Oleh
Kelas 1-H Pekerjaan Sosial Kelompok I
Cheche Novita Resla 2004315
Fauziana 2004356
Luqman Fariz Arrasyid 2004151
Maulana Dwi Ari Wibowo 2004135
Novi Iin Indriani 2004277
Putri Zahra Salsabila 2004323
Syafa Annisa Jannah 2004161
Wahyu Suhariyani 2004363
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dengan segala keterbatasan yang ada, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Lesbian, Gay, Biseksual,
dan Transgender Dalam Perspektif Kesejahteraan Sosial”. Makalah ini disusun
guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Masalah dan Realitas Sosial Masyarakat
Indonesia.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan baik dari aspek substansi, maupun kedalaman
pengetahuan dalam diri kami sebagai penyusun makalah. Namun, kami berusaha
seoptimal mungkin dalam menyelesaikan makalah ini agar sesuai dengan kaidah
ilmu yang dipelajari. Untuk penyempurnaan makalah ini, berbagai kritik, saran,
dan pendapat sangat kami harapkan. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Dra. Nurrohmi, M.Pd. dan Drs. Rokna Murni, MP selaku dosen mata kuliah
Masalah dan Realitas Sosial Masyarakat Indonesia. Kami berharap, makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehadiran kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di
Indonesia, akhir-akhir ini semakin ramai dipersoalkan. Tidak hanya di media
massa dan jejaring sosial, perbincangan seputar kelompok ini juga dilakukan di
forum diskusi secara serius oleh berbagai organisasi sosial dan agama, majelis
agama-agama, komisi-komisi negara, kampus, dan legislatif. Semuanya bertujuan
untuk meletakkan persoalan LGBT ini pada tempat yang sebenarnya. Perilaku dan
fenomena LGBT sudah lama terjadi di Indonesia maupun di belahan bumi lain.
Namun LGBT menjadi isu dan topik diskusi yang melibatkan negara dan institusi
internasional baru belakangan ini saja terjadi.
Tidak semua orang setuju dengan istilah LGBT atau GLBT. Contohnya,
ada yang berpendapat bahwa pergerakan transgender dan transeksual tidak sama
dengan lesbian, gay, dan biseksual (LGB). Argumen ini bertumpu pada gagasan
bahwa transgender dan transeksualitas berkaitan dengan identitas gender yang
terlepas dari orientasi seksual. Isu LGB dipandang sebagai masalah orientasi atau
rangsangan seksual. Pemisahan ini dilakukan dalam tindakan politik. Tujuan LGB
dianggap berbeda dari transgender dan transeksual, seperti pengesahan pernikahan
sesama jenis dan perjuangan hak asasi yang tidak menyangkut kaum transgender
dan interseks. Beberapa interseks ingin dimasukkan ke dalam kelompok LGBT
dan lebih menyukai istilah "LGBTI", sementara yang lainnya meyakini bahwa
mereka bukan bagian dari komunitas LGBT dan lebih memilih tidak diliputi
dalam istilah tersebut.
Di sela-sela berbagai kontroversi dalam masyarakat, media juga ikut andil
dalam menyuarakan berbagai pandangan dari sudut pro dan kontra. Setiap
komunitas yang disebut LGBT telah dan masih terus berjuang untuk
mengembangkan identitasnya masing-masing, seperti apakah dan bagaimana
bersekutu dengan komunitas lain, konflik tersebut terus berlanjut hingga kini.
Besarnya respons yang diberikan oleh beragam komponen masyarakat
dunia karena melihat semakin derasnya kampanye, advokasi, dan propaganda
4
yang dilakukan pelaku dan pendukung kaum ini. Tidak lagi sekadar menyuarakan
perlindungan diskriminasi atau kekerasan, tetapi mulai memengaruhi publik
dengan mendalilkan bahwa perilaku LGBT adalah normal, tidak menular, dan
tidak berbahaya.Secara terang-terangan, kelompok ini mendesak negara untuk
mengakui kehadiran mereka sebagai bagian dari komunitas yang ada dalam
masyarakat. Ujungnya, kaum LGBT dan para pendukungnya memperoleh
legalitas dari negara melakukan pernikahan sejenis.
Hal ini tentu nya menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan, baik
itu dikalangan politik, lembaga ataupun kalangan masyarakat. Bagi masyarakat
Indonesia yang masih setia pada norma dan tradisi agama, sangat wajar kalau
mereka menentang. Lebih dari itu, alasan mereka tidak saja norma agama,
melainkan juga dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan remaja yang
masih dalam proses pencarian identitas diri, sehingga akan membawa mereka ke
gaya hidup yang dianggap menyalahi adat dan kepantasan sosial. Sedangkan bagi
pejuang pembela hak asasi manusia, LGBT itu hak seseorang yang mesti dihargai.
Maka tak bisa dihindari munculnya pro-kontra baik mereka yang membahas dari
sisi psikologis ilmiah, analisis teologi, maupun kebijakan publik yang mesti
diambil pemerintah
5
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang disebut LGBT.
2. Mengetahui faktor yang menjadi penyebab terjadinya LGBT.
3. Mengetahui besaran masalah LGBT.
4. Mengetahui dampak masalah LGBT.
5. Mengetahui rancangan solusi masalah LGBT dengan pendekatan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Kasus
Semarang,Jumat 16/10/2020
7
memiliki perilaku seksual menyimpang.Dan bagi setiap pelanggar disiplin sekecil
apapun, termasuk perilaku seks menyimpang akan ditindak tegas. Tidak ada
ampun. Itu sudah mencoreng institusi TNI. Keberadaan prajurit TNI yang terlibat
LGBT diungkap baru-baru ini oleh Ketua Kamar Militer Mahkamah Agung
Mayor Jenderal (Purn) Burhan Dahlan.Dia mengungkap kemunculan kelompok
LGBT menjadi fenomena baru di lingkungan perwira TNI, utamanya di
lingkungan perwira TNI Angkatan Darat.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan bisa memicu terjadinya LGBT, misalnya saja karena
salah pergaulan. Dalam berteman, sudah selayaknya kita “memilih” teman
yang memiliki perilaku baik. Ketika seseorang berteman dengan orang
yang termasuk LGBT, ada kecenderungan dia akan ikut menjadi anggota
LGBT disebabkan faktor pengaruh teman. Jadi, lingkungan dan kebiasaan
menjadi faktor pemicu paling besar terjadinya LGBT di Indonesia. Adanya
pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia juga bisa menyebabkan
penyimpangan perilaku ini terjadi.
2. Faktor keluarga
Jika seorang anak mengalami kekerasan di lingkungan keluarganya, hal ini
bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dia menjadi LGBT.
Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang mendapatkan perlakukan
kasar dari ayah atau saudara laki-lakinya akan berpikir untuk membenci
lawan jenisnya. Alhasil, dia memilih untuk hidup sebagai LGBT karena
pengalaman hidup yang tidak mengenakkan. Oleh sebab itulah, peranan di
dalam keluarga sangat penting. Kehangatan dan keharmonisan keluarga
akan mendorong anak untuk tumbuh normal dan wajar. Selain itu, jika
kedua orang tua memberikan pendidikan agama dan moral yang baik, hal
ini akan membentengi seseorang untuk menyimpang menjadi LGBT.
8
Penyebab LGBT bukanlah salah asuhan. Dengan demikian, ada banyak
faktor yang menjadi penyebab LGBT, dan memiliki orientasi seksual dan
identitas gender yang berbeda dari orang lain. Selain itu, penyebab
seseorang menyukai sesama jenis, atau menyukai kedua gender, bisa
berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Ada beberapa hal yang
diyakini orang awam sebagai penyebab LGBT, yang disanggah oleh para
ahli. Berikut ini bukan penyebab LGBT yaitu pola asuhan orangtua dan
berhubungan seks dengan sesama jenis saat di usia muda.
3. Faktor Genetik
Kemudian, faktor penyebab LGBT bisa terjadi ialah karena faktor genetik.
Maksudnya ialah penyimpangan seksual seperti Lesbian, Gay, Biseksual
ataupun Transgender bisa terjadi karena adanya riwayat keturunan dari
anggota keluarga sebelumnya. Dalam tubuh manusia, kromosom seorang
laki-laki normal ialah XY dan perempuan yaitu XX. Namun, di kehidupan
nyata, bisa ditemukan bahwa seorang laki-laki memiliki kromosom XXY.
Kelebihan kromosom ini bisa menyebabkan dia memiliki perilaku
menyerupai seorang perempuan.
4. Pengalaman Traumatis
Pengalaman buruk di masa lalu yang terus melekat di dalam hati dan
menimbulkan trauma juga dituding menjadi penyebabnya. Misal,
pelecehan seksual atau kekerasan yang dialami seseorang. Selain itu,
penting untuk digarisbawahi, memiliki orientasi homoseksual dan
biseksual bukanlah gangguan mental dan gangguan jiwa. Begitu pula
dengan perihal identitas gender. Bahkan, badan kesehatan dunia atau
World Health Organization (WHO) sebagai bagian dari perserikatan
bangsa-bangsa (PBB), berencana menghapus transgender dari daftar
gangguan mental.
5. Faktor biologis & hormon
Allan Scwartz juga menuliskan, faktor biologis turut menjadi penyebab
homoseksual dan biseksual, dalam LGBT. Ibu yang melahirkan lebih dari
satu anak laki-laki, berisiko memiliki anak laki-laki gay, di antara putra-
9
putra yang ia lahirkan. Menurut ahli, saat sang ibu melahirkan anak laki-
laki yang lebih tua, fenomena biologis terjadi pada dinding rahimnya.
Kondisi ini, memicu perubahan pada janin anak laki-laki yang lebih muda,
dan memunculkan risiko orientasi homoseksual. Para ilmuwan
berspekulasi, fenomena biologis tersebut melibatkan adanya perubahan
hormon. Hal ini memengaruhi otak sang anak yang menjadi gay, walaupun
mekanisme spesifiknya masih belum diketahui.
6. Moral dan akhlak
Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma
susila yang dianut oleh masyarakat, serta semakin menipisnya kontrol
sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena
lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena banyaknya
ransangan seksual. Kerapuhan Iman seseorang juga dapat menyebabkan
segala kejahatan terjadi karena iman yang mampu menjadi benteng paling
efektif dalam mengekang penyimpangan seksual. (eJournal Sosiatri-
Sosiologi 2015)
7. Pengetahuan agama yang lemah
Kurang pengetahuan dan pemahaman agama juga merupakan factor
internal yang mempengaruhi terjadinya homoseksual. Ini kerana penulis
merasakan didikan agama dan akhlak sangat penting dalam membentuk
akal, pribadi dan pribadi individu itu. Pengetahuan agama memainkan
peran yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam
mendidik diri sendiri untuk membedakan yang mana baik dan yang mana
yang sebaliknya, haram dan halal dan lain-lain.antara faktor lain yang
peneliti peroleh dari data wawancara bersama beberapa individu dari kaum
transgender adalah naluri sendiri sejak kecil. Keinginan untuk berubah
menjadi seorang perempuan timbul sejak masa kecil karena kurang
mendapat perhatian dari kedua orang tua mereka. Sejak umur 13 tahun,
mereka sudah mulai hidup mandiri dengan mengikuti teman-teman sejenis
melacur di lorong-lorong. Selain itu faktor media dan internet juga antara
faktor yang menyumbang seseorang menjadi seorang LGBT.
10
2.3 Besaran Masalah
Di Indonesia sendiri, pelegalan LGBT ini juga masih menjadi pro dan
kontra, banyak pihak yang mengkritik, namun tidak sedikit juga yang mendukung
pelegalan LGBT ini, mereka pun dikecam habis-habisan oleh orang-orang yang
anti LGBT. Menurut survey Centre Intelligency of Agency (CIA), jumlah
populasi LGBT di Indonesia berada pada urutan ke5 terbanyak di dunia setelah
China, India, Eropa, dan Amerika. Sebanyak 3% atau sekitar 7,5 juta penduduk
Indonesia dari 250 juta penduduk Indonesia secara keseluruhan adalah LGBT
(USAID, 2013). Secara statistik sulit untuk menentukan berapa jumlah dari
kelompok LGBT di Indonesia, karena belum banyak dari mereka yang mau
membuka diri ke khalayak ramai (USAID, 2013).
Jumlah organisasi LGBT yang ada di Indonesia relatif besar, terdiri dari:
dua jaringan nasional dan 119 organisasi yang didirikan di seluruh provinsi di
Indonesia, beragam dari segi komposisi, ukuran dan usia. Organisasi-organisasi
ini berperan aktif di bidang kesehatan, publikasi dan penyelenggaraan kegiatan
sosial dan pendidikan (USAID & UNDP, 2014).Organisasi LGBT yang ada di
Indonesia diantaranya Arus Pelangi, HIWAD (Himpunan Wadam Djakarta),
Indonesian Gay Society (IGS), GAYa Nusantara, hingga Yayasan Pelangi Kasih
Nusantara (YPKN). Yayasan yang bergerak dalam pencegahan dan penyuluhan
mengenai penyakit HIV/AIDS dikalangan komunitas gay di Indonesia (Sinyo,
2014).
11
menentang sekali, tapi tidak sedikit pula orang yang membela dengan alasan
“open minded”
1. Dampak Kesehatan
Dampak-dampak kesehatan yang ditimbulkan antara lain adalah 78% para
pelaku homo sesksual terjangkit penyakit kelamin menular. Rata-rata usia
kaum gay adalah 42 tahun dan menurun menjadi 39 tahun jika korban AIDS
dari golongan gay dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan rata-rata usia lelaki
yang menikah normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia kaum lesbian adalah 45
tahun sedangkan rata-rata wanita yang bersuami dan normal 79 tahun. LGBT
pun rentan stress, karena para kaum LGBT sering mendapati tekanan yang
datang bertubi-tubi dari luar.
2. Dampak Sosial
Penelitian menyatakan bahwa seorang gay mempunyai pasangan antara
20-106 orang per tahunnya. Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih
dari 8 orang seumur hidupnya. Berjumlah 43% dari golongan kaum gay yang
berhasil didata dan diteliti menyatakan bahwasanya selama hidupnya mereka
melakukan homo seksual dengan lebih dari 500 orang. Berjumlah 28%
melakukannya dengan lebih dari 1000 orang.Mereka mengatakan bahwa
pasangan homonya berasal dari orang yang dikenali sama sekali dan ada yang
merupakan pasangan kencan selama satu hari. Hal itu jelas melanggar nilai-
nilai sosial masyarakat. Dampak sosial lainnya yaitu para kaum LGBT
12
memiliki sedikit teman, karena teman mereka takut tertular LGBT sehingga
teman mereka akan menjaga jarak dari para kaum LGBT.
3. Dampak Pendidikan dan Pekerjaan
Adapun dampak pendidikan diantaranya yaitu siswa ataupun siswi yang
menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus sekolah
lima kali lebih besar daripada siswa normal. Karena mereka merasa bahwa
diri mereka tidak aman. Bahkan ada yang meninggalkan sekolah dari 28%
mereka. Dalam bidang pekerjaan kaum LGBT susah mendapatkan kerja.
Dikarenakan banyak lahan pekerjaan yang kurang menerima kaum LGBT.
4. Dampak Keamanan
Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anak-anak
di Amerika serikat, walaupun populasi para kaum LGBT di Amerika hanya
2%. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo seksual merupakan pelecehan anak.
Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa presentase sebenarnya kaum
LGBT antara 1-2% dari populasi Amerika, namun mereka menyatakan bahwa
populasi mereka yaitu 10% dengan tujuan agar masyarakat beranggapan
bahwa jumlah mereka banyak dan berpengaruh pada perpolitikan dan
perundang-undangan masyarakat.
13
2. Membangun Konsep Diri yang Sehat
3. Menjaga Pergaulan
Orang tua harus berperan aktif dalam hal ini. Karena gawai yang
dikenalkan sejak dini kepada anak dapat memudahkannya menjangkau
situs-situs yang mengandung konten pornografi khususnya homoseksual.
14
7. Mengadakan Penyuluhan Keagamaan Mengenai LGBT
1. Pendekatan Agama
2. Pendekatan Hukum
15
hukum otomatis dapat mempertegas bahwasannya perilaku LGBT
merupakan perilaku yang menyimpang dan melanggar norma hukum di
Indonesia.
3. Pendekatan Jurnalistik
4. Pendekatan Seni
5. Pendekatan multidimensional
16
keilmuan dalam penyelesaian masalah sosial LGBT, kita dapat mencapai
tujuan yaitu mencegah LGBT marak di Indonesia.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender.
Secara umum dan universal konsepsi LGBT banyak bertentangan dengan
berbagai sudut pandang, mulai perspektif agama, kesehatan mental dan kejiwaan,
kodrat alami manusia dalam mendapatkan keturunan, dan perspektif dampak
negatif sosial masyarakat. Maka dari itu perlu dilakukan rancangan solusi dengan
pendekatan masalah sosial seperti membangun konsep diri, lingkungan, pergaulan
yang sehat. Tak lupa sosialisasi dari pemerintah juga UU yang mengatur
pelarangan LGBT di Indonesia.
3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini,penulis berharap kepada pembaca
apabila terdapat kesalahan dapat dibenarkan.Sehingga makalah menjadi lebih
sempurna .Selain itu,mengingat ada dampak yang di sebabkan dari LGBT
,sebaiknya selururuh lapisan masyarakat ikut serta dalam mengatasi LGBT ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201016164921-12-559334/7-prajurit-
tni-di-jawa-tengah-terseret-kasus-lgbt (Diakses 29 Maret 2021)
https://www.rmol.id/read/2018/02/06/325739/LGBT,-Faktor-Penyebab,-Dampak-
Dan-Cara-Mengatasinya-[Diakses,30 Maret 2021]
https://www.sehatq.com/artikel/penyebab-lgbt-menurut-ahli-dan-
dokter[Diakses,30 Maret 2021]
19