsi dari perumus disini yaitu yang

45
Kang Fadhil Maqbul, ketua Musyawarah Gabungan Sughro Pondok Pesantren Haji ya’qub
Lirboyo Kota Kediri.Januari 26, 2023, 11.00 WIB

41
menentukan jawaban mana yang paling sahih dan lebih maslahat jika di ambil
jawabannya dan pantas untuk di terpkan di masyarakat dan dalam waktu pelaksanaan
di mulai dari jam 22.00 sampai 24.00 WIS“ 46

Wawancara yang telah di paparkan oleh kang fadil, musyawarah

gabungan sughro tidak begitu beda jauh dengan musyawarah harian dan

yang membedakan antar keduanya, dalam musyawarah gabungan sughro

membutuhkan perumus atau musahohih yang akan menentukan atau

menshahihkan jawaban yang telah di paparkan dalam musyawarah.

Hal ini juga selaras dengan jawaban yang di berikan oleh kang

Abbas sebagai wakil ketua dari musyawarah gabungan sughro di pondok

pesantren haji ya’qub

“ musyawarah yang di terapkan di pondok pesantren khususnya dalam kegiatan


MGS, itu harus membutuhkan yang namanya mushahih atau perumus afar dalam
perencanaan kegiatan bisa berjalan dengan tertib dan tenang, sedangkan utnuk
pernerapan kegiatan, MGS di lakukan mulai pukul 22.00 sampai dengan 24.00,
setelah melaksanakan madrasah diniyah “

Hasil dari wawancara peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan

msuyawarah gabungan sughro tidak begitu berbeda dengan musyawarah

harian hanya saja dalam musyawarah gabungan sughro membutuhkan

perumus sebagai jalan tengah untuk mengakhiri kegiatan dan juga dalam

kegiaatn ini berlangsung selama tiga jam yaitu dari jam 22.00 sampai

24.00 WIS.

kesesuaian pengamatan peneliti dalam hasil observasi kegiatan

musyawarah yang dilaksanakan, untuk kegiatan musyawarah dilakukan

pada jam 16.00 sampai jam 18.00, dengan rangkaina kegiatan : pertama,

Kang Fadhil Maqbul, ketua Musyawarah Gabungan Sughro Pondok Pesantren Haji ya’qub
46

Lirboyo Kota Kediri.Januari 26, 2023, 11.00 WIB.

42
kegiatan lalaran, pembagian kholaqoh, keroisan, dan yang terakhir

kesimpulan dari musyawarah. Observasi ini dilaksanakan sesuai dengan

jam kegiatan di mulai, mulai dari awal kegiatan dan di ikuti sampai akhir

kegiatan. Alokasi waktu yang ditentukan telah pas dan sesuai dengan

pembagian- pembagian kegiatan yang dilaksanakan, dalam arti semua hal

telah mencakup dalam satu alokasi waktu yang ditentukan.

Berbeda dengan musyawarah gabungan sughro dalam hasil observasi

yang dilakukan, musyawarah gabungan sughro di laksanakan pada saat

selesai kegiatan madrasah diniyah yaitu dimulai dari jam 22.00 sampai

dengan 24.00, dengan rangkaian kegiatan : pertama pembagian assilah di

setiap bagian kelas yang di tentukan, pembukaan acara ,diskusi bersama,

penshahihan jawaban dari peumus, dan yang terakhir penutup. Untuk

kegiatan musyawarah gabungan sughro dilaksanakan secara formal dan

lebih teratur dan tertib.

43
2. Peningkatkan Pengembangan Intelektual Pada Santri Pondok

pesantren haji ya’qub Melalui Kegiatan Musyawarah

Musyawarah merupakan salah satu wujud pengembangan belajar

dalam menyelesaikan masalah ala pesantren. Kegiatan ini juga salah satu

tradisi intelektual di pesantren salaf yang masih dilestarikan hingga saat

ini. Dalam kagiatan ini santri akan di bimbing oleh pengajar atau ustad

dalam menyelesaikan masalah terkini Tujuannya untuk melatih para santri

dalam memecahkan masalah dengan menggunakan pola berpikir dan

argumentasi yang berbasis intelektual

Selaras dengan hasil wawacara dengan bapak Mansur isrofi selaku

mustahiq kelas 6 ibtidaiyah pondok pesantren hai yaqub :

“wujud pengembangan belajar dalam hal menyelesaikan suatu masalah terutama di


lakukan dengan cara ala pesantren adalah dengan bermusyawarah, yang dimana
semuanya harus ada tendensinya atau refrensi sebagai perbandingan untuk mencari
kemaslahatan. Disinilah letak atau titik pointnya dalam mengembangkan intelktualitas
santri, karna santri harus tetap kritis dalam menyelsaikan suatu masalah” 47

Melalui kegiatan wawancara peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan mengenai hasil dari kegiatan musyawarah dalam meningkatkan

pengembangan intelektual kepada Bapak Dirga selaku Ketua Madrasah

Pondok Pesantren Haji Ya’qub dan juga Kang Fadhil selaku ketua

pelaksana Musyawarah gabungan sughro Pondok Pesantren Haji Ya’qub,

yang relevan dengan judul penelitian yaitu Analisi hasil kegiatan

musyawarah dalam meningkatkan pengembangan intelektual pada santri

pondok pesantren haji ha’qub Lirboyo.

47
Bapak mansur isrofi, mustahiq kelas 6 ibtidaiyah Pondok pesantren haji ya’qub lirboyo kota
kediri.januari 26, 2023, 15.00 WIB

44
Tanggapan pertama dari Bapak Dirga selaku ketua Mudier pondok

pesantren haji ya’qub berpendapat bahwa :

“ kalo kita liat dari beberapa aspek yang telah di capai santri dalam
bermusyawarah khususnya dalam hal meningkatkan pengembangan intelektual, ketika
berdebat mereka yang cerdas akan lebih bisa memahamkan ketika berdiskusi sehingga
tujuan akhir dari musyawarah akan lebih jelas dan di pahami oleh musywirin lainnya,
berbeda dengan mereka yang dalam segi intelektualnya belum terasah, mereka akan
berdebat hanya bermodalkan mental tidak dengan berbikir kritis sehingga musyawarah
akan menjadi rancu. Selain itu hasil dalam bermusyawarah dalam peningkatan intelektual
santri akan memiliki jiwa bathsu dan santri akan lebih tekun dalam belajar, nilai nilai
ujian mereka juga bisa di katakan hasil yang memuaskan. Dan mungkin kesimpulannya
musyawarah memang harus di maksimalkan agar pondok pesantren dapat mencetak santri
santri yang cerdas dan juga bermanfaat di masyarakat “48

Hasil dari wawancara di atas peningkatan pengembangan

intelektual melalui metode musyawarah jelas bahwa aspek yang di tuju

ada pada kecerdasan peserta didik, dengan keterlibatan santri dalam

kegiatan maka santri akan di bimbing, diarahkan, dan ditekan dalam

menuntut ilmu, sehingga hal tersebut akan membudaya dan akan menjadi

kebiasaan yang bersifat positif pada santri sebagai tujuan akhir untuk

mengabdi kepada masyarakat.

Selanjutnya hasil dalam pengembangan intelektual melalui metode

musyawarah menurut kang Fadhil selaku ketua MGS :

“ intelektual kalo menurut saya mengarah pada kecerdasan santri dan


musyawarah sendiri juga di ajarkan untuk berpikir kritis sehingga santri harus bisa
menempatkan diri dalam lingkup musyawarah dan akan di tuntut untuk bisa saling
bertukan pendapat secara krtis, kalo mengenai hasil dari peningkatan intelektual menurut
saya ada banyak ya.. salah satunya santri dapat dengan maksimal dalam mendalami
materi pelajaran pada saat melakukan musyawarah “49

Pemaparan tentang hasil kegiatan musyawarah dapat meningkatkan

pengembangan intelektual santri, juga selaras dengan argumen mustahiq

kelas 6 ibtidaiyah Bapak Mansur Isrofi :

48
Bapak Dirga Ahmad, ketua mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri.Januari
26, 2023, 15.20 WIB.
49
Kang Maqbul Fadil, Ketua Musyawarah Gabungan Sughro Pondok Pesantren Haji Ya’qub
Lirboyo Kota Kediri.Januari 26, 2023, 15.40 WIB

45
“ selagi seluruh kegiatan musyawarah ini berjalan dengan maksimal, maka hasil dari
pengembangan intelektual akan terlihat sangat jelas, seperti halnya yang ada di pondok
pesantren haji ya’qub, banyak santri yang giat dalam belajar guna mempersiapkan materi
untuk bermusyawarah, sehingga secara tidak langsung santri akan mendalami materi
pelajaran dan juga mekasimalkan dalam menekuni pelajaran dan dampak yang di peroleh,
santri akan dengan mudah dalam menyelesaikan suatu problem atau masalah yang sedang
dibahas dikarnakan kecerdasaannya yang selalu meningkat melalui persiapan sebelum
melakukan kegiatan yaitu belajar dengan tekun” 50

Hal ini juga senada dengan judul yang di paparkan oleh peneliti

sebagai objek penelitian yang mana dalam kegiatan musyawarah dapat

meningkatkan pengembangan intelektual santri di pondok pesantren haji

ya’qub. Dan juga musyawarah sebagai sarana dalam peningkatan

pengembangan intelektual di lingkup pondok pesantren merupakan suatu

hal yang di nilai positif dan sangat membangun jiwa tholabuliml santri,

karna santri akan di latih untuk selalu berpikir kritis ketika hendak

memecahkan suatu masalah dalam lingkup musyawarah. Intelektualitas

santri yang akan terus di asah juga akan dapat membentuk karakteristrik

santri yang berjiwa bathsu yaitu berani dalam berargumen dan kritis dalam

menanggapi suatu masalah.

Keselaran hasil observasi oleh peneliti yang di lakukan di kelas 6

ibtidaiyah dan juga lingkup kegiatan musyawarah gabungan sughro. Salah

satuya adanya Kesesuian yang meliputi banyaknya santri mengalami

peningkatan potensi dalam hal intelektual atau kecerdasan intelektual

dalam berdiskusi, mental dan juga penglohan kata yang di utarakan sudah

termasuk pada kriteria penyampaian yang bagus, karena penyebutan

bahasa yang mudah di pahami di kalangan santri sehingga kecerdasan

yang biasa di sebut dengan lingusitik verbal ini, pantas untuk di katakana

50
Bapak mansur isrofi, mustahiq kelas 6 ibtidaiyah Pondok pesantren haji ya’qub lirboyo kota
kediri.januari 26, 2023, 16.00 WIB

46
sebagai salah satu hal yang mengalami peningkatan dalam penerapan

musyawarah sebagai sistem pembelajaran santri.

B. Temuan penelitian

Berdasarkan temuan penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti

bahwasannya telah di temukan beberapa hal sebgai berikut :

1. Sistem Kegiatan Musyawarah Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub

Dalam pelaksanaan kegaiatn musyawarah dilaksanakan dengan

menggunakan waktu istiwa, di mulai dari jam 16.00 sampai jam 18.00

WIS , dan hasil dari pengamatan peneliti ada lima tahapan, dengan tahapan

sebagai berikut :

a. Kegiatan lalaran

kegiatan musyawarah di buka dengan melakukan lalaran selama

15 menit. Hal ini dilakukan agar santri tetap bisa menghafal dan

melalar nadzom yang di targetkan dalam jangka 1 tahun sesuai dengan

jenjangnya masing-masing yaitu, pada jenjang 1-2 ibtidaiyah dengan

melalar nadzom Ra’sun sirah, sedangkan pada jenjang 3 ibtidaiyah

malalar nadzom tanwirulhijah, dan pada jenjang 4 dan 5 ibtidaiyah

melalar nadzom qowaidusorfiyah awwal dan tsani, untuk jenjang 6

ibtidaiyah melalar nadzom al-imrithi pada jenjang 1, 2, dan 3

tsanawiyah melalar nadzom alfiyah ibnu malik.

b. Pembagian Kholaqoh

Setelah melakukan lalaran Selanjutnya musyawarah di lakukan

dalam kholaqoh kecil atau perkelompok, dalam 1 kelompok terdiri

47
dari 5 orang, hal ini bertujuan agar santri dapat menampung beberapa

asilah dan jawaban dari hasil setiap diskusi perkelompok.

c. Keroisan Musyawarah

dalam bermuyawarah harus ada titik tengah yang akan memimpin

dan mengatur kegiatan musyawarah agar musyawarah dapat bejalan

dengan lancar

d. Kesimpulan musyawarah

Kesimpulan dalam kegiatan bermusyawarah yaitu rois memberikan

simpulan dari hasil jawaban dan juga memahmkan materi yang telah di

bahas saat musyawarah berlangsung.

2. Hasil Peningkatkan Pengembangan Intelektual Pada Santri Pondok

pesantren haji ya’qub Melalui Kegiatan Musyawarah

Hasil yang di peroleh santri dalam peningkatan pengembangan

intelktual melalui metode musyawarah sebagai berikut :

a. Santri dapat memecahkan masalah dengan menggunakan pola berpikir

dan argumentasi yang berbasis intelektual

b. ketika berdebat santri yang memiliki pola berpikir kritis atau unggul

dalam hal intelektualitas akan lebih mudah memahamkan ketika

berdiskusi sehingga tujuan akhir dari musyawarah akan lebih jelas dan

di pahami oleh musywirin lainnya.

c. Hasil dalam bermusyawarah dalam peningkatan intelektual santri akan

memiliki jiwa bathsu dan santri akan lebih tekun dalam belajar

48
sehingga dalam peniliain akhir pada ujian akan mendapatkan hasil

yang maksimal.

d. santri megalami peningkatan dalam hal giat mendalami materi

pelajaran pada saat melakukan musyawarah yang berpengaruh pada

intelektualitas santri.

e. santri akan dengan mudah dalam menyelesaikan suatu problem atau

masalah yang sedang dibahas.

49
BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis hasil kegiatan musyawarah

Kegiatan musyawarah yang telah di jelaskan pada paparan data dan juga

temuan penelitian, memiliki beberapa tahapan proses atau sistem kegiatan,

dalam kegiatam musyawarah terbagi menjadi dua aktifitas musyawarah, yaitu

musyawarah harian dan juga musyawarah gabungan sughro ( MGS ).

Dalam penjelasan sistem kegiatan musyawarah harian dilaksanakan dua jam

aktivitas pembelajaran dan dilakukan di lokal masing- masing. Musyawaraah

harian di wajibkan bagi seluruh santri baik dari tingkatan ibtidaiyah sampai

tingkatan aliyah, dengan sistem kegiatan yang dimulai dengan lalaran,

kholaqoh, keroisan, dan yang terakhir kesimpulan jawaban dari rois sebagai

moderator dalam pelaksanaan musyawarah

sedangkan untuk kegiatan MGS dilaksanakan hanya untuk tiga angkatan

ibtidaiyah yaitu kelas 4,5,dan 6 ibtidaiyah. Dalam sistem kegiatan MGS

mengarah pada sistem kegiatan bathsu masail yaitu membutuhkan perumus

atau mushoheh. Kegiatan MGS diadakan dengan ajang untuk mengasah

mental santri, karna dalam kegiatan ini di ikuti oleh tiga angkatan dan juga di

awasi oleh perumus sebagai penunjang dalam menyelesaikan hasil akhir dari

musyawarah agar musyawarah dapat berjalan lebih kondusif.

Kegiatan kegiatan tersebut yang mencangkup pada musyawarah harian

maupun MGS memiliki satu tujuan yang sama yaitu dalam kegiatan ini

seluruh kepengurusan pondok beharap adanya peningkatan pengembangan

intelektual pada santri, hasil dari penelitian ini peneliti dapat mengamati dari

50
hasil wawancara dan juga observasi bahwa santri pondok pesantren haji

ya’qub mengalami proses peningkatan yang signifikat dan bersifat tetap,

dalam arti peningkatan tersebut sama sekali tidak mengalami penurunan

secara drastis, penurunan dalam hal penilaian ujian yang telah di paparkan

oleh bapak dirga dan juga penurunan terhadap kulitas santri ketika berdebat.

B. meningkatkan pengembangan intelektual pada santri Pondok Pesantren

Haji Ya’qub Lirboyo

Sistem kegiatan yang di selanggarakan secara rutin baik itu kegiatan

musyawarah harian maupun mingguan pasti akan dapat meningkatkan

pengembangan intelektual santri, baik itu dalam gaya berpikir kritis maupun

mental santri ketika berdebat. Sesuai dalam kutipan pada bab II landasan dan

teori yaitu “intelektual merupakan seseorang yang menggunakan

kecerdasannya dalalm berbagai aspek dan juga berupa gagasan atau ide“. Dan

juga Dalam bukunya Suarni Mengatakan bahwa intelektual dapat

didifinisikan sebagai kecakapan yang tinggi untuk berpikir.51 Hal ini terpacu

pada rutinitas yang di lakukan secara berulang ulang sehingga perkembangan

yang di alami santri secara perlahan akan terus meningkat, walaupun daya

berpikir santri yang berbeda beda, maka santri dituntut untuk lebih

memahami dan dapat menganalisis dari suatu permasalahan yang di bahas

dalam lingkup musyawarah.

Selain dalam mengasah kecerdasan dalam berdebat, untuk kegiatan

musyawarah harian juga di fokuskan pada pemahaman materi pelajaran yang

di ajarkan santri. Pemabahasan permasalahan yang di kaji dalam musyawarah


51
Fatmi Sarah, “Kebebasan Intelektual di Perpustakaan” , Jurnal Perpustakaan dan
Informasi, Vol. 9, No. 9, Oktober 2015, h. 30

51
harian ini di sesuaikan dengan materi pelajaran, sehingga santri akan lebih

memahami dan juga mendalami materi pelajaran selain pada kitab yang di

kaji.

Kegiatan kegiatan ini sangat bersifat positif dan dapat mempengaruhi

santri dalam aspek kegiatan pembelajaran, santri yang di tekan dan di tuntut

untuk bisa berpikir kritis ini bermula dari sebuah tuntutan kewajiban yang

bersifat memaksa, sehingga santri akan terbiasa dan akan melakukan rutinitas

dengan disiplin dan rajin.

Keterkaitan antara musyawarah dengan pengembangan intelektual berada

pada kualitas yang di hasilkan oleh santri, berdasarkan paparan data dan

temuan penelitian dengan menggunakan wawancara sebagai sumber data

primer dalam penelitian, peneliti dapat menjelaskan bahwa, santri yang

mengalami peningkatan dalam pengembangan intelktual akan lebih mudah di

pahami ketika santri tersebut mepaparkan argumennya dalam berdebat, dan

juga mengenai tentang kecerdasan yang di pengaruhi oleh musyawarah, santri

dapat menguasai materi pemebelajaran secara sempurna dikarnakan sumber

belajar santri ketika bermusyawarah tentang materi pelajaran tidak hanya

bersumber dari satu kitab saja melainkan dari berbagai kitab, dalam hal ini

peningkatan dalam berpikir santri jelas meningkat dan pengembangan

intelektual yang di peroleh juga maksimal, selain itu Santri juga dapat

memecahkan masalah dengan menggunakan pola berpikir dan argumentasi

yang berbasis intelektual

Kecerdasan berbasis intelektual yang di maksud mengarah pada

kecerdasan linguistik verbal. Dalam kecerdasan ini tidak dapat di terapkan

52
secara keseluruhan pada santri di karnakan dalam kapasitas santri sendiri

memiliki perbedaan, tetapi setidaknya dengan adanya penerapan sistem

kegiatan ini santri akan di latih dan di asah dalam kemampuan berpikir,

kemampuan berpikir kritis terhadap suatu masalahi dapat di pahami sebagai

salah satu sarana dalam memecahkan masalah. Berpikir kritis dapat di latih

secara berkala. Musyawarah delam pengembangan intelktual di khususkan

pda pengembangan kecerdasan linguistik verbal pada santri

Kesesuaian musyawarah dengan intelektualitas yang terapkan

mengarah pada kecerdasan linguistik verbal, kecerdasan linguistik adalah

kecerdasan dalam mengelola kata, atau kemampuan menggunakan kata secara

efektif baik secara lisan maupun tulisan. Peserta didik yang tinggi intelegensi

linguistiknya akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang

lain, mampu berbicara dengan baik kepada orang-orang disekitarnya, mampu

mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain. Kecerdasan

linguistik juga dikatakan kecerdasan mengolah kata, artinya sebagai

kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi dan

mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam

relasi saling menguntungkan. Kecerdasan linguistik ini mencakup kepekaan

terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang

diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam

mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi proses secara verbal

merupakan proses sulit dan perlu dilatih dan dibina selalu.

Kecerdasan linguistik berkaitan dengan kemampuan bahasa dan dalam

hal penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dengan bidang ini senang

53
bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan

suara, arti, dan narasi. Peserta didik dengan kecerdasan linguistik yang tinggi

umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan

dengan penggunaan bahasa seperti membaca, menulis, karangan, membuat

puisi, menyusun kata-kata mutiara. Kecerdasan linguistik juga dikatakan

kecerdasan mengolah kata, artinya sebagai kemampuan dan keterampilan

seseorang dalammenciptakan relasi dan mempertahankan relasi sosialnya

sehingga kedua belah pihak berada dalam relasi saling menguntungkan. 52

Pengembangan ini tertuju pada gaya berfikir siswa atau santri dalam

bermusyawarah. Ketika mengemukakan suatu pendapat santri atau peserta

didik harus memahami isi dari permasalahan, pentasawuran dan juga mafhum

mukholafah yang di maksud dalam musyawarah.

Sesuai dengan kebutuhan berfikir dalam musyawarah harus kritis

dalam berdebat sehingga hasil dari kesepakatan yang ada bisa di terima di

masyarakat maupun lingkup pondok itu sendiri

Mengenai penjabaran tersebut, musyawarah dapat di katakan sebagai

sarana untuk mengingkatkan kecerdasan intelektual, sesuai dengan prosedur

yang telah di jelaskan melalui wawancara kepada salah satu pihak yang

berkaitan yaitu dari bapak mudier Pondok Pesantren Haji Ya’qub, ketua

Musyawarah gabungan sughro Pondok Pesantren Haji Ya’qub kang fadil dan

juga dari bapak mustahiq kelas 6 ibtidaiyah, dan juga melalui observasi

lapangan yang dilakuakn di lingkungan pondok pesantren haji ya’qub.

52
Sukenti . Manajemen Sumber Daya Manusia. ( Yogyakarta: Graha Ilmu. 2017 ) hlm 23

54
55
BAB VI

PENUTUP

C. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwasannya telah di

temukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Sistem Kegiatan Musyawarah Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub

Dalam pelaksanaan kegaiatn musyawarah dilaksanakan dengan

menggunakan waktu istiwa, di mulai dari jam 16.00 sampai jam 18.00 WIS ,

dan hasil dari pengamatan peneliti ada lima tahapan, dengan tahapan sebagai

berikut :

a. Kegiatan lalaran

kegiatan musyawarah di buka dengan melakukan lalaran selama 15

menit. Hal ini dilakukan agar santri tetap bisa menghafal dan melalar

nadzom yang di targetkan dalam jangka 1 tahun sesuai dengan

jenjangnya masing-masing yaitu, pada jenjang 1-2 ibtidaiyah dengan

melalar nadzom Ra’sun sirah, sedangkan pada jenjang 3 ibtidaiyah

malalar nadzom tanwirulhijah, dan pada jenjang 4 dan 5 ibtidaiyah

melalar nadzom qowaidusorfiyah awwal dan tsani, untuk jenjang 6

ibtidaiyah melalar nadzom al-imrithi pada jenjang 1, 2, dan 3 tsanawiyah

melalar nadzom alfiyah ibnu malik.

b. Pembagian Kholaqoh

Setelah melakukan lalaran Selanjutnya musyawarah di lakukan

dalam kholaqoh kecil atau perkelompok, dalam 1 kelompok terdiri dari

56
5 orang, hal ini bertujuan agar santri dapat menampung beberapa asilah

dan jawaban dari hasil setiap diskusi perkelompok.

c. Keroisan Musyawarah

dalam bermuyawarah harus ada titik tengah yang akan memimpin

dan mengatur kegiatan musyawarah agar musyawarah dapat bejalan

dengan lancar

d. Kesimpulan musyawarah

Kesimpulan dalam kegiatan bermusyawarah yaitu rois memberikan

simpulan dari hasil jawaban dan juga memahmkan materi yang telah di

bahas saat musyawarah berlangsung.

2. Hasil Peningkatkan Pengembangan Intelektual Pada Santri Pondok

pesantren haji ya’qub Melalui Kegiatan Musyawarah

Hasil yang di peroleh santri dalam peningkatan pengembangan intelktual

melalui metode musyawarah sebagai berikut :

a. Santri dapat memecahkan masalah dengan menggunakan pola berpikir

dan argumentasi yang berbasis intelektual ketika bermusyawarah

b. ketika berdebat santri yang memiliki pola berpikir kritis atau unggul

dalam hal intelektualitas akan lebih mudah memahamkan ketika

berdiskusi sehingga tujuan akhir dari musyawarah akan lebih jelas dan

di pahami oleh musywirin lainnya,

c. Hasil dalam bermusyawarah dalam peningkatan intelektual santri akan

memiliki jiwa bathsu dan santri akan lebih tekun dalam belajar

57
sehingga dalam peniliain akhir pada ujian akan mendapatkan hasil

yang maksimal.

d. santri dapat dengan giat dalam mendalami materi pelajaran pada saat

melakukan musyawarah

e. santri akan dengan mudah dalam menyelesaikan suatu problem atau

masalah yang sedang dibahas dikarnakan kecerdasaannya yang selalu

meningkat melalui persiapan sebelum melakukan kegiatan yaitu

belajar dengan tekun

D. Saran-saran

1. Kepada ketua pengurus mudier pondok pesantren haji ya’qub

Hendaknya ketua mudier selaku pengurus pondok pesantren haji

ya’qub Selalu mengingkatkan dan mengembangkan inovasi-innovasi

dalam kegiatan musyawarah sebagai ajang untuk menignkatkan

pengambangan intelektual santri

2. Kepada ketua musyawarah gabungan sughro pondok pesantren haji

ya’qub

Selalu berusaha untuk mengembangkan potensi santri ketika

bermusyawarah serta menjunjung tinggi kesaradan santri dalam mengikuti

kegiatan musyawarah.

3. Kepada peneliti yang akan datang

Hasil dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi peneliti

jenjang selanutnya sebagai acuan dalam mengembangkan intelektual

melalui kegiatan musyawarah.

58
DAFTAR PUSTAKA

Abu An’im ( 2015 ) . Terjemah ta’lim muta’alim- kiat santri meraih ilmu manfaat
barokah. jawabarat : mukjizat.

Ahmad Zahro,( 2004 ) Tradisi Intelektual NU. Yogyakarta: Lkis

Bungin, M. Burhan (2017 ). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,


Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. . Penelitian Kualitatif : Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial

Dadan Muttaqien. ( 1999 ) Sistem Pendidikan Pondok Pesantren. JPI FIAI :


Jurusan Tarbiyah

Dudung, A. ( 2014 ). Musyawarah dalam Al-Qur’an: Suatu Kajian Tafsir


Tematik. AlDaulah

Helaluddin dan Hengki Wijaya ( 2019 ). Analisis Data Kualitatif. Makasar:


Sekolah Tinggi Thelogia

Hidayat, A. ( 2015 ). Syura dan Demokrasi Dalam Perspektif Al-Qur’an. ADDIN

Indragiri A, ( 2010 ). Kecerdasan Optimal. Jogjakarta: Starbooks

Kriyantono, Rachmat ( 2010 ), teknik praktisi riset komunikasi. Jakarta: Kencana

Lexy J Moleong, ( 2011 ). Metodologi Peneitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Mihmidaty Ya’qub , ( 2020 ), Manajemen Pembelajaran Berbasis Bahtsul Masail


Pada Mata Pelajaran Fiqih Ibadah Di Pondok Pesantren Fathul Ulum
Jombang. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1

Moleong, L. J. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Mufid ( 2016 ) sejarah pondok pondok pesantren haji ya’qub. Kediri : buku
jamiyyah

Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Nufiana, F., & dkk. (2018). Teori dan Prakris : Riset Komunikasi Pemasaran
Terpadu. Malang: Universitas Brawijaya Pers.

59
Rifa’i, T. ( 2015 ). T Komunikasi dalam Musyawarah: Tinjauan Konsep Asyura
dalamIslam. Channel

Sarah fatim. ( 2015 ) keabsaan intelektual di perpustakaan. jurnal perpustakaan


dan informasi vol. 9, no.9

Singarimbun,m ( 2006 ) metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES

Sugiyono. (2020). Metode Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Alfabeta

Sumadi Suryabrata. ( 2006 ) Psikologi Pendidikan. Jakarta :T. Raja Grafindo


Persada,

Wiryokusumo Iskandar. ( 2011 ). Dasar dasar pengembangan kurikulum .Jakarta


: Bumi Aksara

Yunus, Hadi Sabari. ( 2010 ). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

60
TABULASI WAWANCARA

No Narasumber Hasil wawancara


1 Kang fadhil “ yang pasti semua di terapkan sessuai dengan kesepakatan para
pengurus dan juga para masyayikh yang harus wajib di ikuti oleh santri “
2 Bapak dirga musyawarah di mulai 16.00 WIS sampai 18.00 WIS. Musyawarah
dibuka dengan kegiatan lalaran 15 menit, selanjutnya musyawarah
kelompok 45 menit dan yang terakhir musyawarah di pimpin dengan rois
selama 30 menit
3 Bapak Mansur “ musyawarah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Haji Ya’qub,
biasanya di mulai dari jam 16.00 WIS. Sampai dengan 18.00 WIS yang
dimana semuanya sudah terstruktur dan sistematis “
4 Kang fadhil “ya.. jadi sebelum melaksanakan musyawarah seluruh santri sangat
diharapkan untuk mengikuti lalaran bersama di kelas masing-masing
guna untuk mengasah hafalan santri yang telah di targetkan setiap
jenjangnya”
5 Bapak Mansur “ mungkin dalam hal ini memang santri sepatutnya untuk di tekan dan di
bimbing, selanjutnya pondok juga harus menyediakan sebuah sistem
kegiatan yang di mana santri dapat memanfaatkannya guna mengasah
hafalan dajuga ingatan santri dan alhamdulillahnya semua itu sudah
terealisasi pada kegiatan lalaran sebelum melakukan musyawarah “
6 Bapak dirga “ kegiatan lalaran dilakukan selama 15 menit, dengan nadzom yang telah
ditentukan setiap jenjangnya, yaitu untuk jenjang 1, 2 ibtidaiyah melalar
nadzom ra’sun israh , untuk jenjang 3 ibtidaiyah melalar nadzom
tanwirulhijah, untuk jenjang 4 dan 5 ibtidaiyah melalar nadzom
qowaidusorfiyah, untuk jenjang tsanawiya melalar nadzom alfiyah ibnu
malik “
7 Bapak dirge “ kalau semisal lalaran sudah selesai maka anak-anak akan di arahkan
untuk membuat kholaqoh, masing-masing kholaqoh terdiri dari 5 anak”
8 Bapak Mansur “untuk tujuan dari kholaqoh sendiri, santri akan saling menampung dan
berdiskusi secara kecil-kecilan mengenai materi yang di bahas, dan juga

61
guna untuk menapung asilah, jawaban, dan juga sanggahan serta di beri
ibarat ( referensi ) agar hasil darimusyawarah juga dapat meningkatkan
daya pikir kritis santri terhadap suatu masalah”
9 Kang fadhil ketika melakukan musyawarah kegiatan awal yaitu lalaran selanjutnya
kegaiatan pembagian kholaqoh yang dimana nanti perholaqoh di isi oleh
empat atau lima anak“
10 Bapak dirga “ ketika semua kholaqoh sudah selesai dalam berdiskusi guna
mengumpulkan aslilah, jawaban dan sanggahan yang sesuai dengan
ibarat yang ada maka, salah satu dari seluruh kelas akan di tugaskan
sebagai rais pelajaran atau moderator yang akan mengatur jalannya
kegiatan musyawarah agar musyawarah dapat berjalan dengan lancar”
11 Bapak Mansur “ runtutan sistem kegiatan yang ke tiga ini santri harus belajar untuk
public speaking yaitu dengan memilih keroisan atau moderator dalam
bermusyawarah”
12 Kang fadhil “pada kegiatan keroisan ini hasil keseluruhan dari diskusi kholaqoh,
maka santri harus memaparkan asilah, jawaban, dan juga sanggahan
kepada moderator yang telah di tunjuk oleh bapak mustahiq”
13 Bapak Mansur “ sebagai penutup dari musywarah, rais harus pintar dalam
menyimplukan berbagai permasalahan yangtelah di bahas dan harus
sesuai dengan ibarat yang di paparkan oleh mujawib sehingga hasil yang
musyawarahkan bisa menjadi kemaslahatan “
14 Bapak dirga “ yang pertama hal hal yang perlu di musyawarahkan oleh santri meliputi
materi pelajaran yang akan di kaji pada saat diniyah berlangsung, karna
diniyah di laksanakan jam 19.00 WIS maka yang harus di
musyawarahkan adalah materi yang kemarin di maknani, mengenai
tentang kesimpulan dari bermusyawarah yaitu semua hal yang mengarah
pada kemaslahatan dan juga sesuai dengan tendensi atau refrensi yang
tersedia di kitab”
15 Kang fadhil “ kesimpulan dalam bermusyawarah adalah hasil akhir dari musyawarah
itu sendiri yang dimana kesimpulan tersebut harus seusai dengan
tendansi yang di dapat agar bisa menjadi suatu kemaslahatan
16 Kang fadhil dengan pelaksanna pada sistem kegiatan musawarah harian hanya saja

62
dalam MGS membutuhkan yang namanya perumus, fungsi dari perumus
disini yaitu yang menentukan jawaban mana yang paling sahih dan lebih
maslahat jika di ambil jawabannya dan pantas untuk di terpkan di
masyarakat dan dalam waktu pelaksanaan di mulai dari jam 22.00
sampai 24.00 WIS“

63
64

Anda mungkin juga menyukai