Anda di halaman 1dari 21

MASALAH SOSIAL MENGENAI TRANSGENDER ATAU LGBT

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Masalah Sosial
Kontemporer

DOSEN PEMBIMBING

Dede Kuswanda, Ph.D.

Dra. Nenden Rainy Sundary, MP

DISUSUN OLEH

1. Ata Purnawati Amanah (19.04.044)


2. Isnaini Rohmah Adiningsih (19.04.142)
3. Erika Dwi Yuliastanti (19.04.193)
4. Dwiki Rahadian (19.04.280)
5. Eka Fitri Handayani (19.04.282)

Kelas : 1A Pekerjaan Sosial

PRODI PEKERJAAN SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
KOTA BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Masalah Sosial Mengenai
Transgender atau LGBT ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Dede Kuswanda, Ph.D. dan Ibu Dra. Nenden Rainy Sundary, MP pada Masalah
Sosial Mengenai Transgender atau LGBT. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang tingkah laku manusia dalam lingkungan sosial
secara kelompok bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dede Kuswanda, Ph.D. dan Ibu
Dra. Nenden Rainy Sundary, MP selaku dosen mata kuliah Masalah Sosial
Kontemporer yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan tugas ini.

Bandung, Maret 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................…………………………………i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................5

2.1 Pengertian Masalah Sosial Kontemporer LGBT 5


2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Sosial LGBT 5
2.3 Dampak Yang Ditimbulkan Dari Masalah Sosial LGBT 6
2.4 Korban Dari Masalah Sosial LGBT 7
2.5 Upaya Penanganan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Untuk Menangani
Permasalahan 9
2.6 Korelasi Pekerja Sosial Dengan Masalah Sosial LGBT 11

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................16

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................16

3.2 Saran .............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................18


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Mulai
dari lahir hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
kemampuan fisik maupun psikologis. Dalam masyarakat dikenal istilah-istilah
lesbi, gay, biseksual dan transgender. Istilah - istilah ini merupakan
pemyimpangan orientasi seksual. Orientasi seksual merupakan istilah yang
mengarah kepada jenis kelamin, yaitu seseorang merasakan ketertarikan secara
emosional, fisik, seksual dan cinta. Hampir seluruh sistem sosial di dunia
menolak kehidupan homoseksual. Hukum di negara lain ada yang melegalkan
secara formal tentang kehidupan homoseksual, namun ditolak oleh sistem sosial
atau sebaliknya, karena secara sosial sudah menjadi urusan yang privat. Dalam
konteks penyimpangan sosial, homoseksualitas dikatakan menyimpang karena
fenomena tersebut tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam
banyak kelompok masyarakat.

LGBT adalah akronim dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender.


Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an. Dan menggantikan frasa
“komunitas gay” karena istlah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang
telah disebutkan. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan
orientasi seksualnya kepada sesama perempuan, Gay adalah istilah untuk laki-
laki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama laki-laki. Sementara
biseksual adalah orientasi seks yang mempunyai ciri-ciri berupa ketertarikan
estetis atau hasrat seksual kepada pria dan juga kepada wanita. Selain dari ketiga
istilah yang telah disebutkan, ada juga transgender yaitu istilah yang digunakan
untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir atau terlihat
berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir namun keadaan ini
tidak terkait dengan orientasi seksual.
Fenomena LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) saat ini telah
berkembang di dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Indonesia dengan
kebudayaan timurnya masih menganggap bahwa kaum LGBT merupakan orang-
orang yang menyimpang, sehingga kaum LGBT ini masih ragu untuk membuka
diri mereka kepada masyarakat. Sebagian besar kaum LGBT mempresentasikan
dirinya sebagai masyarakat heteroseksual, hal ini dilakukan agar kaum LGBT
dapat bergaul secara nyaman dalam melakukan berbagai aktifitas sosial
bermasyarakat. Presentasi diri sebagai heteroseksual membuat masyarakat tidak
menyadari secara jelas bahwa keberadaan kaum LGBT yang sebenarnya dekat
dengan lingkungan kita sehari-hari. Selain karena faktor budaya, faktor agama
juga menjadi alasan bagi kelompok LGBT untuk menutup jati dirinya dalam
bermasyarakat.

Di Belanda negara yang lebih maju dari kita pun homoseksual sudah
menjadi budaya mereka dengan dikeluarkannya hukum politik atas perkawinan
antara kaum gay atau lesbian, hal tersebut seharusnya tidak dapat dijadikan
contoh yang baik, apalagi menjadi rujukan untuk diterapkan pula di Indonesia
karena tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang menjadi dasar Negara kita.
LGBT merupakan perbuatan asusila yang sangat menyimpang dan menunjukkan
pelakunya seorang yang mengalami penyimpangan psikologis dan tidak normal.
Disamping itu tidak sedikit fenomena LGBT mengarah kepada terjadinya tidak
pidana. Alih-alih menjadi korban, Justru kaum LGBT semakin meluas
merajalela meresahkan masyarakat. Masalah homoseksual dan lesbian di
Indonesia kini memasuki babak-babak yang semakin menentukan. Sejauh ini
hukum nasional Indonesia tidak mengkriminalisasikan homoseksualitas. Hukum
pidana nasional tidak melarang hubungan seksual pribadi dan hubungan
homoseksual non-komersial antara orang dewasa yang saling bersetuju. Hal ini
berarti, Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP) tidak menganggap
perbuatan homoseksual sebagai suatu tindakan kriminal, selama tidak melanggar
hukum-hukum lain yang lebih spesifik, antara lain hukum yang mengatur
mengenai perlindungan anak, kesusilaan, pornografi, pelacuran, dan kejahatan
pemerkosaan. Perbuatan homoseksual tidak dianggap sebagai tindakan kriminal,
selama hanya dilakukan oleh orang dewasa (tidak melibatkan anak-anak atau
remaja di bawah umur), secara pribadi (rahasia/tertutup, tidak dilakukan di
tempat terbuka/umum, bukan pornografi yang direkam dan disebarluaskan),
non-komersial (bukan pelacuran), dan atas dasar suka sama suka (bukan
pemaksaan atau pemerkosaan).

Mengenai komunitas LGBT yang sedang hangat dibicarakan di tanah air


ini sebenarnya menuai banyak kekurangan didalam hal peraturan hukum yang
mengaturnya, pengaturan hukum mengenai kejahatan terhadap kesusilaan diatur
didalam KUHP terdapat dalam Pasal 281 hingga 303. Jika kita melihat di
didalam Pasal 281 yang mengatur tentang kejahatan terhadap kesusilaan, bahwa:
“Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. Barangsiapa dengan
sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan, 2. Barangsiapa dengan sengaja dan
didepan orang lain yang ada disitu bertentangan dengan kehendaknya,
melanggar kesusilaan.”

Dalam hal ini, perlu pula diketahui apa yang dimaksud dengan
kesopanan dalam Pasal 281 KUHP. R. Soesilo menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kesopanan yaitu dalam arti kata kesusilaan, perasaan malu
yang berhubungan nafsu kelamin misalnya bersetubuh, meraba buah dada
perempuan, meraba tempat kemaluan wanita, memperlihatkan anggota kemaluan
wanita atau pria, mencium, dan sebagainya. 6Topo Santoso Dan Eva Achjani
Zulfa, kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2012, hal.9 9 Pengrusakan
kesopanan ini semuanya dilakukan dengan perbuatan. Sifat merusak kesusilaan
perbuatan-perbuatan tersebut kadang-kadang amat tergantung pada pendapat
umum pada waktu dan tempat itu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka terdapat pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini. Permasalah yang
dimaksud adalah:
1. Apa pengertian atau definisi dari masalah sosial kontemporer LGBT?
2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya masalah LGBT tersebut ?
3. Apakah ada yang menjadi korban dari masalah siapa yang menjadi
korban masalah sosial LGBT tersebut ?
4. Bagaimana dampak sosial yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut?
5. Bagaimana upaya penanganan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menangani permasalahan tersebut ?
6. Bagaimana korelasi pekerja sosial dengan masalah sosial LGBT
tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan dan mengetahui pengertian atau definisi dari LGBT.
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya LGBT.
3. Mengetahui korban dari masalah sosial LGBT.
4. Mengetahui dampak sosial yang ditimbulkan dari LGBT.
5. Mengetahui upaya pemerintah untuk menangani masalah sosial
kontemporer.
6. Mengetahui korelasi pekerjaan sosial dengan masalah sosial tersebut.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masalah Sosial Kontemporer LGBT


LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.
Lesbian ialah suatu orientasi seks yang mana perempuan menyukai sesama
jenis perempuan. Lalu, gay adalah sebutan untuk seorang laki-laki yang
menyukai sesama laki-laki. Sementara biseksual ialah sebutan untuk seseorang
yang dapat tertarik dengan laki-laki maupun perempuan. Lalu transgender ialah
seseorang yang memiliki penampilan atau perilaku berkebalikan dengan jenis
kelaminnya. Dalam kasus ini transgender tidak menginginkan adanya
perubahan organ seksualnya. Seseorang yang menginginkan adanya perubahan
organ intimnya disebut transeksual. LBGT ini tergolong sebagai masalah
kejiwaan

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Sosial LGBT


a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan bisa memicu terjadinya LGBT, misalnya saja karena
salah pergaulan. Dalam berteman, sudah selayaknya kita "memilih" teman
yang memiliki perilaku baik. Ketika seseorang berteman dengan orang
yang termasuk LGBT, ada kecenderungan dia akan ikut menjadi anggota
LGBT disebabkan faktor pengaruh teman. Jadi, lingkungan dan kebiasaan
menjadi faktor pemicu paling besar terjadinya LGBT di Indonesia. Adanya
pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia juga bisa menyebabkan
penyimpangan perilaku ini terjadi.
b. Faktor Keluarga
Jika seorang anak mengalami kekerasan di lingkungan keluarganya, hal ini
bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dia menjadi LGBT.
Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang mendapatkan perlakukan
kasar dari ayah atau saudara laki-lakinya akan berpikir untuk membenci
lawan jenisnya. Alhasil, dia memilih untuk hidup sebagai LGBT karena
pengalaman hidup yang tidak mengenakkan. Oleh sebab itulah, peranan di
dalam keluarga sangat penting. Kehangatan dan keharmonisan keluarga
akan mendorong anak untuk tumbuh normal dan wajar. Selain itu, jika
kedua orang tua memberikan pendidikan agama dan moral yang baik, hal
ini akan membentengi seseorang untuk menyimpang menjadi LGBT.
c. Faktor Genetik
Kemudian, faktor penyebab LGBT bisa terjadi ialah karena faktor genetik.
Maksudnya ialah penyimpangan seksual seperti Lesbian, Gay, Biseksual
ataupun Transgender bisa terjadi karena adanya riwayat keturunan dari
anggota keluarga sebelumnya. Dalam tubuh manusia, kromosom seorang
laki-laki normal ialah XY dan perempuan yaitu XX. Namun, di kehidupan
nyata, bisa ditemukan bahwa seorang laki-laki memiliki kromosom XXY.
Kelebihan kromosom ini bisa menyebabkan dia memiliki perilaku
menyerupai seorang perempuan.

2.3 Dampak Yang Ditimbulkan Dari Masalah Sosial LGBT


a. Dampak Kesehatan
78 % pelaku homoseksual terjangkit penyakit-penyakit menular dan rentan
terhadap kematian. Rata-rata usia laki-laki yang menikah adalah 75 tahun,
sedangkan rata-rata usia gay adalah 42 tahun, dan menurun menjadi 39
tahun jika menjadi korban AIDS. Rata-rata usia wanita yang bersuami dan
normal adalah 79 tahun, sedangkan rata-rata usia lesbian adalah 45 tahun.
b. Dampak Sosial
Seorang gay akan sulit mendapatkan ketenangan hidup karena selalu
berganti ganti pasangan. Penelitian menyatakan: “Seorang gay mempunyai
pasangan antara 20-106 orang pertahunnya. Sedangkan pasangan zina saja
tidak tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya.
Sebanyak 43 persen orang gay yang didata dan diteliti menyatakan bahwa
seumur hidupnya melakukan homoseksual dengan 500 orang. 28 persen
melakukannya dengan lebih dari 1,000 orang. 79 persen melakukannya
dengan pasangan yang tidak dikenali sama sekali dan 70 persen hanya
merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit saja.
Berdasarkan penelitian di atas, melegalkan pasangan LGBT dalam ikatan
pernikahan pada hakikatnya adalah tindakan yang sia-sia.
c. Dampak pendidikan
Penelitian membuktikan bahwa pasangan homo menghadapi permasalahan
putus sekolah lima kali lebih besar dari pada siswa normal karena mereka
merasakan ketidakamanan dan 28 persen dari mereka dipaksa
meninggalkan sekolah.
d. Dampak keamanan
Kaum homoseksual menyebabkan 33 persen pelecehan seksual pada anak-
anak di Indonesia, padahal populasi mereka hanyalah 2 persen dari
keseluruhan penduduk negara itu.

2.4 Korban Dari Masalah Sosial LGBT


a. Biodata
a) Nama : Raju Muhammad Abdullah
b) Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 1 Juli 1999
c) Agama : Islam
d) Pendidikan : SD kelas V
e) Alamat : Lebak Bulus, Jakarta Selatan
f) Permasalahan : LGBT
g) Rujukan : Jalan P.P.A, Bambu Apus, Cipayung,
RT.6/RW.1, Bambu Apus, Jakarta Timur, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13890
b. Seorang remaja yang namanya "R" pada awalnya ia seperti remaja pada
umumnya pinter, banyak ngomong. Tetapi lambat laun ia menjadi anak
laki-laki yang bersikap agak feminim seperti layaknya perempuan. Orang
tua dan teman-teman sekolahnya pun tahu akan hal itu tetapi tetap
membiarkan "R" bersikap seperti itu. Ia juga sudah mengetahui orientasi
seksualnya itu dari kecil dari faktor keluarga khususnya karena "R" tersebut
tidak mempunyai peran dan kasih sayang ayah dari kecil sehingga ia ingin
menganggumi seorang laki-laki untuk mendapatkan perasaan tersebut. Ia
juga mulai tertarik dengan sesama jenis, seperti saat ia SMP suka
menganggumi dan melihat sesama laki-laki. Selepas SMA, ia lebih
membuka diri dengan mengikuti komunitas yang bernama aliansi remaja
independent yaitu komunitas-komunitas yang membela hak-hak LGBT.
Ketika "R" masuk ke dalam komunitas tersebut, ia merasa tidak sendiri dan
memiliki kesamaaan sikap dan perasaan dengan teman-teman
komunitasnya sehingga ia semakin berkriprah karena banyak teman dan
lingkungan yang mendukung menjadi LGBT. Di dalam komunitas tersebut
"R" juga cinta lokasi dan menemukan laki-laki yang ia suka dan kagumi.
Ia juga berkata kalau di LGBT juga ada perannya, peran sebagai laki-laki
(top) dan peran sebagai perempuan (bottom). Si "R" ini berperan sebagai
laki-lakinya, rata-rata yang berperan sebagai laki-laki itu menafkahi juga ke
yang berperan sebagai perempuannya. "R" juga saat itu hanya lulusan SMA
yang belum bekerja dan ia bingung bagaimana mencari uang untuk
menafkahi yang berperan sebagai bottomnya ini. Akhirnya, "R" membuat
live streamingnya saat ia melakukan hubungan seksual untuk memuaskan
para bule, istilahnya seperti "R" ini dibooking oleh bule yang juga LGBT,
dan dibayar untuk memberikan sesuatu kepada perempuannya. Kemudian
dari kasus tersebut "R" ditangkap oleh Polda Metro Jaya dengan
pelanggaran UU ITE
c. Penyebab :
a) Penyebab Internal :
1. Karena "R" dari kecil tidak memiliki kasih sayang dari seorang
laki-laki (ayah)
2. Kurangnya pengetahuan tentang agama dan kodrat sebagai
laki-laki
3. Kepribadian "R" yang agak feminim
4. Mempunyai rasa ketertarikan dengan sesama jenis
b) Penyebab Eksternal :
1. Orang tua yang kurang memperhatikan dan memberi
pengetahuan juga kasih sayang kepada "R"
2. Teman -teman "R" yang membiarkan "R" bersikap LGBT
tersebut
3. Keadaan dalam komunitas "R" yang semakin mendukung "R"
bersikap LGBT seperti terjadinya cinta lokasi di dalam
komunitasnya
4. Memiliki kesamaan perasaan dan sikap dengan teman-teman
komunitasnya
d. Dampak :
a) Dampak Individu :
1. "R" mempunyai sikap yang tidak wajar dan berbeda dengan
laki-laki yang seharusnya
2. "R" merasa malu
3. Dikucilkan dan dibicarakan banyak orang
b) Dampak Keluarga
1. Keluarga "R" merasa malu dengan perilaku LGBT yang
dilakukan "R"
2. Keluarga dianggap tidak bisa mendidik "R"

2.5 Upaya Penanganan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Untuk Menangani


Permasalahan
Dalam upaya penanggulangan LGBT, hakikatnya Pemerintah serius
untuk mencegah berkembangnya paham LGBT di kalangan generasi muda.
Pencegahan penyebaran paham LGBT dibutuhkan ketahanan keluarga yang
kuat, khususnya dalam membekali anak-anak dengan ajaran agama dan harus
membatasi anak-anak dari pergaulan-pergaulan bebas. Selain itu, masyarakat
juga mendorong agar pemerintah melakukan sosialisasi-sosialisasi ke sekolah-
sekolah maupun Perguruan Tinggi.
Pemerintah Kota Banda Aceh misalnya membentuk tim khusus untuk
mengatasi persoalan tersebut. Kelompok yang dibentuk ini bertugas untuk
mengambil langkah-langkah pembinaan terlebih dahulu dalam melakukan
tindakan penanggulangan kaum LGBT di Kota Madani tersebut. Tradisi
masyarakat Aceh jika dikaitkan dengan nilai-nilai kepercayaan budaya
tradisional bisa menimbulkan efek pikiran negatif terhadap keberadaan kaum
LGBT di Aceh. Artinya, masyarakat akan homophobia terhadap kelompok ini,
karena bisa saja menyerang anak-anak sebagai objek selanjutnya. Di Aceh,
kelompok LGBT sama sekali tidak mendapat tempat dan semakin
termarginalisasi dari masyarakat. Kecenderungan masyarakat menolak
keberadaan mereka didasarkan atas kepercayaan yang mengatakan bahwa
hubungan sesama jenis kelamin adalah dosa yang tidak termaafkan. Tidak
jarang kaum LGBT yang memiliki orientasi seksual sesama jenis ini, kadang
menjadi bahan candaan pada lingkup dimana ia berada, seperti sekolah. Hal ini
dianggap tabu. Sehingga, banyak para remaja yang pada akhirnya keluar dari
lingkup institusi pendidikan dengan alasan tidak tahan atas cemoohan yang
biasa dilakukan teman atau orang-orang di lingkungan tersebut.
Secara hukum, fenomena LGBT tidak dapat diterima dalam hukum
nasional dan hukum Islam, karena hal tersebut dapat menghancurkan tatanan
kemanusiaan. Dalam upaya penanggulangan keberadaan kaum LGBT,
pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mengatasinya, seperti yang
dilakukan pemerintah Kota Banda Aceh. Pemko Banda Aceh telah banyak 56
melakukan seminar maupun sosialisasi terkait dengan LGBT. Misalnya,
Walikota Banda Aceh, dalam presentasinya, Illiza menyebutkan dulu banyak
pihak yang tidak peduli soal LGBT karena sering dihubungkan dengan HAM.
Namun seiring dengan gerakan komunitas LGBT yang semakin massif, kini
masyarakat semakin peduli terhadap keberadaan LGBT yang mengancam
generasi muda melalui ajakan sejenisnya.
Dari persoalan itu, MUI Pusat sudah mengeluarkan fatwa haram atas
LGBT dan menggolongkannya sebagai kejahatan seksual. Bahkan, guru besar
UIN Ar-Raniry, Alyasa’ Abubakar menyebutkan, keberadaan LGBT di
Indonesia saat ini sudah menjadi sebuah gerakan dan hal ini perlu diwaspadai.
Gerakan mendukung orientasi seks sesama jenis ini berawal pada tahun 1950-
an dengan suatu konsep semua aktifitas seksual yang dapat dinikmati maka
dianggap normal. Kini sudah pada tingkat pelegalan pernikahan sejenis,
bahkan sudah ada kepala negara yang tidak malu mengakui memiliki pasangan
sejenis. Komunitas LGBT terus berusaha merekrut anggota baru, terutama
berusaha mengubah anak-anak yang berorientasi seksual normal menjadi
seperti kaum LGBT.
Penanganan LGBT di Aceh dalam berbagai aspek, baik secara hukum
dan pemerintahan maupun budaya sosial masyarakat itu seharusnya perlu
dibentuk UU dan KUHP tentang Larangan LGBT dan tindakan kriminal
terhadap pelaku LGBT. Sedangkan wujud tanggungjawab dari pemerintah,
maka instansi pemerintah provinsi atau pemerintah daerah harus menyediakan
anggaran untuk setiap program yang berkaitan dengan penanggulangan LGBT
serta membuat tempat rehabilitasi dan pengobatan bagi pelaku LGBT.
Kaum LGBT bukan untuk dijauhi, melainkan untuk didekati dengan
memberikan arahan dan bimbingan kerohanian bagi mereka. Sedangkan dalam
aspek budaya sosial, sebagai bentuk efek jera masyarakat harus turut serta
menyatakan penolakan terhadap keberadaan LGBT, dan fungsi kontrol
masyarakat harus diperkuat sebagai pencegah, kecuali mereka mau dibina
maupun direhab sebagai insan yang fitrah. Secara lebih rinci.

2.6 Korelasi Pekerja Sosial Dengan Masalah Sosial LGBT


Pekerja sosial dalam melakukan rehabilitasi sosial kepada LGBT dengan
metode:
1. Intervensi
a. Merubah pola hidup dan perilaku penerima manfaat yang tidak sesuai
dengan norma yang berlaku baik norma keluarga maupun norma
dalam masyarakat
b. Merubah daya pikir kognitif ke arah yang lebih baik atau positif,
sehingga perilaku negatif yang dilakukan penerima manfaat dapat
dihilangkan
c. Menanamkan norma/nilai dan aturan dalam kehidupan sehari-hari
d. Memberikan motivasi terhadap penerima manfaat untuk dapat
mengikuti proses pelayanan rehabilitasi sampai selesai
e. Menumbuhkan motivasi wali/orangtua untuk lebih aktif
memperhatikan perkembangan penerima manfaat
f. Memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk
mendukung dan menerima keberadaan penerima manfaat kembali ke
masyarakat

2. Sasaran Garapan
a. Penerima manfaat
b. Orangtua/ wali
c. Teman dekat penerima manfaat baik di dalam asrama maupun di luar
asrama
d. Lingkungan tempat tinggal
e. Pengasuh
f. Pengajar (Guru)
g. Psikolog
3. Program dan Langkah-langkah Kegiatan
a. Melakukan perjanjian kontrak dengan penerima manfaat untuk
mengetahui hak-hak dan kewajiban penerima manfaat dan pekerja
sosial
b. Menyusun jadwal kegiatan bimbingan dengan penerima manfaat, baik
bimbingan sosial individu (konseling), bimbingan sosial kelompok
maupun bimbingan belajar
c. Mengadakan homevisit untuk melihat kondisi keluarga dan
lingkungan tempat tinggal penerima manfaat
d. Menentukan indikator keberhasilan yaitu :
1) Fisik
a) Kondisi penerima manfaat sehat dan fisik sempurna tidak ada
kecacatan
b) Penampilan dalam kebersihan maupun cara berpakaian mulai
sedikit rapi
c) Berat badan penerima manfaat ada kenaikan
2) Mental
a) Pelaksanaan ibadah ke gereja
b) Menunjukkan perilaku yang sopan ketika bertemu dengan
petugas
c) Mengucapkan salam ketika bertemu dengan petugas
d) Meminta ijin apabila ada keperluan meskipun masih harus
diingatkan
e) Penyimpangan perilaku mencuri berkurang
3) Sosial
a) Mampu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman
maupun petugas dengan aturan/etika kesopanan
b) Mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru
c) Dapat bekerjasama dengan teman
d) Menghargai orang lain
e) Tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
4) Emosi
a) Dapat mengendalikan emosi dengan baik terlihat lebih tenang
dan tidak gelisah
b) Kesabaran dalam mengikuti kegiatan sampai dengan selesai
c) Keberanian mengungkapkan apa yang dirasa tidak sesuai
dengan diri penerima manfaat dan ketika penerima manfaat
mengalami kesulitan / menghadapi permasalahan kepada
pekerja sosial
5) Pola pikir
a) Semangat yang tinggi untuk sekolah meskipun tingkat
intelegensi rendah
b) Sudah membuat rencana untuk mencapai tujuan hidupnya
c) Merubah pola pikir negatif yang pernah dilakukan menjadi
positif
6) Keterampilan/belajar
a) Kesungguhan dan konsentrasi dalam mengikuti kegiatan
belajar
b) Dapat membaca, menulis dan berhitung
c) Dapat duduk di sekolah formal
d) Dapat memahami penjelasan yang diberikan oleh pengajar/
guru

e. Memberikan motivasi untuk menghilangkan faktor-faktor penyebab


masalah, memperbaiki motif yang rusak dan mengarahkan pada pola
berpikir, sikap dan perilaku ke arah yang positif
f. Memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang makna tugas dan
tanggung jawab hidup
g. Melakukan perubahan lingkungan sosial terutama keluarga sehingga
keluarga memahami kondisi penerima manfaat dan mampu merubah
pola kepengasuhan
h. Mendorong masyarakat untuk membantu memberikan dukungan
kepada penerima manfaat dan keluarga dalam perubahan perilaku
sehingga penerima manfaat dapat di terima kembali di lingkungan
masyarakat
i. Memobilisasi sumber-sumber antara lain :
1) Orangtua/wali penerima manfaat
2) Teman dekat diluar panti
3) Teman dekat di masyarakat
4) Lingkungan masyarakat
5) Pengasuh
6) Psikolog
7) Pengajar/guru
j. Metode yang digunakan
1) Wawancara mendalam (Indepth Interview)
2) Konseling individu / Case Work
3) Bimbingan Kelompok Group Work
4) Community Development dimana penerima manfaat tinggal
5) Terapi Psikososial
k. Teknik yang digunakan
1) Smalltalk
2) Ventilasi
3) Support, Advice dan giving
4) Group Discussion
5) Role play melalui dinamika kelompok

l. Evaluasi
Evaluasi perkembangan dilaksanakan satu bulan sekali dengan sistem
laporan perkembangan penerima manfaat sehingga diketahui tingkat
perubahan yang dialami.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

LGBT sudah menjadi masalah sosial di Indonesia, dikarenakan


dampak dari LGBT ini membuat keresahan bagi masyarakat luas dan
juga dapat menyebabkan penyakit seperti meningitis, kanker mulut dan
dubur, serta HIV/AIDS. Namun pada hal ini, seseorang yang mengidap
kelainan semacam ini juga harus dipahami faktor penyebabnya, terutama
lingkungan. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan merupakan faktor
yang paling dominan diantara faktor keluarga ataupun genetik.

Peran Pekerja Sosial yang dapat dilakukan dalam mengatasi kasus


LGBT ini adalah dengan mendengarkan keluh kesah dari seorang LGBT,
termasuk bagaimana dia menjadi seorang LGBT dan masalah-masalah
apa yang ia hadapi selama ini; mengidentifikasi latar belakang antara dua
persepsi yang berbeda dalam kasus LGBT, menentukan batas situasi, dan
mengidentifikasi hambatan-hambatan; sebagai penghubung seorang
LGBT dengan sistem sumbernya seperti Dinas Sosial atau
lembaga/komunitas pemberdayaan agar seseorang tidak menjadi seorang
LGBT; dan memfasilitasi seorang LGBT tentang pengetahuan, sikap, dan
keterampilan serta melakukan monitoring dan evaluasi bagi seorang
LGBT tersebut.

3.2 Saran

- Kepada Pemerintah :
1) Ketersediaan sistem sumber yang memadai bagi para penyandang
masalah LGBT;

2) Pembatasan informasi yang masuk ke dalam negeri dan memblokir


konten-konten pornografi dari dalam ataupun luar negeri;

3) Kuantitas dan kualitas Pekerja Sosial yang perlu ditingkatkan agar


dapat mengoptimalkan dalam penanganan PMKS, termasuk masalah
LGBT ini;

4) Pemberian edukasi kepada keluarga dan masyarakat dalam


memberlakukan seorang anak dan program pendidikan moral sejak
dini;

- Kepada Masyarakat :

1) Kesadaran untuk memberikan lingkungan yang baik kepada seorang


anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik;

2) Kepedulian terhadap sesama warga, termasuk kepada seorang anak


atau keluarga yang bermasalah;

3) Melarang KDRT dalam lingkungan warga;

4) Menghubungkan pemerlu pelayanan dengan sistem sumber atau


Pekerja Sosial yang ada di sekitar masyarakat;
DAFTAR PUSTAKA

https://minanews.net/dampak-buruk-dan-pencegahan-lgbt-di-masyarakat-oleh-
imaamul-muslimin/
https://rmol.id/read/2018/02/06/325739/

Anda mungkin juga menyukai