Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Advance Material IPS SD yang dibimbing oleh
Maharani Kumalasani, M.Pd.
Oleh :
Purwanti ( 202210430311030 )
PGSD 3A / Kelompok 4
2023
DAFTAR ISI
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 12
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk menyelesaikan makalah
tentang " MARAKNYA KASUS LGBT DI ERA MODERNISASI ". Makalah ini ditulis untuk memenuhi
syarat nilai mata kuliah pendidikan Advande Material IPS SD
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini hingga
selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada :
1. Ibu Maharani Kumalasani, M.Pd. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan tugas yang
diberikan.
2. Purwanti dan Fajar yang membantu hingga akhir dari penulisan tugas ini.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai pentingnya pendidikan sosial bagi masyarakat. Pendidikan
IPS memiliki peran yang signifikan dalam membangun masyarakat yang peduli . Makalah ini berisi
paparan peran secara keseluruhan pendidikan IPS bagi masyarakat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta kesalahan
yang penulis yakini di luar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Anggota Kelompok 4
A. FENOMENA SOSIAL DI MASYARAKAT
Maraknya fenomena sosial yang terjadi dikota-kota besar khususnya Kota Malang ,
yaitu kasus LGBT , dimana kasus LGBT ini sangat menggemparkan dan terlebih lagi hal ini terjadi
secara terang-terangan. Dalam era modernisasi, isu seputar hak-hak dan identitas LGBT (Lesbian,
Gay, Biseksual, dan Transgender) telah menjadi salah satu fenomena sosial yang mendapat
perhatian lebih besar. Pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 46/PUU-XIV/2016, Isu
kriminalisasi terhadap perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transexual) dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia masih saja menuai silang pendapat.
Lebih lanjut di Padang, sebanyak 10 (sepuluh) wanita lesbian diamankan Satuan Polisi
Pamong Praja Padang (4/11) dan ternyata diantaranya berperan sebagai 'Butchy' (laki-laki) dalam
hubungan asmara mereka (suara.com). lebih lanjut di Bogor, sebagai respon atas maraknya perilaku
LGBT, sebanyak 46 organisasi masyarakat melakukan aksi penolakan terhadap perilaku LGBT dan
bahkan masyarakat mendesak pemerintah setempat untuk segera menetapkan Peraturan Daerah
anti perilaku LGBT. Melihat perilaku tersebut, masyarakatpun terbelah dalam menuyikapi perilaku
LGBT tersebut. Beberapa kelompok masyarakat menganggap bahwa perilaku LGBT selama dilakukan
atas dasar suka sama suka bukanlah merupakan perilaku yang bertentangan dengan prinsip prinsip
Hak Asasi Manusia yang terdapat dalam konstitusi maupun berbagai peraturan perundang-
undangan.
B. ANALISIS PERMASALAHAN
Deskripsi Permasalahan: LGBT masih sering mengalami diskriminasi dan stigma di banyak
wilayah. Mereka dapat menghadapi pelecehan verbal, fisik, dan diskriminasi di tempat kerja,
pendidikan, dan sektor lainnya.
Dampak: Dampaknya dapat melibatkan tekanan mental, isolasi sosial, dan penghambatan
partisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat.
2. Ketidaksetaraan Hukum:
3. Kesehatan Mental:
Deskripsi Permasalahan: Individu LGBT sering menghadapi tekanan psikologis dan stres
akibat diskriminasi dan ketidakpahaman masyarakat.
Dampak: Tingginya tingkat stres dan depresi dapat berdampak negatif pada kesehatan
mental dan kesejahteraan psikologis.
Dampak: Anak-anak dan remaja LGBT dapat merasa tidak aman di sekolah, mempengaruhi
pencapaian akademis dan perkembangan sosial mereka.
Dampak: Individu LGBT dapat menghadapi tekanan dan konflik dalam keluarga, mengalami
isolasi sosial, dan kesulitan mendapatkan dukungan.
7. Tantangan Transgender:
Dampak: Tantangan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam pengakuan identitas dan
integrasi sosial.
Dampak: Kurangnya inklusi di tempat kerja dapat merugikan perkembangan karier dan
kesejahteraan finansial.
Deskripsi Permasalahan: Proses coming out sering kali sulit dan kompleks, terutama ketika
individu takut akan penolakan atau diskriminasi.
Dan adapula beberapa dampak yang ditimbulkan dari fenomena sosial LGBT ini.
Berikut adalah beberapa dampak dan perubahan yang dapat terlihat terkait LGBT di era modernisasi:
Pengakuan dan Perlindungan Hukum: Beberapa negara dan wilayah telah mengakui dan
melindungi hak-hak LGBT melalui undang-undang yang melarang diskriminasi berbasis
orientasi seksual dan identitas gender.
Representasi Positif: Munculnya karakter LGBT yang lebih positif dan terlihat di media, film,
dan budaya populer, yang dapat membantu mengurangi stigma dan stereotip negatif.
4. Peningkatan Kesadaran:
Pendidikan dan Kampanye Kesadaran: Banyak organisasi dan kelompok masyarakat yang
berusaha meningkatkan pemahaman dan kesadaran terkait isu LGBT melalui pendidikan,
kampanye, dan advokasi.
Pengakuan Istilah Gender-Neutral: Adanya pergeseran dan pengakuan lebih banyak istilah
gender-neutral untuk mencerminkan keberagaman identitas gender.
Peningkatan Akses pada Layanan Kesehatan: Upaya untuk memastikan bahwa layanan
kesehatan termasuk layanan kesehatan mental bersifat inklusif dan dapat diakses oleh
individu LGBT.
Peran Aktivis LGBT: Aktivisme dan kampanye sosial oleh individu dan kelompok LGBT serta
sekutu mereka untuk memperjuangkan hak-hak dan pengakuan yang setara.
Meskipun ada kemajuan, masih terdapat tantangan, resistensi, dan diskriminasi terhadap komunitas
LGBT di beberapa wilayah dan masyarakat.
Penting untuk dicatat bahwa perkembangan ini dapat bervariasi di berbagai negara dan wilayah, dan
beberapa komunitas LGBT mungkin menghadapi tantangan yang berbeda tergantung pada konteks
sosial dan budaya setempat. Peningkatan kesadaran dan pendukungannya di beberapa tempat
menunjukkan perubahan positif dalam pengakuan hak asasi manusia dan keberagaman identitas
gender dan orientasi seksual.
C. FAKTOR PENYEBAB
Bahwa LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) bukanlah suatu "penyakit"
atau "peristiwa" yang terjadi; itu adalah cara orang mengidentifikasi diri mereka sendiri dalam hal
orientasi seksual atau identitas gender. Identitas ini tidak disebabkan oleh faktor tertentu, melainkan
merupakan bagian alami dari keragaman manusia. Faktor-faktor yang menyebabkan individu
menyadari dan mengakui identitas LGBT mereka dapat bervariasi, dan banyak dari faktor ini bersifat
kompleks dan pribadi. Dalam konteks pertanyaan ini, kita akan melihat beberapa faktor yang
mungkin mempengaruhi identifikasi dan pengakuan LGBT di era modernisasi:
Faktor: Peningkatan akses terhadap informasi melalui media, internet, dan pendidikan
mengenai orientasi seksual dan identitas gender.
Dampak: Individu dapat mengenali dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari
komunitas LGBT setelah mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang keragaman ini.
Faktor: Perubahan dalam norma sosial yang mendorong inklusi dan pengakuan hak asasi
manusia untuk semua individu, tanpa memandang orientasi seksual atau identitas gender.
Dampak: Masyarakat yang lebih inklusif dapat memberikan dukungan kepada individu untuk
lebih terbuka tentang identitas LGBT mereka.
Faktor: Kemajuan dalam hak asasi manusia dan perlindungan hukum terhadap diskriminasi
berbasis orientasi seksual atau identitas gender.
Dampak: Individu mungkin merasa lebih aman dan didorong untuk menyuarakan identitas
mereka tanpa takut akan represi atau diskriminasi.
5. Kesenjangan Generasional:
Faktor: Perbedaan pandangan antara generasi yang lebih muda yang mungkin lebih terbuka
terhadap keberagaman identitas dan generasi yang lebih tua yang mungkin memegang nilai-
nilai tradisional.
Dampak: Individu mungkin merasa lebih bebas untuk mengidentifikasi diri mereka seiring
dengan pergeseran norma generasional.
Faktor: Perubahan pendekatan dalam pendidikan seks yang mencakup informasi yang lebih
luas mengenai identitas gender dan orientasi seksual.
Dampak: Pendidikan seks yang inklusif dapat membantu individu memahami dan menerima
diri mereka sendiri.
7. Pengalaman Pribadi dan Interaksi Sosial:
Faktor: Pengalaman pribadi dan interaksi sosial dengan komunitas LGBT atau orang-orang
yang mendukung keberagaman identitas gender dan orientasi seksual.
Dampak: Individu mungkin merasa didukung dan lebih terbuka tentang identitas mereka
setelah mendapatkan dukungan sosial.
Faktor: Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan mental yang mendukung individu
LGBT dalam menjalani perjalanan identitas mereka.
Dampak: Individu mungkin merasa lebih nyaman untuk menjalani proses pengakuan diri
dengan dukungan profesional.
Faktor: Dukungan positif dari keluarga, teman, dan lingkungan sosial dapat memberikan
individu keberanian untuk mengidentifikasi diri mereka.
Dampak: Keberadaan dukungan dapat membantu individu merasa diterima dan dihargai.
Representasi positif LGBT dalam budaya populer dapat membentuk persepsi masyarakat
terhadap keberagaman identitas gender dan orientasi seksual.
Representasi positif dapat merangsang rasa identitas dan keberanian individu LGBT untuk
lebih terbuka.
Penting untuk diingat bahwa identitas LGBT adalah bagian dari keragaman manusia dan
bukan hasil dari suatu "trend" atau "era." Individu memiliki hak untuk dihormati dan diakui
sesuai dengan identitas mereka.
D. EKSPLORASI ALTERNATIF SOLUSI
Eksplorasi alternatif solusi untuk mengatasi isu LGBT di era modern melibatkan
pendekatan yang lebih inklusif, edukatif, dan berfokus pada pemberdayaan individu dan masyarakat.
Berikut adalah beberapa ide alternatif:
Idea: Memperkenalkan kurikulum pendidikan seks yang inklusif yang mencakup informasi
tentang keberagaman identitas gender dan orientasi seksual.
Rasional: Pendidikan seks yang inklusif dapat membantu mengurangi stereotip dan
meningkatkan pemahaman tentang keberagaman manusia.
2. Mentorship dan Pendampingan:
Idea: Membentuk program mentorship dan pendampingan bagi individu LGBT, khususnya
yang masih muda, untuk memberikan dukungan dan bimbingan.
Rasional: Mentorship dapat membantu individu mengatasi tantangan dan merasa lebih
diterima dalam masyarakat.
Idea: Membangun layanan kesehatan mental berbasis komunitas yang mudah diakses dan
ramah LGBT.
Rasional: Layanan ini dapat memberikan dukungan emosional dan kesehatan mental yang
dibutuhkan oleh individu LGBT.
Idea: Meluncurkan kampanye pemberdayaan diri untuk meningkatkan rasa harga diri dan
kepercayaan diri individu LGBT.
Rasional: Pemberdayaan diri dapat membantu individu untuk lebih percaya diri dan
mengatasi tekanan sosial.
Idea: Mengadakan program pertukaran budaya dan pengalaman untuk membuka dialog dan
memahami lebih baik keberagaman LGBT.
Rasional: Pertukaran budaya dapat memperkuat hubungan antarindividu dan mendorong
penghargaan terhadap keberagaman.
Idea: Membangun platform edukasi online yang menyediakan sumber daya, informasi, dan
cerita inspiratif mengenai keberagaman LGBT.
Rasional: Akses mudah ke informasi dapat membantu memecah stigma dan memberikan
dukungan kepada individu LGBT.
7. Program Kewirausahaan LGBT:
Idea: Mendorong pembentukan program kewirausahaan khusus bagi individu LGBT untuk
menciptakan peluang ekonomi yang lebih inklusif.
Rasional: Kewirausahaan dapat menjadi sarana pemberdayaan ekonomi dan sosial.
Idea: Membentuk koalisi bersama masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok dan
organisasi untuk bersatu melawan diskriminasi terhadap LGBT.
Rasional: Kerjasama dapat meningkatkan kekuatan advokasi dan perubahan sosial.
Idea: Menggunakan seni sebagai media advokasi untuk menyuarakan pesan positif tentang
keberagaman dan hak asasi LGBT.
Rasional: Seni memiliki kekuatan untuk memengaruhi opini dan merangsang perubahan
sikap.
E. PENENTUAN SOLUSI
Solusi mengenai isu LGBT di era modernisasi dapat melibatkan pendekatan holistik yang
memperhatikan hak asasi manusia, inklusivitas, pendidikan, dan penghapusan diskriminasi.
Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
1. Pendidikan Inklusif:
Solusi: Integrasi kurikulum pendidikan yang inklusif, mencakup pemahaman tentang
identitas gender dan orientasi seksual, untuk mengurangi stigma dan meningkatkan
pemahaman.
5. Pemberdayaan Ekonomi:
Solusi: Mendorong program pemberdayaan ekonomi bagi komunitas LGBT, seperti pelatihan
keterampilan dan dukungan untuk penciptaan usaha kecil.
Konstruksi perkawinan yang terdapat dalam UUDNRI Tahun 1945 bertujuan untuk
membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan yang tunduk terhadap pembatasan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, sehingga perilaku LGBT dan/atau
perkawinan sejenis tidak mendapatkan ruang dalam konstitusi atau UUDNRI Tahun 1945,
Meskipun, UUDNRI Tahun 1945 tidak memberikan ruang terhadap perilaku LGBT dan/atau
perkawinan sejenis bukan berarti mengabaikan hak-hak asasi kaum LGBT sebagai warga
negara yang diakui dalam konstitusi maupun peraturan perundang-undangan lainnya.
alam era modern yang ditandai oleh kemajuan teknologi, perubahan sosial, dan
perkembangan hak asasi manusia, isu LGBT menjadi pokok pembicaraan yang membutuhkan
perhatian serius dan pemahaman mendalam. Dalam konteks ini, kita telah menjelajahi
berbagai aspek yang berkaitan dengan identitas gender dan orientasi seksual, serta
dampaknya terhadap individu dan masyarakat. Penting untuk diakui bahwa hak asasi
individu, termasuk hak untuk mengidentifikasi diri sesuai dengan orientasi seksual dan
identitas gender, adalah hak universal yang tidak dapat diabaikan. Meskipun ada kemajuan
dalam mencapai inklusivitas, stigma dan diskriminasi masih menjadi kenyataan bagi banyak
individu LGBT. Oleh karena itu, langkah-langkah positif dan solusi yang inklusif perlu
ditempuh untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beragam.
Salah satu temuan utama adalah pentingnya pendidikan dan kesadaran dalam
mengatasi stereotip dan prasangka terhadap individu LGBT. Melalui integrasi kurikulum
pendidikan yang inklusif, kita dapat membentuk generasi yang lebih paham dan menerima
keberagaman manusia. Pemberdayaan ekonomi, dukungan kesehatan mental, dan
perlindungan hukum yang kuat juga merupakan langkah-langkah esensial dalam
memberikan dukungan komprehensif kepada komunitas LGBT. Kita juga telah melihat
bahwa pendekatan kolaboratif melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah,
masyarakat sipil, dan sektor swasta, sangat penting dalam mencapai perubahan positif.
Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat umum adalah kunci untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung dan ramah LGBT.
Namun, tantangan besar yang masih dihadapi adalah penyeimbangan antara hak
individu dan nilai-nilai budaya atau agama. Penting untuk mencari titik temu yang
menghormati hak asasi manusia sambil menghargai keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
masyarakat. Sebagai penutup, kita berharap bahwa upaya kolektif untuk memahami,
menghormati, dan mendukung keberagaman LGBT akan terus berkembang. Dengan cara ini,
kita dapat bergerak menuju masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berempati di era
modern ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Gay. Jakarta: Gramedia, 1987 Bell, A. and Weinberg, M, Homosexualities: a Study of
Diversity Among Men and Women, New York: Simon & Schuster, 1978. Chumairoh, Fitroh,
Perkawinan Simbolik: Studi Kualitatif tentang Seorang Gay yang Melakukan Perkawinan
dengan Lawan Jenis, 2008
https://media.neliti.com/media/publications/154451-ID-none.pdf
https://www.kompasiana.com/austin232323/64734b0508a8b5083811fdc2/frekuensi-dan-
dampak-lgbt-di-era-modernisasi-global-pada-generasi-muda-anak-bangsa
Hermawan, Rio, dan Barep Hapit Surya Putra. (2017). Peran Bimbingan Konseling Dalam
Komunitas LGBT. Universitas Ahmad Dahlan. http://seminar.uad.ac.id/index.php/snb
kuad/article/viewFile/73/77, diakses pada 2017.