Anda di halaman 1dari 12

JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL


PADA KELOMPOK LESBIAN DAN GAY DI KABUPATEN SUBANG

Rima Mutiara Putri 1, Usan Daryaman2, Oktarian Pratama3


1
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung
2
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung
3
Dosen Program Studi Diploma Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung
Rimamutiara18@gmail.com

Abstrak

Prevalensi lesbian dan gay di Indonesia 1.095.970. tertinggi di Jawa Barat terdapat prevalensi lesbian
dan gay di Kabupaten Subang yaitu 3000 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah
hubungan konsep diri dengan interaksi sosial pada kelompol lesbian dan gay di Kabupaten Subang.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif korelasional .
munggunakan teknik random sampling dan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian berjumlah
500 dengan sampel 83 lesbian dan gay. Penelitian ini menggunakan kuesioner konsep diri dan
kuesioner interaksi sosial. Variabel independen yang diteliti yaitu konsep diri dan variabel dependen
yaitu interaksi sosial. Analisa data univariat distribusi frekuensi dan bivariat menggunkan chi-square.
Hasil penelitian menunjukan responden yang memiliki konsep diri negatif sebanyak 56 (67,47%) dan
yang memiliki interaksi sosial rendah sebanyak 69 (83,13%). Terdapat hubungan yang signifikan
antara hubungan konsep diri dengan interaksi sosial P-value 0,01. Saran bagi pemerintahan Kabupaten
Subang memberikan memberikan penanggulangan, konseling untuk meningkatkan kepribadian
mereka.

Kata kunci : Interaksi sosial, Konsep Diri, Lesbian dan Gay

PENDAHULUAN telah dilarang dan difatwakan haram oleh


Lesbian dan Gay saat ini telah Majelis Ulama Indonesia (MUI) karena
berkembang di dalam kehidupan sehari-hari. bertentangan dengan sila kesatu dan kedua
Masyarakat Indonesia dengan kebudayaan Pancasila, serta bertentangan dengan Undang-
timurnya masih menganggap bahwa kaum Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 29 ayat 1
Lesbian dan Gay merupakan orang yang dan Pasal 28. Selain itu aktivitas Lesbian dan
menyimpang, sehingga kaum Lesbian dan Gay Gay bertentangan dengan Undang-Undang
ini masih ragu untuk membuka diri mereka Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. MUI
kepada masyarakat. Kaum Lesbian dan Gay sendiri telah mengeluarkan fatwa MUI Nomor
mempresentasikan dirinya sebagai masyarakat 57 Tahun 2014 Tentang Lesbian, Gay, Sodomi
heteroseksual, hal ini dilakukan agar kaum dan Pencabulan.
Lesbian dan Gay dapat bergaul secara nyaman Perkembangan Lesbian dan Gay di Dunia
dalam melakukan berbagai aktifitas sosial sangat tinggi tercatat bahwa 30.8% warga
bermasyarakat. Di Indonesia Lesbian dan Gay Amerika adalah Lesbian dan Gay. Di

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 154


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
Indonesia sedang menjadi topik hangat Lesbian dan Gay mencapai 3.452 orang pada
kelompok yang sebelumnya berkembang 11 Oktober 2018. Berdasarkan data yang
secara diam-diam sedang gencar menunjukan dihimpun Dinas Sosial Kabupaten Subang dan
keberadaannya (Halim, 2012). Berdasarkan PKBI (Perkumpulan keluarga berencana
estimasi Kemenkes pada 2012, terdapat Indonesia) Subang tercatat jumlah kelompok
1.095.970 LSL lebih dari lima persennya Lesbian dan Gay 3.000 orang pada akhir tahun
(66.180) mengidap HIV. Direktorat rehabilitas 2018, setiap tahunnya angka kejadian lesbian
sosial, Kementrian Sosial Republik Indonesia dan gay meningkat, jumlah terbanyak yaitu
(2012) pada tahun 2010 mengumpulkan data gay sebesar 2.000 orang, lesbian 1.000 orang
jumlah Lesbian dan Gay Mencapai 31.179 tersebar di seluruh wilayah yang ada di
orang. Sampai akhir tahun 2013 terdapat dua kabupaten subang dan terbentuk komunitas
jaringan nasional Lesbian dan Gay yang terdiri didalamnya.
dari 119 organisasi berlokasi di 28 provinsi Konsep diri adalah kumpulan keyakinan
dari 34 provinsi di Negara Indonesia. Pertama, dan persepsi diri mengenai diri sendiri, konsep
yakni jaringan Gay, Waria, dan Laki-Laki yang diri merupakan kerangka acuan yang memiliki
berhubungan seks dengan Laki-laki lain pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku
Indonesia (GWLINA) didirikan pada Februari seseorang dalam berinteraksi dengan
2007. Jaringan kedua, yaitu forum LGBTIQ lingkungannya (Fitts, dalam Sutaminingsih,
Indonesia didirikan pada 2008. 2010). Konsep diri dari seorang Lesbian dan
Jawa Barat merupakan provinsi dengan Gay ditunjukan selama proses komunikasi dan
jumlah Lesbian dan Gay terbanyak 300,198 tidak akan secara langsung menyatakan bahwa
dari jumlah tersebut sebanyak 4.895 orang diri mereka seorang yang menyimpang mereka
yang merupakan penderita HIV/AIDS, Jawa hanya akan membuka konsep diri mereka
Tengah memiliki pelaku Lesbian dan gay kepada orang-orang tertentu (Ritzer dan
dengan jumlah 218.227 dan 11.951 orang Goodman, 2010). Semakin sering dilakukan
terindikasi penderita HIV/AIDS dan DKI komunikasi pribadi dan interaksi dengan
Jakarta 27.706 pelaku lesbian dan gay dan lingkungan maka akan semakin terbuka
5.550 orang diduga menderita HIV/AIDS. mengenai konsep dirinya dan kaum Lesbian
Khususnya di kota Bandung berdasarkan data dan Gay ada yang memang memiliki konsep
yang dihimpun Dinas Kesehatan Kota diri yang positif maupun konsep diri yang
Bandung jumlah kelompok Lesbian dan Gay negatif Veldeber (dalam, sobur 2009).
mengalami peningkatan tercatat tahun 2016 Menurut Fitts 2010 konsep diri terdiri dari
ada sebanyak 6.570 orang, sedangkan data pertahanan diri sebagian dari cara individu
terakhir pada november 2017 jumlah mencapai mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress
6.576 orang. Berdasarkan data dari aataupun konflik adalah dengan melakukan
pemerintahan Kota Cianjur peningkatan mekanisme pertahanan diri baik yang

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 155


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
dilakukan sadar ataupun tidak, integritas diri Menurut penelitian Yuliana (2012) konsep
mengacu pada integrasi antara bagian-bagian diri negatif dari Lesbian dan Gay dipengaruhi
dalam diri seseorang. kepercayaan diri adalah oleh lingkungan, pandangan sikap significant
kemampuan sendiri yang memadai dan other yaitu orang lain yang kita anggap penting
menyadari kemampuan yang dimiliki, serta atau biasa, di mana konsep diri di pelajari
dapat memanfaatkannya secara tepat, percaya melalui kontak dan pengalaman dengan orang
diri modal dasar untuk pengembangan lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang
aktualisasi diri dengan percaya diri orang akan lain dengan pandangan diri merupakan
mampu mengenal dan memahami diri sendiri interprestasi diri pandangan orang lain
kurang percaya diri akan meenghambat terhadap diri sendiri dan reference group
pengembangan potensi diri dan penghargaan Reference grup, yaitu kelompok yang dipakai
diri adalah label dan simbol yang ada dan sebagai acuan. Kelompok tersebut memberi
diberikan pada dirinya menggambarkan arahan dan pedoman agar kita mengikuti
sejauhmana individu tersebut menilai dirinya perilaku yang sesuai dengan norma yang
sebagai orang yang memiliki kemampuan, berlaku dalam kelompok tersebut. Penelitian
keberartian, berharga dan kompeten. ini menjelaskan bahwa konsep diri Lesbian dan
Konsep diri positif dapat disejajarkan Gay yang positif atau negaatif dipengaruhi
dengan evaluasi dan penerimaan diri yang oleh lingkungan sosial, penerimaan diri dan
positif. Salah satu ciri individu yang memiliki kemampuan merespon lingkungan sosial
konsep diri positif adalah mampu menerima sehingga terbentuk konsep diri Lesbian dan
dan mencintai baik kelebihan maupun Gay.
kekurangan diri sendiri apa adanya. Konsep Dampak dari konsep diri pada kelompok
diri yang negatif yang bisa menyebabkan Lesbian dan Gay adalah salah satunya
seorang individu tidak percaya diri, harga diri mengalami kesulitan dalam interaksi sosial
rendah, tidak dapat menerima dirinya sendiri karena dilihat dari aspek integritas diri,
dan sulit menyesuaikan diri. walaupun banyak pertahanan diri, kepercayaan diri, dan
ditentang oleh masyarakat dan mungkin penghargaan diri yang akan sulit berinteraksi
keluarga, tapi fenomena Lesbian dan Gay dengan lingkungan oleh karena itu kelompok
semakin merajalela. Penolakan sering terjadi lesbian dan gay di diskriminasi oleh
pada kelompok Lesbian dan Gay sehingga lingkungan. Mengakibatkan lesbian dan gay
mempengaruhi konsep diri dari kelompok terasingkan membuat mereka pergi dari rumah
Lesbian dan Gay. Jika penolakan terjadi terus atau lingkungannya tinggal dan lebih memilih
menerus maka konsep diri yang ada pada untuk tinggal atau berkumpul bersama
kelompok Lesbian dan Gay akan semakin (Koeswinarno, 2009).
buruk. Menurut Sarwono dan Meinarno (2009)
interaksi sosial adalah hubungan timbal balik

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 156


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
yang saling mempengaruhi antara individu pengalaman buruk ketika menjadi seorang
dengan individu lain, individu dengan wanita, dan ketika berintreraksi dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok lingkungan mereka mengatakan tidak percaya
lain. Interaksi sosial yang baik dengan orang diri dan sulit untuk berinterasi dengan
lain juga dapat menjadi salah satu strategi lingkungan yang tidak sejalan dengan mereka,
untuk mengurangi stigma dan diskriminasi. 2 orang lesbian mengatakan kepercayaan
Interaksi yang dimaksud tidak hanya dilakukan terhadap dirinya sangat rendah karena
sekali, namun harus berkali-kali. Interksi yang pengalaman dulu pernah disakiti oleh laki-laki
dilakukan secara berulang dengan orang baru menjadi nyaman berhubungan dengan
akan membuat Lesbian dan Gay merasa perlu perempuan, selanjutnya 2 mengungkapkan
untuk menyesuaikan dirinya secara sosial. bahwa mereka merasa nyaman dengan kondisi
Hubungan konsep diri dengan interaksi fisiknya saat ini dan menganggap menjadi
sosial dilihat dari proses interaksi sosial wanita tetapi merasa diasingkan oleh
seseorang dengan berbagai bentuknya sangat lingkungan karena berpasangan sesama jenis
ditentukan oleh sejauhmana konsep diri dan selalu dipandang sebelah mata sehingga
seseorang tersebut. Konsep diri yang positif membuat diri untuk tertutup kepada
mampu berkontribusi dalam meningkatkan lingkungan sekitar, Sedangkan 2 orang gay
harga diri seseorang (Fitts, 2009). Ketika mengungkapkan bahwa mereka merasa
berinteraksi sosial dengan orang lain maka nyaman dengan posisinya saat ini dan tidak
akan meningkatkan rasa kepercayaan dirinya mempedulikan lingkungan sekitar yang
dihadapan orang lain, sehingga jauh dari rasa memandang sebelah mata, lebih senang
pesimistis dan minder. Akan tetapi, harga diri berinteraksi dengan sesama gay dan ada
yang rendah cenderung khawatir dengan apa komunikasi khusus ketika berbicara dengan
yang orang lain katakan tentang dirinya. sesama gay.
Ketakutan dengan evaluasi negatif dari orang Mengingat pentingnya konsep diri dan
lain dan kecenderungan terlalu memikirkan interaksi sosial pada kelompok Lesbian dan
pendapat orang lain lebih besar daripada Gay maka peneliti tertarik untuk meneliti
menghargai kemampuan dan usahanya sendiri. “Hubungan Konsep Diri Dengan Interaksi
Berdasarkan hasil studi pendahuluan Sosial Pada Kelompok Lesbian dan Gay Di
peneliti melakukan wawancara kepada 8 orang, Kabupaten Subang”
4 orang lesbian dan 4 orang gay, 2 orang
lesbian mengungkapkan sudah tidak berharga METODE PENELITIAN
lagi menjadi wanita karena pernah mengalami Metode penelitian ini menggunakan
tindakan yang tidak menyenangkan oleh laki- pendekatan kuantitatif. Populasi dalam
laki maka dari itu mereka harapkan untuk bisa penelitian ini adalah Lesbian dan Gay yang ada
menjadi seorang laki-laki agar menghilangkan di Kabupaten Subang dengan jumlah

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 157


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
kelompok sebanyak 500 orang. Subjek sosial yang menunjukan bahwa kuesioner
penelitian ini adalah kelompok lesbian dan gay tersebut relibel. Analisa data dilakukan dengan
di kabupaten subang. Subjek dipilih menggunakan kolerasi product moment.
berdasarkan teknik aksidental sampling,
artinya yaitu siapa saja yang secara kebetulan HASIL DAN PEMBAHASAN
bertemu dengan peneliti dapat digunakan A. Hasil
sebagai sampel, bila dipandang orang yang Tabel 1 Distribusi Frekuensi Konsep Diri
pada kelompok Lesbian Dan Gay di
kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber
Kabupaten Subang
data. Sampel penelitian yang didapat 83 orang.
Konsep diri F %
Instrumen penelitian yang digunakan Positif 27 32,5
adalah kuesioner konsep diri 25 pernyataan Negatif 56 67,5
Total 83 100,0
dan interaksi sosial 20 pernyataan, dengan
pilihan negatif dan positif, rendah dan tinggi. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial
Pada Kelompok Lesbian Dan Gay di
Adapun indikator konsep diri yang mengacu Kabupaten Subang
kepada integritas diri, pertahanan diri,
Interaksi Sosial F %
kepercayaan diri dan penghargaan diri (Fitts, Rendah 6 7,2
2010) dan interaksi sosial kontak sosial dan Sedang 69 83,1
Tinggi 8 9,6
komunikasi. koefisien diperoleh sebesar 0,951 Total 83 100,0
untuk konsep diri dan 0,929 untuk interaksi

Tabel 3 Hubungan Konsep Diri Dengan Interaksi Sosial Pada Kelompok Lesbian dan Gay

Interaksi Sosial
Total
Konsep Diri Rendah Tinggi X2 p value
F % F % f %
Positif 18 21,7 9 10,8 27 32,5
Negatif 51 61,4 5 6,0 56 67,5 7,738 0,01
Total 69 83,1 14 16,9 83 100,0

Tabel 3 menunjukan hasil dari 83 interaksi sosial pada kelompok lesbian dan gay
responden, dapat diketahui sebagian besar di Kabupaten Subang.
memiliki konsep diri yang negatif, sebanyak
B. Pembahasan
51 responden (61,4%) dan 5 responden (6,0%)
Konsep Diri Pada Kelompok Lesbian dan
memiliki interaksi sosial yang tinggi.
Gay
Berdasarkan hasil analisa statistik di atas
Tabel 1 menunjukan hasil responden yang
dapat dilihat bahwa p-value = 0.01 < α (0.05) ,
memiliki konsep diri positif 27 responden
maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan
dengan persentase (32,5%) sedangkan
yang signifikan antara konsep diri dengan
responden yang memiliki konsep diri negatif

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 158


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
sebanyak 56 responden (67,5%). Hal ini confidence) akan kemampuan sendiri yang
menunjukan bahwa dari 83 responden, memadai dan menyadari kemampuan yang
responden yang memiliki konsep diri yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara
negatif sebanyak 56 responden (67,5%). Hasil tepat. Percaya diri merupakan modal dasar
penelitian di Kabupaten Subang didapatkan untuk pengembangan aktualisasi diri. Dengan
sebagian besar lesbian dan gay memiliki percaya diri orang akan mampu mengenal dan
konsep diri yang negatif. memahami diri sendiri. Sementara itu,
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kurangnya percaya diri akan menghambat
kepercayaan,dan pendirian yang diketahui pengembangan potensi diri. Jadi orang yang
individu tentang dirinya dan mempengaruhi kurang percaya diri akan menjadi seseorang
individu dalam berhubungan dengan orang lain yang pesimis dalam menghadapi tantangan,
(Muhith, 2015). Pertahanan diri (self takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan
defensiveness) sebagian dari cara individu gagasan, serta bimbang dalam menentukan
mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress pilihan dan sering membanding-bandingkan
ataupun konflik adalah dengan melakukan dirinya dengan orang lain (Menurut, fitts
mekanisme pertahanan diri baik yang ia 2010).
lakukan secara sadar ataupun tidak. Pada Hamachek (dalam, hurlock 2009)
dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah menyebutkan enam karakteristik orang yang
kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah memiliki konsep diri positif, yaitu : ia betul-
cara individu mempersepsi atau memikirkan betul meyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip
masalah itu. Aspek pertahanan diri ini tertentu serta bersedia mempertahankannya,
membuat seorang individu mampu untuk walaupun menghadapi kelompok yang kuat.
“menyimpan” keburukan dari dirinya dan Tetapi ia juga merasa dirinya cukup tangguh
tampil dengan baik sesuai yang diharapkan untuk merubah prinsip-prinsip itu bila
oleh lingkungan dari dirinya. Penghargaan diri pengalaman dan bukti-bukti baru yang
(self esteem) Label dan simbol yang ada dan menunjukan ia salah, ia mampu bertindak
diberikan pada dirinya menggambarkan berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa
sejauhmana individu tersebut menilai dirinya bersalah yang berlebih-lebihan atau menyesali
sebagai orang yang memiliki kemampuan, tindakannya jika orang lain tidak menyetuji
keberartian, berharga dan kompeten. Integritas tindakannya.
diri (self integration) mengacu pada integrasi Hasil penelitian ini didukung oleh
antara bagian-bagian dalam diri seseorang. (Agustin, 2016) tentang konsep diri lesbian
Semakin tinggi integrasi bagian-bagian diri malang yang menyatakan bahwa responden
seseorang, maka akan semakin baik pula memiliki konsep diri yang berbeda-beda,
individu tersebut menjalankan fungsinya dan pertama ia tidak memiliki sesuatu yang
eksistensinya. Kepercayaan diri (self berbeda dari orang-orang pada umumnya

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 159


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
bahwa dia tidak terlalu bangga dan juga tidak mampu menyimpan keburukan dari sirinya dan
minder dengan keadaannya, beda hal dengan tampil dengan baik sesuai yang diharapkan
responden yang kedua yakni kepercayaan diri oleh lingkungan dari dirinya.
dan harga dirinya rendah karena merasa Berdasarkan hasil penelitian konsep diri
adanya perbedaan dengan lingkungan sekitar, pada kelompok lesbian dan gay di Kabupaten
konsep diri adalah pandangan kita mengenai Subang, peneliti menganalisis bahwa
siapa diri kita, dan itu hanya dapat kita peroleh kelompok lesbian dan gay sangat
lewat informasi yang diberikan orang lain membutuhkan dukungan yang positif dari
kepada kita, melalui komunikasi dengan orang keluarga maupun masyarakat sekitar untuk
lain, kita mempercayai diri kita bila kita telah meningkatkan integritas diri, pertahanan diri,
dipercayai orang lain (Mulyana, 2009) konsep penghargaan diri dan kepercayaan diri agar
diri seseorang akan menjadi negatif ataupun mereka bisa berinteraksi sosial dengan baik.
positif sangat di pengaruhi bagaimana Namun terkadang kehadiran merekapun tidak
seseorang tersebut mendapatkan dukungan senangi masyarakat sehingga masyarakat
penilaian positif terhadap dirinya dan memandang sebelah mata.
perilakunya dapat menerima dirinya sendiri
akan membuat seseorang tersebut memiliki Interaksi Sosial Pada Kelompok Lesbian
dan Gay
konsep diri positif, tetapi sebaliknya jika
seseorang mendapat penolakan, paksaan, Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil 83
cemoohan, dijauhi lingkungan atau dikucilkan responden yang memiliki interaksi sosial
maka seseorang tersebut akan menilai dirinya rendah sebanyak 6 responden (7,2%), 69
negatif dan membuat konsep dirinya negatif, responden (83,13%) memiliki interaksi sosial
begitu pula yang terjadi pada kedua responden yang sedang dan 8 responden (9,6%) memiliki
yang memiliki konsep diri yang berbeda interaksi sosial yang tinggi. Hal ini
Sebagian besar jawaban responden pada menunjukan bahwa dari 83 responden,
kuesioner konsep diri terdapat pada pernyataan responden dengan interaksi sosial sedang
nomor 10 yaitu salah satu faktor pertahanan sebanyak 69 responden (83,1%).
diri, Fitts (2010) sebagian dari cara individu Interaksi sosial didasarkan pada ide-ide
mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress dan hubungannya dengan masyrakat dan
ataupun konflik adalah dengan melakukan lingkungan. Tiap orang tergerak untuk
mekanisme pertahanan diri baik ia lakukan bertindak berdasarkan makna yang
secara sadar ataupun tidak. Strategi-strategi ini diberikannya pada orang, benda, dan peristiwa.
tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan Makna tersebut diciptakan dalam bahasa yang
hanya mengubah cara individu digunakan orang baik untuk berkomunikasi
mempersepsikan atau memikirkan masalah itu. dengan orang lain maupun dengan dirinya
Pertahanan diri ini membuat seorang individu sendiri atau pikiran pribadinya. Bahasa

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 160


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
memungkinkan orang untuk mengembangkan penghargaan positif dari lingkungan. Hal ini
perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi akan menumbuhkan perasaan aman dalam diri
dengan orang lainnya dalam suatu komunitas individu sehingga dia mudah menyesuaikan
(West dan Turner, 2009). diri dengan lingkungan sosialnya.
Teori interaksi sosial berpegang bahwa Sebagian besar jawaban responden pada
individu membentuk makna melalui proses kuesioner interaksi sosial terdapat pada
komunikasi karena makna tidak bersifat pernyataan nomor 16 yaitu salah satu faktor
intrinsik terhadap apapun. dibutuhkan dari kontak sosial, Soekanto (2009) kontak
intrepretif diantara orang-orang untuk sosial merupakan peristiwa terjadinya
menciptakan makna. Bahkan tujuan dari hubungan sosial antara individu satu dengan
interaksi adalah membentuk makna yang sama lain. Maka dari itu kontak sosial dengan
antar individu. Hal ini dianggap penting karena masyarakat sangat penting agar terjalin
tanpa adanya persamaan makna, proses hubungan timbal balik dan tidak adanya selisih
komunikasi akan menjadi sulit. West dan paham diantara mereka.
Turner (2009), Pentingnya Konsep Diri Hasil penelitian mengenai interaksi sosial
merupakan seperangkat perspektif yang relatif pada kelompok lesbian dan gay di Kabupaten
stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya. Subang dari 83 responden yang mengalami
Individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi sosial rendah sebanyak 6 responden
interaksi dengan orang lain dan konsep diri (7,2%), yang memiliki interaksi sosial sedang
memberikan motif yang penting untuk sebanyak 69 responden (83,1%) dan responden
perilaku. dengan interaksi sosial tinggi sebanyak 8
Hasil penelitian ini didukung oleh responden (9,6%). Penelitian ini berpendapat
(Widodo 2013) terdapat hubungan signifikan bahwa hal ini disebabkan karena faktor kontak
antara interaksi sosial dengan konsep diri. Hal sosial dan komunikasinya kurang dengan
ini sesuai dengan pendapat ( Knapp 2009 ). lingkungan sekitar. Interaksi yang kurang bisa
Yang menyatakan bahwa konsep diri datang dari persoalan hidupnya yang memang
merupakan salah satu aspek yang menentukan tidak percaya diri, merasa tidak berharga,
keberhasilan seseorang dalam berinteraksi ataupun konflik dengan keluarga, teman dekat
dengan lingkungan sosialnya . bagaimana maupun.
individu berinteraksi dengan lingkungannya
dan bagaimana individu melakukan Hubungan Konsep Diri Dengan Interaksi
Sosial Pada Kelompok Lesbian dan Gay
penyesuaian sosial akan dipengaruhi oleh
bagaiamana individu tersebut menilai Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil
keberhargaan dirinya. Individu yang menilai bahwa konsep diri berpengaruh terhadap
tinggi keberhargaan dirinya merasa puas atas interaksi sosial salah satunya dari konsep diri
kemampuan diri dan merasa menerima yang negatif mengakibatkan interaksi sosialnya

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 161


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa yang orang lain katakan tentang dirinya.
83 responden, responden yang memiliki Kekuatan dengan evaluasi negatif dari orang
konsep diri negatif dan intarksi sosial yang lain dan kecenderungan terlalu memikirkan
sedang. P-value = 0,01 < nilai a= 0,05, hal ini pendapat orang lain lebih besar daripada
berarti ada hubungan signifikan antara konsep menghargai kemampuan dan usahanya sendiri.
diri dengan interaksi sosial pada kelompok Hal inilah yang dapat mengacaukan dan
lesbian dan gay. menimbulkan keengganan seseorang dalam
Hal ini sejalan dengan penelitian yang proses interaksinya
dilakukan oleh Anwar berdasarkan hasil Hasil penelitian ini diperkuat oleh
analisis product moment diperoleh nilai (Yuliantoro, 2012 ) yang berjudul hubungan
koefisien korelasi sebesar 0,547 p = 0,000 ( p < konsep diri dengan interaksi sosial pada remaja
0,001 ) artinya ada hubungan yang signifikan di Kabupaten Banyumas dengan jumlah
anatara konsep diri dengan interaksi sosial. sampel 110 subjek dengan menggunakan 2
Yang menyatakan bahwa semakin tinggi skala yaitu skala konsep diri dan skala
konsep diri maka akan semakin tinggi interaksi interaksi sosial. Didapatkan hasil analisis data
sosial, sebaliknya jika konsep diri negatif maka dengan uji korelasi product moment diperoleh
interaksi sosialnya pun rendah. rxy = 0,684 (P = 0,000) yang berarti ada
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan sangat signifikan antara konsep diri
hubungan konsep diri dengan interaksi sosial dengan interaksi sosial. Dengan demikian
pada kelompok lesbian dan gay di Kabupaten kesimpulannya adalah ada hubungan konsep
Subang didapatkan hasil dari 83 responden, diri dengan interaksi sosial yaitu semakin
terdapat sebagian besar memiliki konsep diri positif konsep diri maka interaksi sosial tinggi,
yang negatif, sebanyak responden 51 begitu pula apabila konsep diri negatif, maka
responden (61,4%) memiliki interaksi yang interaksi sosialnya pun rendah.
sedang dan 5 responden (6,0%) memiliki Hasil penelitian ini diperkuat oleh ( Dewi
interaksi sosial yang tinggi. Jadi jika konsep 2012 ) yang menyatakan semakin tinggi
diri yang negatif maka memiliki interaksi konsep diri maka akan semakin tinggi interaksi
sosial yang rendah. sosial, dan semakin rendah konsep diri maka
Teori mengemukakan bahwa secara tidak akan memilki interaksi sosial yang tinggi.
teoritis konsep diri yang positif mampu Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang
berkontribusi dalam meningkatkan harga diri dengan konsep diri yang tinggi memiliki
seseorang (Fitts, 2009). Dalam hal ini ketika kemampuan untuk melihat diri sendiri
bertinteraksi sosial dengan orang lain maka berharga,percaya diri,berkemampuan, penuh
akan meningkatkan rasa kepercayaan dirinya kasih sayang dan menarik serta memiliki
dihadapan orang lain, sehingga jauh dari rasa kepribadian yang berharga dalam berhubungan
pesimistis dan minder. Akan tetapi , harga diri dengan orang lain ( Berne & Savary dalam
yang rendah cenderung khawatir dengan apa 2009 ). Dengan demikian orang yang memiliki

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 162


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
konsep diri yang positif tidak perlu pusing DAFTAR PUSTAKA
dengan penampilan mereka. Sebaliknya orang Adrian. Denis. 2010. Psikologi Sosial.
dengan konsep diri negatif cenderung menilai http.//www.psilomedia
com/article/view/psikologi
dirinya sebagai pribadi yang negatif. Mereka sosial/2077/pengertian-persepsi/. 10 maret
merasa rendah diri, kecil hati dan tidak 2019. 11:45.

berharga dalam menghadapi kehidupan ( Agustin. 2016. Konsep diri lesbian malang.
Malang.
Maslow dalam Schultz 2009). Hal ini
Ahmadi. Dadi. 2009. Interaksi Simbolik: Suatu
mendorong seseorang untuk melakukan Pengantar. Jurnal Ilmu Komunikasi; Vol.
berbagai macam cara agar mereka bisa 9, No. 02.
dihargai dan diterima oleh orang lain. Ahmadi. Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta:
Rineka Cipta.
Peneliti berpendapat bahwa konsep diri
Ali. M & Ansori. M. 2010. Psikologi Remaja.
dari kelompok lesbian dan gay sangat penting Cetakan ke 4. Jakarta: PT Bumi Aksara.
bagi kesejahteraan hidupnya. Dari mulai
Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur
konsep dirinya yaitu integritas diri, pertahanan Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
diri, kepercayaan diri, penghargaan diri akan
mempengaruhi interaksi sosial dengan Arikunto. Suharsimi. 2009. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jilid
lingkungan atau masyarakat setempat. Jadi II. Yogyakarta: Rineka Cipta.
jelas secara teori konsep diri berpengaruh pada A. Aziz. Hidayat. 2011. Metode penelitian
interaksi sosial. Sehingga peneliti menganalisis Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
adanya kecenderungan konsep diri yang
Aziz. Safrudin. 2017. Pendidikan Seks
negatif mempengaruhi interaksi sosial pada Perspektif Terapi Sufistik bagi LGBT.
kelompok lesbian dan gay di Kabupaten Kendal: Ernest.
Subang. Basrowi. 2014. Pengantar Sosiologi. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Berne. Patricia H dan Savary. Louis M. 2009.
KESIMPULAN Membangun Harga Diri Anak.
Konsep diri pada kelompok lesbian dan Yogyakarta: Kanisius
gay di kabupaten Subang terdapat 56 Budyatna, M dan Ganiem, L.M. 2011. Teori
Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta:
responden (67,4%) memiliki konsep diri yang
Kencana.
negatif.
Chaplin. J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi.
Interaksi sosial pada kelompok lesbian Jakarta: Rajawali Pers.
dan gay di Kabupaten Subang terdapat 69 Christanty. Linda. 2009. “Gaya Nusantara.”
responden (83,1%) yang memiliki interaksi Dalam Dari Jawa Menuju Atjeh:
Kumpulan Tulisan tentang Politik, Islam,
sosial rendah. dan Gay. Jakarta: Gramedia, hal 101–122.
Terdapat hubungan yang signifikan antara Dahlan S. 2010. Besar Sampel dan Cara
konsep diri dengan interaksi sosial pada Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi Ke-2.
kelompok lesbian dan gay di Kabupaten Jakarta: Salemba Medika.hlm.8-32.
Subang dengan nilai p value = 0,01 < a 0,05.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 163


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
Departemen Agama RI. 2012. “Al-Qur’an dan Knapp. L. 2009. Interpersonal Communication
Terjemahannya”. Bandung : CV. Penerbit and Human Relationship. Newton MA:
J-Art. Allyn and Bacon.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Koeswinarno. 2009. Hidup Sebagai Waria.
2010. Pedoman Penggolongan dan Yogyakarta: LKIS.
Diagnosis Gangguan Jiwa II. Jakarta:
Mardani. 2011. Hukum Perkawinan Islam.
Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jenderal Pelayanan Medik. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Meinarno. Eko A. Dkk. 2011. Manusia Dalam
Kebudayaan Masyarakat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Salemba Humanika.
2010. Pendekatan dan Penanganan Pada
Remaja Berisiko Tinggi. Monks. F.J. Knoers. A.M. P. & Haditono. S.R.
http://www.depkes.go.id/index.php?optio 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar
n=news&task=viewarticle&sid= dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta:
1070&.Itemid=2 – Diakses Maret 2019. Gadjah Mada University Press.
Devito, Joseph A. 2009. Komunikasi Antar Muhith. A. 2015. Pendidikan Keperawatan
Manusia. Jakarta: Professional Books Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
Andi.
El-Qudah, Abdul Hamid. 2015. Kaum Luth
Masa Kini. Jakarta: Yayasan Islah Bina Mulyana, Deddy. (2009). Ilmu Komunikasi:
Umat. Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Fitts. W.H. 2009. The Self Concept and Self
Actualization. Los Angeles California, Nasir. Abdul. Muhith. Abdul. Sajidin.
western psychology service. A division of Mubarak. Wahit Iqbal. 2009. Komunikasi
manson western corporation. Dalam Keperawatan: Teori & Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Gerungan. 2009. Psikologi Sosial. Refika
Aditama. Bandung. Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Gunarsa. 2009. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode
Mulia. Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Husaini, Adian. 2015. LGBT di Indonesia:
Perkembangan dan Solusinya. Jakarta: Nurudin. 2014. Sistem Komunikasi Indonesia.
Insists. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Hurlock, Elizabeth B. 2009. Psikologi Partowisastro, 2009. Dinamika Psikologi sosial
Perkembangan. Jakarta: Erlangga. .Jakarta: Erlangga
Kaplan H.I, Sadock B.J. Grebb J.A. 2010. Purwanto. T. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Rakhmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi.
Aksara. Bandung: Remaja Rosda Karya
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2009. Jakarta: Ritzer. George dan Douglas J. 2010. Goodman.
Balai Pustaka. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada
Keliat. B. A. & Akemat. 2009. Model Praktek Media. 2004. Ritzer. George. Sosiologi
Keperawatan Prefesional Jiwa. Jakarta: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.
EGC. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Keliat. B. A. 2009. Proses Keperawatan Sarwono. Sarlito W. Meinarno. Eko A. 2009.
Kesehatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 164


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344
_______. 2009. Psikologi Sosial: Psikologi ______. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Kelompok & Psikologi Terapan. Jakarta: Jakarta: EGC.
Balai Pustaka.
Tarigan. M. 2011. Komunikkasi Interpersonal
Schulzt, Duane. 2009. Psikologi Pertumbuhan: Kaum Lesbian Di Pontianak Kalimantan
Model-model Kepribadian Sehat. Barat. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Ssoaial
Yogyakarta: Kanisius. Dan Politik UPN.
Setiadi. 2009. Konsep dan Penulisan Riset Toneka, B Soleman. 2009. Struktur dan proses
Keperawatan. Cetakan Pertama. Graha sosial. Jakarta: Erlangga
Ilmu: Yogyakarta.
Tubbs, Stewart L & Sylvia Moss, 2009.
Sinyo. 2016. Loe Gue Butuh Tahu LGBT. Human Communication: Konteks-
Jakarta : Gema Insani. Konteks Komunikasi, Editor Deddy
Mulyana, Remaja Rosdakarya, Bandung
Sobur, A. 2009. Psikologi Umum. Bandung :
Pustaka Setia. Walgito, 2010. Psikologi Sosial. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Soekanto. Soerjono. Sosiologi: Suatu
Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo West, Richard. Lynn H.Turner. 2009.
Persada. “Pengantar Teori Komunikasi”. Jakarta.
Salemba Humanika.
_______. 2012. Hukum Adat Indonesia.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. West, Turner. 2009. ”Pengantar Teori
Komunikasi Analisis dan Aplikasi”.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan
Jakarta. Salemba Humanika
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Widyarini. N. M. 2010. Bahan ajar psikologi
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan
sosial II. Depok : Universitas Gunadarma.
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta. Williams. Walter L. 2009. Javanese Lives:
Women and Men in Modern Indonesian
________. 2010. Metode Penelitian
Society. New Brunswick dll.: Rutgers
Pendidikan: pendidikan kualitatif,
Univ. Press.
kuantitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta. Yuliantoro. Y.P. 2012. Hubungan Konsep Diri
Dengan Interaksi Sosial Pada Remaja
Stuart. G.W. Laraia. 2009. Principles and
Awal Di Satria Baturaden Kabupaten
practice of psychiatric. Elsevier Mosby,
Banyumas. Fakultas Psikologi UMP.
Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia.
______. 2009. Principles and Practice of
Psychiatric Nursing 9th edition. Canada:
Mosby Elsevier.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 165

Anda mungkin juga menyukai