Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah Pendidikan Agama Islam

“LGBT”

Untuk memenuhi tugas kuliah PAI

Dosen : Mokhamad Rohma Rozikin, M.Pd

Kelompok 10

1. Rindang Amalia Nugroho 195070600111022

2. Silvia Febrianti 195070600111011

3. Anisah Nur Afifah 195070600111033

4. Fitria Wildani Jannah 195070600111014

Program Studi Kebidanan

Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya

2019
2

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta
hidayahNya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “LGBT” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi kemudahan kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
2. Bapak Mokhamad Rohma Rozikin, M.pd selaku dosen Pendidikan Agama Islam
yang telah membimbing kami.
3. Orang tua kami yang telah membantu dalam pembentukan makalah ini, baik moril
maupun materiil.
4. Juga kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan menyumbangkan ide-
idenya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Semoga makalah ini dapat menjadi sarana dalam hal menambah pengetahuan
terkait ilmu agama. Akhir kata,
Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis 1 Penulis 2

(Rindang Amalia Nugroho) (Anisah Nur Afifah)

Penulis 3 Penulis 4

(Silvia Febrianti) (Fitria Wildani J)


3

DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………….……1
KATA PENGANTAR…………….………………………………………….………….2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..………..3

ABSTRAK ........................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ....................................................................................................... 5
1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1. 3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 5
1. 4 Manfaat Penulisan .................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian LGBT .................................................................................................... 7
2.2 Pengertian dan Sanksi Liwath.. ............................................................................... 7
2.3 Pengertian dan sanksi Sihaq....................................................................................9

2.4 Pengertian Takhonnuts dan Tarojjul.....................................................................10

2.5 Taubat dari LGBT.................................................................................................11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 15
3.2 Saran ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17
4

ABSTRAK

Kepanjangan dari LGBT adalah Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Istilah
fikih yang berhubungan dengan LGBT adalah Liwath yang bermakna homoseksual, sihaq
bermakna lesbianism, takhonnuts dan tarojjul yang berarti banci dan tomboy. Liwath
hukumnya haram, pelaku dari Liwath dihukum dengan dibunuh, atau dihukum seperti
hukuman zina dan hukuman ta’zir. Sihaq hukumnya juga haram, namun hukumannya
tidak sama dengan Liwath. Hukuman untuk pelaku Sihaq adalah hukuman ta’zir sesuai
kesepakatan dari para ulama. Takhonnuts dan tarojjul hukumnya juga haram, hukuman
untuk pelaku takhonnuts maupun tarojjul adalah dengan hukuman ta’zir.
5

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
LGBT adalah kepanjangan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender.
Pembahasan fikih yang relevan dengan LGBT adalah pembahasan mengenai liwath,
sihaq, lesbianism, dan takhonnuts-tarojjul. Liwath adalah persetubuhan antara lelaki
dengan lelaki (Al-Mawardi, 1999). Dengan kata lain, Liwath adalah homoseksual. Sihaq
adalah aktivitas wanita menggauli wanita lain (Al-Mawardi, 1999). Sihaq juga bisa
disebut dengan lesbianism. Takhonnuts adalah perilaku banci atau perilaku seorang laki-
laki yang menyerupai wanita. Sedangkan kebalikannya adalah Tarojjul, yang bermakna
perilaku tomboy atau perilaku seorang wanita yang menyerupai laki-laki. Tarojjul adalah
perilaku kebalikan dari takhonnuts antara wanita dan laki-laki tersebut. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai LGBT dalam tinjauan fikih.

1. 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah terkait dengan pokok pembahasan dalam makalah ini yakni :

1. Apa yang dimaksud dengan LGBT ?


2. Apa pengertian dan sanksi dari Liwath ?
3. Apa pengertian dan sanksi dari Sihaq ?
4. Apa pengertian dan sanksi dari takhonnuts dan tarojjul ?
5. Bagaimana cara bertaubat dari perilaku LGBT ?

1. 3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Mengetahui pengertian LGBT.
3. Mengetahui LGBT dalam tinjauan fikih.
4. Mengetahui hokum dari perilaku liwath, sihaq, takhonnuts dan tarojjul.
5. Mengatahui sanksi yang didapat dari perilaku liwath, sihaq, takhonnuts dan
tarojjul.

1. 4 Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan terkait LGBT dalam tinjauan fikih.
2. Meningkatkan kesadaran tentang hukum LGBT.
3. Menjadi muslim dan muslimah yang senantiasa menghindari dari perilaku
LGBT.
6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian LGBT

1.Pengertian LGBT
Pembahasan mengenai LGBT dewasa ini semakin marak dibicarakan.
Dikarenakan semakin maraknya trend mengenai LGBT yang ada di masyarakat.
Sehingga hal tersebut membawa umat manusia terjerumus ke dalam dosa yang sangat
besar dan sangat dimurkai oleh Allah. Sehingga kali ini akan dikuak mengenai LGBT
dalam tinjauan fikih. LGBT memiliki kepanjangan Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender. LGBT adalah istilah yang digunakan sejak tahun 1990-an (Sinyo, 2014),
menggantikan frasa “komunitas gay” karena istilah ini dinilai lebih mewakili kelompok-
kelompok yang “mengisi” istilah tersebut secara lebih rinci. LGBT terdiri dari kelompok:
1) Lesbi: kelompok wanita yang secara secara fisik, emosional, dan/atau spiritual merasa
tertarik dengan wanita lain; 2) Gay: kelompok pria yang secara fisik, emosional, dan/atau
spiritual merasa tertarik dengan pria lain; 3) Biseksual: kelompok orang yang secara fisik,
emosional, dan/atau spiritual merasa tertarik baik kepada lawan jenis dan sesama jenis;
4) Transgender: kelompok orang yang merasa identitas gendernya berbeda dengan
anatomi kelamin yang dimiliki, sehingga memilih/tidak memilih untuk melakukan
operasi kelamin menyesuaikan dengan identitas gender yang diinginkan (APA: American
Psychological Association, 2015).

2.2 Pengertian dan Sanksi Liwath


2.2.1. Pengertian Liwath
Liwath disebut juga liwathoh, talawwuth atau luthiyyah. Dengan kata lain, liwath
berarti melakukan perbuatan seperti kaum Nabi Luth. Menurut An-Nawawi, perilaku ini
dinamakan liwath karena yang pertama melakukannya adalah kaum dari Nabi Luth.
Orang yang melakukan perbuatan liwath baik pelaku pasif maupun aktif diesbut dengan
luthi, yang bermakna orang yang dinisbatkan pada perbuatan kaum Nabi Luth. Liwath
bukan kata asli dari bahasa Arab. Kata Liwath berasal dari kata Luth yang termasuk kata
a’jami (asing/non arab).
Liwath adalah persetubuhan antara lelaki dengan lelaki (Al-Mawardi, 1999). Senada
dengan itu, Rowwas Qol’ahji (1988: 477) lebih spesifik lagi menerangkan bahwa liwath
adalah persetubuhan pada anus lelaki. Lebih tajam lagi, An-Nafrowi mengatakan bahwa
liwath adalah memasukkan glans penis (ujung kemaluan pria) ke dalam anus pria lain.
Bisa dikatakan bahwa istilah yang sangat mendekati dari pengertian liwath dalam bahasa
inggris adalah homosexuality atau sodomy. Dalam Bahasa Indonesia sendiri diartikan
sebagai homoseksual.
Liwath hukumnya adalah haram, Allah berfirman :
‫اح ش َةَْ أ َت َأ ت ُو نَْ ل ِ ق َ و ِم هِْ ق َ ا لَْ إ ِ ذْ َو ل ُ و طً ا‬
ِ َ ‫ِم نَْ أ َ َح دْ ِم نْ ب ِ هَ ا س َ ب َ ق َ ك ُمْ َم ا ال ف‬
َْ‫ال ع َ ا ل َ ِم ي ن‬
7

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?” (Al-A’raf:80)
Berdasarkan ayat di atas dijelaskan tentang fahsiyah yaitu perilaku laki-laki menyetubuhi
laki-laki karena didorong oleh nafsu syahwat. Dengan kata lain, fahsiyah adalah perilaku
homoseksual atau sodomi. Allah mengutus Nabi Luth untuk menasihati kaumnya dengan
menanyakan, mengapa mereka melakukan fahsiyah padahal perilaku tersebut adalah
perilaku buruk. Yang melakukan perbuatan tersebut hanya kaum Nabi Luth, karena tidak
pernah dikenal sebelumnya ada kaum yang melakukan perbuatan fahsiyah.
Dalam Al-Qur’an liwath disebut dengan fahsiyah , padahal dalam ayat yang lain Allah
secara tegas melarang segala hal yang mendekati fahsiyah dan mengharamkan segala
jenis fahsiyah. Allah berfirman :

‫ْ ْۖ ا ً ن ا َ س ح ِ إْ ِن ي َد ِلا َو ل ا ِ ب َوْ ْۖ ا ًئ ي َشْ ِه ِ بْا و ُك ِر ش ُتْ ََّّل َ أْ ْۖ م ُك ي َ ل َعْ م ُ ك ُّ ب َرْ َم َّر َحْا َمْ ُل ت َ أْا و َ ل ا َ ع َ تْ ل ُ ق‬
‫ْا َمْ َش ِحا َو َ ف لاْا و ُ ب َر ق َ تْ ََّل َو ْ ْۖ م ُه ا َّ ي ِ إ َو ْ م ُ ك ُ ق ُز ر َ نْ ُن ح َ ن ْ ْۖ ق ََل م ِ إْ ن ِمْ م ُ ك َد ََّل وَ أْا و ُ ل ُت قَ تْ ََّل َو‬
‫ْ م ُكا َّص َوْ م ُك ِل َ َٰذ ْ ْۚ ِ ق َح ل ا ِ بْ ََّّل ِ إ ْ ُ ََّّللاْ َم َّر َحْ ي ِ ت َّ لاْ َس ف َّ نلاْا و ُ ل ُت ق َ تْ ََّل َو ْ ْۖ َن َط َ بْا َم َوْا َه ن ِمْ َر َه َظ‬
‫َن و ُ ل ِق ع َ تْ م ُ ك َّ ل َ ع َ لْ ِه ِ ب‬
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah
kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun
yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang
diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Al-An'am 6:151)

ْ‫ح َّر مَْ إ ِ ن َّ َم ا ق ُ ل‬


َ ْ‫ي‬ َ ‫يْ َو اْلِ ث مَْ ب َ ط َ نَْ َو َم ا ِم ن هَ ا ظَ هَ َرْ َم ا ال ف َ َو ا ِح‬
َ ِ ‫شْ َر ب‬ َ ‫َو أ َ نْ ال‬
َ ‫ح قِْ ب ِ غَْي ِرْ َو ال ب َ غ‬
َّ ِ ‫َّللاِْ ع َ ل َ ى ت َق ُ و ل ُ وا َو أ َنْ س ُ ل ط َ ا ن ً ا ب ِ هِْ ي ُ ن َ ِز لْ ل َ مْ َم ا ب‬
‫اّللِْ ت ُش ِر ك ُوا‬ َّ ‫ت َ ع ل َ ُم و نَْ ََّلْ َم ا‬

“Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan
yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa
yang tidak kamu ketahui".” (Al-A’raf:33)
Jika liwath disebut dengan perbuatan fahsiyah, sementara dalam ayat telah ditegaskan
bahwa fahsiyah adalah perbuatan yang diharamkan oleh Allah. Maka bisa disimpulkan
bahwa liwath adalah perbuatan maksiat yang sudah jelas diharamkan oleh Allah.
Di antara yang menunjukkan besarnya dosa liwath adalah penyebutan maksiat
tersebut secara panjang dan lebar dalam Al-Qur’an. Sudah diketahui bahwa Nabi Luth
mendakwahi kaumnya yang kufur terhadap Allah dan Rasul-Nya dan pada saat yang sama
pula kaum Nabi Luth tersebut melakukan perbuatan liwath, yaitu perbuatan keji yang
belum pernah dilakukan oleh umat selain mereka.
8

ُ ‫( َظا ِل ِمينَْ كَانُوا أَهلَهَا إِنَّْ القَريَ ِْة َه ِذ ِْه أَه ِْل ُمه ِلكُو إِنَّا َقالُوا ِبالبُش َرى إِب َرا ِهي َْم ُر‬31) ‫فِيهَا إِنَّْ قَا َْل‬
‫سلُنَا جَا َءتْ َولَ َّما‬
‫( الغَابِ ِرينَْ ِمنَْ كَانَتْ ام َرأَت َ ْهُ إَِّل َوأَهلَ ْهُ لَنُنَ ِجيَنَّ ْهُ فِيهَا بِ َمنْ أَعلَ ُْم نَحنُْ قَالُوا لُو ًطا‬32) ‫سلُنَا جَا َءتْ أَنْ َولَ َّما‬ ُ ‫ُر‬
‫سي َْء لُو ًطا‬ِ ْ‫ق بِ ِهم‬ َ َ َ َ
َْ ‫الغَابِ ِرينَْ ِمنَْ كَانَتْ ام َرأتَكَْ إَِّل َوأهلَكَْ ُم َْنجُّوكَْ إِنَّا تَح َزنْ َوَّل ت َ َخفْ ََّْل َوقالُوا ذرعًا بِ ِهمْ َوضَا‬
(33) ‫علَى ُمنزلُونَْ إِنَّا‬ َ ‫اء ِمنَْ ِرج ًزا القَريَ ِْة َه ِذ ِْه أَه ِْل‬ ِْ ‫س َم‬َّ ‫سقُونَْ كَانُوا بِ َما ال‬ ُ ‫( يَف‬34) ْ‫ِلقَومْ بَيِنَ ْةً آيَ ْةً ِمنهَا ت َ َركنَا َو َلقَد‬
َْ‫( يَع ِقلُون‬35)

“Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar
gembira, mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami akan menghancurkan
penduduk (Sodom) ini; sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang yang zalim.”
Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya di kota itu ada Lut.” Para malaikat berkata, "Kami lebih
mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia
dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan).” Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu
kepada Lut, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak
mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka dan mereka berkata, "Janganlah kamu
takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan kamu dan
pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan).” Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas
penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik. Dan sesungguhnya Kami tinggalkan
darinya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.” (Al-‘Ankabut:31-35)

2.2.2. Sanksi Liwath


Dalam hukum Islam, orang yang melakukan liwath akan dijatuhi hukuman.
Namun, sanksi ini tidak diterapkan kepada orang gila, anak yang belum baligh dan orang
yang dipaksa untuk melakukan liwath. Sanksi dari liwath sendiri akan diterapkan jika
pelakunya adalah orang yang telah baligh, berakal, mukhtar (bisa memilih/tidak dipaksa)
dan ada bayyina (bukti) yang syar’i.
Adapun sanksi liwath apakah termasuk hadd atau bukan, maka sejumlah imam
mengatakan bahwa liwath termasuk golongan hadd. Al-Mawardi dalam kitabnya ; Al-
Hani Al-Kabir juga berpendapat seperti ini. Alasan dari pendapat ini adalah karena liwath
termasuk dosa besar yang sangat dimurkai Allah, Allah menghukum keras para pelaku
liwath di kalangan umat Nabi Luth. Dengan demikian hukuman pelaku liwath juga harus
keras sehingga digolongkan dalam hadd.
Adapun dalam pendapat Abu Hanifah, liwath tidak perlu dihukum dengan hadd,
tetapi cukup dengan ta’zir. Liwath juga tidak membatalkan puasa dan haji, dan juga tidak
membuat wajib mandi kecuali keluar mani. Pelaku liwath cukup di ta’zir dan dipenjara
sampai bertaubat. Alasannya semua perbuatan yang tidak bisa disebut zina, maka tidak
wajib dihukum dengan hadd sebagaimana istimta’ dunal jimak (bercumbu tetapi tidak
sampai bersetubuh).
Hal di atas adalah pembahasan sanksi liwath dari segi apakah hukumannya
dimasukkan ke dalam hadd atau ta’zir. Adapun dari sisi bentuk sanksi, para ulama
berbeda pendapat antara apakah hukumannya disetarakan dengan hukuman zina, lebih
berat dari hukuman zina, atau lebih ringan dari hukuman zina. Ulama yang berpendapat
hukumannya lebih berat dari hukuman zina adalah dengan hukuman dibunuh yaitu
9

dengan cara dirajam. Sebagian ulama juga berpendapat bahwa cara membunuh pelaku
liwath adalah dibunuh dengan pedang kemudian di bakar. Konon, ini adalah pendapat
dari Ali dan Abu Bakar. Cara membunuh yang lain adalah dibakar dengan api, riwayat
ini adalah pendapat Abu Bakar, Abdullah bin Az-Zubair, Ali bin Abu Thalib, Khalin bin
Al-Walid, Hasyim bin Abdul Malik, Ibnu Habib, dan Al-Qosri.
Pendapat lain mengatakan pelaku liwath dibunuh dengan dijatuhkan dari tempat
tinggi secara terbalik, setelah itu dirajam. Pendapat ini adalah pendapat dari Ibnu Abbas.
Sedangkan, pendapat dari Umar dan Utsman adalah pelaku liwath dijatuhi tembok
sampai mati. Cara lain membunuh pelaku liwath adalah dipenjara di tempat yang berbau
busuk sampai mati. Ibnu Taimiyyah (1995: 355) mengutip pendapat ini dalam Majmu’
Al Fatawa.
Dalam pendapat kedua adalah pelaku liwath dihukum dengan hukuman
sebagaimana pelaku zina. Dengan makna, jika pelaku liwath itu
muhshon/tsayyib/sudah/pernah menikah, maka dia dihukum rajam, sementara jika dia
ghoiru muhshon/bikr/belum menikah maka dia dihukum cambuk 100 kali. Menurut
riwayat, ini adalah pendapat dari Sa’id bin Al-Musayyab, ‘Atho’ bin Abi Robah, Al-
Hasan Al-Bishri, An-Nakho’I, Qotadah, Al-Auza’I, Az-Zuhri, Ats-Tsauri, Abu Yusuf,
Abu Tholib, Yahya, Muhammad bin Al-Hasan, Abu tsaur, Hadawiyyah dan Ahmad
dalam satu riwayat, dan ini adalah pendapat Syafi’I yang masyhur.
Pendapat yang terakhir adalah pelaku liwath tidak perlu dikenai hukuman hadd
baik yang lebih keras dari had zina atau setara dengan had zina. Yang berpendapat seperti
ini adalah Abu Hanifah, Ibrahim An-Nakhoi, Al-Muayyad Billah, Al-Murtadho, Al-
Hakam bin ‘Utaibah, dan juga Asy-Syafii, Abu Sulaiman, dan Ibnu Hazm.

2.3 Pengertian dan Sanksi Sihaq


2.3.1 Pengertian Sihaq

Sihaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita dengan image dua
orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota tubuh (farji’)nya antara satu dengan
yang lainnya, hingga keduanya merasakan kelezatan dalam berhubungan tersebut (Sayyid
Sabiq, Fiqhu as-Sunnah, Juz 4/hal. 51). (https://islamedia.web.id/lgbt-menurut-
pandangan-islam/)

Sihaq hukumnya adalah haram jika dilakukan, dalil yang menunjukkkan adalah,

Artinya : “dan orang yang memelihara kemaluannya. kecuali terhadap istri-istri mereka
atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi
10

barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang
yang melampaui batas.” (QS Al-Mu’minun : 5-7)

Dalil lain yang menunjukkan bahwa sihaq adalah perbuatan yang haram yaitu,

Artinya : “dan pasti kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada
mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka
benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu
mereka benar-benar mengubahnya).” Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung
selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata” (QS. An-Nisa : 119)

Pada dalil tersebut, disebutkan bahwa iblis bersumpah akan mengubah fitrah
manusia. Sihaq adalah perbuatan yang termasuk dalam mengubah fitrah manusia, karena
fitrahnya manusia akan memiliki keteertarikan kepada lawan jenisnya bukan kepada
sesama jenisnya. Siapapun yang masuk ke dalam perbuatan itu berarti telah disesatkan
oleh iblis. Semua perbuatan yang telah dianjurkan oleh iblis adalah perbuatan maksiat
yang akan membawa pelakuanya masuk ke dalam neraka.

Sihaq juga termasuk perbuatan keji (fahisyah) sehingga hukumnya adalah haram. Jika
dibandingkan dengan ifdho’ yang mana adalah persentuhan kulit secara intim yang juga
dilarang oleh Rasulullah, maka tentu saja sihaq sangatlah dilarang, karena sihaq lebih
dahsyat dari sekadar ifdho’. Sihaq mengandung unsur membuka aurat tanpa haqq,
menyentuh dengan syahwat tanpa haqq, dan merangsang untuk melakukan fahisyah yang
menjadikan hukum melakukan sihaq semakin kuat bahwa sihaq adalah perbuatan yang
haram.

2.3.2 Sanksi Pelaku Sihaq

Perbuatan sihaq tidak bisa disamakan dengan perbuatan liwath, sehingga sanksinya
pun tidak dapat disamakan dengan sanksi liwath. Perbuatan sihaq adalah perbuatan yang
melanggar banyak nash yang menunjukan keharaman. Akan tetapi, tidak ada nash khusus
yang dapat menejlaskan bentuk sanksi pelaku sihaq. Maksiat ini termasuk jenis maksiat
yang tidak ada hadd-nya dan tidak ada kaffarah-nya, sehingga dihukum dengan hukum
ta’zir karena perbuatan sihaq ini semakna dengan perbuatan mubasyaroh dunal farij.

2.4 Pengertian Takhonnuts dan Tarojjul

Kata al-mukhannats berasal dari kata khannasa yang artinya lemah lembut. Al-
mukhannats adalah seorang laki-lakiyang menyerupai perempuan dalam kelembutan,
cara bicara, perangai, gerakantubuh dan lebih suka berpenampilan seperti perempuan
dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan kata al-mutarajjilah berasal dari kata rajjala
11

berarti kuat danmenjadi laki-laki. Al-mutarajjilah adalah perempuan yang menyerupai


sepertilaki-laki bukan hanya dalam bicara, cara berjalan, gaya berpakaian, tetapidalam
semua hal. Al-mutarajjilah lebih dikenal dengan sebutan tomboy.
Macam-Macam Mukhonnats dan Mutarojjilah. Mukhonnats dibagi menjadi 2 macam,
yaitu:
1) Mukhonnats pembawaan (sejak lahir memang memiliki cara jalan, gaya bicara,
sifat-sifat seperti wanita)Mukhonnats pembawaan umumnya tidak memiliki
hasrat dan syahwat kepada wanita. Karena itulah Rasulullah membiarkan
mukhonnats jenis ini untuk masuk dan menemui istri-istrinya. Para istri
Rasulullah juga mengizinkan mereka datang karena memandang mereka
termasuk para pria yang tidak punya syahwat terhadap wanita. Menurut Ibnu
Abdil Barr dalam kitab AT-Tamhid, jika ada seseorang mukhonnats yang tidak
bernafsu terhadap wanita, lemah akal, dan bodoh, maka dia dimasukkan ke dalam
golongan tabi’in ghoiri ulil irbah. Mukhonnats pembawaan ini tidak dihukum
fasik, tidak masuk celaan dan termasuk tidak berdosa.
2) Mukhonnats dibuat-buat (takalluf) (asal fitrahnya lelaki, tetapi karena salah
pergaulan menjadi pribadi yang berusaha mengimitasi wanita. Gerak-geriknya
dibuat-buat agar seperti wanita dan lama-lama nyaman dengan kebiasaan
tersebut). Adapun hukum dari mukhonnats dibuat-buat (takalluf) adalah seperti
lelaki ajnabi. Mukhonnats dibuat-buat (takalluf) dihukum fasik, termasuk ke
dalam celaan nash dan juga berdosa.
Mutarojjilah dibagi menjadi 2 macam, yaitu: mutarojjilah pembawaan dan
mutarojjilah dibuat-buat yang status dan ketentuannya sama dengan 2 macam
mukhonnats.
Perilaku takhonnuts atau tarojjul dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah
transvestism, pelakunya disebut transvestite. Menurut Cambridge Advanced Learne’s
Dictionary, Transvestite artinya seseorang, khususnya pria yang memakai pakaian lawan
jenisnya, seringkali untuk kenikmatan seksual.Menurut Collins Dictionary, transvestism
adalah praktek memakai pakaian, umumnya dipakai orang seseorang yang berlawanan
jenisnya, biasanya untuk kesenangan. Hukum transvestism adalah haram karena perilaku
pria mengimitasi wanita atau wanita mengimitasi pria merupakan bentuk penyimpangan
fitrah, sementara usaha membuat manusia menyimpang dari fitrah adalah bagian dari
program iblis untuk menyesatkan manusia.

2.5 Taubat dari LGBT


Setelah seorang muslim mengetahui bahwa LGBT bukanlah hal yang baik dan
bahkan dilarang keras oleh Allah SWT dan Rasul, maka segeralah untuk bertaubat kepada
Allah dan meninggalkan perbuatan dosa besar tersebut. Bagi seorang muslim lainnya
yang mengetahui saudaranya terjerumus kedalam perbuatan LGBT, maka diharamkan
untuk mengoloknya, Karena sama saja termasuk syamalah (bergembira atas musibah
yang menimpa orang lain). Imam At-Tirmidzi rahimakumullah menyebutkan dalam
sebuah riwayat hasan gharib Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda yang
artinya “ Janganlah kamu merasa senang atas bencana yang menimpa saudaramu, karena
siapa tahu Allah kemudian hari memberinya rahmat dan sebaliknya mengujimu.”
12

Bagi yang yang telah terjerumus dalam LGBT,maka juga harus menyembunyikan
aib tersebut. Ia hendaknya juga bertaubat secara sembunyi-sembunyi tanpa melapor
terhadap otoritas yang berwenang agar dihukum. Karena pada dasarnya setiap maksiat
yang telah dilaporkan baik itu secara terang-terangan atau juga sembunyi-sembunyi maka
harus dijatuhi sanksi dan tidak bisa dibatalkan lagi. Berbeda halnya jika bermaksiat,
namun tidak ada yang tahu dan segera bertaubat dan menyesali perbuatannya. Dalam
kondisi ini, maka dia wajib menyembunyikan aibnya tanpa perlu menceritakan kepada
orang lain kecuali untuk kepentingan syar’I (selain kepentingan penegakan sanksi).
Keoptimisan akan kesembuhan LGBT harus kuat bagi orang yang telah
terjerumus dan ingin bertaubat. Karena dia telah menyadari bahwa LGBT merupakan
akhlak yang buruk, maka dia pasti dapat merubahnya. Kalaupun LGBT merupakan
penyakit pasti juga ada obatnya. Kuncinya setiap ada kemauan untuk sembuh pasti akan
ada jalannya. Untuk bertaubat dengan taubat yang nasuha, kata imam An-Nawawi
terdapat tiga syarat yag harus dipenuhi, yaitu : meninggalkan maksiat, menyesalinya, dan
bertekad tidak mengulangi. Jika salah satu belum dilakukan maka belum sah sebagai
taubatan nasuha.
Adapun dari sisi amal, maka orang yang bertaubat dari LGBT perlu melakukan
sejumlah ikhtiar agar taubatnya benar-benar berhasil. Diantaranya adalah memperbanyak
ta’awudz (berlindung kepada Allah dari godaan setan), memperbanyak shalat. Karena
pada dasarnya baik buruknya seseorang tergantung pada sholatnya, sholat bisa mencegah
perbuatan keji dan munkar. Amalan lainnya adalah memperbanyak puasa, karena puasa
dapat menahan bara api syahwat. Berziarah kubur juga perlu dilakukan agar selalu
mengingat akan kematian yang dapat datang kapan saja dan dimana saja. Berikutnya
adalah dengan berdzikir, amalan ini sangatlah dahsyat karena sebagai benteng dari
bisikan syetan yang menjerumuskan ke dalam kemaksiatan. Selanjutnya adalah amalan
muroqobah (mawas diri). Hendaknya orang yang bertaubat selalu ingat bahwa Allah
senantiasa mengawasi setiap makhluknya dan setiap pergerakan amalnya selalu dicatat
oleh malaikat. Ditambah juga kematian yang akan datang kapan saja, sehingga bisa saja
mati dalam keadaan suul khotimah (naudzubillah min dzalik), juga selalu mengingat akan
menakutkannya hisab, mengingat bahwa semua anggota tubuh akan menjadi saksi saat
hisab, dan paling penting mengingat betapa pedih siksa neraka yang akan didapatkan
tidak sebanding denga kenikmatan sesaat LGBT.
Setelah semua amalan dilakukan maka juga harus diimbangi dengan doa.
Sesorang hamba yang berusaha bertaubat maka tidak bisa bertumpu pada kemampuannya
sendiri harus dengan minta bantuan kepada Allah agar diberikanya sifat ‘afif (menjaga
kehormatan). Setelah semua amalan dilakukan seseorang yang ingin sembuh dari LGBT
juga perlu memblokir semua rangsangan dan stimulus yang memicu untuk melakukan
perbuatan tersebut. Dia harus mampu menjaga pandangan matanya, karena setiap maksiat
yang berbau syahwat bermula dari pandangan mata yang tidak bisa dijaga. Selain itu,
hendak juga memperbanyak pengetahuan tentang hidup sesudah mati karena akan bisa
mematahkan syahwat yang berujung pada maksiat. Membaca kisah kisah para orang
shalih juga bermanfaat banyak, karena dapat menginspirasi sessorang dan membutnya
untuk bergerak menuju kearah kebaikan dalam hidupnya.
13

Selain itu, menyibukkan diri dengan amal shalih. Jangan sampai membiarkan
waktu kosong membuat fantasi-fantasi maksiat. Allah SWT telah memerintahkan
hambanya untuk untuk tidak berhenti beraktivitas melakukan hal yang baik. Setelah
selesai satu urusan, segeralah berdiri tegak, bangkit melakukan hal lain. Namun, jika
beramal shalih tidak mampu maka isilah waktu dengan hal mubah yang bermanfaat
seperti olahraga.
Semua itu merupakan bentuk bertaubat dari segi pribadi, adapun upaya
penyembuhan yang melibatkan orang lain adalah mencari lingkungan yang baik, kawan
yang shalih, dan menjauhi teman yang buruk. Lingkungan juga memiliki dampak yang
kuat bagi pribadi seseorang, jika benar-benar ingin bertaubat maka hendaknya
melepaskan teman-teman LGBT-nya dan bergaul dengan teman yang shalih.
Selain itu, bagi seseorang yang ingin sembuh dari LGBT jika sudah mampu
hendaknya menyegerakan untuk menikah karena menikah dapat menjaga kehormatan dan
menundukkan pandangan. Semua ini jika imbangi dengan ikhtiyar-ikhtiyar medis dan
penanganan dari dokter dan para ahli, insya Allah orang yang serius taubat dari LGBT
akan segera menjadi manusia normal.
Demikianlah penjelasan tentang cara keluar dari perilaku LGBT dan bertaubat
darinya. Tidak cukup usaha dari diri sendiri untuk memerangi LGBT, berdoa kepada
Allah agar Allah senantiasa membantu kita dari bisikan setan juga sangat diperlukaan.
Lingkungan sekitar yang kondusif juga sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan
seseorang. Contohnya orang tua berperan dalam memberikan dukungan moral, finansial
maupun edukasi. Para ulama berperan dalam memberikan pencerahan agama, masyarakat
berperan dalam kontrol social, sementara pemerintah berperan dalam penegakan sanksi
dan membuat sistem pendidikan yang benar agar LGBT dapat dilawan.
14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan yang telah disebutkan , dapat disimpulkan terkait LGBT
dalam perspektif fikih islam sebagai berikut:

Lesbian artinya wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual


sesame jenisnya. Istilah dalam islam disebut Sihaq , lesbian berhukum haram karena
melanggar banyak nash, yaitu perintah untuk menjaga kehormatan/kemaluan, bentuk
penyimpangan fitrah, mengandung unsur membuka aurat tanpa haqq, menyentuh dengan
syahwat tanpa haqq, dan merangsang untuk melakukan fahisyah. Gay, berarti laki-laki
yang tertarik dengan sesama laki-laki dan melakukan hubungan seksual dengan cara
sodomi. Istilah dalm fikih islam adalah liwath yang berhukum haram karena dilarang
dalam Al-Quran, yang pelakunya disebut musrifun yaitu kaum nabi Luth yang melakukan
perbuatan ini diazab sangat pedih di dunia dengan kehancuran yang dahsyat, laknat
Rasulullah terhadap pelakunya, ancaman dalam hadis bahwa Allah tidak akan melihat
pelakunya, larangan melihat aurot laki-laki, larangan ifdho’, larangan mubasyaroh,
melanggar perintah menjaga kemaluan, dan bentuk penyimpanhan fitrah.

Biseksual yang berarti orang yang tertarik kepada kedua jenis kelamin(baik laki
maupun perempuan), jika dia laki-laki maka akan melanggar larangan liwath dan jika
perempuan maka melaggar larangan sihaq. Oleh karena itu, biseksual dalam bentuk
apapun tetaplah haram.

Transgender artinya seseorang yang merasa salah secara seksual, yakni secara
fisik lahir sebagai laki-laki namun dia merasa niwanya adalah seorang perempuan, atau
sebaliknya. Maka istilahnya dalam islam disebut takhonnuts dan tarrojjul. Perilaku ini
hukumnya haram karena bertentangan dan melanggar sejumlah dalil, yaitu penyimpangan
fitrah, laknat Rasulullah terhadap laki-laki yang berpakaian dengan cara wanita dan
sebaliknya. Jika takhonnuts dan tarojjul hukumnya haram, maka mengubah kelamin
dengan cara operasi lebih jelas lagi keharamannyackarena mengubah karunia dan ciptaan
Allah.

Adapun orang berkelamin ganda (interseks), maka istilah dalam fikih islam adalah
kuntsa. Khuntsa ini ada dua macam, jika kelamin dominan mudah diidentifikasi, maka
disebut khuntsa ghaitu musykil, sedangkan yang sulit diidentifikasi disebut khuntsa
musykil. Orang ini tidaklah berdosa karena kelamin ganda bersifat bawaan, yaitu karunia
dari Allah. Hanya saja orang khuntsa harus dibantu untuk menemukan kelamin sejatinya
laki-laki atau seorang perempuan.
15

3.2 Saran
Sebagai generasi akhir zaman, sebaiknya masalah pendidikan terhadap LGBT
lebih ditekankan lagi, kerana telah jelas bahwa LGBT merupakan sebuah kelainan yang
dapat disembuhkan. Seseorang yang telah terjerumus terhadap LGBT sebaiknya segera
dibantu agar dapat kembali menjadi orang yang normal dan bukan malah dijauhi. Tugas
kita sebagai seorang muslim harus mampu menyelesaikan masalah LGBT yang telah
menjamur diberbagai belahan dunia. Karena dalam kitab suci Al-Quran telah dijelaskan
bahwa LGBT merupakan bentuk pelanggaran dan sangat dibenci oleh Allah SWT.
Dengan cara membentengi diri dari bisikan setan dan memperbanyak pengetahuan akhirat
maka dengan izin Allah kita akan dapat melawan godaan LGBT dan kita dapat membantu
orang yang telah terjerumus dalam kesesatan tersebut.
16

DAFTAR PUSTAKA

Rozikin, M.R.2016. LGBT DALAM TINJAUAN FIKIH. Malang : UB Press

Rahayu, Yansyah R.2018. GLOBALISASI LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN


TRANSGENDER (LGBT): PERSPEKTIF HAM DAN AGAMA DALAM LINGKUP
HUKUM DI INDONESIA.Semarang: Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai