DISUSUN OLEH:
2107101130053
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDA ACEH
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, fenomena LGBT telah merebut perhatian publik setelah beberapa artis papan
atas Indonesia terjerat kasus pencabulan sesama jenis. Fenomena tersebut juga telah mencuat ke
permukaan setelah Amerika Serikat dan beberapa negara Barat dan Asia melegalkan pernikahan
sesama jenis. Berdasarkan kasus tersebut, muncul banyak stigma masyarakat terhadap kaum
yang dianggap abnormal dalam lingkungan sosial tersebut. Tak sedikit dari masyarakat Indonesia
yang menganggap kaum LGBT sebagai kaum yang menyalahi kodrat manusia, kaum Nabi Luth,
kaum perusak moral, hama, sampah masyarakat, pengundang malapetaka, penyandang cacat
Indonesia menjadi negara dengan penduduk LGBT terbanyak ke-5 setelah Cina, India, Eropa,
dan Amerika. Beberapa lembaga survei independen dalam maupun luar negeri menyebutkan
bahwa Indonesia memiliki 3% penduduk LGBT, yang berarti 7,5 juta dari 250 juta penduduk
Indonesia adalah LGBT atau lebih sederhananya dari 100 orang yang berkumpul di suatu tempat
maka 3 orang diantaranya adalah LGBT (Santoso, 2016).Sedangkan untuk Aceh sendiri yang
Islam juga memiliki jumlah LGBT yang tidak bisa dikatakan sedikit. Di wilayah kota Banda
Aceh saja, menurut survei dari kantor Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB)
Kota Banda Aceh pada tahun 2015, jumlah kelompok LGBT di Banda Aceh sudah mencapai 530
LGBT merupakan akronim dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Yudiyanto(2016
menafsirkan LGBT sebagai istilah baru yang digunakan sejak tahun 1990-an untuk
menggantikan frasa “komunitas gay”. Rohmawati (2016) dalam tulisannya yang berjudul
pulau tersebut menyukai sesama jenis. Lesbian adalah perempuan yang memilih untuk
mengikatkan dirinya secara personal (secara psikis, fisik, dan emosional) dengan sesama
perempuan. Sedangkan Gay adalah seorang laki-laki yang mempunyai ketertarikan dengan laki-
laki. Biseksual adalah seseorang baik laki-laki atau perempuan yang mempunyai ketertarikan
seksual terhadap laki-laki sekaligus perempuan dalam waktu yang bersamaan. Transgender
adalah seseorang yang menggunakan atribut-atribut gender berlainan dengan konsepsi yang
yang merasa dirinya mempunyai jenis kelamin yang salah. Misalnya, seorang yang sejak lahir
memiliki vagina, tetapi setelah tumbuh dan berkembang jiwa dan psikologisnya merasa dirinya
adalah laki-laki dan kemudian melakukan operasi perubahan organ seksualnya (Rohmawati,
2016).
Dari sudut pandang agama, LGBT telah terkenal sejak dahulu ketika pada masa Nabi Luth
AS. Agama Islam mengistilahkan LGBT dengan sebutan Liwath yang secara harfiah
mengandung pengertian cinta yang melekat di hati (al-hub al-zaliq bi al-qalbi) dan pelakunya
disebut luthy (Rohmawati, 2016). Para alim ulama menyepakati liwathsebagai perilaku seksual
dan orientasi seksual, yang artinya tidak hanya kegiatan seks sesama jenis saja yang disebut
dengan liwath, tetapi juga hubungan sesama jenis yang dilandasi rasa cinta dan kasih sayang
tanpa seks. Selain liwath terdapat istilah lain yang terkenal dalam Islam, yaitu sihaq (sebutan
untuk Lesbian).
Prasetyo dan Amri (2017) memberikan fakta bahwa LGBT di Aceh sudah ada semenjak tahun
2007 dengan berkedok kegiatan pendampingan korban dan HAM. Kaum LGBT juga aktif
melakukan penguatan kapasitas melalui training dan diskusi tentang HAM, seksualitas, dan
perlindungan hak kelompok. Menurut penelusuran Ketua Komisi D DPRK Banda Aceh, Farid
Nyak Umar, yang dikutip dalam Aceh.Tribunnews.com menyatakan bahwa komunitas tersebut
juga sudah pernah bekerja sama dengan salah satu instansi Pemerintah Aceh serta aktif
menjalankan programnya melalui sekolah model (acting, model, dan dansa), serta manajemen
artis dengan merekrut generasi muda Aceh untuk diorbitkan ke level yang lebih tinggi tak
Walaupun Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk yang berorientasi seksual
menyimpang terbanyak ke-5 di dunia, Indonesia merupakan negara yang intoleran terhadap
fenomena LGBT. Tercatat 26,1% penduduk Indonesia tidak suka terhadap komunitas LGBT, dan
hasil survei tersebut menduduki peringkat nomor 1 dari 10 peringkat komunitas yang paling
dibenci oleh warga Indonesia (Hamdi, 2017). Di Indonesia terdapat 3 sikap masyarakat dalam
merespon fenomena LGBT yaitu pro, kontra, dan tidak peduli. Bagi yang pro, mereka
menghargai setiap hak asasi manusia dan terus menyuarakan tentang kebebasan dalam
menentukan hidupnya. Sedangkan bagi yang kontra, mereka beranggapan bahwa LGBT adalah
virus yang dapat mencoreng norma norma sosial, agama, dan memutuskan garis keturunan.
Sedangkan bagi yang tidak peduli terhadap fenomena LGBT memilih biasa-biasa saja dan tidak
mengusik kehidupan LGBT selama LGBT tidak mengusik kehidupan mereka. Adanya penolakan
serta perlakuan negatif yang diberikan kepada kelompok LGBT dianggap mampu memengaruhi
Bastaman (2007) mengatakan semua hal yang layak dan pantas dijadikan tujuan pada sebuah
kehidupan (the purpose in life) dapat dikatakan sebagai makna hidup sehingga dianggap sangat
penting dan berharga serta memiliki nilai khusus bagi seseorang. Arti makna hidup merupakan
manfaat besar dan kebijakan yang terkandung dalam berbagai pengalaman dan peristiwa hidup,
baik yang membahagiakan maupun yang tidak membahagiakan, sehingga sering disamakan juga
Menemukan makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to
meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna yang
didambakannya. Hasrat untuk memperoleh hidup bahagia adalah hasrat yang paling dasar dalam
diri setiap manusia, apabila hasrat ini terpenuhi maka kehidupan akan dirasa berguna, berharga,
berarti dan bahagia (Bastaman, 2007). Sama halnya, kaum LGBT juga mendambakan suatu
kehidupan yang bermakna dan bahagia atas eksistensinya yaitu dengan cara mendapatkan
penerimaan yang baik dari lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, berdasarkan fakta dan
fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengeksplorasi kebermaknaan hidup mahasiswa LGBT
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi makna hidup pada mahasiswa LGBT di
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu
pengembangan ilmu psikologi pada umumnya, khususnya psikologi klinis dan psikologi
sosial. Selain itu juga dapat digunakan sebagai penunjang untuk penelitian selanjutnya
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan saran untuk
terutama dalam interaksi dengan lingkungan. Selain itu juga dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi para psikolog agar dapat memahami kebermaknaan hidup mahasiswa
LGBT, sehingga menjadi acuan untuk mencapai tujuan dalam pelayanan psikologi.
E. Keaslian Penelitian
Sebelumnya sudah banyak penelitian tentang kebermaknaan hidup dan LGBT, namun sejauh
ini dari hasil informasi yang telah didapatkan dan penelusuran kepustakaan, peneliti belum
mendapatkan penelitian sebelumnya dengan judul " Makna hidup pada mahasiswa LGBT di
Universitas Syiah Kuala.". Meskipun demikian pernah ada penelitian tentang pengambilan
keputusan menjadi gay pada laki-laki usia dewasa awal yang pernah dilakukan oleh Nugroho,
Siswati & Sakti (2010). Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan metode kualitatif
dengan jumlah subjek sebanyak 2 orang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan ada
Penelitian lainnya yang berhubungan dengan kebermaknaan hidup juga pernah dilakukan oleh
Cynthia (2007). Penelitian tersebut peneliti mengkaji proses pencapaian kebermaknaan hidup
pada perempuan yang mengalami peristiwa traumatis dalam kehidupannya. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Proses pengambilan data
dilakukan melalui wawancara dengan subjek dan significant other, observasi dan tes psikologi
(tes intelegensi dan tes kepribadian). Subjeknya adalah seorang perempuan yang berusia 31
tahun.
Dalam penelitian ini sedikit berbeda dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada
penelitian ini peneliti ingin memahami fenomena kebermaknaan hidup mahasiswa LGBT yang
berada pada universitas di daerah pengaruh religius dan adat istiadatnya tinggi sehingga LGBT
menjadi kelompok minoritas di daerah tersebut sedangkan pada penelitian terdahulu subjeknya
berada di kota metropolitan dengan segala kemegahan dan kebebasannya. Metode penelitian
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan
observasi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik non-partisipan
karena peneliti tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan subjek yang diobservasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebermaknaan Hidup
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Makna Hidup terdiri atas dua kata yakni
makna dan hidup. Bermakna artinya mengandung arti penting sedangkan hidup artinya masih
terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya (berlaku untuk manusia, binatang,
sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia yang terus bergerak dan masih terus ada.
Kenyataannya kebermaknaan hidup itu selalu ada di dalam hidup serta terdapat pada setiap
kondisi dan situasi, baik dalam keadaan yang menyenangkan atau dalam keaadaan bahagia,
maupun tidak menyenangkan atau saat mengalami penderitaan. Di dalam sebuah pemaknaan
hidup tersimpan juga tujuan hidup yaitu semua hal yang perlu dipenuhi dan dicapai (Bastaman,
2007). Semua hal yang layak dan pantas dijadikan tujuan pada sebuah kehidupan (the purpose in
life) dapat dikatakan sebagai makna hidup sehingga dianggap sangat penting dan berharga serta
memiliki nilai khusus bagi seseorang (Bastaman, 2007). Arti makna hidup merupakan manfaat
besar dan kebijakan yang terkandung dalam berbagai pengalaman dan peristiwa hidup, baik yang
membahagiakan maupun yang tidak membahagiakan, sehingga sering disamakan juga dengan
Bastaman dan Yalom berpandangan bahwa makna hidup merupakan segala hal yang dirasa
berharga dan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seseorang individu serta menjadi
tujuan hidup untuk dipenuhi dan dicapai. Bila tujuan hidup tersebut tercapai dan sukses untuk
dipenuhi maka akan menyebabkan seseorang mengalami dan merasakan hidupnya berarti
sehingga akan menghantarkan pada rasa senang dan bahagia (Dewi & Tobing, 2014). Kemudian
menurut Krueger, kebermaknaan hidup merupakan suatu bentuk, gaya atau cara yang
diaplikasikan untuk menghadapi kehidupan di dunia, cara tersebut tidak dipengaruhi oleh kondisi
dan situasi tetapi yang menggariskan makna yang pada keadaan tersebut adalah diri kita sendiri
individu mengenai seberapa besar diri individu mampu untuk mengaktualisasikan serta
mengembangkan potensi-potensi dan kapasitas yang dimiliki. Makna hidup juga merupakan
kualitas penghayatan terhadap begaimana seorang individu bisa mencapai tujuan hidup untuk
memberi makna pada kehidupannya, dalam kaitan dirinya yang terus berinteraksi dengan
untuk mewarnai kehidupannya serta memberikan gambaran menyeluruh yang menunjukkan arah
mengenai cara dan metode manusia dalam menjalin hubungan dengan dirinya, orang lain, serta
alam sebagai landasan rasa cinta kepada Tuhan. Pemaknaan atas hidup mengemuka pada
keadaan transendensi, berupa penyatuan dari penemuan diri seseorang, penetapan pilihan, dan
Dijelaskan juga oleh Hermono bahwa kebermaknaan hidup bisa dimaknai sebagai sebuah
proses yang bisa menjadikan individu dapat merasakan munculnya suatu perubahan sangat
mengesankan dalam dirinya. Makna itu juga dapat mengarahkan kepada perasaan bahagia serta
sebagai bentuk pengukuhan bahwa dirinya dapat mengembangkan diri kepada 15 kondisi yang
Berdasarkan kumpulan pendapat diatas, maka diperoleh simpulan yaitu kebermaknaan hidup
merupakan penjiwaan seseorang atau individu untuk mendapatkan sesuatu yang penting atau
berharga bagi diri sendiri, dimana hal tersebut memberikan nilai serta tujuan dan memberi
individu mengenai alasan untuk tetap mempertahankan hidup serta melewati kehidupan dan
Menurut Crumbaugh & Maholick terdapat enam Karakteristik individu yang memiliki
Individu yang mempunyai makna hidup dicirikan sebagai individu yang dalam hidupnya
terdapat tujuan atau arah (directed life) dalam wujud kegiatan atau keinginan. Hal
kemampuan dan keterampilan) yang dilakukan secara sadar dan sengaja, juga
tanggung jawabnya terhadap nurani yang ada dalam hatinya, manusia lain, atau tanggung
jawab yang belum selesai yang tentunya menyebabkannya tidak menjadikan hidupnya
terabaikan.
Individu yang memiliki kebermaknaan hidup harus memiliki alasan untuk hidup selaras
dengan ungkapan “he who a why to live for can bear with almost anyhow” (Dia yang
Walaupun setiap orang memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan dan kebebasan
dalam bertindak. Kebebasan spiritual dan kebebasan berpikir akan menjadi kontrol dalam
keadaan fisik dan psikis yang sangat tertekan meskipun dalam kondisi terburuk
sekalipun.
f. Tidak merasa cemas akan kematian
Semua hal yang melenyapkan makna hidup seorang manusia bukan hanya kesengsaraan
dan penderitaan namun kematian juga dapat melenyapkan makna hidup. Keyakinan akan
kehidupan yang tidak kekal merupakan ciri kebermaknaan hidup sehingga menjadi
beberapa sifat khas dari makna hidup yang harus dipahami (Bastaman, 2007) diantaranya adalah:
Makna hidup memiliki ciri yang unik artinya sesuatu yang bermakna untuk seseorang,
belum tentu bermakna bagi orang yang lain, begitupula sebaliknya. Selain itu seuatu yang
dianggap bermakna saat ini bagi individu, belum tentu dianggap bermakna pada saat yang
lain. Suatu hal yang bermakna bagi dirinya dan makna hidup individu biasanya bersifat
distingtif artinya pemaknaan hidup akan berbeda dengan orang lain. Selain itu terdapat
Sebuah pemaknaan dalam hidup tidak perlu dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat
bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari serta pengalaman.
Makna hidup perlu untuk melalui proses pencarian, dijaga, dan dihasilkan sendiri serta
melaksanakan dan memenuhinya ketika makna hidup berhasil ditemukan dan tujuan
hidup ditentukan.
Penjelasan di atas menjadi dasar penarikan kesimpulan mengenai karakteristik makna hidup
yaitu pribadi, spesifik, unik, temporer, serta nyata sehingga dapat dijadikan pedoman untuk
menentukan arah terhadap kegiatan individu. Ciri-ciri dari makna hidup tersebut lebih
menjelaskan pada keadaan yang khas. Dari pemaknaan akan hidup tersebut serta sifat khas yang
ditonjolkan tersebut, tujuan hidup dapat ditentukan dan ditemukan, sehingga dapat dijadikan
pedoman yang dapat memandu individu dalam semua tindakannya. Dapat ditemukan memiliki
arti bahwa pada proses penemuan makna hidup terdapat berbagai kejadian dan peristiwa, berupa
peristiwa tidak mengenakkan maupun mengenakkan. Inilah yang dapat menjadikan individu
terbentuk yang dibentuk pada masa saat ini. Kemudian diitentukan memiliki arti bahwa individu
sendirilah yang memutuskan bagaimana tujuan serta arah kehidupan yang akan digapai agar
memiliki kebermaknaan.
seseorang yang terbagi menjadi dua faktor utama (Sulaiman, 2007), yaitu:
a. Kualitas-kualitas Insani
Diartikan sebagai seluruh kapasitas yang ada pada diri manusia. Kapasitas yang dimaksud
berupa konsis, sikap, dan sifat yang hanya melekat pada pribadi manusia dan tidak
terdapat pada makhluk lain. Contoh kualitas-kualitas insani yang dimaksud adalah
b. Encounter
Diartikan sebagai hubungan yang akrab antara individu yaitu seorang individu dengan
individu lainnya. Hal ini diisyaratkan dengan penghayatan akan keterbukaan dan
keakraban serta kesediaan dan sikap untuk saling menerima, memahami, dan menghargai
Proses mengembangkan kehidupan bermakna merupakan bagian dari perjuangan hidup yaitu
dengan mengubah keadaan kehidupan yang kurang baik menuju kehidupan yang lebih baik.
Kaitannya dengan usaha mengembangkan kondisi hidup yang semula berupa penghayatan yang
tidak memiliki makna menjadi penghayatan yang memiliki makna (Bastaman, 2007).
Mengembangkan hidup ke arah yang bermakna landasannya adalah dengan cara melakukan
perubahan diri dan mengaktualisasikan diri pada keadaan hidup yang lebih baik (Bastaman, 2007).
Dalam Bastaman (2007) terdapat formulasi proses dalam mengembangkan kehidupan yang
bermakna memiliki kesamaan dengan pengembangan pribadi yaitu membutuhkan sembilan unsur
diantaranya adalah niat, potensi diri, tujuan, usaha, metode, sarana, lingkungan, asas-asas sukses,
dan yang tak boleh terlewatkan adalah ibadah/doa. Bastaman (2007) mengajukan sebuah resep
HB = (N+T) x (U+M+S+L) x I
Deskripsi dari kesembilan formulasi di atas adalah: kehidupan yang bermakna dapat dicapai
melalui jalan awal berupa keinginan yang kukuh untuk berubah (Niat/N) dan menentukan tujuan
yang ingin digapai secara jelas (Tujuan/T). Setalah membulatkan niat dan tujuan, hal yang
dilakukan adalah mengupayakan untuk konkretisasi ragam potensi diri yang dimiliki dengan
memperhatikan dan memahami dasar-dasar menuju sukses sehingga dapat dieksukesusi dan
dilaksanakan (Usaha/U) memakai metode yang efektif (Metode/M) serta instrumen yang sesuai
dan tepat (Sarana/S). Prosedur tersebut akan mencapai keberhasilan jika mendapatkan sokongan
dari lingkungan sosial (Lingkungan/L) spesifiknya yaitu terjalinnya kerja sama bersama orang
sekitar, terlebih lagi jika disertai dengan ibadah dan doa untuk mengusahakan rasa dekat dengan
Pencipta (Ibadah/I).
Pada setiap kehidupan selalu memiliki makna hidup dan makna hidup pada setiap kehidupan
harus dicari dan ditentukan sendiri. Harus dicari dan ditentukan sendiri karena makna dalam
hidup tersebut terselubung dalam kehidupan itu sendiri. Bastaman (1996) mengungkapkan 5
tahap dalam rangka menjumpai kehidupan bermakna. Kelima langkah ini yaitu:
a. Pemahaman pribadi
Penemuan makna hidup diawali dengan cara individu harus mengetahui kelemahan-
keunggulan yang ada serta meningkatkan potensi diri, hal ini untuk mempermudah dalam
usaha mencapai tujuan hidup. Melalui pemahaman diri akan diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1) Mengenali kelemahan dan keunggulan diri berupa bakat, sifat, pemikiran, maupun
penampilan. Selain itu memahami situasi dan kondisi sekitar seperti kerabat
2) Menyadari harapan masa lalu serta masa saat ini, dan mengartikan keperluan-
3) Memformulasikan secara lebih nyata serta jelas tentang hal-hal yang diharapkan
untuk waktu yang akan datang dengan membangun agenda yang realistis dalam
b. Bertindak Positif
Suatu kebiasaan positif yang efektif datang dari semua aksi-aksi positif yang dikerjakan
secara terus-menerus dan berulang. Dalam rangka penerapan mengenai cara bertindak positif,
1) Memilih aksi-aksi nyata tanpa perlu memaksakan diri sehingga benar-benar dapat
tindakan sandiwara dan pura-pura oleh individu bersangkutan, namun bila dilakukan
secara terus menerus konsisten, dan kontinu akan membekas di dalam diri sehingga
Dalam kaitannya dengan bertindak positif terdapat dua macam tindakan positif
diantaranya adalah tindakan positif ke dalam diri dan tindakan positif ke luar diri. Untuk
menumbuhkan energi positif dalam rangka mengembangkan diri sendiri dengan keahlian dan
keterampilan maksimal dibutuhkan tindakan positif ke dalam diri. Tindakan positif ke luar
berarti menghindari perbuatan yang menyakiti dan menjadikan orang lain merasa senang
dengan melakukan hal-hal yang bernilai untuk orang lain. Hal yang mendasari metode
bertindak tersebut adalah gagasan bahwa dengan melakukan habituasi diri melalui tindakan
positif, menyebabkan akan mendapatkan dampak yang positif pada perkembangan diri serta
c. Pengakraban Hubungan
Sumber nilai dan makna hidup salah satunya adalah hubungan individu dengan orang
lain sehingga melandasi model pengakraban hubungan. Maksud dari hubungan yang akrab
adalah hubungan antar individu dengan individu lain, yang selanjutnya menhayati hubungan
tersebut sebagai hubungan yang mendalam, dekat, dan terdapat kepercayaan di dalamnya.
d. Pendalaman Catur-Nilai
Terdapat tiga nilai sebagai sumber makna hidup yang diungkapkan oleh Frankl. Bila
ketiga nilai ini diaplikasikan maka individu akan memperoleh makna hidupnya. Ketiga nilai
ini dinamakan dengan tri catur nilai (Bastaman, 2007). Tri catur nilai yang menjadi sumber
Untuk mendapatkan nilai kreatif bisa didapatkan dengan berbagai macam bentuk
kegiatan. Secara umum seseorang akan menderita stress bila memiliki banyak
bahkan stress bila tidak melakukan kegiatan apapun. Maksud dari kegiatan adalah
tanggungan pekerjaan yang menjadikan seseorang dapat mengaktualisasi
orang lain bahkan kepada Tuhan, dan bukan semata-mata hanya mencari uang.
Nilai penghayatan adalah dengan menerima apa adanya dengan penuh penghayatan
dan pemaknaan yang mendalam sehingga dapat dikatakan berbeda dengan nilai
memahami suatu kebenaran serta penghayatan terhadap keindahan dan rasa cinta.
Nilai bersikap memiliki tingkatan lebih tinggi, ini disebabkan karena melalui
penyikapan terhadap apa yang terjadi. Manusia tetap bisa mencapai makna hidupnya
hilangnya kesempatan untuk menerima cinta dan kasih sayang. Menyikapi sebuah
musibah yang tidak bisa dihindari secara tepat pada seseorang dapat menghasilkan
suatu kondisi yang sangat memiliki makna. Kata lain dari uraian di atas adalah dalam
Bastaman (2007) juga menambahkan sumber makna hidup dengan mengembangkan nilai
ke-empat berupa nilai pengharapan. Nilai pengharapan dicitrakan dengan kepercayaan akan
adanya perubahan lebih baik dimasa yang akan datang. Dari keempat sumber makna hidup ini
kegiatan
2 Nilai Penghayatan menerima apa adanya dengan penuh
mendalam
e. Ibadah
Makna hidup individu yang dibutuhkan akan ditemukan dengan melakukan pendekatan
kepada Tuhan. Kedamaian, ketenangan dan pemenuhan harapan akan didapatkan individu
dengan beribadah. Makna yang lebih mendalam dalam hidup juga perlu dikembangkan
Dari penjelasan di atas maka ditariklah kesimpulan bahwa makna hidup ditemukan dan
ada dalam kehidupan itu sendiri. Makna hidup dapat diperoleh melalui berbagai teknik-teknik
serta metode pelatihan logoanalisis, yang di dalamnya terdapat usaha yang dilakukan secara
sadar dalam rangka mengaplikasikan nilai kreatif, dan nilai penghayatan serta nilai bersikap.
Dalam rangka pengembangan diri yang awalnya memiliki kondisi hidup tidak bermakna
kepada fase hidup dengan penuh pemaknaan, dibutuhkan jiwa optimis dalam menempuh
kehidupan dan lebih berorientasi ke masa depan yang merupakan bagian dari pentingnya
Seberapapun buruknya kehidupan, kebermaknaan dalam hidup akan selalu bisa ditemukan
dan diperoleh dalam kehidupan itu sendiri. Hal ini dikarenakan makna hidup bukan hanya dapat
ditemukan dalam situasi dan kondisi yang menyenangkan, namun dapat pula ditemukan dalam
a. Kepuasan hidup
Merupakan penilaian individu terhadap hidup yang dialminya, ini berkaitan dengan
bagaimana individu dapat merasakan dan menikmati segala aktivitas yang telah
Sesuatu yang paling bernilai adalah semua yang memberi nilai khusus, serta dapat
dijadikan sebagai tujuan hidup sehingga dianggap penting dan berharga bagi individu
c. Kepuasan hidup
Memiliki makna sejauh mana seseorang dapat merasakan dan menikmati segala aktivitas
d. Kebebasan
tanggung jawab.
e. Kepantasan hidup
Kepantasan hidup merupakan penilaian individu sejauh mana merasa bahwa yang dialami
dalam hidup adalah sesuatu yang bersifat wajar terhadap hidup yang dijalani.
f. Perubahan sikap
Merupakan sebuah pilihan sikap seseorang dan menjadi bentuk metamorfosis dari kurang
baiknya sikap menuju sikap yang baik atau bisa saja sebaliknya yaitu dari lebih baik
Selain komponen yang diungkapkan oleh Crumbaugh & Maholich diatas, terdapat juga enam
elemen yang diungkapkan oleh Bastaman (1996) dan merupakan penentu keberhasilan
perubahan yang awalnya memiliki penghayatan hidup tidak bermakna menjadi hidup yang
Yaitu keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik dengan
cara menambah kesadaran akan lapuknya kondisi diri pada masa sekarang.
Yaitu berbagai nilai dengan fungsi sebagai arah dan tujuan hidup yang harus diraih serta
merupakan pengarah kegiatan sehingga sangat berarti dan penting bagi kehidupan pribadi
seseorang.
Yaitu metamorfosis dari awalnya tidak tepat dari menjadi tepat mengenai cara melalui
semua kondisi hidup, masalah, serta musibah yang tidak dapat terhindarkan.
Yaitu keterikatan diri pada tujuan kehidupan yang ditetapkan serta makna kehidupan yang
ditemukan.
Yaitu usaha yang dijalankan secara sengaja disertai kesadaran dengan wujud
serta memanfaatkan hubungan antar pribadi dalam rangka menunjang terwujudnya makna
Yaitu hadirnya orang lain yang dapat dipercaya, akrab, serta dapat memberi bantuan saat
kondisi diperlukan.
komperhensif, Bastaman (1996: 134) memberikan kategorisasi kelompok tahapan tersebut atas
No Tahap-tahap Kategorisasi
Keenam unsur tersebut antara yang satu dengan lainnya tidak dapat terpisahkan karena
merupakan proses integral dalam konteks kausalitas penghayatan hidup tak bermakna menjadi
Bastaman (1996) mengungkapkan bahwa dalam situasi hidup yang tidak memiliki makna (the
meaningless life) dalam hubungannya dengan suatu kejadian tragis yang pernah dilalui (the
tragic event) akan muncul kesadaran-diri (self-insight) dalam rangka memperbaiki keadaan diri
ke arah yang lebih baik. Tumbuhnya kesadaran ini biasanya dipengaruhi oleh berbagai macam
sebab. Diantara contoh sebab-sebabnya adalah karena konsultasi dengan ahli, perenungan diri,
mendapat pandangan dari seseorang, belajar dari pengalaman orang lain, hasil doa dan ibadah,
atau pernah melewati peristiwa-peristiwa tertentu yang secara dramatis mengubah sikapnya
selama ini. Terdapat juga nilai-nilai yang sangat penting dan berharga dalam hidup (the meaning
of life) sehingga ditetapkan sebagai tujuan hidup (the purpose life). Sesuatu yang dianggap
penting dan berharga dapat berupa nilai-nilai kreatif (creative value) seperti berkarya atau
cinta kasih keimanan, kebenaran, dan nilai-nilai dalam bersikap (attitudinal value) yaitu
menemukan sikap yang sesuai untuk menghadapi pengalaman tragis serta penderitaan yang tidak
Akibat dari adanya penemuan makna hidup dan pemahaman diri ini akan muncul perubahan
bersikap (changing attitude) pada cara menyikapi suatu masalah, yaitu pada awalnya condong
untuk melarikan diri (flighting), memberontak (fighting), atau memiliki kebingungan yang kuat
serta tidak memiliki daya (freezing), akan beralih menjadi kesanggupan pada sikap realistis serta
berani dalam menghadapi masalah (facing). Selepas itu akan muncul semangat dalam menjalani
hidup dan bertambahnya gairah dalam bekerja, sehingga menyebabkan kesadaran untuk
melaksanakan berbagai macam aktivitas nyata yang memiliki arah (directed activities) untuk
melaksanakan makna hidup yang ditetapkan serta arah hidup yang sebelumnya telah ditentukan
(fulfilling meaning and purpose of life). Aktivitas tersebut berhubungan dengan pengembangan
bakat, keterampilan, kemampuan, serta berbagai potensi positif lainnya yang sebelumya
terabaikan. Bila proses tersebut berhasil dilewati, maka dipastikan akan menghasilkan perubahan
kondisi hidup ke arah yang lebih baik dan pengembangan penghayatan hidup bermakna (the
B. LGBT
1. Pengertian LGBT
Pengertian LGBT adalah sebuah singkatan yang memiliki arti Lesbian, Gay, Bisexual dan
juga Transgender dan dijelaskkan bahwa ; Lesbian berarti seorang perempuan yang mencintai
atau menyukai perempuan, baik dari segi fisik atau pun dari segi seksual dan juga spiritualnya,
jadi memang hal ini sangatlah menyimpang. Gay ; sedangkan gay sendiri adalah seorang laki-
laki yang menyukai dan juga mencintai laki-laki, dan kata-kata gay ini sering disebutkan untuk
memperjelas atau tetap merujuk pada perilaku homoseksual. Bisexual ; bisexual ini sedikit
berbeda dengan kedua pengertian di atas karena orang bisexual itu adalah orang yang bisa
memiliki hubungan emosional dan juga seksual dari dua jenis kelamin tersebut jadi orang ini bisa
menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ataupun perempuan. Transgender ; sedangkan untuk
transgender itu adalah ketidaksamaan dari identitas gender yang diberikan kepada orang tersebut
dengan jenis kelaminnya, dan seorang transgender bisa termasuk dalam orang yang homoseksual,
LGBT di Indonesia masih menjadi hal yang tabu terutama pada masyarakat yang didasari
dengan agama. Sebagian besar masyarakat menghujat kelompok ini karena dianggap tidak sesuai
dengan aturan agama. MUI bahkan menolak jika ada masyarakat yang melakukan hubungan atau
perkawinan dengan sesama jenis. Ada masyarakat yang bersikap netral dimana mereka menerima
keberadaan LGBT tetapi tidak mendukung LGBT melakukan kegiatan secara terbuka (Kemenkes
RI, 2014).
Pada umumnya kelompok LGBT yang terbuka di Indonesia masih mengalami banyak
kekerasan dan diskriminasi dalam kesempatan kerja dan tempat tinggal, pendidikan, kesehatan
dan kesejahteraan (UNDP, 2014). LGBT sulit mengakses pekerjaan, terutama pekerjaan di sektor
formal, karena banyak pemberi kerja yang homophobic dan karena lingkungan (pada umumnya)
tidak ramah terhadap kaum LGBT. Sementara, mereka yang berhasil mendapatkan pekerjaan
juga kerap mengalami perlakuan diskriminatif seperti dihina, dijauhi, diancam, dan bahkan
Dalam dunia kerja, kelompok LGBT yang masih tertutup, dalam situasi tertentu masih dapat
masuk ke dunia kerja tanpa diskriminasi berarti, hal sebaliknya terjadi pada kelompok yang
terbuka. Oleh karena itu LGBT yang terbuka lebih banyak mengembangkan diri pada situasi
pekerjaan yang tidak begitu terikat dengan norma-norma seperti menjadi wirausaha mandiri.
Sedangkan kelompok transgender (waria) adalah kelompok yang paling banyak mendapatkan
diskriminasi karena penampilannya yang berbeda. Kelompok ini banyak mengembangkan diri
pada sektor –sektor informal seperti salon, industri kreatif, hiburan dan beberapa diantaranya
Hak Asasi Manusia dalam Bahasa Prancis disebut “Droit L’Homme” yang artinya hak-hak
manusia dan dalam Bahasa Inggris disebut “Human Right”. Seiring dengan perkembangan ajaran
Negara Hukum, dimana manusia atau warga negara mempunyai hak-hak utama dan mendasar
Meriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik menyatakan bahwa: “ Hak Asasi
Manusia adalah hak yang harus dimiliki setiap manusia yang telah diperoleh dan dibawanya
bersama dengan kelahirannya didalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu
dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama , kelamin dan arena yang bersifat
Leach Levin seorang aktivis hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemukakan
bahwa konsep hak asasi manusia ada dua pengertian dasar : Pertama ialah bahwa hak asasi
manusia tidak bisa dipisahkan dan dicabut adalah hak manusia karena mereka seorang manusia
yang memiliki hak sesuai aturan pemerintah. Kedua ialah hak asasi manusia menurut hukum
yang dibuat melalui proses pembentukan hukum dari masyarakt itu sendiri agar mempunyai hak
di dalam bermasyarakat. Dasar dari hak-hak adalah persetujuan dari yang diperintahkan yaitu
John Locke yang dikenal sebagai bapak hak asasi manusia dalam bukunya yang berjudul
“Two Treatises On Civil Government“ menyatakan tujuan negara ialah untuk melindungi hak
asasi manusia setiap warga negaranya. Manusia sebelum hidup bernegara atau dalam keadaan
alamiah telah hidup dengan damai dan dengan hak asasi yang telah dimilikinya masing-masing.
Dalam HAM terdapat dua prinsip penting yang melatarbelakangi konsep HAM itu sendiri
yaitu prinsip kebebasan dan persamaan, di mana dua hal tersebut adalah dasar yang Prinsip
a. Prinsip ini mencakup kebebasan untuk berperan serta dalam kehidupan politik, kebebasan
berbicara, kebebasan pers, kebebasan memeluk agama, kebebasan menjadi diri sendiri,
kebebasan dari penagkapan dan penahanan yang sewenang-wenang dan hak untuk
mempertahankan milik pribadi. Pada dasarnya tidak ada hak yang dapat dilaksanakan
secara mutlak tanpa memperhatikan hak-hak yang dimiliki orang lain harus dimiliki hak
asasi manusia.
b. Prinsip Perbedaan, inti dari prinsip ini adalah perbedaan sosial ekonomi harus diatur agar
memberikan kemanfaatan yang besar bagi mereka yang merasa kurang diuntungkan.
Semua warga wajib mendapatkan hak yang sama tanpa ada perbedaan. Agar masyarakat
c. Prinsip Persamaan yang adil atas kesempatan. Inti dari prinsip ini adalah bahwa
2016).
LGBT adalah sebuah penyimpangan dari kodrat dan fitrah manusia. Manusia sejatinya
diciptakan dalam dua jenis berpasangan yaitu laki-laki dan perempuan, bukan sesama jenis.
Konsepsi itu jelas dianut oleh UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Perkawinan menurut
pasal 1 undang-undang tersebut hanya antara pria dan wanita. Dengan begitu pertentangan
Selain itu, kasus LGBT telah dibahas dalam Undang-Undang No.44 tahun 1999 dan Undang-
Undang No. 18 tahun 2001 yang di dalamnya terdapat Qanun (peraturan daerah) No. 10/2002
tentang pengadilan syariat Islam untuk pertama kalinya memperluas jangkauan wewenang
hukum pengadilan agama hingga di luar hukum keluarga dan warisan termasuk transaksi
ekonomi (muamalat) yang sebelumnya tidak termasuk dalam yuridiksi pengadilan agama, dan
juga kasus-kasus pidana (jinayat). Pelanggaran pidana (jinayat) adalah pelanggaran yang
ditetapkan hukumnya dalam Al-quran yang meliputi zina, tuduhan palsu tentang berzina,
Tuntutan LGBT terhadap pemenuhan hak asasi manusia tentunya harus disesuaikan dengan
nilai-nilai dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Menurut pandangan Charles W.
Socarides MD bahwa gay bukan bawaan sejak lahir (genetik). Seseorang menjadi gay karena
wawasan dan pikiran secara sadar dengan kata lain menjadi gay dipelajari secara sadar oleh
seseorang tersebut. Pengaruh biologis tidak begitu dominan karena nampaknya faktor psikososial
atau masa perkembangan yang dialami anak sejak lahir akan sangat berpengaruh terhadap
5. Sejarah LGBT
Socarides yang menceritakan bagaimana sejarahnya LGBT di Amerika tahun 1952 yang juga
psikoanalisis di Amerika yang meneliti tentangkaum LGBT. Socariades beranggapan bahwa gay
itu bukan bawaan dari lahir melainkan dari kenginginan dari dalam diri mereka sendiri dan sadar
dilakukan.
Awalnya pada tahun 1952 Diagnostic and Statistical Manual (DSM) menyatakan kaum
homoseksual sebagai gangguan kepribadian sosiopat. Kemudian pada tahun 1968 kaum
tindakan yang tidak wajar dan dilakukan dengan sadar oleh pelakunya. Setelah itu, pada tahun
1973 homoseksual dinyatakan sebagai penyakit mental. Namun setelah tahun 1973 melalui
pernyataannya pada kaum homoseksual sebagai penyakit mental adalah banyaknya aktivis gay
Psychiatric Association semakin tidak nyaman dan akhirnya American Psychiatric Association
Di Indonesia sendiri LGBT tidak diterima dengan baik oleh masyarakat maupun pemerintah
karena dianggap menyalahi aturan dan norma-norma hukum yang sudah ada. Di dalam agama
LGBT sangat ditentang karena tidak sesuai kodrat manusia yang mana manusia seharusnya
menyukai dan menjalin hubungan perkawinan dengan lawan jenis bukan dengan sesama jenis
(Santoso, 2016).
Jika LGBT diperbolehkan di Indonesia maka akan merusak tatanan norma dan nilai yang
sudah dibuat dan dikehendaki oleh masyarakat. Selain itu Indonesia merupakan negara
Ketuhanan dimana tidak ada satu ajaran agama manapun yang memperbolehkan
Pergaulan bebas sesama jenis dapat menyebabkan berbagai penyakit kelamin menular
yang berbahaya. WHO menjelaskan bahwa kaum gay dan transgender lebih beresiko
Menurut konsep biologi, perkawinan merupakan proses terjadinya pertemuan antara sel
sperma dan sel telur, sehingga jika dilakukan perkawinan sejenis tidak akan bisa
Dampak negatif dari fenomena LGBT tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan atau pribadi
seseorang saja, bahkan juga mengikis dan menggugat keharmonisan hidup bermasyarakat. Dari
sudut sosiologi pula, ia akan menyebabkan peningkatan gejala sosial dan maksiat hingga tidak
dapat dikendalikan. Mereka akan semakin melakukan hal-hal yang menurutnya bisa membuat
senang tetapi tidak baik menurut masyarakat sekitarnya. Jika dilihat dari sisi psikologi, kebiasaan
jelek ini akan mempengaruhi kejiwaan dan memberi efek yang sangat kuat pada syaraf. Sebagai
akibatnya pelaku merasa dirinya bukan lelaki maupun perempuan sejati. Sebagai pelaku mereka
sangat merasa nyaman dengan keadaan tersebut bahkan akan sulit untuk menyadarkannya.
Mereka juga akan merasa khawatir terhadap identitas diri dan seksualitasnya. Pelaku merasa
cenderung dengan orang yang sejenis dengannya dan akan merasa risih jika bersama dengan
orang lain yang bukan pasangannya. Hal ini juga bisa memberikan efek terhadap akal
menyebabkan pelakunya menjadi pemurung. Seorang homoseks selalu merasa tidak puas dengan
Pada dasarnya secara fitrah manusia diciptakan oleh Allah swt berikut dengan dorongan
jasmani dan nalurinya. Salah satu dorongan nalurinya adalah naluri melestarikan keturunan yang
didorong dengan hubungan antara lawan jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Perkawinan dalam
Islam hanya boleh dilakukan dengan adanya mempelai pria dan wanita. Ketentuan hukum ini
dianggap sebagai ketentuan yang ma’lumun min ad-din bi ad-dharurat (kesepakatan bersama)
( BKKBN, 2011).
9. Penyebab LGBT
perilaku dilakukan oleh keluarga dekatnya sendiri sehingga individu tersebut merasa
trauma berat. Maka bisa mempengaruhi pola piker dan orientasi seksual ketika dewasa.
Lari dari suatu masalah, misalnya laki-laki pernah ditolak 7 kali oleh perempuan atau
putus dengan kekasih yang sangat dicintainya yang mengakibatkan rasa trauma yang
Tujuan dasar dari gerakan LGBT adalah melakukan perubahan tatanan, sosial, budaya,
politik, hukum dan ekonomi yang mendiskriminasi bahkan sebagai alat legitimasi
dilanggengkannya kekerasan terhadap kelompok homoseksual, baik kekerasan fisik, verbal dan
psikologis. Kelompok LGBT merasa dipojokkan oleh masyarakat karena masyarakat tidak
menyetujui jika kelompok LGBT dilegalkan ataupun berbaur lebih banyak karena akan
Pelarangan adanya kelompok homoseksual di luar aspek hukum di atas dimasukkan juga
dalam aspek lain seperti agama melalui kitab suci seperti kisah Sodom dan Gomora (Kristen),
Nabi Luth (Islam). Aspek politik dapat kita lihat ketika Dede Oetomo dan Yulianus Rottoblaus
ditolak untuk mencalonkan diri menduduki jabatan sebagai Komisioner Komnas HAM di
Indonesia, karena kedua orang ini memiliki preferensi seksual dan identitas seksual yang
berbeda.
Dalam Kalat (2010) ada beberapa teori yang menjelaskan alasan individu menjadi
homoseksual yaitu :
a. Teori Biologis yang menyatakan adanya faktor genetik dan faktor hormon yang
b. Teori Psikoanalisis menyatakan bahwa pada keadaan resolusi yang tidak tepat maka
perkembangan moral tertahan pada tahap yang belum matang sehingga menyebabkan
c. Teori Belajar mengemukakan bahwa reward dan punishment dapat membentuk perilaku
individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat dan kepribadian. Faktor
Menurut Badrunnisa ketua PPKB Kota Banda Aceh, media sosial menjadi tempat empuk
kelompok LGBT mencari anggota baru. Karena selain sulit terdeteksi oleh penegak hukum, aman
dan banyak target yang bisa diajak. Selain itu, kelompok LGBT ini tidak mengenal status sosial,
pendidikan, ekonomi maupun lainnya. Fenomena LGBT ini bisa saja terlibat berbagai lapisan
masyarakat. Fakta yang mengejutkan lainnya bahwa mayoritas dari anggota LGBT tersebut adalah
mahasiswa dan selebihnya pelajar sekolah serta profesi lainnya. Pada tahun 2003, kasus
homoseksual di kalangan pelajar Bandung sudah sangat tinggi. Bahkan 21 persen siswa SLTP dan
diskriminatif terhadap LGBT, terutama dari golongan kelas menengah kebawah dan yang
kebanyakan beragama Islam, hal ini dikarenakan adanya norma dan ajaran-ajaran agama yang masih
berlaku di dalam masyarakat mengenai orientasi seksual dan LGBT dianggap sebagai orientasi
seksual yang menyimpang. Hal ini menunjukkan pendidikan dan tingkat religiusitas sangat
menerima keberadaan LGBT namun ketika sampai kepada hal prinsipil yang bertentangan dengan
ajaran agama kelompok ini tetap menolak, khususnya pada orientasi seksualnya. Namun ada juga
yang merasa hal tersebut tergantung bagaimana sikap masyarakat terhadap LGBT itu sendiri, ada
masyarakat yang tidak memperdulikan keberadaan mereka karena sudah terbiasa dan ada juga
masyarakat yang memang peduli terhadap keberadaan LGBT, maka biasanya mereka akan dirangkul
dibayangi dengan stigma, seperti menjadi bahan omongan, kekhawatiran akan muncul pelecehan
seksual, dan ketakutan dari dalam masyarakat terhadap keberadaan mereka.Pengalaman masyarakat
melaporkan ada LGBT yang kerap terlibat tindakan tidak menyenangkan, seperti tindakan asusila di
kendaraan umum dan premanisme yang muncul dari kelompok Transgender ketika mereka sedang
mengamen, dan pemberitaan mengenai perilaku asusila oleh kelompok penyuka sejenis yang
menyasar anak kecil menambah trauma bagi banyak orang. (Kementerian Pemberdayaan Perempuan
Mengingat banyaknya diskriminasi yang menyerang kaum LGBT termasuk pada mahasiswa,
maka tentu berpengaruh pada kebermaknaan hidup yang mereka miliki. Kaum LGBT juga
mendambakan suatu kehidupan yang bermakna dan bahagia atas eksistensinya yaitu dengan cara
mendapatkan penerimaan yang baik dari lingkungan sosialnya (Sidiq, et al., 2013).
D. Pertanyaan Penelitian
METODE PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah makna hidup. Makna hidup merupakan segala hal yang
dirasa berharga dan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seseorang individu serta menjadi
tujuan hidup untuk dipenuhi dan dicapai. Bila tujuan hidup tersebut tercapai dan sukses untuk
dipenuhi maka akan menyebabkan seseorang mengalami dan merasakan hidupnya berarti sehingga
akan menghantarkan pada rasa senang dan bahagia (Bastaman 2007). Arti makna hidup merupakan
manfaat besar dan kebijakan yang terkandung dalam berbagai pengalaman dan peristiwa hidup, baik
yang membahagiakan maupun yang tidak membahagiakan, sehingga sering disamakan juga dengan
B. Desain Penelitian
Penelitian tentang makna hidup pada mahasiswa LGBT di Universitas Syiah Kuala
datang ke fenomenologi, perhatian terutama pada gagasan fenomena tertentu, dan bentuk studinya
adalah untuk meninjau dan memahami makna pengalaman yang terkait dengan fenomena tertentu.
Penelitian kualitatif adalah sarana untuk menemukan masalah dalam kehidupan pemerintah,
swasta, dan organisasi masyarakat, serta dalam kehidupan para pria dan wanita muda dan di bidang
olahraga dan seni dan budaya, untuk dimanfaatkan sebagai a Kebijakan yang akan
menggambarkan makna kehidupan seorang transgender, yang ditemukan efektif. Alasan peneliti
bagaimana subjek penelitian melewati dan bagaimana subjek memahami dan menghayati fenomena
tersebut di dalam kehidupannya. Penjelasan tentang makna hidup didasarkan pada hasil
mendokumentasikan. Setelah itu, data dievaluasi menggunakan analisis data kualitatif interpretatif
untuk memahaminya.
C. Responden Penelitian
Subjek penelitian atau peserta dalam penelitian ini adalah mahasiswa LGBT di Universitas
Syiah Kuala. Memilih informan untuk penelitian fenomenologis tergantung pada kemampuannya
yang akan dipertanyakan untuk mengekspresikan pengalaman hidupnya dan ketersediaan informan
di lapangan. Creswell (1998) persyaratan informan yang baik adalah: “...all individuals studied
represent people who have experienced the phenomenon”. Creswell mencatat bahwa dalam
penelitian subjek penelitian dapat ditentukan untuk mewakili kelompok individu yang dianggap
relevan dalam penelitian ini, dan bahwa ini dapat dilakukan dalam penelitian penelitian subjek
penelitian. Informan penelitian harus dipilih karena individu dapat menjelaskan dan menguraikan
kembali setiap kejadian yang secara pribadi diamati dan dialami. Dalam penelitian fenomenologis,
jumlah yang dimaksud setidaknya 5 peserta. Pendapat itu sesuai dengan Pongkinghorne (1989)
dalam Creswell (2015) yang menyatakan bahwa dalam sebuah penelitian fenomenologi setidaknya
Berikut ini adalah kriteria subjek dalam penelitian ini: . Informan harus mengalami langsung
a. Informan harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang berkaitan dengan subjek
penelitian.
c. Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian yang mungkin membutuhkan waktu yang
lama.
d. Bersedia untuk diwawancara dan direkam aktivitasnya selama wawancara atau selama
penelitian berlangsung.
e. Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian.
Agar subjek atau orang sumber daya dapat memasok informasi yang sah, subjek atau sumber
daya tersebut direkrut melalui penggunaan pendekatan tertentu. Dalam penelitian ini, subjek atau
sumber daya dipilih dengan tujuan tertentu, subjek atau pembicara dipilih berdasarkan kritik
terhadap kritik khas tertentu. (Sugiyono, 2015). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
D. Lokasi Penelitian
Tempat dilakukannya penelitian yaitu di Sanggar Seni Universitas Syiah Kuala. Alasan
mengapa dipilihnya tempat tersebut karena menurut hasil observasi awal peneliti dan penuturan
informan , terdapat mahasiswa gay yang yang ada di tempat tersebut dan merupakan universitas
yang menganut syariat Islam sehingga peneliti tertarik untuk menggali makna hidup mahasiswa
Wawancara, observasi, penelitian literatur, dan studi dokumentasi semua dipekerjakan dalam
penelitian ini untuk mengumpulkan informasi. Sebagai contoh bagaimana menjelaskan prosedur
1. Wawancara
Wawancara sering dilakukan dalam bentuk pertukaran tanya jawab. Dalam penelitian kualitatif,
wawancara yang dilakukan oleh para peneliti dimaksudkan untuk memperoleh informasi subjektif
yang dirasakan oleh orang-orang yang relevan dengan subjek yang sedang diselidiki dan untuk
mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Ada banyak konsistensi dalam pedoman wawancara
yang dipekerjakan oleh para peneliti dalam proses wawancara. Pedoman wawancara hanya
mencakup kekhawatiran yang diperlukan untuk penelitian dan tidak mengurutkan pertanyaan yang
harus diperiksa oleh para peneliti. Dalam metode wawancara ini, aturan umum semata-mata
dimanfaatkan oleh para peneliti untuk berfungsi sebagai pengingat fitur yang akan ditanggung dan
untuk memastikan bahwa aspek telah diajukan kepada para responden (Poerwandari, 2009).
Panduan wawancara disusun berdasarkan teori yang digunakan. Proses pencapaian makna hidup
mahasiswa LGBT?
ketika menghadapi
hidup?
3. Bagaimana anda
menghayati suatu
cobaan maupun
kesulitan dalam
menjalani kehidupan
sehari-hari?
4. Bagaimana anda
memaknai semua
dalam hidup?
pengalaman sulit
dalam hidup?
Nilai Nilai pengharapan dicitrakan Percaya akan 1. Apa yang selama ini
2. Bagaimana kontribusi
kebermaknaan hidup
anda?
Faktor Internal Diartikan sebagai seluruh Sikap dan sifat 1. Apa saja faktor dalam
(Kualitas- kapasitas yang ada pada diri yang hanya diri yang mendukung
menemukan
kebermaknaan hidup?
Eksternal yang akrab antara individu keakraban serta lingkungan bagi hidup
satu dengan
individu yang
lainnya.
2. Observasi
Pengamatan memungkinkan para peneliti untuk melihat kejadian sebagai subjek terlihat untuk
merasakannya, menangkap dan merasakan fenomena sesuai dengan arti subjek dan item yang
diteliti, dan membuat kesimpulan tentang fenomena tersebut. Pengamatan dapat dilakukan dengan
pengetahuan tentang subjek penelitian atau tanpa sepengetahuan subjek penelitian. Selama kegiatan
ini, para peneliti belajar dari informan dan orang-orang yang telah dipelajari agar lebih memahami
pola, norma, dan makna perilaku yang telah individu saksikan. Sebagai konsekuensinya, para
peneliti akan memiliki waktu yang lebih mudah untuk mengontrak hasil penelitian.
sesuatu dan mencatat atau mendokumentasikan kejadian atau barang yang telah diperhatikan.
Pendekatan dengan subjek penelitian dilakukan terlebih dahulu, untuk membangun rasa keakraban
antara para peneliti dan subjek penelitian, sebelum setiap pengamatan dapat dilakukan. Penelitian ini
menggunakan teknik yang dikenal sebagai observasi non-partisipan, di mana para peneliti tidak ikut
serta dalam kegiatan yang para peserta terlibat, tetapi mengamatinya dari sela-sela sepanjang
dipertimbangkan, tindakan yang terjadi di dalamnya, individu-individu yang terlibat, dan pentingnya
terjadinya seperti yang terlihat dari perspektif orang yang terlibat dalam insiden yang
dipertimbangkan.
Adapun aspek-aspek yang menjadi fokus observasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dokumen dipandang sebagai catatan / gambar tertulis yang telah disimpan mengenai apa pun
yang telah terjadi pada masa lalu. Fakta dan data dilestarikan dalam berbagai bahan dalam bentuk
dokumentasi, yang disebut sebagai dokumentasi. Mayoritas informasi yang diberikan adalah dalam
bentuk foto, buku harian, biografi, gambar, dan jenis data yang direkam lainnya.
tentang objek atau variabel dalam bentuk catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
menit pertemuan, agenda, dan sebagainya. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan
informasi yang diperoleh dari arsip, foto, dan dokumen lainnya, baik di dalam maupun di luar
lembaga, yang relevan dengan penelitian. Pada penelitian ini menggunakan dokumen foto sebagai
F. Analisis Data
Mencari dan mengatur data secara sistematis diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dengan mengatur data dalam kategori, menguraikan ke dalam unit, melakukan sintesis,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan menarik
kesimpulannya mudah dipahami oleh dirinya sendiri dan orang lain adalah proses analisis data
sebagai alternatif, analisis data dapat didefinisikan sebagai tindakan mengevaluasi informasi yang
disajikan dalam bentuk teks dan visual (Creswell, 2010). Tiga (3) fase terlibat dalam analisis data
Pengurangan data adalah langkah pertama, dan itu melibatkan merangkum dan memilih
informasi yang paling signifikan, serta mencari tema dan pola. Penting untuk mengurangi jumlah
data yang dikumpulkan setelah menerimanya dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan
pada informan dari anggota kelompok laki-laki transgender di Semarang. Kedua, tampilan data
dalam analisis data interaktif adalah penting. Data yang menjadi akumulasi secara progresif tidak
akan dapat menawarkan gambaran yang komprehensif. Akibatnya, perlu untuk menampilkan data.
Menggambar Kesimpulan dari data model interaktif adalah tahap akhir dalam proses analisis data
(verifikasi). Setelah data dianalisis dalam fase pertama dan kedua, peneliti akan berusaha untuk
memperoleh kesimpulan dari data (Sugiyono, 2009). Informasi lebih lanjut tentang teknik analisis
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Di antara hal-hal yang dapat dicapai dengan analisis kualitatif adalah: memeriksa proses
mengambil suatu peristiwa dan mendapatkan citra komprehensif dari acara tersebut, dan menilai
makna di balik infrikasi, data, dan proses peristiwa dalam bukunya, penyelidikan kualitatif dan
Desain Penelitian: Memilih di antara lima tradisi, Creswell menjelaskan bahwa pendekatan analisis
data dan representasi data untuk penelitian fenomenologis sedikit berbeda dari untuk jenis penelitian
bagaimana metodologi analitik yang terorganisir dan khusus dikembangkan, yang meliputi:
sedang diselidiki. Para peneliti memulai dengan penjelasan terperinci tentang pertemuan
peneliti sendiri dengan acara tersebut. Ini adalah upaya untuk menghapus pengalaman
pribadi para peneliti dari diskusi (yang tidak dapat dilakukan sepenuhnya) sehingga
mengalami subjek ditemukan (dalam wawancara atau sumber data lainnya), dan
pernyataan penting ini dicatat (horizontalisasi data). Setiap pernyataan dianggap memiliki
nilai yang sama, dan peneliti bekerja untuk mengkompilasi daftar pernyataan yang tidak
berulang yang tidak tumpang tindih. Pada tahap ini dilakukan dengan cara
hanya meliputi pengalaman dari para partisipan tetapi juga pengalaman dari diri peneliti
sendiri. Deskripsi dari pengalaman peneliti akan dijelaskan dalam refleksi peneliti. Proses
selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan transkrip wawancara. Transkrip
c. Ambil pernyataan penting dan mengintegrasikannya dengan informasi lain ke dalam unit
informasi yang lebih besar yang dikenal sebagai "unit makna" atau "tema".
d. Buat deskripsi "Apakah" seperti yang dipersepsikan oleh mereka yang terpapar fenomena.
Ini disebut sebagai "Akun Tekstur" dari apa yang terjadi selama pengalaman, dan itu
termasuk instance Verbatim. Pada tahap ini peneliti memfokuskan pada pengalaman apa
yang didapatkan oleh partisipan. Proses deskripsi tekstural yaitu dengan cara peneliti
belakang dan lingkungan di mana fenomena diamati, ini disebut sebagai "deskripsi
miliki atau diperoleh siswa. Proses deskripsi pengalaman pada tahap ini dapat dilihat
perdasarkan setting, yaitu meliputi waktu (kapan) dan tempat (dimana) pengalaman
tersebut berlangsung. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisi tentang bagaimana makna
f. Menulis dekripsi fenomena yang terpadu dengan memasukkan deskripsi tekstur dan
struktural dalam dekripsi. Bagian ini menangkap "esensi" dari pengalaman dan
disajikan dalam bentuk paragraf yang panjang yang menginformasikan pembaca pada
"apa" peserta dalam fenomena yang telah dialami serta "bagaimana" mereka telah
G. Keterpercayaan Penelitian
Untuk memperkuat kesahihan data hasil temuan dan keotentikan penelitian, maka peneliti
mengacu kepada penggunaan standar keabsahan data yang terdiri dari: Credibility, transperability,
cara:
pengumpulan data dan informasi tentang semua asfek diperlukan dalam penelitian ini
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan terhadap data
yang ada. Moleong mengatakan bahwa penelitian yang menggnakan teknik trianggulasi
dalam pemeriksaan melalui sumber, artinya membandingkan atau mengecek balik derajat
kepercayaan suau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, yaitu
dengan:
1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara Ketua Sanggar
Seni USK,
2) membandingkan hasil wawancara dengan Ketua Sanggar Seni USK terhadap hasil isi
gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan komunikasi organisasi di Sanggar Seni USK
dapat diaplikasikan atau diberlakukan kepada konteks atau situasi lain yang sejenis.
Seni USK peneliti mengusahakan konsistensi dalam keseluruhan proses penelitian ini agar
dapat memenuhi persyaratan yang berlaku. Semua aktivitas penelitian harus ditinjau ulang
terhadap data yang diperoleh dengan memperhatikan konsistensi dan dapat dipertanggung
jawabkan.
keterpercayaannya atau diakui oleh banyak orang (objektivitas) sehinga kualitas data dapat
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik (Ed. Rev. V). Rineka
Cipta. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=217760
Badan Pengembangan Bahasa dan Pembukuan Kemendikbud. (2016). Kamus Besar Bahasa
Bastaman, H. (1996). Meraih Hidup bermakna: Kisah Pribadi Dengan Pengalaman Tragis.
Jakarta: Paramadina.
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi (Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih
Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Tradition
Creswell, J.W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed (edisi 4).
Pustaka Pelajar
Creswell, John W. (2015). Penelitian kualitatif & desain riset : memilih diantara lima pendekatan
(Qualitative inquiry & research design : choosing among five approaches) (A. L. Lazuardi & S. Z.
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook of Qualitative Research. Terj. Dariyatno dkk.
Pustaka Pelajar.
Dewi, A. S., & Tobing, D. H. (2014). Kebermaknaan Hidup Pada Anak Pidana di Bali. Jurnal
20di%20Bali
Dyanita, A. (2010). Kontribusi Kebermaknaan Hidup Bagi Sikap Individu Terhadap Kematian.
Ghozali, I. (2015). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 (Cet. VIII).
K8g3CywAAAAJ&hl=id
Hamdi, I. (2017). Hasil survei, orang Indonesia paling intoleran dengan LGBT. Tempo Online.
02/17/173847431/hasil-survei-orang-indonesia-paling-intoleran-dengan-lgbt.
Kamal, L. S. (2021). Kebermaknaan Hidup Penyandang Tunanerta: Studi Kasus pada Seorang
Penyandang Tunanetra di Penujuk Toro Desa Penujuk Kecamatan Praya Barat Lombok
http://etheses.uin-malang.ac.id/27375/3/17410058.pdf
Nugroho, S. C., Siswati, M. S., & Sakti, H. (2010). Pengambilan keputusan menjadi
ad/pdf/11711398.pdf
Dengan Resiko Penyimpangan Seksual di SMK 1 Jombang [Skripsi Sarjana, STIKes Insan
Prasetyo, D. D., & Amri, A. (2017). Peranan UP3AI Unsyiah Dalam Mengantisipasi Pengaruh
Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 2(3).
Pratama, M., Fahmi, R., & Fadli, F. (2018). Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender: Tinjauan
Teori Psikoseksual, Psikologi Islam dan Biopsikologi. Psikis : Jurnal Psikologi Islami, 4(1), 27-
Prawira, R. (2010). Hubungan antara Makna Hidup dan Toleransi Beragama pada Jamaah
Salafy di Bekasi. [Skripsi Sarjana, UIN Syarif Hidayatullah]. Diakses pada 26 Maret 2023
dari https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/4700
perspektif hukum islam. IAIN Tulungagung Research Collections, 4(2), 305- 326.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D – MPKK (Edisi ke 2).
Alfabeta
Sulaiman. (2007). Hubungan Sense Of Humor Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Masyarakat
Betawi. [Skripsi Sarjana, UIN Syarif Hidayatullah]. Diakses pada 28 Maret 2023 dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/11537/1/SUL AIMAN-PSI.pdf
Sumanto. (2006). Kajian Psikologis Kebermaknaan Hidup. Buletin Psikologi, 14 (2). Diakses
nesiantranslations/17_indonesian_s_islamic_law_criminal_justice_indonesia_version
.pdf.
Sidiq, M., Dahlia, D., & Khairani, M. (2013). Makna Hidup Pria Homoseksual di Kota Banda
NPM : 2107101130053
Kapasitas yang dimaksud berupa konsis, sikap, dan sifat yang hanya
melekat pada pribadi manusia dan tidak terdapat pada makhluk lain. Contoh
akan keterbukaan dan keakraban serta kesediaan dan sikap untuk saling