Anda di halaman 1dari 28

PANDANGAN ISLAM TENTANG LGBT DAN

PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL

OLEH:
M. SYAHRUL RAMADHAN SIREGAR
1811103010008

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


DARUSSALAM, BANDA ACEH
MEI, 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur praktikan sampaikan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Ikhtiologi yang berjudul
Pandangan Islam Tentang Lgbt Dan Pengaruhnya
Terhadap Kehidupan Sosial
.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Tingkah Laku
Ikan yang telah memberikan arahan dalam penulisan makalah ini.Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
memperbaikipenulisanmakalahkedepannya.Demikianlah makalah ini kami
selesaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.

Darussalam,7 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

2.1 Rumusan Masalah......................................................................................3

2.2 Tujuan Makalah.........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4

2.1 Bagaimana Pengertian LGBT....................................................................4

2.2 Sejarah Terjadinya LGBT.........................................................................5

2.3 Sebab-sebab Terjadinya LGBT.................................................................9

2.4   LGBT Menurut Pandangan Islam Dan Pengaruhnya Dalam n Sosial...11

2.5  Solusi untuk Mencegah dan Mengatasi LGBT.......................................19

2.5Hukuman bagi para pelaku LGBT menurut pandangan islam.................21

BAB III PENUTUP...................................................................................................23

3.1 Kesimpulan..............................................................................................23

3.2 Saran.....................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Al-Quran diturunkan kepada manusia sebagai pedoman. Diantaranya
pernikahan antar lawan jenis, laki-laki dengan perempuan, tidak semata untuk
memenuhi hasrat biologis namun sebagai ikatan suci untuk menciptakan ketenangan
hidup dengan membentuk keluarga sakinah dan mengembangkan keturunan umat
manusia yang berakhlak mulia. Perkawinan yang dilakukan kaum  h o m o s e k s u a l
dan l e s b i a n   tidak akan menghasilkan anak, selain itu akan mengancam
kepunahan generasi manusia. Melakukan seks sesama jenis semata-mata untuk
menyalurkan kepuasan nafsu syahwat yang menyimpang.
Adapun pengertian LGBT sendiri yaitu Lesbian, Gay, Bisexual dan
Transgender. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi
seksualnya kepada sesama perempuan, Gay adalah sebuah istilah bagi laki-laki yang
umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat
homoseksual,  biseksual (bisexual) adalah individu yang dapat menikmati hubungan
emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun
wanita. Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap
jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang transgender dapat
mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual
maupun seksual.  L e s b i a n d a n G a y   telah mengukir sejarah tersendiri dalam
perjalanan umat manusia. Sejarah mengatakan, bahwa seks sesama jenis pada zaman
dahulu memang ada dan menjadi salah satu bagian dari pola seks manusia. Berbagai
kitab suci seperti Al-Quran, Injil, dan Taurat telah menjelaskan tentang kaum Nabi
Luth AS.
Satu hal yang menjadi pertanyaan ialah “Bagaimana perspektif hukum,
khususnya Islam, sebagai agama mayoritas di negara Indonesia dalam menyikapi
kaum dengan ciri khas bendera pelangi tersebut Muncul berbagai pro dan kontra
mengenai golongan LGBT. Tak jarang, mereka yang menginginkan agar LGBT
dilegalkan di Indonesia menjadikan hak asasi manusia (HAM) sebagai tameng
utama. Kemerdekaan berekspresi merupakan salah satu hak fundamental yang diakui
dalam sebuah negara hukum yang demokratis dan menjunjung tinggi HAM.

1
Memang benar bahwa setiap manusia mempunyai kebebasannya masing-
masing, tapi jika ditelaah lebih dalam sudah jelas dikatakan bahwa kebebasan yang
dimiliki berbanding lurus dengan batasan-batasan yang harus dipenuhi pula seperti;
apakah melanggar agama, kesusilaan, kepentingan umum, hingga keutuhan bangsa?
Pada kenyataannya, dengan banyaknya desas-desus yang memperbincangkan
mengenai status kaum bendera pelangi ini mengarahkan pada satu kesimpulan
bahwasanya masyarakat Indonesia merasa keamanan dan ketertiban mereka
terancam. Bahkan, dengan hanya satu kata: “LGBT” dapat menimbulkan benih–
benih keretakan keutuhan bangsa ini.
Para pihak yang kontra merasa bahwa dengan adanya kaum LGBT yang tak
lazim tumbuh di tengah masyarakat Indonesia dengan adat dan agamanya yang
kental sehingga kenyamanan mereka untuk bersosialisasi dengan bebas pun
terenggut. Masyarakat satu sama lain bersikap lebih waspada dan mencurigai
terhadap kehadiran kaum LGBT. Seolah-olah masyarakat suatu negara terbagi
menjadi dua golongan, kaum LGBT dan non-LGBT.
Di Indonesia banyak organisasi yang berkecimpung dalam isu LGBT
(Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) seperti Gaya Nusantara di Surabaya,
Ardhanary Institute di Jakarta yang berfokus pada isu-isu LBT perempuan, Institut
Pelangi Perempuan di Jakarta yang berfokus pada isu-isu lesbian muda, Us
Comunity di Surabaya yang berfokus pada pemberdayaan Lesbian dan Gay di
Surabaya, Arus Pelangi Banyumas di Purwokerto, Komunitas Sehati Di Makasar
(Triawan, 2008 :26). Di Yogyakarta ada PLU-Satu Hati (People Like Us artinya
orang orang seperti kita Satu Hati) disingkat PLUSH, organisasi yang bergerak pada
ranah advokas pada isu-isu LGBT. PLUSH merupakan organisasi LGBT yang
memfasilitasi kelompok LGBT untuk mendapatkan hak yang sama dengan
masyarakat lainnya dan anti perlakukan diskriminatif. Munculnya banyak organisasi
LGBT ini disebabkan kelompok LGBT sering tidak mendapatkan perlindungan oleh
negara dan tindakan diskriminatif sering terjadi pada kelompok LGBT seperti tidak
mendapatkan pelayanan publik, layanan kesehatan, dikucilkan, dan lainlain. Adanya
organisasi ini bertujuan memperjuangkan hak-hak LGBT sebagai manusia dan warga
negara di Indonesia sehingga memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam
berbagai aspek kehidupan. Isu mengenai orientasi seksual dan identitas seksual

2
diperjuangkan agar suara minoritas mendapatkan tempat pada berbagai bidang
seperti kesehatan, pendidikan,

2.1 Rumusan Masalah


1.   Bagaimana pengertian LGBT?
2.   Bagaimana sejarah LGBT?
3.   Mengapa terjadi LGBT?
4.   Bagaiaman pandangan islam terhadap LGBT dan pengaruhnya dalam kehidupan
sosial
5.   Apa solusi untuk mencegah dan mengatasi LGBT?
6.   Apa hukuman bagi para pelaku LGBT

2.2 Tujuan Makalah


1.   Mengetahui apa pengertian LGBT
2.   Mengetahui bagaimana sejarah LGBT
3.   Mengetahui penyebab terjadinya LGBT
4.   Mengetahui LGBT menurut pandangan Islam dan pengaruhnya terhadap
kehidupan sosial
5.   Mengetahui solusi untuk mencegah dan mengatasi LGBT
6.   Mengetahui hukuman bagi para pelaku LGBT menurut pandangan Islam

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Pengertian LGBT


LGBT  atau  GLBT  adalaha k r o n i m   dari "l e s b i a n ,  g a y ,  b i s e k s u a l ,
dan  t r a n s g e n d e r ". Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan
menggantikan frasa "komunitas gay"karena istilah ini lebih mewakili kelompok-
kelompok yang telah disebutkan. Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk
menekankan keanekaragaman "b u d a y a yang berdasarkan identitas
s e k s u a l i t a s d a n g e n d e r ".
Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga
diterapkan oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas
dan gender di  A m e r i k a S e r i k a t   dan beberapa  n e g a r a b e r b a h a s a I n g g r i s
l a i n n y a . Berikut adalah penjelasan pengertian mengenai LGBT:
1.  Lesbian  :Seorang homo seksual perempuan; perempuan yang mengalami
pencintaan atau tertarik seksual kepada perempuan lain.
2.  Gay  : Istilah yang merujuk kepada seorang (laki-laki) homosexual, yaitu laki-
laki yang berhubungan dengan sesama sejenis atau laki-laki yang berhubungan 
dengan sesama sejenis atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Bila
ditelusuri secara gramatikal, tidak ada perbedaan penggunaan kata antara
homoseksual dan lesbian. Dalam bahasa arab kedua-duanya dinamakan al-liwath.
Pelakunya dinamakan al-luthiy. Namun Imam Al-Mawardi dalam kitabnya al-Hawi
al-Kabir menyebut homoseksual dengan liwath, dan lesbian dengan sihaq atau
musaahaqah.
3.  Biseksual  : Pada dasarnya istilah bisexual biasanya digunakan untuk
menggambarkan ketertarikan rimantisme atau ketertarikan sexual dalam konteks
manusia kepada orang lain tanpa membedakan laki-laki dan perempuan.
4.  Transgender  : istilah ini digunakan untuk seseorang yang dirinya merasa
naluri, jiwa, kepribadiannya, tidak sama dengan jenis kelamin yang ia miliki sejak
lahir, missal terlahir pria namun dia merasa dirinya wanita, dan sebaliknya.

4
2.2 Sejarah Terjadinya LGBT
Al-qur’an sebenarnya sudah membahas perbuatan ini dan menamakannya
dengan perbuatan yang keji. Sebagai Muslim kita pasti tahu tentang perbuatan kaum
Nabi Luth, yaitu kaum sodom yang mendatani pasangan sejenisnya untuk
mengeluarkan hasrat seksualnya, maka Allah ‫ ﷻ‬azab mereka akibat dari perbuatan
hina dan keji yang mereka lakukan. Sebagaimana yang dituangkan dalam surat Asy –
syu’aro ayat 160-166 :   “Mengapa kamu tidak bertakwa?”– Sesungguhnya aku
adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,–Maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu
atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam.–Mengapa kamu
mendatangi jenis laki-laki di antara manusia,– Dan kamu tinggalkan istri-istri yang
dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang
melampaui batas.” (QS. Asy Syu’ara: 160-166) Umat manusia berbondong-bondong
menyerukan dukungannya kepada kaum ini, yang mana membuat kerancuan masal
dan kekhawatiran yang mendalam akan rusaknya generasi penerus bangsa dan
negara.
Para politikus, agamawan, aktivis dipaksa untuk menurut di bawah tekanan
masyarakat yang membabi-buta dalam berekspresi, para orang tua dipaksa untuk
terus mengawasi perkembangan anak-anaknya agar terhindar dari virus bahaya ini.
Efek dari doktrinisasi memang sangat membahayakan, sesuatu yang salah dapat
dianggap sebagai kebenaran dan juga sebaliknya.Dan mirisnya lagi, umat Muslim
pun tanpa sadar ikut-ikutan dalam mendukung dan mensupport atas nama kebebasan
dan kesetaraan HAM. Generasi muda umat muslim sengaja dihancurkan oleh
propaganda dan doktrinisasi yang terus menerus di gencarkan oleh Orientalis, di
Indonesia sendiri banyak  dukungan dalam bentuk verbal dan tulisan yang dibuat
oleh orang muslim sendiri.
Ketika seseorang telah jauh dari agamanya, jauh dari kitab sucinya dan tidak
menuruti lagi nasihat dan petuah ulamanya, itulah dasar dari perusakan masal yang
ditimbulkan dari kebebasan berekspresi. Ketika seseorang lebih mengedepankan
pemikiran dan kata hati, serta imajinasi yang liar daripada berpegang dengan hukum-
hukum baku yang telah di tetapkan oleh agamanya, dapat dikatan dia telah menjadi
Sekuler tanpa disadari dan seorang liberalis sejati jika sudah melepaskan identitas

5
agamanya demi meluruskan pemikirannya. Takutlah dengan azab Allah ‫ﷻ‬, cukuplah
satu kaum yang dibinasakan oleh Allah ‫ﷻ‬. Allah Ta'ala berfirman: “Maka ketika
datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami
balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi,–Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari
orang-orang yang zalim.” (QS. Huud: 82-83).
Akronim LGBT kadang-kadang digunakan di Amerika Serikat dimulai dari
sekitar tahun 1988. Baru pada tahun 1990-an istilah ini banyak digunakan.  Meskipun
komunitas LGBT menuai kontroversi mengenai penerimaan universal atau kelompok
anggota yang berbeda (biseksual dan transgender kadang-kadang dipinggirkan oleh
komunitas LGBT), istilah ini dipandang positif. Walaupun singkatan LGBT tidak
meliputi komunitas yang lebih kecil (lihat bagian Ragam di bawah), akronim ini
secara umum dianggap mewakili kaum yang tidak disebutkan. Secara keseluruhan,
penggunaan istilah LGBT telah membantu mengantarkan orang-orang yang
terpinggirkan ke komunitas umum. Aktris transgender  C a n d i s C a y n e   pada tahun
2009 menyebut komunitas LGBT sebagai "minoritas besar terakhir", dan
menambahkan bahwa "Kita masih bisa diganggu secara terbuka" dan "disebut di
televisi."
Hal ini dapat meluas menjadi  b i f o b i a   dan  t r a n s f o b i a . Separatis punya
lawan yang kuat -  P e t e r T a t c h e l l   dari kelompok hak LGBT berpendapat bahwa
memisahkan transgender dari LGB merupakan "kegilaan politik".   Banyak orang
mencoba mengganti singkatan LGBT dengan istilah umum.  Kata seperti "q u e e r "
dan "p e l a n g i " telah dicoba tetapi tidak banyak digunakan. "Queer" mengandung
konotasi negatif bagi orang tua yang mengingat pengunaannya sebagai hinaan dan
ejekan dan penggunaan (negatif) semacam itu masih terus berlanjut.  Banyak pula
orang muda yang memahami  queer  sebagai istilah yang lebih politis dibanding
"LGBT".  "Pelangi" punya konotasi yang berkaitan dengan  h i p p i e s ,
pergerakan  Z a m a n Baru, dan organisasi seperti  R a i n b o w / P U S H
C o a l i t i o n   di Amerika Serikat.

6
1.   Bagaimana perkembangan LGBT di Indonesia?
Lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kini semakin marak
diperbincangkan, baik itu di Indonesia pada khususnya maupun dunia pada
umumnya. Satu hal yang menjadi pertanyaan ialah “Bagaimana perspektif hukum,
khususnya Islam, sebagai agama mayoritas di negara Indonesia dalam menyikapi
kaum dengan ciri khas bendera pelangi tersebut? Dibenarkankah jika LGBT
dilegalkan di Indonesia? Muncul berbagai pro dan kontra mengenai golongan LGBT.
Tak jarang, mereka yang menginginkan agar LGBT dilegalkan di Indonesia
menjadikan hak asasi manusia (HAM) sebagai tameng utama. Kemerdekaan
berekspresi merupakan salah satu hak fundamental yang diakui dalam sebuah negara
hukum yang demokratis dan menjunjung tinggi HAM.
Di  J a k a r t a , lesbian, gay, biseksual dan transgender secara hukum diberi
label sebagai "Cacat" atau cacat mental dan karenanya tidak dilindungi oleh
hukum.  Sementara Indonesia telah memungkinkan hubungan seksual pribadi dan
konsensus antara orang-orang dari jenis kelamin yang sama sejak tahun 1993,
memiliki usia yang lebih tinggi dari persetujuan untuk hubungan sesama jenis dari
hubungan heteroseksual (17 untuk heteroseksual dan 18 untuk homoseksual).
Konstitusi tidak secara eksplisit membahas orientasi seksual atau identitas gender. Itu
menjamin semua warga dalam berbagai hak hukum, termasuk persamaan di depan
hukum, kesempatan yang sama, perlakuan yang manusiawi di tempat kerja,
kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, berkumpul secara damai, dan
berserikat. Hak tersebut semua jelas dibatasi oleh undang-undang yang dirancang
untuk melindungi ketertiban umum dan moralitas agama.
Indonesia sebagai salah satu negara hukum, jaminan mengenai kebebasan
berekspresi diatur dalam UUD 1945 Amendemen II, yaitu dalam Pasal 28 E Ayat (2)
yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”.
Selanjutnya dalam ayat (3) dinyatakan “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
Selain itu, UU RI No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara lebih dalam
mengatur mengenai kebebasan berekpresi tersebut, dalam Pasal 22 Ayat (3) UU
tersebut menyebutkan bahwa “Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan, dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan atau tulisan melalui

7
media cetak maupun media cetak elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai
agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa”.
Memang benar bahwa setiap manusia mempunyai kebebasannya masing-
masing, tapi jika ditelaah lebih dalam sudah jelas dikatakan bahwa kebebasan yang
dimiliki berbanding lurus dengan batasan-batasan yang harus dipenuhi pula seperti;
apakah melanggar agama, kesusilaan, kepentingan umum, hingga keutuhan bangsa?
Pada kenyataannya, dengan banyaknya desas-desus yang memperbincangkan
mengenai status kaum bendera pelangi ini mengarahkan pada satu kesimpulan
bahwasanya masyarakat Indonesia merasa keamanan dan ketertiban mereka
terancam. Bahkan, dengan hanya satu kata: “LGBT” dapat menimbulkan benih–
benih keretakan keutuhan bangsa ini.
Sebagaimana menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada
amendemen yang II sudah secara tegas memasukkan hak atas rasa aman ini di dalam
pasal 28A-28I. Juga, diatur dalam Pasal 30 UURI No 39 Tahun 2009 tentang HAM
yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan
terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu”.  
Pasal  35 bahwa “Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan
kenegaraan yang damai, aman, dan tenteram yang menghormati, melindungi, dan
melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”.
Para pihak yang kontra merasa bahwa dengan adanya kaum LGBT yang tak
lazim tumbuh di tengah masyarakat Indonesia dengan adat dan agamanya yang
kental sehingga kenyamanan mereka untuk bersosialisasi dengan bebas pun
terenggut. Masyarakat satu sama lain bersikap lebih waspada dan mencurigai
terhadap kehadiran kaum LGBT. Seolah-olah masyarakat suatu negara terbagi
menjadi dua golongan, kaum LGBT dan non-LGBT.
Status  w a r i a ,  t r a n s e k s u a l   atau  t r a n s g e n d e r   lainnya di Indonesia sangat
kompleks.           Diskriminasi, pelecehan, bahkan kekerasan yang ditujukan pada
orang-orang transgender tidak jarang terjadi. Orang transgender yang tidak
menyembunyikan identitas gender mereka sering merasa sulit untuk
mempertahankan pekerjaan yang sah dan dengan demikian sering dipaksa menjadi
pelacur dan melakukan kegiatan ilegal lainnya untuk bertahan hidup.

8
M a j e l i s U l a m a I n d o n e s i a   memutuskan bahwa kaum transgender harus
tetap pada jenis kelamin pada saat mereka dilahirkan. "Jika mereka tidak mau
menyembuhkan diri secara medis dan agama," kata anggota Majelis, mereka harus
rela "untuk menerima nasib mereka untuk ditertawakan dan dilecehkan."
Amerika Serikat dan Eropa menginginkan Indonesia menganut pelegalan
LGBT sebagaimana yang telah dilegalkan di berbagai negara Barat. Jika kelompok
LGBT tetap ingin mempertahankan pilihannya tanpa ada keinginan untuk
memperbaiki keadaannya menjadi manusia normal seutuhnya, mengapa harus
berusaha menginginkan LGBT menjadi kebutuhan sosial? Sedangkan, masyarakat
Indonesia sangat tegas dan keras melarang segala bentuk praktik LGBT berdasar
ketentuan hukum, perundang-undangan, nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.

2.3 Sebab-sebab Terjadinya LGBT


Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang pria menjadi gay atau penyuka
sesama jenis. Menurut psikolog  Elly Risman Musa, faktor pemicu itu di antaranya
adalah ia berada di lingkungan di mana homoseksual dianggap sesuatu yang biasa
atau umum. Karena tidak ada nilai-nilai moral atau agama yang membekali
pengetahuannya sehingga ia memiliki wawasan yang tidak lurus mengenai hubungan
antara pria dan perempuan.
Seseorang dapat tumbuh menjadi seorang gay karena pengalaman buruk
dengan pengasuhan keluarga seperti memiliki ibu yang dominan sehingga anak tidak
memperoleh gambaran seorang tokoh laki-laki, atau sebaliknya. Faktor lain yang
mungkin membuat seseorang keluar dari fitrahnya adalah pengalaman seks dini,
yang disebabkan karena menyaksikan gambar-gambar porno dari televisi, DVD,
Internet, komik ataupun media lain di sekitarnya. Kemudian salah satu referensi
mengatakan bahwa terjadinya LGBT disebabkan karena beberapa hal sebagai
berikut:
1.   Tidak bepegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di dalam Al-
Qur’an dalam banyak ayat memerintahkan kita untuk menjaga diri, menundukkan
pandangan dan menjaga kehormatan, di dalam As-Sunnah pun
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas memerintahkan kita ketika

9
akan tidur di antara sesama jenis agar membuat pembatas yang akan menghalangi
kita ketika diluar kesadaran dalam tidur.
2.   Bodoh terhadap Islam dan hukum-hukum yang ada di dalamnya, bodoh
terhadap syari’at adalah pemicu utama seseorang untuk berani berbuat dosa, dan
merupakan perkara yang disepakati bagi orang yang memiliki akal sehat.
3.   Mempelajari agama bukan pada ahlinya, dan pemicu utama kerusakan
terbesar dan kebinasaan karena bermuara pada bergampangan menimba ilmu dari
orang yang tidak jelas jati dirinya, hingga sampai ada yang menghalalkan LGBT dan
berbagai kemaksiatan lainnya, jika apabila dipelajari ilmu dari orang semacam ini
maka kemungkinan terjatuh pada perbuatan tersebut akan mudah karena sudah
diyakini boleh-boleh saja.
4.   Mengikuti hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecenderungan jiwa kepada
perkara yang haram. Dinamakan hawa karena menyeret pelakunya di dunia kepada
kehancuran dan di akhirat kepada neraka Hawiyah”
5.   Tasyabbuh (menyerupai) sesama jenis, khususnya ini terjadi pada “waria”
yang awalnya mereka adalah laki-laki namun kemudian mereka melelang harga diri
mereka dan berdandan seperti wanita yang akibatnya berani melakukan liwath.
6.   Membujang. Hidup membujang memiliki nilai tersendiri
dikalangan sufyisme, yang tidak mau kalah tanding dengan para biarawan dan
biarawati, tidak heran jika di dapati ada dari mereka “tidak hanya terjangkiti” bahkan
pemain utama homoseks.
7.   Merasa bahwa dirinya aman dari fitnah. Orang yang merasa dirinya aman
dari fitnah alias “PD” bahwa ia tidak mungkin akan terjatuh pada perbuatan semisal
homoseks maka ini bertanda kalau justru ia yang akan condong ke arah sana, karena
ini bentuk sikap bangga diri, angkuh dan sombong, apabila sifat seperti ini telah
merasuki dirinya maka ia akan jauh dari muhasabah (intropeksi) diri, dan dia merasa
seolah-oleh tidak butuh lagi dengan hidayah dari Allah SWT.
8.   Berkurangnya keimanan. Sudah menjadi keyakinan bagi setiap muslim,
bahwasanya iman bertambah dan berkurang, bertambah dengan keta’atan dan
berkurang dengan maksiat. Dan lenyapnya keimanan kaum Luth terhadap Allah dan
Nabi-Nya (Luth ‘Alaihis salam) disebabkan karena berbuat fahisy (homoseks).
9.   Hilangnya rasa takut kepada Alloh SWT, apabila rasa takut telah lenyap
dari seseorang maka ia akan semakin gagah berani berbuat dosa walaupun terang-

10
terangan melakukannya, baik dosa kecil maupun dosa besar ia terjang tanpa peduli
apapun akibatnya.
10.    Tidak menundukkan pandangan. Pandangan adalah faktor yang paling
mendominasi adanya keinginan untuk berbuat yang diingini oleh hati, LGB berawal
dari pandangan dan kemudian berakhir dengan pembenaran dengan seks.
11.    Tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Pelaku utama LGBT adalah dari
orang-orang yang kafir kepada Allah, banyak dari kaum muslimin terbawa arus
perkembangan teknologi, mereka menyaksikan para pelaku LGBT di sinetron, di
internet dan di berbagai macam media yang kemudian menuntut mereka untuk
memperaktekkannya.
12.    Adanya keyakinan bahwa ia sudah terbebas dari beban syari’at,  ia boleh
melakukan apa saja yang ia kehendaki. Apabila keyakinan semacam ini telah
menjalar pada diri seseorang maka dosa sebesar apapun teranggap suatu mainan
biasa yang tidak ada apa-apanya.
13.    Merasa dirinya pasti akan diampuni  walaupun terus menerus di atas
maksiat dengan dalil hadits Mu’adz bin Jabal: …….dan hak hamba atas Alloh
adalah Allah tidak akan mengazab orang yang tidak menyekutukan dengan-Nya
seseuatu apapun.”Akhirnya dengan pemahamannya yang dangkal terhadap dalil
tersebut ia semakin giat bermaksiat yang pada akhirnya iapun binasa.
14.    Kebiasaan menjima’i isteri pada dubur (anal),  yang kemudian disaat-saat
tidak ada istrinya iapun mencari pengganti dengan prinsip “yang penting berdubur
atau berlubang” yang akibatnya laki-laki lain, anak-anak, orang tua jompo, binatang
bahkan sesuatu yang berlubang menjadi obyek prakteknya.
15.    Putus asa, merupakan pemicu utama seseorang semakin giat berbuat
LGB, sebagaimana hal ini terjadi pada pelaku  transgender, karena mereka telah
diperdaya oleh keadaan yang pada akhirnya mereka putus asa dan kemudian mereka
meneruskan pekerjaan keji mereka dengan terus menerus.
LGBT dapat juga merupakan sebuat penyakit akibat faktor kelainan otak dan
genetik maupun karena faktor psikologi.

2.4   LGBT Menurut Pandangan Islam Dan Pengaruhnya Dalam n Sosial


Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay) dan
Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki

11
dengan cara memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-laki lain. Liwath
adalah suatu kata (penamaan) yang dinisbatkan kepada kaumnya Luth ‘Alaihis
salam, karena kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam adalah kaum yang pertama kali
melakukan perbuatan ini (Hukmu al-liwath wa al-Sihaaq, hal. 1). Allah SWT
menamakan perbuatan ini dengan perbuatan yang keji (fahisy) danmelampui batas
(musrifun). Sebagaimana Allah terangkan dalam al Quran yang artinya :
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala
dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu.
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui
batas.” (TQS. Al ‘Araf: 80 – 81)
Sedangkan Sihaaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita
dengan image dua orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota tubuh
(farji’)nya antara satu dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan kelezatan
dalam berhubungan tersebut.[6]
Hukum Sihaaq (lesbian) adalah haram.[7] Berdasarkan dalil hadits  Abu Said
Al-Khudriy yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no.
2793) dan Abu Dawud (no. 4018) bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata:
ٍ ْ‫و‬VVَ‫ل فِى ث‬V
‫ب‬ ِ V‫ ُل ِإلَى ال َّر ُج‬V‫ى ال َّر ُج‬V‫ض‬ ِ ‫رْ َأ ِة َوالَ يُ ْف‬VV‫وْ َر ِة ْال َم‬VV‫رْ َأةُ ِإلَى َع‬VV‫ ِل َوالَ ْال َم‬V‫الَ يَ ْنظُ ُر ال َّر ُج ُل ِإلَى عَوْ َر ِة ال َّر ُج‬
ِ ‫ب ْال َو‬
‫اح ِد‬ ِ ْ‫ضى ْال َمرْ َأةُ ِإلَى ْال َمرْ َأ ِة فِى الثَّو‬
ِ ‫اح ٍد َوالَ تُ ْف‬
ِ ‫َو‬
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan jangan pula
seorang wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah seorang laki-laki memakai
satu selimut dengan laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita memakai satu
selimut dengan wanita lain”
Terhadap pelaku homoseks, Allah swt dan Rasulullah saw benar-benar
melaknat perbuatan tersebut. Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy -Rahimahullah-
dalam Kitabnya “Al-Kabair” telah memasukan homoseks sebagai dosa yang besar
dan beliau berkata: “Sungguh Allah telah menyebutkan kepada kita kisah kaum Luth
dalam beberapa tempat dalam Al-Qur’an Al-Aziz, Allah telah membinasakan mereka
akibat perbuatan keji mereka. Kaum muslimin dan selain mereka dari kalangan
pemeluk agama yang ada, bersepakat bahwa homoseks termasuk dosa besar”.[8]

12
Hal ini ditunjukkan bagaimana Allah swt menghukum kaum Nabi Luth yang
melakukan penyimpangan dengan azab yang sangat besar dan dahsyat, membalikan
tanah tempat tinggal mereka, dan diakhiri hujanan batu yang membumihanguskan
mereka, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hijr ayat 74:

َ ‫فَ َج َع ْلنَا عَالِيَهَا َسافِلَهَا َوَأ ْمطَرْ نَا َعلَ ْي ِه ْم ِح َج‬


‫ارةً ِم ْن ِسجِّيل‬

“Maka kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan kami hujani
mereka dengan batu dari tanah yang keras”
Sebenarnya secara fitrah, manusia diciptakan oleh Allah swt berikut dengan
dorongan jasmani dan nalurinya. Salah satu dorongan naluri adalah naluri
melestarikan keturunan (gharizatu al na’u) yang diantara manifestasinya adalah rasa
cinta dan dorongan seksual antara lawan jenis (pria dan wanita).
Pandangan pria terhadap wanita begitupun wanita terhadap pria adalah
pandangan untuk melestarikan keturunan bukan pandangan seksual semata. Tujuan
diciptakan naluri ini adalah untuk melestarikan keturunan dan hanya bisa dilakukan
diantara pasangan suami istri. Bagaimana jadinya jika naluri melestarikan keturunan
ini akan terwujud dengan hubungan sesama jenis? Dari sini jelas sekali bahwa
homoseks bertentangan dengan fitrah manusia.
Oleh karena itu, sudah dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan
kaum LGBT saat ini adalah karena ideologi sekularisme yang dianut kebanyakan
masyarakat Indonesia. Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan agama dari
kehidupan (fash al ddin ‘an al hayah).
Masyarakat sekular memandang pria ataupun wanita hanya sebatas hubungan
seksual semata. Oleh karena itu, mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta
yang terindera dan pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual di hadapan pria
dan wanita dalam rangka membangkitkan naluri seksual, semata-mata mencari
pemuasan. Mereka menganggap tiadanya pemuasan naluri ini akan mengakibatkan
bahaya pada manusia, baik secara fisik, psikis, maupun akalnya. Tindakan tersebut
merupakan suatu keharusan karena sudah menjadi bagian dari sistem dan gaya hidup
mereka.[9]

13
Tidak puas dengan lawan jenis, akhirnya pikiran liarnya berusaha mencari
pemuasan melalui sesama jenis bahkan dengan hewan sekalipun, dan hal ini
merupakan kebebasan bagi mereka. Benarlah Allah swt berfirman:

ِ ‫س لَهُ ْم قُلُوبٌ ال يَ ْفقَهُونَ بِهَا َولَهُ ْم َأ ْعي ٌُن ال يُ ْب‬ ‫ْأ‬


‫ان ال‬ٌ ‫ا َولَهُ ْم آ َذ‬Vَ‫صرُونَ بِه‬ ِ ‫َولَقَ ْد َذ َر نَا لِ َجهَنَّ َم َكثِيرًا ِمنَ ْال ِجنِّ َواإل ْن‬
َ‫ك هُ ُم ْالغَافِلُون‬ َ ‫ضلُّ ُأولَِئ‬
َ ‫ هُ ْم َأ‬  ْ‫ َكا أل ْن َع ِام بَل‬ ‫ك‬َ ‫يَ ْس َمعُونَ بِهَا ُأولَِئ‬

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.” (TQS Al ‘Araf : 179)
Pada masa Nabi Luth kaum homoseks/gay langsung mendapat siksa dibalik
buminya dan dihujani batu panas dari langit. Selain zina dan pemerkosaan,
pelanggaran seksual menurut Islam termasuk LGBT, incest (persetubuhan sesama
muhrim) dan menjimak binatang. Sanksi bagi pelaku semua pelanggaran seksual
tersebut adalah hukuman mati, Rasulullah SAW bersabda: “dari Ibnu Abbas,
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:” Barang siapa menjumpai kalian orang
yang melakukan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah orang yang mengerjakan dan
orang yang dikerjai”.[Hadist Ibnu Majah No. 2561 Kitabul Hudud]. Dalam hadits
lain Rasulallah SAW bersabda: “Ibnu Abbas meriwayatkan: “Barang siapa menjimak
muhrimnya maka bunuhlah, dan barang siapa menjimak hewan maka bunuhlah
pelaku dan binatang yang dijimak”. [Hadist Ibnu Majah No. 2564 Kitabul Hudud].
Didalam Al Quran, Allah SWT mengabadikan bagaimana dahsyatnya laknat
dan azab langsung dari Allah SWT kepada pelaku homoseksual/gay ini di jaman
Nabi Luth AS. Pelanggaran seksual berupa homoseks umat Nabi Luth bisa dilihat
dalam Al-Quran: Surat An-Naml ayat 54-55, Ash-Syu’araa’ ayat 165 – 166 dan
Huud ayat 77-82.
Hal ini adalah berbagai contoh yang bisa dijadikan pelajaran mengenai apa
yang terjadi dan kesemuanya itu dipandang jauh dari syariat Islam. Berikut ini adalah
LGBT menurut pandangan agama Islam:

14
1 .         L e s b i a n :   LGBT menurut pandangan agama Islam, sebagian besar
ulama menjelaskan tentang hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap para
wanita kaum Luth bersamaan dengan para lelaki mereka, yaitu ketika para lelaki
merasa cukup dengan kaum lelaki maka hukumannya pun telah diketahui, tidaklah
samar bagi seorang pun. Sesuai dengan firman Allah Ta’ala:  “ M a k a t a t k a l a
datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang
di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,
yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah
jauh dari orang-orang yang zalim,” (QS. Hud: 82-83).
     Bila ditelusuri secara gramatikal, tidak ada perbedaan penggunaan kata
antara homoseksual dan lesbian. Dalam bahasa arab kedua-duanya dinamakan al-
liwath. Pelakunya dinamakan al-luthiy. Namun Imam Al-Mawardi dalam kitabnya
al-Hawi al-Kabir menyebut homoseksual dengan liwath, dan lesbian dengan sihaq
atau musaahaqah. Imam Al-Mawardi berkata, “Penetapan hukum haramnya praktik
homoseksual menjadi ijma’, dan itu diperkuat oleh nash-nash Al-Quran dan Al-
Hadits”.
2 .         G a y :   LGBT menurut pandangan agama Islam, diantaranya gay adalah
salah satu penyelewengan seksual, karena menyalahi sunnah Allah, dan menyalahi
fitrah makhluk ciptaanNya. Lebih kurang empat belas abad yang lalu, al-Qur’an telah
memperingatkan umat manusia ini, supaya tidak mengulangi perbuatan kaum Nabi
Luth. Allah Swt berfirman:  “ M e n g a p a k a m u m e n d a t a n g i j e n i s l e l a k i
di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang
dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah
orang-orang yang melampaui batas,” (QS. Asy Syu’ara: 165-
166).
     Setelah Rasulullah menerima wahyu tentang berita kaum Luth yang
mendapat kutukan dari Allah dan merasakan azab yang diturunkanNya, maka beliau
merasa khawatir sekiranya peristiwa itu terulang kembali kepada umat di masa beliau
dan sesudahnya. Sebuah kemaksiatan yang menjijikkan daripada  z i n a   atau seks
bebas.
     Rasulullah bersabda, “Sesuatu yang paling saya takuti terjadi atas kamu
adalah perbuatan kaum Luth dan dilaknat orang yang memperbuat seperti perbuatan

15
mereka itu, Nabi mengulangnya sampai tiga kali, “Allah melaknat orang yang
berbuat seperti perbuatan kaum Luth; Allah melaknat orang yang berbuat seperti
perbuatan kaum Luth; Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum
Luth,” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi dan Al Hakim).
3.     B i s e k s u a l :   Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis,
ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini
umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan
perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus. Istilah ini juga
didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan romantis atau seksual pada semua jenis
identitas gender atau pada seseorang tanpa mempedulikan jenis kelamin atau gender
biologis orang tersebut, yang terkadang disebut panseksualitas.
     Semua perbuatan LGBT adalah maksiat dan haram, tak ada satu pun yang
dihalalkan dalam agama Islam. Biseksual adalah perbuatan zina jika dilakukan
dengan lawan jenis dan sesama jenis. Jika dilakukan dengan sesama jenis, tergolong
homoseksual jika dilakukan di antara sesama laki-laki, dan tergolong lesbianisme
jika dilakukan di antara sesama wanita.
     LGBT dalam Islam, hukumannya disesuaikan dengan perbuatannya. Jika
tergolong zina, hukumnya rajam (dilempar batu sampai mati) jika pelakunya
muhshan (sudah menikah) dan dicambuk seratus kali jika pelakunya bukan muhshan.
Jika tergolong homoseksual, hukumannya hukuman mati. Jika tergolong lesbian,
hukumannya ta’zir.
4.     T r a n s g e n d e r :   Pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam
dua jenis saja, yaitu laki-laki dan perempuan, sebagaimana firman Allah
SWT:  ” D a n D i a ( A l l a h ) m e n c i p t a k a n d u a p a s a n g d a r i d u a j e n i s
laki-laki dan perempuan,” (QS. An Najm: 45).  “Wahai
manusia Kami menciptakan kamu yang terdiri dari laki-laki
d a n p e r e m p u a n , ” ( Q S . A l H u j u r a t : 1 3 ) .   Kedua ayat ini atas, dan ayat-
ayat Al Quran lainnya menunjukkan bahwa manusia di dunia ini hanya terdiri dari
dua jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya. Namun
kenyataannya, seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki-laki dan
bukan perempuan. Jika penggantian kelamin dilakukan oleh seseorang dengan tujuan
tabdil dan taghyir (mengubah-ubah ciptaan Allah), maka identitasnya sama dengan
sebelum operasi dan tidak berubah dari segi hukum. Dari segi waris seorang wanita

16
yang melakukan operasi penggantian kelamin menjadi pria tidak akan menerima
bagian warisan pria (dua kali bagian wanita) demikian juga sebaliknya.  L GBT
menurut pandangan agama Islam pada umumnya menyamakan perbuatan
homoseksual dengan perbuatan zina. Karena itu, segala implikasi hukum yang
berlaku pada zina juga berlaku pada kasus homoseksual. Bahkan pembuktian hukum
pun mengacu pada kasus-kasus yang terjadi pada zina. Sementara operasi kelamin
yang dilakukan pada seorang yang mengalami kelainan kelamin (misalnya
berkelamin ganda) dengan tujuan tashih atau takmil (perbaikan atau penyempurnaan)
dan sesuai dengan hukum akan membuat identitas kelamin tersebut menjadi jelas.
Dalam memahami perilaku individu, sosiologi memusatkan perhatian pada
hubungan antara pengaruh perilaku seorang individu terhadap lingkungan dan
dampak lingkungan terhadap individu itu sendiri. Lingkungan merupakan tempat
perilaku seorang individu dikembangkan, namun perilaku individu itu sendiri juga
mempengaruhi lingkungan tempat si individu itu berada.
Sosiologi melihat sosialisasi yang muncul pada masa lalu seorang  gay ataupun
lesbian bisa menjadi faktor pembentuk perilaku menyimpang  individu tersebut, hal
inilah yang mempengaruhi perubahan orientasi seksualnya menjadi homoseksual.
Kecenderungan menyukai sesama jenis bisa terjadi pada siapa saja dengan
kecenderungan dan waktu yang berbeda beda. Secara umum, hal pertama yang
dirasakan adalah kegalauan. Homoseksual atau ‘binaan’ ini akan merasa bimbang
dengan kecenderungannya ini.  Kemudian kebanyakan dari mereka berusaha mencari
jati dirinya dengan mencari teman yang sudah lebih dulu menjadi seorang ‘binaan’.
Untuk mendapatkan teman banyak dilakukan di dunia maya atau sekedar jalan ke
tempat tempat umum seperti mall. Saling bertukar cerita dan pengalaman, sehingga
hubungan antar homoseks atau gay akan lebih erat.

Seseorang menjadi homoseksual karena pengaruh orang-orang sekitarnya,


seperti faktor keluarga dan lingkungan yang kurang mendukung. Sikap-tindaknya
yang kemudian menjadi pola seksualnya dianggap sebagai sesuatu yang dominan
sehingga menentukan segi-segi kehidupan lainnya. Selain itu, homoseksual juga
dapat disebabkan sering mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan dengan
lawan jenis sehingga mereka melampiaskan kekecewaan itu dengan menjalin
hubungan dengan sesama jenisnya.

17
Lingkungan dapat memengaruhi perkembangan seseorang untuk menjadi
homoseksual. Menurut Kartono (1989:248), penjara dan asrama-asrama putra,
tempat para pemuda dan kaum pria berdiam terpisah dengan kaum wanita, banyak
menghasilkan peristiwa homoseksual.
Dalam konsep fungsionalisme struktural yang dijelaskan oleh Tallcot Parsons,
masyarakat dilihat sebagai sebuah hal yang terdiri dari sistem maupun unsur dalam
sistem (sub-sistem) yang akan menentukan bagaimana kehidupan sosial dalam suatu
masyarakat dapat berjalan dengan baik. Menurut teori fungsionalisme struktural,
maka ketika salah satu sistem maupun sub-sistem dalam masyarakat tidak berfungsi
sebagaimana mestinya dapat menyebabkan terciptanya penyimpangan dalam diri
seorang individu yang terkait dengan sistem maupun sub-sistem tersebut. Perilaku
menyimpang seksual yang muncul dalam diri seorang  gay/lesbian diakibatkan oleh
sosialisasi dari sistem maupun sub-sistem dalam masyarakat yang berjalan tidak
semestinya. Beberapa unsur masyarakat yang dapat dikatakan sebagai sistem yang
membentuk masyarakat antara lain adalah lingkungan keluarga dan pergaulan.
Dalam sudut pandang sosiologi, penyimpangan dimungkinkan terjadi karena
seseorang menerapkan peranan sosial yang menunjukan perilaku menyimpang.
Bagaimana seseorang dapat memainkan peran sosial yang menyimpang sangat
terkait dengan sosialisasi yang ia dapat dalam sistem masyarakat tempat ia berada.
Seperti telah dijelaskan diatas, keluarga dan lingkungan pergaulan akan sangat
mempengaruhi pembentukan peranan sosial seorang individu, hal ini dikarenakan
keluarga dan lingkungan pergaulan merupakan salah satu sistem penopang
masyarakat dimana seorang individu memiliki intensitas interaksi yang tinggi
terhadapnya. Dalam konteksnya sebagai salah satu bentuk penyimpangan sosial
seorang homoseksual pada awalnya memperoleh sosialisasi untuk menjadi
homoseksual dari lingkungan dan keluarganya.
Pada proses perkembangan anak remaja yang normal, biseksualitas remaja
akan berkembang menjadi heteroseksual. Sebaliknya, apabila proses tersebut
menjadi abnormal yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksogen atau endogen
tertentu, maka biseksualitas tersebut akan berkembang menjadi homoseksualitas.
Oleh karena itu, yang menjadi objek erotiknya adalah benar-benar seorang dengan
jenis kelamin yang sama (Kartono, 1989:249).

18
Sosialisasi yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya akan menjelaskan
mengapa seseorang menjadi homoseksual, hal ini karena mereka terbiasa dengan
lingkungan atau pergaulannya yang mendukung dirinya untuk menjadi seorang
homoseksual. Contohnya adalah orang normal yang telalu sering bergaul dengan
komunitas homoseksual, sehingga dirinya terbawa dengan kebiasaan dan gaya hidup
mereka.

2.5  Solusi untuk Mencegah dan Mengatasi LGBT


Beberapa solusi dapat dilakukan berdasarkan faktor penyebab munculnya
LGBT. Penanganan terhadap mereka dibedakan dari faktor penyebabnya antara lain
faktor genetik, psikologis maupun kultural.
Dengan memahami faktor-faktor tersebut, maka diharapkan dapat dirumuskan
solusi yang tepat untuk seseorang yang mengidap penyakit LGBT tersebut. Secara
umum, solusi untuk penyembuhan penyakit LGBT ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
solusi internal dan solusi eksternal. Solusi internal misalnya perlu adanya kesadaran
dan kemauan untuk sembuh, serta kesungguhan melakukan perubahan. Sedangkan
solusi eksternal dapat berupa dukungan keluarga dan orang-orang dekat, serta
membebaskan diri dari lingkungan LGBT. Diantara upaya
penanggulangan LGBT  adalah:
1.   Kembali kepada ajaran Islam dan merealisasikan konsekuensinya, sehingga
tertanamlah pada diri aqidah shohihah, akhlakul karimah dan sifat-sifat yang terpuji
lainnya. ketika seseorang telah melakukan hal ini, ia akan menemukan obat
penyembuh yang paling ampuh, yang mampu menyembuhkan segala macam
penyakit [termasuk didalamnya penyakit homoseks], Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi
wa sallam– berkata:“Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Allah
menurunkan obatnya”. (Lihat “Shohihul Jami’”: 5558-5559).
2.   Membuat penyuluhan dan pengobatan  bagi mereka yang sudah terlanjur
terjangkit penyakit LGBT agar dapat kembali normal menjadi manusia dengan fitrah
yang sesungguhnya.
3.   Menumbuhkan kesadaran Individual Pelaku LGBT dengan mengenal
Musuh dan Strategi Melawan Musuh Abadi.
Tak dipungkiri bahwa setan menjadi musuh abadi manusia yang akan terus
menyesatkan dan menjerumuskan manusia ke dalam lembah kebinasaan.

19
Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sesungguhnya setan
itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Az-Zukhruf: 62)
Cara setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan memoles perbuatan
maksiat dan jahat sehingga tampak indah dalam pandangan manusia. “Iblis berkata:
Ya Rabbi, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Q.S. Al-Hijr: 39)
4.   Para Pemimpin dan tokoh-tokoh umat Islam perlu banyak melakukan
pendekatan kepada para pemimpin di media massa, khususnya media televisi, agar
mencegah dijadikannya media massa sebagai ajang kampanye penyebaran paham
dan praktik LGBT.
5.   Giat menghadiri majlis ilmu, memperbanyak membaca Al-Qur’an,
menghayati dan merenungi makna-makna yang terkandung didalamnya dan
memperbanyak mebaca siroh (perjalanan hidup umat terdahulu).
6.   Apabila tidur dibuat pembatas dengan teman-temannya, hal ini untuk
mengantisipasi adanya penyelewengan dan ini dalam rangka melaksanakan
perkataan teladan kita Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– dari  Abu Said Al-
Khudriy yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no. 2793)
dan Abu Dawud (no. 4018) bahwa Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa
ِ ‫رْ َأ ِة َوالَ يُ ْف‬VV‫وْ َر ِة ْال َم‬VV‫رْ َأةُ ِإلَى َع‬VV‫ ِل َوالَ ْال َم‬V‫وْ َر ِة ال َّر ُج‬VV‫الَ يَ ْنظُ ُر ال َّر ُج ُل ِإلَى َع‬
sallam- berkata:  «‫ ُل ِإلَى‬V‫ى ال َّر ُج‬V‫ض‬
‫ ِد‬V‫ب ْال َوا ِح‬
ِ ْ‫ضى ْال َمرْ َأةُ ِإلَى ْال َمرْ َأ ِة فِى الثَّو‬
ِ ‫ب َوا ِح ٍد َوالَ تُ ْف‬
ٍ ْ‫»ال َّر ُج ِل فِى ثَو‬.  “Janganlah seorang laki-laki
melihat aurat laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita
lain. Dan janganlah seorang laki-laki memakai satu selimut dengan laki-laki lain,
dan jangan pula seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita lain.”
7.   Menghindari ikhtilath, menundukkan pandangan dan menikah.
8.   Pemberantasan kemungkaran-kemungkaran yang diindikasikan akan
menimbulkan adanya LGBT, dan ini adalah wewenang penguasa, sebab kalau setiap
individu melaksakan hal ini maka akan menimbulkan madhorat yang lebih besar,
diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudry, beliau berkata:
Rasulullah SAW bersabda:
ْ ‫َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَِإ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع َأ ْن يُ َغيَّ َرهُ بِيَ ِد ِه فَبِلِ َسانِ ِه فَِإ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذلِكَ َأ‬
  ُ‫ َعف‬VV‫ض‬
‫اِإل ْي َمان‬  “Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia

20
merubahnya dengan tangannya; bila ia tidak mampu, maka dengan lisannya; dan
kalau juga tidak mampu maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah
selemah-lemahnya iman”.

2.5Hukuman bagi para pelaku LGBT menurut pandangan islam


Pertama, Hukumannya adalah dengan dibunuh, baik pelaku (fa’il) maupun
obyek  (maf’ul bih) bila keduanya telah baligh. Berkata Al-Imam Asy-Syaukani
Rahimahullah dalam “Ad-Darariy Al-Mudhiyah” (hal. 371-372): Adapun
keberadaannya orang yang mengerjakan perbuatan liwath dengan dzakar (penis)nya
hukumannya adalah dibunuh, meskipun yang melakukannya belum menikah, sama
saja baik itu fa’il (pelaku) maupun maf’ul bih. Telah mengkabarkan kepada kami
Abdul Aziz bin Muhammad, dari ‘Amr ibnu Abi ‘Amr,dari Ikrimah, dari Ibu Abbas,
berkata Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang kalian mendapati melakukan perbuatan
kaum Luth (liwath), maka bunuhlah fa’il (pelaku) dan maf’ul bih (partner)nya
Kedua,  Hukumannya dirajam, hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-
Baihaqy dari Ali bahwa dia pernah merajam orang yang berbuatliwath. Imam Syafi’y
mengatakan: “Berdasarkan dalil ini, maka kita menggunakan rajam untuk
menghukum orang yang berbuat liwath, baik itu muhshon (sudah menikah) atau
selain muhshon. Hal ini senada dengan Al-Baghawi, kemudian Abu Dawud [dalam
“Al-Hudud” Bab 28] dari Sa’id bin Jubair dan Mujahid dari Ibnu Abbas: Yang belum
menikah apabila didapati melakukan liwathmaka dirajam (Lihat “Ad-Darariy Al-
Mudhiyah”, hal. 371).
Ketiga,  hukumannya sama dengan hukuman berzina. Pendapat ini seperti ini
disampaikan oleh Sa’id bin Musayyab, Atha’ bin Abi Rabbah, Hasan, Qatadah,
Nakha’i, Tsauri, Auza’i, Imam Yahya dan Imam Syafi’i (dalam pendapat yang lain),
mengatakan bahwa hukuman bagi yang melakukan liwath sebagaimana hukuman
zina. Jika pelaku liwath muhshon maka dirajam, dan jika bukan muhson dijilid
(dicambuk) dan diasingkan. [“Ad-Darariy Al-Mudhiyah”, (hal. 371)].
Keempat,  hukumannya dengan ta’zir, sebagaimana telah berkata Abu Hanifah:
Hukuman bagi yang melakukan liwath adalah di-ta’zir, bukan dijilid (cambuk) dan
bukan pula dirajam [“Ad-Darariy Al-Mudhiyah”, (hal. 372)]. Abu Hanifah
memandang perilaku homoseksual cukup dengan ta‘zir. Hukuman jenis ini tidak
harus dilakukan secara fisik, tetapi bisa melalui penyuluhan atau terapi psikologis

21
agar bisa pulih kembali. Bahkan, Abu Hanifah menganggap perilaku homoseksual
bukan masuk pada definisi zina, karena zina hanya dilakukan pada vagina (qubul),
tidak pada dubur (sodomi) sebagaimana dilakukan oleh kaum homoseksual. (Ahkam
As-Syar’iyyah, Darul Ifaq Al-Jadidah).
Sedangkan bagi para pelaku lesbian, hukumannya adalah ta’zir. Al-Imam
Malik Rahimahullah berpendapat bahwa wanita yang melakukan sihaq, hukumannya
dicambuk seratus kali. Jumhur ulama berpendapat bahwa wanita yang melakukan
sihaq tidak ada hadd baginya, hanya saja ia di-ta‘zir, karena hanya melakukan
hubungan yang memang tidak bisa dengan dukhul (menjima’i pada farji), dia tidak
akan di-hadd sebagaimana laki-laki yang melakukan hubungan dengan wanita tanpa
adanya dukhul pada farji, maka tidak ada had baginya. Dan ini adalah pendapat yang
rojih (yang benar) [Lihat “Shohih Fiqhus Sunnah” Juz 4/Hal. 51)].

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. LGBT singkatan dari lesbian, gay, bisexual dan transgender.
2. Lesbian  adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi
seksualnya kepada sesama perempuan.  Gay  adalah sebuah istilah bagi laki-
laki yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-
sifat homoseksual.  Biseksualitas  merupakan ketertarikan romantis,
ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada pria maupun
wanita.  Transgender  merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang
terhadap jenis kelaminnya yang ditentukan.
3. LGBT dalam pandangan Islam, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah
dalam Al-Quran dan Sunah, homoseks/gay merupakan perbuatan hina dan
pelanggaran berat yang merusak harkat manusia sebagai makhluk ciptaan
Allah paling mulia. Maka dari itu Haram hukumnya seseorang masuk ke
dalam golongan LGBT.
4. Pengaruh LGBT dalam kehidupan sosial, Seperti telah dijelaskan, keluarga
dan lingkungan pergaulan akan sangat mempengaruhi pembentukan peranan
sosial seorang individu, hal ini dikarenakan keluarga dan lingkungan
pergaulan merupakan salah satu sistem penopang masyarakat dimana seorang
individu memiliki intensitas interaksi yang tinggi terhadapnya. Dalam
konteksnya sebagai salah satu bentuk penyimpangan sosial seorang
homoseksual pada awalnya memperoleh sosialisasi untuk menjadi
homoseksual dari lingkungan dan keluarganya.
5. Masyarakat Indonesia sangat tegas dan keras melarang segala bentuk praktik
LGBT berdasar ketentuan hukum, perundang-undangan, nilai-nilai agama,
kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
6. Solusi mencegah LGBT. Para Pemimpin dan tokoh-tokoh umat Islam perlu
banyak melakukan pendekatan kepada para pemimpin di media massa,
khususnya media televisi, agar mencegah dijadikannya media massa sebagai
ajang kampanye penyebaran paham dan praktik LGBT.
7.

23
3.2 Saran

1. Menolak adanya legalisasi yang mendukung perilaku menyimpang seksual


yang dapat merusak moral generasi muda Indonesia.
2. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta kesadaran
akan bahaya Penyakit Menular Seksual (PMS) yang diakibatkan karena
pergaulan bebas.
3. Sebaiknya orang tua lebih memperhatikan pergaulan anaknya karena LGBT
ini bias menyerang/mempengaruhi semua orang lewat berbagai media.
4. Sebaiknya orangtua melakukan pembatasan antara anak laki-laki dan anak
perempuan sejak dini untuk menghindari terkena virus LGBT.
5. Sebaiknya kita selaku ummat Islam bisa memilih sesuatu yang benar bukan
yang salah
6. Sebaiknya pemerintah lebih bertindak tegas dan berani mengatakkan bahwa
hal tersebut salah dan dilarang di Indonesia karena hal tersebut lebih banyak
mengandung keburukan bila dibandungkan dengan kebaikannya
7. Sebaiknya kita mengajak orang yang terlanjur berada di golongan LGBT
untuk kembali ke jalan yang benar.

24
DAFTAR PUSTAKA

I.M Ingram, dkk., 1993. Catatan Kuliah Psikiatri Terj. Petrus Andrianto (Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC).
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif &
Kuantitatif). Jakarta: Gang Persada Press.
Kartini, Kartono. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung:
Mandar Maju.
Laporan LGBT Nasional Indonesia - Hidup Sebagai LGBT di Asia. 2013
Oetomo, Dede. 2001. Memberi Suara pada Yang Bisu. Yogyakarta: Galang Press.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga: tentang Ihwal Keluarga, Remaja dan
Anak. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Spencer, Colin. 2004. Sejarah Homoseksualitas. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

25

Anda mungkin juga menyukai