Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi

guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Kedudukan Akal dalam

Syari'at Islam. “Syari'at Islam memberikan nilai dan urgensi yang amat

penting dan tinggi terhadap akal manusia. Itu dapat dilihat berdasarkan:

Allah SWT hanya menyampaikan kalam-Nya kepada orang-orang

yang berakal, karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan

syari'at-Nya.

Allah SWT berfirman:

Artinya:"Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali)

keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka

pula sebagai rohmat dari kami dan pelajaran bagi orang-orang yang

mempunyai fikiran". (QS. Shaad (38): 43).

Allah SWT mencela orang yang tidak menggunakan akalnya.

Misalnya celaan Allah SWT terhadap ahli neraka yang tidak menggunakan

akalnya:
2

Allah SWT berfirman:

Artinya: "Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau

memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-

penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. 067. Al Mulk [67]: 10)

Allah SWT mencela orang-orang yang tidak mengikuti syari'at dan

petunjuk Nabi-Nya. Allah subhanahu wa'ta'ala berfirman:

Artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah

diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya

mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang

kami"."(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang

mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat

petunjuk?". (QS. 002. Al Baqarah [2]: 170).

Allah SWT juga menegaskan untuk memperhatikan Al-Qur’an

sebab didalamnya terdapat banyak manfaat bagi manusia sebagai

petunjuk untuk menjadi kemaslahatan manusia.

Allah SWT berfirman:


3

Artinya:"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau

kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah SWT, tentulah mereka mendapat

pertentangan yang banyak di dalamnya". (QS. An Nisaa' [04]: 82)

Simpulannya adalah Akal merupakan syarat yang harus ada dalam

diri manusia untuk mendapat taklif (beban kewajiban) dari Allah SWT.

Hukum-hukum syari'at tidak berlaku bagi mereka yang tidak mempunyai

akal. Dan diantaranya yang tidak menerima taklif itu adalah orang gila

karena kehilangan akalnya. Sebab itu, Allah SWT memberikan akal

kepada manusia untuk bisa digunakan dalam hal-hal yang baik dan untuk

diri sendiri maupun orang lain.

Adapun Hadist yang menguatkan beberapa pemahaman tentang

kesadaran berakala antara lain:

Rosulullah Muhammad SAW bersabda:

Eٍ ‫" ُر ِف َع ال َق َل ُم َعنْ َثاَل‬


"‫ ال ُج ُن ْونُ َح َّتى َي ِفي َْق‬: ‫ث َو ِم ْن َها‬
Artinya: "Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari tiga

golongan, diantaranya: orang gila sampai dia kembali sadar (berakal)".

(HR. Abu Daud: 472 dan Nasa'i: 6/156).

1. Penyebutan begitu banyak proses dan aktivitas kepemikiran dalam

Al-Qur'an, seperti tadabbur, tafakkur, ta'aquul dan lainnya. Seperti

kalimat "La'allakum tafakkarun" (mudah-mudahan kalian berfikir)


4

atau "Afalaa Ta'qiluun" (apakah kalian tidak berakal), atau "Afalaa

Yatadabbarunal Qur'an" (apakah mereka tidak merenungi isi

kandungan Al-Qur'an) dan lainnya.

2. Al-Qur'an banyak menggunakan penalaran rasional. Misalnya ayat-

ayat berikut ini:

Pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang dilaksanakan

baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak

menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam

mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat,

yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan

masing-masing. Manusia adalah mahluk sosial dan membutuhkan

manusia lain disekitarnya maka dari itu, sebagai mahluk sosial harusya

bisa memberikan hal yang positif dalam lingkungannya. Kajian tentang

masyarakat dalam IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dapat dilakukan dalam

lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan

siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik

yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian

siswa dan siswi yang mempelajari IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dapat

menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa

lampau umat manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar IPS (Ilmu

Pengetahuan Sosial) membahas manusia dengan lingkungannya dari

berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa

mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang


5

jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS (Ilmu Pengetahuan

Sosial) harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang

studi IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) itu.

Pembelajaran adalah suatu proses pencapaian pengetahuan yang

didapat untuk mengubah perilaku manusia menjadi baik dan bermanffat

bagi sesama.

PBL(Problem Based Learning) merupakan suatu model

pembelajaran menggunakan masalah autentik (nyata) sebagai suatu

konteks bagi siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk

memperoleh pengetahuan dan belajar mengambil keputusan. Masalah

yang bersifat autentik menjadi starting point dalam pembelajaran

PBL(Problem Based Learning), sehingga mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi dan data dalam memecahkan masalah. PBL

(Problem Based Learning) memiliki lima karakteristik dasar dalam

pembelajarannya Barrows (2007:40-41). Pertama, PBL(Problem Based

Learning) merupakan pembelajaran berbasis masalah. Kedua,

PBL(Problem Based Learning) bersifat memecahkan masalah dan

mengarahkan siswa menemukan solusi atas masalah yang dihadapi

sehari-hari. Ketiga, model PBL(Problem Based Learning) merupakan

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Keempat, model PBL(Problem

Based Learning) merupakan pembelajaran yang bersifat mandiri. Kelima,

model PBL(Problem Based Learning) bersifat reflektif, dengan demikian

siswa dapat mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi penting,


6

dan menemukan alternatif solusi pemecahan masalah melalui diskusi

kelompok.

Trianto (2010:92) menyatakan bahwa model pembelajaran

berdasarkan masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran dimana siswa

mengerjakan masalah yang autentik, sehingga siswa dapat menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan berpikir

yang lebih tinggi, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan

diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada sebuah

masalah, kemudian melakukan pemecahan masalah, melalui masalah

tersebut siswa dituntut untuk belajar dengan keterampilan-keterampilan

berpikir yang lebih mendasar hingga pada tingkat yang lebih tinggi untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya secara mandiri dan percaya diri.

Pendekatan PBL(Problem Based Learning) ini mengutamakan

proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk

membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri Sumantri

(2015:22). Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru berperan

sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu

menemukan masalah dan sebagai fasilitator. Selain itu guru menyiapkan

dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan intelektual siswa.

Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat

menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran

gagasan. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan


7

pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara

individual maupun secara kelompok.

Abbas (2000:21). Guru berperan sebagai pemberi rangsangan,

pembimbing kegiatan siswa, dan penuntun arah belajar siswa. Dalam

peranannya guru merupakan motivator terbesar dalam terlaksananya

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga tercipta siswa-

siswi yang unggul dalam setiap pelajaran yang diajarkan.

Ketarampilan proses membekali siswa dengan keterampilan

memecahkan masalah. Semiawan (1987:14-16) mengemukakkan empat

alasan pentingnya pendekatan keterampilan proses diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran. Keempat alasan tersebut. Pertama,

perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung cepat sehingga menuntut

kompetensi guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

perkembangannya. Kedua, siswa mudah memehami konsep apabila

kegiatan pembelajaran menyajikan contoh konkrit. Ketiga penemuan

ilmiah bersifat tentarif atau dapat berubah berdasarkan fakta dan data

baru. Keempat pengembangan konsep seyogyanya tidap terlepas dari

pengembangan sikap dan nilai pada diri siswa sehingga memiliki

kemampuan secara intelektual dan sosial.

Dimyati (2006:138) pendekatan keterampilan proses dapat

diartikan sebagai wawasan atau anutan yang bersumber dari

kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada

dalam diri siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sumantri,


8

1998/1999:113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses

bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar jangkauan

kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud

mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik.

Conny (1990:23) mengemukakan keterampilan proses adalah

pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan

cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan

sehingga siswa akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan

konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan

pembelajaran khusus.

Mudjiono (2006:137) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan

proses perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, adapun alasan

tersebut yaitu sebagai berikut: Percepatan perubahan ilmu pengetahuan

dan teknologi, intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan

hasil belajar yang optimal, dan penanaman sikap dan nilai sebagai

pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu.

Hasil belajar adalah pola, perbuatan, nilai, pengertian, sikap,

apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup

kognitif, afektif dan psikomotorik. Sudjana (2009:22) mengatakan, “Hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Dari dari penjelasan

tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah hasil dari proses

pembelajaran yang dialami oleh peserta didik, diukur dari kemampuan


9

peserta didik sesuai dengan pengalaman belajarnya. Rusmono (2012:12)

Hasil belajar merupakan semua akibat yang dapat terjadi dan dijadikan

indiikator

Observasi di lapangan dari hasil wawancara guru yang mengajar

peserta didik sekolah dasar, khususnya SDN Bontojai Kota Makassar

pengajaran masih menggunakan metode lama tidak mengembangkan

kemampuan peserta didik sehingga menunjukkan keterampilan proses

dan hasil belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) peserta didik rendah. Hal

ini dibuktikan dari perolehan skor tes keterampilan proses hanya 30% dari

28 peserta didik yang mencapai nilai standar, selebihnya 70%

memperoleh nilai dibawah 60 (dibawah standar). Begitupun dengan

perolehan skor hasil belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) hanya 30%

dari 28 peserta didik yang mencapai nilai standar, selebihnya 70%

memperoleh nilai dibawah 60 (dibawah standar).

Kurangnya keterampilan proses dan hasil belajar peserta didik

dengan data awal yang diperoleh maka peneliti melakukan riset dengan

menggunakan Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan

mengkoordinasikan kepada guru dan pihak sekolah sehingga membantu

mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan PBM (Proses Belajar

Mengajar) untuk memperoleh hasil belajar yang memuasakan. Model

Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) menjadi salah satu model

yang dimaksudkan untuk membuat siswa lebih memahami pelajaran..


10

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dipilih

model problem based learning (PBL) untuk meningkatkan keterampilan

proses dan hasil belajar IPS peserta didik. Oleh karena itu, peneliti akan

merancang dan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model

Problem Based Learning (PBL) pada Keterampilan Proses dan Hasil

Belajar IPS Siswa pada SDN Bontojai Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan

di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh PBL (Problem Based Learning)

terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPS siswa SDN

Bontojai Kota Makassar?

2. Apakah terdapat pengaruh PBL (Problem Based Learning) pada

Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPS siswa sesudah

perlakukan kelas eksperimen pada SDN Bontojai Kota Makassar?

3. Bagaimana perbandingan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar

IPS siswa pada kelas kontrol dan eksperimen SDN Bontojai Kota

Makassar?

C. Tujuan Penelitian
11

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh PBL (Problem Based Learning)

terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPS siswa SDN

Bontojai Kota Makassar?

2. Untuk mengetahui pengaruh PBL (Problem Based Learning) pada

Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPS siswa sesudah

perlakukan kelas eksperimen pada SDN Bontojai Kota Makassar?

3. Untuk mengetahui perbandingan Keterampilan Proses dan Hasil

Belajar IPS siswa pada kelas kontrol dan eksperimen SDN Bontojai

Kota Makassar?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

teoretis maupun praktis.

1. Teoretis

Manfaat teoritis dari penelitian tersebut adalah

a. Dapat dijadikan acuan pengembangan teori pembelajaran

khususnya para pendidik mengenai bentuk model PBL (Problem

Based Leraning).
12

b. Dapat dijadikan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang

berkaitan dengan bentuk model PBL (Problem Based Leraning)

yang dilaksanakan di sekolah khsusnya SD.

2. Praktis

Manfaat praktis dari penelitian tersebut adalah:

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan

ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan hal-hal yang

mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran

dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi

praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam

pengembangan kualitas sumber daya manusia.

c. Bagi guru hasil penelitian bermanfaat sebagai pengembangan

variasi keterampilan siswa dalam meningkatkan pembelajaran.

d. Informasi kepada pihak sekolah dapat menjadi lebih maju karena

siswa dan guru sama-sama mempunyai keinginan yang tinggi

dalam proses belajar mengajar.

e. Sumbangan pemikiran untuk pihak sekolah, orang tua siswa, dan

siswa mengenai manfaat model Pembelajaran Based Learning

(PBL) bagi siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional.


13

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian

kuantitatif. Model penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi

experiment), dengan menggunakan dua kelompok subyek penelitian yang

hampir sama (homogen). Alasan penggunaan model eksperimen semu

dalam penelitian ini bahwa peneliti tidak dapat mengendalikan

sepenuhnya kedua kelompok yang diteliti karena tidak semua variabel luar

dapat dikontrol, sehingga perubahan yang terjadi tidak sepenuhnya oleh

pengaruh perlakuan. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini yaitu

variabel bebas PBL (Problem Based Learning), variabel terikat

keterampilan proses dan hasil belajar IPS.

2. Desain penelitian

Bentuk rancangan eksperimen semu dalam penelitian ini adalah

non-equivalent control group. Secara spesifik bentuk rancangan tersebut

dijelaskan pada tabel berikut.


14

Tabel 3.1 Desain nonequivalent control group

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest


Eksperimen O1 × O2
Kontrol O1 O2
(Sumber: Sukardi 2003:26)

Keterangan:

O1 : Menyatakan pengamatan awal (pretest) kelas eksperimen

O1 : Menyatakan pengamatan awal (pretest) kelas kontrol

× : Perlakuan dengan PBL (Problem Based Learning)

O2 : Menyatakan pengamatan akhir (posttest) kelas eksperimen

O2 : Menyatakan pengamatan akhir (posttest) kelas control

Sebelum diberi perlakuan kelompok atau kelas yang telah ditunjuk

sebagai objek penelitian diberi pretest, kemudian diberikan posttest

setelah diberi perlakuan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui

kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok. Langkah-langkah untuk

mengetahui hasil belajar siswa selama proses pelajaran disajikan sebagai

berikut :

1. Dilakukan tes awal (pretest) pada awal pertemuan. Pretest (Y1)

dilakukan sebelum pembelajaran dilaksanakan untuk mengukur

pengetahuan awal siswa sebelum penerapan perlakuan (X).

2. Dilakukan tes akhir (posttest) pada akhir pertemuan. Posttest (Y2)

dilakukan setelah pembelajaran dilaksakan untuk mengukur hasil

belajar setelah perlakuan (X).


15

3. Membandingkan hasil pretest (Y1) dan hasil posttest (Y2) untuk melihat

pengaruh yang timbul akibat perlakuan (X)

4. Menghitung uji-t

5. Menarik kesimpulan

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan

pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut

sebagai berikut:

1. Pra Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian adalah:

a. Membuat izin penelitian ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakan penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

pembanding.

d. Membuat instrument soal pre test berupa soal pilihan ganda.

e. Membuat media pembelajaran tentang materi yang akan diajarkan.

f. Membuat perangkat pembelajaran terdiri dari Power Point dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

g. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal post test berupa soal pilihan

ganda.

h. Mengevaluasi pembelajaran sesuai materi yang diajarkan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan yaitu menerapkan


16

pembelajaran menggunakan metode ceramah atau metode

konvensional untuk kelas pembanding atau kelas kontrol dan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning untuk kelas eksperimen.

Tabel 3.2 Perbedaan Pembelajaran Kelas Kontrol dan Eksperimen


NO. Kegiatan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
1 2 3 4
1. Pendahuluan  Guru membacakan  Guru membacakan
Standar Kompetensi Standar Kompetensi
(SK), Kompetensi (SK), Kompetensi
Dasar (KD), dan Dasar (KD), dan
indikator indikator
pembelajaran. pembelajaran.
 Guru memberikan  Guru memberikan
motivasi kepada motivasi kepada
siswa. siswa.
 Guru menggali  Guru menggali
pengetahuan siswa pengetahuan siswa
dengan mengajukan dengan mengajukan
pertanyaan. pertanyaan.
2. Kegiatan inti  Guru menjelaskan  Guru menjelaskan
materi yang akan materi yang akan
diajarkan. diajarkan.
 Guru menggunakan  Guru menggunakan
model tradisional model Problem
untuk menjelaskan Based Learning
materi sebagai untuk menjelaskan
kegiatan materi sebagai
pembelajaran. kegiatan
 Guru meminta siswa pembelajaran.
untuk mengerjakan  Guru meminta siswa
soal yang diberikan untuk mengerjakan
lalu soal lalu
mengumpulkannya. mengumpulkannya.
 Guru membahas dan  Guru membahas dan
memeriksa hasil memeriksa hasil
pekerjaan siswa dan pekerjaan siswa dan
17

membimbing siswa membimbing siswa


menyimpulkan materi menyimpulkan
yang telah dibahas. materi yang telah
 Guru memberikan dibahas.
kesempatan kepada  Guru memberikan
siswa untuk bertanya kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
1 2 3 4
3. Penutup  Guru mengadakan  Guru mengadakan
tes akhir (post-test) tes akhir (post-test)
sebanyak 15 soal sebanyak 15 soal
dengan pilihan ganda dengan pilihan
sebanyak 10 nomor ganda sebanyak 10
dan essai 5 nomor nomor dan essai 5
mengenai materi nomor mengenai
yang telah dipelajari. materi yang telah
dipelajari.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah SDN Bontojai Kota

Makassar. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN

Bontojai Kota Makassar yang mempunyai karakteristik hampir sama

(homogen). Subyek diambil dari kelas yang memiliki kemampuan

akademik relatif sama (setara) berdasarkan nilai rata-rata mata

pelajaran IPS. Berdasarkan nilai rata-rata IPS yang didapatkan maka

setiap pertemuan diambil rata-ratanya baik data dari kelas eksperimen


18

maupun kelas Kontrol. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 2 kelas,

yaitu IVA sebagai kelas eksperimen dan IVB sebagai kelas kontrol.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan mulai dari September

sampai Desember 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Bontojai Kota

Makassar. Penelitian ini dilakukan pada kelas IV yang memiliki kelas

paralel sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian dan

menjadikan kelas IVA dijadikan kelas eksperimen dan kelas IVB

dijadikan sebagai kelas kontrol. Seluruh siswa diasumsikan memiliki

kemampuan dasar yang sama. Dengan kata lain, seluruh anggota

populasi dalam penelitian ini memiliki kemampuan dasar yang sama

yaitu sejumlah 56 siswa. Adapun jumlah data populasi dapat dilihat

dibawah ini.

Tabel 3.3 Jumlah Populasi SDN Bontojai Kota Makassar


No. Kelas Lak- laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 5
1. IA 16 16 32
2. IB 16 16 32
3. IIA 14 15 29
4. IIB 16 14 29
5. IIIA 22 10 32
6. IIIB 11 21 32
7. IVA 17 11 28
8. IVB 17 11 28
19

9. VA 17 10 27
10. VB 17 12 29
11. VIA 15 13 28
12. VIB 11 17 28
Jumlah Total 189 166 355
(Sumber Dapodik SDN Bontojai)
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui yang menjadi populasi

penelitian adalah seluruh kelas SD Negeri Bontojai Kota Makassar

Tahun Ajaran 2018/2019 yang terdistribusi dalam 12 kelas (IA, IB, IIA,

IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VB, VIA, VIB) dengan jumlah keseluruhan

sebanyak 357 orang siswa yang terdiri dari 189 orang siswa laki-laki

dan 166 orang siswa perempuan.

2. Sampel

Sudjana (2005: 6) sampel adalah sebagian contoh yang diambil

dari populasi. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2015: 118) Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Dikarenakan populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu maka peneliti mengambil sampel yang diambil dari populasi yang

telah disajikan. Adapun teknik penarikan sampel yang peneliti gunakan

dalam penelitian ini adalah non probability sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi

setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Nonprobability sampling memiliki beberapa jenis, diantaranya

purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik yang


20

digunakan untuk menentukan sampel pada penelitian ini. Teknik ini

dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target.

Sugiyono (2015: 124) purposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu. Sedangkan menurut Arikunto,

2013:183) purposive sampling merupakan penentuan sampel yang

berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat

terhadap suatu objek yang sesuai dengan tujuan penelitian. sampel

dalam penelitian ini, yaitu kelas IV sebagai kelas eksperimen kelas IVA

dan kelas IVB sebagai kelas kontrol. Alasan untuk memilih kelas

tersebut karena melihat dari potensi siswa yang sangat antusias dalam

belajar dan kemampuan siswanya secara menyeluruh hampir sama

sehingga pemelihan kelas IV sangat memungkinkan untuk melakukan

penelitian. Adapun data jumlah sampel sebagi berikut:

Tabel 3.4 Jumlah sampel SDN Bontojai Kota Makassar


No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah
Lak- laki Perempuan
1 2 3 4 5
1. IVA 17 11 28
2. IVB 17 11 28
Jumlah Total 34 22 56
(Sumber Dapodik SDN Bontojai)

Berdasarkan tabel di atas, maka sampel pada penelitian ini

berjumlah 56 orang siswa yang tersebar kedalam 2 kelas yaitu kelas

IVA sebanyak 28 siswa yang merupakan kelas eksperimen yang akan

diberi perlakuan dengan model Problem Based Learning (PBL), dan


21

IVB sebanyak 28 siswa yang merupakan kelas kontrol yang akan diberi

perlakuan dengan model pembelajaran yang konvensional. Selain itu,

sampel pada kelas eksperimen dan kontrol dalam pembelajaran harus

dilakukan secara holistkik sehingga hasil yang didapatkan bisa akurat.

D. Teknik Pengumupulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen yaitu:

a. Observasi

Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung

untuk memantau keterlaksanaan proses pembelajaran yang memuat

rangkaian kegiatan keterampilan proses. observasi (observation)

adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto,

2015:60). Observasi yang dilakukan disini adalah observasi langsung,

yang mengumpulkan data berdasarkan pengamatan yang

menggunakan mata atau telinga secara langsung. Dengan demikian

melalui observasi dapat terlihat kemunculan keterampilan proses sains

yang diamati dengan menggunakan panca indera secara langsung.

a. Keterampilan Proses dan Tes Hasil Belajar IPS

Keterampilan proses dan tes hasil belajar IPS berbentuk pilihan

ganda dan essay merujuk pada teori taksonomi hasil belajar kognitif
22

oleh Bloom yang dimodifikasi oleh Anderson, et. al (2001) yang terdiri

dari enam kategori dan sembilan belas sub kategori. Kategori meliputi

mengigat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan

mengkreasi. Tes hasil belajar IPS berisi pertanyaan yang disusun

berdasarkan materi ajar dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.

Sebelum digunakan, tes hasil belajar diuji validitas konstruk, validitas

isi, validitas eksternal dan reliabilitasnya. Validitas konstruk dilakukan

untuk mengukur kesesuaian antara kaidah penyusunan tes hasil

belajar dengan indikator hasil belajar. Tes diberikan sesudah proses

belajar mengajar berlangsung. Dalam penelitian ini digunakan 2 kali

tes yaitu:

1. Pre-Test

Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka

pengukuran dan penilaian. Tes awal yaitu tes yang diberikan kepada

siswa sebelum dimulai kegiatan belajar mengajar. Tes awal ini

bertujuan untuk mengetahui hasil belajar awal siswa pada kelas

eksperimen.

2. Post-Test

Test akhir yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah

berlangsung proses pembelajaran. Tes akhir ini bertujuan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran PBL.


23

Validitas isi dilakukan untuk mengetahui tingkat keterwakilan

materi ajar dengan tes hasil belajar yang akan diujikan. Validitas

eksternal bertujuan untuk mengetahui kesamaan antara kriteria yang

ada pada instrumen dengan fakta empiris dilapangan (Sugiyono,

2016).

Tabel 3.5 Kriteria Keterampilan Proses

Interval Kriteria
75-100 Baik
65-74 Cukup baik
35-64 Kurang Baik
0-34 Kurang
(Sumber: Sukardi 2003:26)

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik untuk mendapatkan data

dengan cara mencatat data yang sudah ada. Pada penelitian

dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data yang sudah ada,

seperti data siswa kelas IV SDN Bontojai tahun ajaran 2018/2019.

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediaan

dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari

pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan,

wasiat, buku, undang-undang, dan sebagainya. Data yang diperlukan

dalam dokumentasi yaitu:

1. Keterampilan proses yaitu data yang dibutuhkan seperti data

observasi awal serta dokumentasi proses pembelajaran,


24

2. Hasil belajar yaitu data dokumentasi hasil pretest, dokumentasi

hasil Posttest, absensi harian, dokumentas, daftar nilai siswa

terutama nilai IPS, serta dokumentasi diskusi pada saat

pembelajaran secara konvensional pada kelas control dan

pembalajaran pada kelas eksperimen.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Tabel 3.6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator


1 2 3
Model Pengertian Problem 1. Belajar dimulai dengan
pembelajaran Based Learning suatu masalah.
Problem Based Pembelajaran Berbasis 2. Memastikan bahwa
Learning Masalah) masalah tersebut
adalah seperangkat model berhubungan dengan
mengajar yang dunia nyata siswa.
menggunakan masalah 3. Mengorganisasikan
sebagai fokus untuk pelajaran seputar
mengembangkan masalah, bukan
keterampilan pemecahan seputar disiplin ilmu.
masalah, keterampilan, 4. Memberikan tanggung
materi dan pengaturan jawab yang besar
diri. Model pembelajaran kepada siswa dalam
ini yang berfokus pada membentuk dan
pemecahan masalah dan menjalankan secara
menuntut tanggung jawab langsung proses
untuk memecahkan belajar mereka sendiri.
masalah yang ditumpu 5. Menggunakan
oleh siswa serta peran kelompok kecil.
25

guru mendukung proses 6. Menuntut siswa untuk


siswa pada saat mendemonstrasikan
memecahkan masalah. yang telah mereka
pelajari dalam bentuk
produk atau kinerja.
7.
Variabel Definisi Indikator
1 2 3
Hasil Belajar Hasil belajar yaitu 1. Informasi Verbal
kemampuan yang dimiliki 2. Keterampilan
siswa setelah menerima intelektual
pelajaran dalam rana 3. Strategi kognitif
kongnitif, afektif dan 4. Keterampilan motorik
psikomotorik 5. Sikap

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Hasil Belajar Siswa

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

PBL terhadap hasil belajar siswa selama pembelajaran. Karena itu perlu

dilakukan uji hipotesis untuk melihat perbedaan hasil belajar antara

sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan. Uji

hipotesis yang digunakan adalah uji T. Uji T adalah salah satu uji statistik

yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang

signifikan dari dua buah sampel atau variabel yang dibandingkan.

Sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan spss 20

dengan kriteria pengujian karena jika H0 > 0,05 berarti diterima (normal)
26

dan jika Ha < 0,05 berarti ditolak (tidak normal). Untuk menguji hipotesis

yang telah dirumuskan maka digunakan statistik uji-T, dengan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

T = nilai yang dihitung statistik uji-t

Md = mean dari perbedaan pretest dengan postest

∑x2d = jumlah kuadrat deviasi

N = subjek pada sampel

Pengujian hipotesis untuk uji-t yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H0: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran PBL dengan hasil

siswa sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.

Ha: Terdapat pengaruh model pembelajaran PBL dengan hasil siswa

sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.


27

Hipotesis pada penelitian ini, diuji dengan uji dua pihak, maka kriteria

pengujian yang berlaku adalah Jika –t ≤thitung≤+ttabel maka H0 diterima

dan begitu sebaliknya. Dengan derajat kebebasan (dk) = (k-1) dan taraf

signifikan 5% atau 0,05.

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan

analisis inferensial yaitu Analisis Kovariat (MANOVA) dua jalur dengan

signifikansi 5%. Untuk menggambarkan secara umum data hasil penelitian

dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Untuk menguji hipotesis

penelitian menggunakan Analisis Kovariat (MANOVA) dua jalur. Analisis

varian dapat dilakukan setelah uji normalitas data menggunakan one

sample Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji t.

Pengujian akan dilanjutkan dengan uji BNT apabila uji menggunkan

manova menunjukkan hasil yang signifikan.

Manova digunakan ketika memenuhi persyarat uji normalitas data.

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data

dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang

mempunyai pola seperti distibusi normal, yakni distribusi data tersebut

tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Ketika data berdistribusi normal

maka boleh diuji dengan menggunakan manova. Uji hipotesis dilakukan

untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBL pada keterampilan

proses dan hasil belajar IPS siswa SDN Bontojai Kota Makassar.

2. Uji Normalitas Data


28

Sebelum dilakukan uji statistik inferen- sial data harus memenuhi uji

prasyarat analisis yaitu uji normalitas, dan uji homogenitas. Pengujian

normalitas dilakukan dengan metode Kolmogrov-Sminorv. Uji normalitas

digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak,

sedangkan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data berasal dari

populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas secara multivariat

menggunakan uji Box’s M dan secara univariat menggunakan Levene’s

Test. Data dikatakan berdistribusi normal dan homogen jika nilai

signifikansinya > 0,05. Pengujian normalitas dan homogenitas

menggunakan bantuan SPSS 22.0. for windows.

Untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel penelitian

yang terpilih merepresentasikan populasinya, maka biasanya dilakukan

uji normalitas terhadap data tersebut. Uji normalitas untuk menganalisis

data dengan menguji kenormalan data. Untuk melihat kenormalan data

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji Chi-Kuadrat. Langkah-

langkah uji normalitasnya adalah sebagai berikut:

H0 : Kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: Kedua kelompok data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal

3. Uji Homogenitas

(Misbahuddin dan Iqbal Hasan, 2013: 289) mengatakan uji

homogenitas data adalah uji persyaratan analisis tentang kelayakan data


29

untuk dianalisis dengan menggunakan uji statistik tertentu. Uji ini berkaitan

dengan penggunaan uji statistik parametrik.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

F. Hasil Penelitian

1. Analisis Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Bontojai Kota Makassar.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menjumpai kepala sekolah

untuk menyerahkan surat penelitian dari Dinas Pendidikan Kota

Makassar. Penelitian ini dimulai sejak tanggal 6-7 November 2018 dua kali

pertemuan selama 5 jam pelajaran, dilanjutkan kembali penelitian pada

tanggal 13-14 Desember 2018 selama 4 jam pelajaran. Pelaksanaan

pembelajaran dimulai dengan pretest. Pretest berfungsi umtuk

mengetahui kemampuan dasar siswa sebelum penerapan model

pembelajaran PBL, kemudian membagikan siswa perkelompok dan

menyiapkan siswa dalam proses belajar.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

observasi keterampilan proses dan tes hasil belajar siswa. Lembar

observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan proses siswa pada

saat proses pembelajaran. Tes berupa soal pretest dan posttest sebanyak
30

15 soal dengan kriteria pilihan ganda 10 nomor dan 5 essay yang

divalidasi terlebih dahulu sebelum diberikan kepada siswa. Saat penelitian

berlangsung, peneliti diamati oleh tiga pengamat yaitu pengamat 1

Astriani S.Pd (Guru kelas IVA), pengamat 2 Sabriah S.Pd (Guru kelas

IVB).

A. Keterampilan Proses siswa dalam Pembelajaran PBL Pada Materi

IPS Tema Pahlawanku

Keterampilan proses siswa dalam penelitian ini diperoleh dari dua

metode pengambilan data, yaitu melalui metode observasi yang

dilakukan oleh observer serta metode portofolio yang diperoleh dari

hasil pekerjaan siswa pada lembar kerja siswa yang dinilai oleh

peneliti. Adapun rekapitulasi keterampilan proses sains dapat dilihat

pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil rekapitulasi keterampilan proses siswa


Nilai
Indikator KPS P1 P2 Rata-rata Kriteria
Mengamati 79 81 80 Baik
(Observation)
Mengklasifikasikan 80 91 86 Baik
(Classification)
Mengkomunikasian 77 84 81 Baik
(Communication)
Memprediksi 74 79 77 Baik
(Prediction)
Menyimpulkan 73 89 81 Baik
(Inference)
Rata- 81 Baik
rata

Tabel 4.1 menyatakan bahwa aspek keterampilan proses siswa

yang paling rendah adalah memprediksi hasil penelitian yaitu 77. Pada
31

saat proses pembelajaran berlangsung terlihat bahwa siswa lebih aktif

terutama saat melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan.

Namun, pada aspek menyimpulkan hasil eksperimen, siswa masih belum

terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya. Serta masih adanya rasa

takut dan kurang rasa percaya diri ketika pendapatnya berbeda dengan

kelompok lain. Hal ini yang menyebabkan aspek menyimpulkan memiliki

nilai yang paling rendah daripada aspek lainnya. Aspek keterampilan

proses siswa yang paling tinggi adalah keterampilan mengkalsifikasi

dengan perolehan nilai 86. Hal ini dikarenakan pengamatan berorientasi

pada penyajian masalah nyata yang sering mereka temui dalam

kehidupan sehari - hari sebagai topik pembelajaran, sehingga siswa akan

lebih tertarik untuk memperhatikan.

Diagram 4.1 Hasil rekapitulasi keterampilan proses siswa

88

86

84

82

80

78

76

74

72
Mengamati Mengklasifikasi Mengkomunikasikan Memprediksi Menyimpulkan
32

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh

model PBL (problem based learning) dapat merangsang peran aktif siswa

dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan nilai nilai rata-

rata keterampilan proses siswa diperoleh nilai 81 maka keterampilan

proses siswa tersebut dapat dikategorikan “baik”. Hal ini sesuai dengan

penelitian Prima dan Kaniawati (2011) dengan hasil penelitian “adanya

peningkatan keterampilan proses sains yang lebih tinggi pada kelas

eksperimen dengan perbedaan sangat signifikan dibandingkan dengan

peningkatan keterampilan proses pada kelas kontrol”. Sama halnya

dengan penelitian Purba (2015) dengan hasil penelitian “Keterampilan

proses siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBL (Problem

based learning) lebih baik dari keterampilan proses siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran konvensional sehingga siswa lebih mengerti

dan memahami terhadap suatu pemecahan masalah.

a. Hasil Belajar IPS Siswa Dalam Pembelajaran PBL Pada Tema

Pahlawanku

Adapun data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Data Nilai Pre-Test Hasil belajar kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Siswa SDN Bontojai Kota Makassar
No. Nama Siswa Hasil Pre-Test
Kelas Kelas Kontrol Eksperimen
Kontrol Eksperimen
1 2 3 4 5
1. AM AS 53 66

2. CA AG 40 80
33

3. DF AT 33 60

4. EL AN 33 60

5. FF AW 53 73

6. FI AM 33 80

7. IA AD 53 86

8. IS AC 66 53

9. LH HS 46 60

10. MD HD 33 53

11. MJ MR 40 66

12. MU MA 33 53

13. MA MM 53 66

1 2 3 4 5

14. MZ MF 26 80

15. NL NV 46 53

16. PS NA 26 46

17. RA SJ 40 46

18. RD SP 26 60

19. SA SM 33 53

20. SR SN 33 53

21. SW RA 53 66

22. UH RR 60 80

23. MI RD 33 53

24. AD ID 26 53

25. ST US 60 40
34

26. RS VB 46 73

27. IA VS 40 86

28. SH VR 86 66

Jumlah 1298 1890

Rata-rata 46.35 67.50


Sumber: Hasil Penelitian di SDN Bontojai Kota Makassar

Nilai rata-rata hasil tes awal (Pretest) siswa pada kelas eksperimen

dan kelas Kontrol tidak jauh berbeda yaitu rata-rata 46.35 dan 67.50.

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa nilai hasil evaluasi awal

seluruh siswa kelas IV masih di bawah KKM (≥ 75) yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara

bahwa penguasaan materi IPS dalam Tema Pahlawanku kelas IV SDN

Bontojai Kota Makassar termasuk dalam kriteria kurang

Pembelajaran yang dilakukan dikelas eksperimen berbeda dengan

pembelajaran yang dilakukan dikelas kontrol. Dalam pertemuan kali ini

guru memberikan soal posttest yang sama dengan soal pretest dikelas

kontrol guna untuk mengetahui hasil nilai soal tersebut. Setelah soal

dibagikan guru memulai pelajaran dengan metode seperti biasanya guru

menjelaskan dan murid mendengarkan apa yang disampaikan guru,

mungkin cara pembelajaran seperti ini masih tradisional karna murid

hanya sebagai pendengar, tetapi guru melakukan ini bertujuan untuk

membandingkan hasil belajar antara kelas eksperimen yang


35

menggunakan model PBL dengan kelas kontrol yang menggunakan

metode tradisional.

Setelah pembelajaran hampir selesai guru memberikan soal yang

sama dengan sebelum pembelajaran dimulai yang bertujuan untuk melihat

seberapa besar nilai murid yang belajar menggunakan model tradisional

dan akan membandingkan hasilnya dengan kelas eksperimen.

Berikut tabel Posttest Kelas Eksprimen dan kelas Kontrol SDN Bontojai

kota Makassar.

Tabel 4.3 Data Nilai Post-Test Hasil belajar kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Siswa SDN Bontojai Kota Makassar

No. Nama Siswa Hasil Posttest


Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kontrol Eksperimen
1 2 3 4 5
1. AM AS 80 93

2. CA AG 80 95

3. DF AT 75 81

4. EL AN 80 90

5. FF AW 70 82

6. FI AM 80 85

7. IA AD 73 80

8. IS AC 75 85

9. LH HS 73 80
36

10. MD HD 75 82

11. MJ MR 70 75

1 2 3 4 5

12. MU MA 80 85

13. MA MM 70 95

14. MZ MF 73 85

15. NL NV 73 75

16. PS NA 80 85

17. RA SJ 73 87

18. RD SP 60 80

19. SA SM 73 85

20. SR SN 70 86

21. SW RA 75 82

22. UH RR 80 90

23. MI RD 73 80

24. AD ID 66 75

25. ST US 75 80

26. RS VB 73 92

27. IA VS 70 90

28. SH VR 86 95
37

Jumlah 2229 2540

Rata-rata 79.61 90.71


Sumber: Hasil Penelitian di SDN Bontojai Kota Makassar

Berdasarkan hasil dari uji instrumen soal pretest dan soal posttest

dapat diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai tertinggi dikelas

eksperimen sebesar 95 dan nilai terendah 75 dan memperoleh rata-rata

nilai sebesar 90.71. Sementara hasil belajar siswa dikelas kontrol

memperoleh nilai tertinggi sebesar 86 dan nilai terendah sebesar 60 dan

memperoleh rata-rata nilai sebesar 79.61.

Setelah dilakukan uji instrumen pretest dan posttest dikedua kelas

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemberian perlakukan

pembelajaran PBL (Problem Based Learning) terhadap kelas eksperimen

terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan kelas kontrol yang hanya

menngunakan metode pembelajaran konvesional. Rata-rata nilai dari

keduanya yaitu kelas kontrol76.61 dan kelas eksperimen yaitu 90.71.

Berikut ini diagram batang hasil belajar siswa kelas IVA dan IVB

SDN Bontojai Kota Makassar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Diagram 4.2
Grafik Hasil Belajar SDN Bontojai Kota Makassar
38

100
80
60
40
20
0
Pretest
Posttest

Berdasarkan hasil pretest dan posttest kelas eksperimen yang terdiri

dari 56 siswa, disajikan dalama tabel berikut:

Tabel 4.4 Rekapitulasi Distribusi data Kelas Eksperimen dan Kelas


Kontrol Siswa SDN Bontojai Kota Makassar

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai tertinggi 66 86 86 95

Nilai terendah 26 49 60 75

Mean 46.35 79.61 67.5 90.71

Median 50 83 44 73

Modus 47 80 40 73

Standar Deviasi 9.69 8.55 7.59 7.93

Diagram 4.3 Rekapitulasi Data Distribusi Kelas Eksperimen


39

Rekapitulasi Data Distribusi Kelas


Eksperimen
Pretest Posttest
86
83
79.61 80

66

49 50
46.35 47

26

9.698.55

Nilai Tertinggi Nilai Terendah Mean Median Modus Standar Deviasi

Diagram 4.4 Rekapitulasi Data Distribusi Kelas Kontrol


40

Rekapitulasi Data Distribusi Kelas


Kontrol
Pretest Posttest
95
90.71
86
75 73 73
67.5
60

44
40

7.598.55

Nilai Tertinggi Nilai Terendah Mean Median Modus Standar Deviasi

Berdasarkan tabel diatas, ukuran pemusatan dan penyebaran data

hasil pretest untuk kelas eksperimen yaitu: skor terbesar 63 dan skor

terkecil 30, rata-rata (mean) sebesar 48.21, median sebesar 50 modus

sebesar 47 dan standar deviasi sebesar 9.66. Sedangkan data hasil

posttest skor tertinggi 100 dan skor terendah 77, rata-rata (mean) 86.93,

median sebesar 83, modus sebesar 80 dan standar deviasi 8.55.

Berdasarkan tabel diatas, untuk kelas kontrol diperoleh data hasil

pretest yaitu: skor terbesar 60 dan skor terkecil 30, rata-rata (mean)

sebesar 43,86 median sebesar 44, modus sebesar 40 dan standar deviasi

sebesar 7.59. sedangkan data hasil posttest skor tertinggi 90 dan skor

terendah 60, rata-rata (mean) 74.64, median sebesar 73, modus sebesar
41

73 dan standar deviasi 7.93.

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen SDN Bontojai Kota Makassar
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Faktor Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

pretest Kontrol .187 28 .014 .896 28 .009

eksperimen .176 28 .026 .935 28 .083

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen SDN Bontojai Kota Makassar
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Faktor Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

pretest Kontrol .163 28 .055 .928 28 .055

eksperimen .131 28 .200* .942 28 .125

Dari tabel Uji normalitas Pretest dan Posttest terdapat signifikan

berdistriusi normal sehingga terdapat peningkatan dari sebelum

mendapatkan perlakuan yang diterapkan pada kelas kontrol dan

eksperimen. Tabel Uji normalitas Xhitung ¿ Xtabel sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil dari uji yang lakukan berdistribusi normal.

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen SDN Bontojai Kota Makassar
Data Fhitung Ftabel Keterangan
Pretest 1.42 1.75 Homogen
Posttest 1.81 2.14 Homogen

Berdasarkan tabel homogenitas kelas control dan kelas eksperimen

terdapat Fhitung1.42 ¿ Ftabel 1.75 pada kelas control dan Fhitung1.81 ¿


42

Ftabel 2.14 pada kelas eksperimen sehingga data dikatakan homogen

berdasarkan Uji homogenitas pada tabel sehingga bida dilanjutkan pada

uji T.

Tabel 4.8 Hasil Uji T


Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 36.456 12.675 2.876 .008

Eksperimen .446 .149 .506 2.995 .006

Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, maka

dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh model pembelajaran Problem

Based Learning terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPS

siswa SDN Bontojai Kota Makassar”.

B. Pembahasan

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas selanjutnya

dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis data yang

meliputi uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa data Post-test

terdistribusi normal dan homogen sehingga uji statistik yang digunakan

untuk menguji hipotesis adalah uji-t dengan syarat ketentuan derajat

kebebasannya adalah dk = (n1 + n2 - 2). Berdasarkan Tabel 4.6 hasil

perhitungan uji hipotesis data Post-test dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol diperoleh nilai thitung > ttabel. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha
43

diterima yang berarti bahwa ada pengaruh dari model problem based

learning terhadap keterampilan proses dan hasil belajar IPS siswa SDN

Bontojai Kota Makassar.

Pada penelitian ini, pengaruh model pembelajaran Problem Based

Learning di SDN Bontojai Kota Makassar merupakan penelitian yang baru

sehingga menciptakan suasana belajar yang berbeda seperti biasanya.

Tahap dan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

Problem Based Learning berbeda dengan model pembelajaran tradisional.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning dalam kegiatan belajar mengajar

dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan berdiskusi siswa sehingga

siswa bukan hanya sebagai pendengar didalam kelas dan membuat

pelajaran tidak membosankan karena siswa dituntut untuk memecahkan

masalah dalam pembelajaran tersebut dan minat siswa untuk belajar

meningkat dari biasanya.

Pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning yang

digunakan menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based

Learning sebagai model eksperimen lebih baik dibandingkan model

pembelajaran tradisional yang biasa digunakan. Sehingga model

pembelajaran Problem Based Learning mempunyai pengaruh terhadap

keterampilan proses hasil belajar siswa terutama pada mata pelajara IPS.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada kelas

eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning


44

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana nilai rata-rata

belajar posttest 90,71 lebih besar dibandingkan nilai hasil belajar pretes

sebesar 79,64 sehingga model pembelajaran Problem Based Learning

lebih mempengaruhi hasil belajar siswa dibandingkan dengan model

konvensional.

Dalam penelitian ini terlihat jelas bahwa model Problem Based

Learning mampu memberikan perubahan hasil belajar pada siswa,

sehingga model pembelajaran Problem Based Learning menjadi salah

satu model pembelajaran yang dapat dilakukan guru untuk kegiatan

pembelajaran agar menciptakan suasana belajar yang baru dengan

memberikan suatu masalah yang menarik dan dapat dipecahkan masalah

tersebut oleh siswa.

Berdasarkan uji-t yang dilakukan, maka terdapat pengaruh hasil

belajar yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning. Hasil uji-t dengan taraf signifikan 0.05

menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning

berpengaruh dengan menunjukan angka dengan daerah penerimaan Ha

yaitu sebesar 2,995 > 2,060, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


45

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data maka dapat disimpulkan model

pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Hal ini ditunjukan dari nilai rata-rata siswa yang

diterapkan model pembelajaran tersebut. Dari hasil pengujian hipotesis

juga menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning

mempunyai pengaruh dengan diterimanya Ha > Ho yang menunjukan

angka sebesar 2,995 > 2,060, sehingga dapat dikatakan Ho ditolak

dan Ha diterima. Dengan demikian penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning dianggap berhasil dalam meningkatkan

keterampilan proses dan hasil belajar IPS siswa. Untuk itu model

pembelajaran Problem Based Learning mampu memberikan pengaruh

terhadap keterampilan proses dan hasil belajar bagi siswa sehingga

model ini dapat digunakan guru dalam kegiatan PBM (Proses Belajar

Mengajar) atau pembelajaran guna menciptakan suasana

pembelajaran yang baru.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan dan pembahasan hasil penelitian

seperti yang dikemukakan diatas, berikut ini beberapa saran yang

diajukan peneliti:

1. Bagi Guru
46

a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning menuntut agar siswa untuk lebih aktif

dalam kegiatan pembelajaran, maka dari itu guru harus mampu

memanage kelas agar semua siswa dapat memperhatikan apa

yang disampaikan oleh guru.

b. Penelitian menggunakan model Problem Based Learning ini

merupakan model pembelajaran yang mengemukakan masalah

diawal pembelajaran, sebagai syarat dimulainya suatu diskusi

guru harus memberikan arahan pertanyaan yang jelas kepada

siswa agar siswa memahami apa yang akan mereka diskusikan.

c. Guru harus mampu mencari video yang menarik sehingga para

siswa memiliki antusias dalam menonton video yang diputar.

Selain harus kreatif dalam mencari video guru juga harus

mempersiapkan perlengkapan seperti laptop, speaker, dan lain-

lain sebelum model pembelajaran ini dimulai.

2. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan harus fokus pada saat pemutaran video yang

akan di diskusikan dalam pelajaran.

b. Siswa diharapkan mampu berkonsentrasi pada saat teman

sekelas menyampaikan hasil diskusi kelompok dan siswa harus

aktif dalam diskusi tersebut agar diskusi dapat berjalan lancar

sehingga siswa mampu menerima suatu pembelajaran.

3. Bagi Sekolah
47

Sekolah diharapkan menyediakan fasilitas layar proyektor

karena model pembelajaran ini menggunakan video guna

menciptakan suatu suasana belajar yang baru.

4. Bagi Peneliti

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning untuk peneliti lain diharapkan meneliti

tentang ketertarikan siswa dalam belajar atau motivasi dalam

belajar dengan menggunakan model pembelajaran tersebut.

5. Bagi Lembaga

Universitas Muhammadiyah Makassar diharapkan menjadi

lembaga yang menciptakan mahasiswa yang berkualitas dengan

menyediakan ruang kuliah yang nyaman dan memfasilitasi atau

membekali pengetahuan yang sistematis.

Anda mungkin juga menyukai