Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Agama
Kristen”.Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dosen pengajar yang telah
memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dalam
sistematika penulisan.Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi
saya selaku penulis dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 1
BAB V PENUTUP.................................................................................................................... 9
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 9
4.2 Saran .................................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Menurunnya moral dan etika dalam pola hidup manusia menjadi sebuah masalah yang
sangat membutuhkan suatu perhatian secara serius dan mendalam dengan melihat faktor
peradaban yang ada.Kebutuhan dan keinginan manusia menjadi suatu senjata yang dapat
menyebabkan sebuah polemik dalam kehidupan bermasyarakat.Oleh sebab itu tidaklah
mengherankan apabila peradaban ini sangat mempengaruhi warna peradaban setiap saat,
karena keberlangsungan dari peradanban itu bergantung sepenuhnya pada manusia.
Melihat begitu rentannya keberadaan moral manusia dalam peradaban, maka sangat
diperlukan suatu tuntunn melalui pemahaman keagamaan, untuk menciptakan kehidupan
yang selaras dan bermakna.Tinjauan etika secara teologis juga menjadi kebutuhan untuk
memperbaiki kemerosotan moral ini.Kemerosotan moral yang dialami oleh manusia
sudah terjadi sejak manusia jatuh kedalam dosa.Hal itu dapat dilihat dalam peristiwa
Sodom dan Gomora yang menceritakan tentang suatu tempat yang begitu
memprihatinkan keadaan moral dan etika penduduknya.Dan hal itu masih Nampak masih
sampai saat sekarang ini, bahkan mengalami kemajuan yang sangat memprihatinkan pada
kategori LGBT.
LGBT menjadi permasalahan yang sangat serius pada masa Modern ini.Bukan hanya
di Indonesia tapi menyebar diberbagai penjuru dunia.Bahkan telah diakui dan resmi
menjadi suatu yang dilegarkan dalam suatu Negara yakni di China. Melihat kondisi
seperti ini menandakan suatu kemerosotan moral akan semakin meningkat jika tidak ada
suatu tuntunan etika teologis.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui LGBT menurut pandangan iman kristiani
2. Untuk mengetahui sikap gereja terhadap LGBT
3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan gereja terhadap LGBT
4. Untuk mengetahui solusi terhadap fenomena LGBT
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah mampu menambah dan memperluas
wawasan penulis dan pembaca mengenai Pandangan Iman Kristiani terhadap LGBT, serta
mampu mengetahui dan memahami bagaimana sikap terhadap LGBT.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pendahuluan
LGBT adalah akronim dari ”Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender”. Istilah ini
telah digunakan pada tahun 1990-an dan mengganti frasa “komunitas gay” karena LGBT
ini mewakili semua kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Istilah LGBT sangat
banyak digunakan untuk penunjukan diri. Istilah ini juga digunakan oleh mayoritas
komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender di Amerika Serikat
dan beberapa negara berbahasa Inggris lainnya. Meskipun komunitas LGBT menemui
kontroversi mengenai penerimaan universal atau kelompok anggota yang berbeda
(biseksual dan transgender kadang-kadang dipinggirkan oleh komunitas LGBT). Kaum
transgender dituduh terlalu banyak membuat stereotip dan biseksual hanyalah gey atau
lesbian yang takut mengakui identitas seksual mereka. Untuk itu setiap komunitas yang
ada dalam LGBT berusaha untuk berjuang dalam mengembangkan identitas masing-
masing untuk bisa berinteraksi dengan organisai yang lain.
Berikut pengertian dari Lesbian, Gay, Bisexual , dan Transgender :
1. Homoseksual (gay dan lesbian): adalah orang yang merasakan gairah seks
terhadap orang lain yang berjenis kelamin sama (laki-laki dengan laki-laki,
perempuan dengan perempuan) dankurang merasakan gairah seks dengan orang
yang berjenis kelamin lain. Priahomoseksual disebut dengan gay, sedangkan
perempuan disebut lesbian.
2. Biseksual: adalah pria dan wanita yang mempunyai ketertarikan seksual
atauertisme terhadap dua jenis kelamin sekaligus. Biasanya biseksual terlihat
dalamaktivitas dengan pasangan-pasangan dari dua jenis kelamin.
3. Transgender adalah orang orang yang melakukan transeksual yang artinya
merubah seks (biologis) mereka.
Homoseksual merupakan salah satu dari tiga orientasi seksual yang ada pada diri
manusia (dua yang lainnya adalah heteroseksual dan biseksual), dimana homoseksual
merupakan ketertarikan seseorang secara seksual kepada orang yang memiliki jenis
kelamin yang sama. Perempuan yang tertarik pada perempuan dikenal dengan istilah
lesbian, sedangkan laki-laki yang tertarik pada laki-laki dikenal dengan istilah gay.
Berdasarkan hasil survey CIA, Indonesia menempati peringkat kelima sebagai negara
yang menyumbang penyebaran LGBT (Lesbi, Gay, Bisexual, Transgender) setelah China,
Eropa, India, dan Amerika. Sejumlah lembaga survey independen luar dan dalam negeri
menyebutkan bahwa Indonesia memiliki populasi LBGT sebesar 3% atau setara dengan
7,5 juta dari 250 juta penduduk Indonesia. Pada tahun 2012, Kementrian Kesehatan
mengestimasikan terdapat 1.095.970 homo atau gay yang diistilahkan dengan LSL (laki-
laki seks dengan laki-laki).Dan lebih dari 5% atau sejumlah 66.180 orang menjadi
pengidap HIV akibat perilaku seks yang dilakukan.
2
2.2 Sudut Pandang Teologi Dalam Identias LGBT
Secara jelas Alkitab menyatakan bahwa hanya ada 2 jenis kelamin, yaitu pria dan
wanita.Dan itu berarti orientasi seksual yang dikehendaki Allah satu-satunya adalah
heteroseksual, dimana Allah merancang agar hubungan seks dilakukan hanya di antara
pria dengan wanita dan harus dalam ikatan perkawinan (Kej. 1:27; 2:18; 2:23-24; 9:20-
29; Im. 18:22; Mat. 19:4-5; 19:10-12).
Menurut Marisi, Alkitab tidak memungkiri adanya individuindividu yang memiliki
kelainan kelebihan atau kekurangan kromosom, seperti halnya yang dimaksud dalam
Matius 19:12, yang berbunyi: “ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir
demikian dari rahim ibunya…” Marisi menyimpulkan bahwa tidak ada orang yang
dilahirkan dengan orientasi seksual berupa homoseksual.Kecenderungan pria kemayu dan
wanita tomboy memang tidak bisa dipungkiri oleh karena adanya kelainan kromosom.Hal
itu dapat diterima bahkan harus diterima.Namun, dengan adanya kecenderungan seperti
itu, bukan lantas berarti harus menjadi LGBT. Marisi berpendapat bahwa orangorang
yang mempunyai kecenderungan tersebut harus dapat menahan diri dan meminta
pertolongan Tuhan untuk dapat menjadi pribadi yang takut akan Tuhan.
Berpindah dari masalah kromosom, para teolog homoseksual membagi orang yang
mempraktekkan homoseksual ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok bawaan dan
kelompok kelainan.Kelompok bawaan adalah mereka yang dilahirkan sebagai homoseks
atau mereka yang dikatakan memiliki orientasi homoseksual sejak lahir (seperti
pandangan mengenai gay gene).Sedangkan kelompok kelainan adalah mereka yang
dilahirkan sebagai heteroseksual namun terseret ke dalam aktivitas homoseksual.
Kaum Kristiani mengakui Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam segala hal yang
memiliki hubungan dengan iman dan perilaku. Dalam Alkitab, tercatat banyak hal
mengenai homoseksualitas. Alkitab tidak menggolongkan perilaku homoseksualitas
sebagai bawaan dan kelainan.Alkitab secara jelas melarang homoseksualitas dan secara
jelas menyatakan bahwa homoseksualitas adalah dosa dan merupakan kekejian di
hadapan Allah.
Kisah mengenai Sodom dan Gomora menjadi topik perbicangan yang cukup hangat di
kalangan yang pro maupun yang kontra terhadap homoseksualitass. Dalam jurnalnya
yang berjudul “Mendamaikan Kekristenan dan LGBT: Sebuah Upaya Hermeneutik
Alkitab”, Singgih menuturkan argumennya mengenai dosa Sodom dan Gomora. Singgih
mempertanyakan kebenaran mengenai apakah betul bahwa orangorang yang mengepung
rumah Lot dan ingin memakai kedua tamu lelakinya adalah orang-orang homoseksual.Ia
menyimpulkan bahwa yang menjadi penyebab Sodom dihukum bukanlah karena mereka
berdosa dalam pengertian bahwa mereka homoseksual, melainkan karena penduduk
Sodom, yang kebanyakan heteroseksual, mau melampiaskan nafsu birahinya dengan cara
memperkosa laki-laki lain secara homoseksual. Jadi, ia menyimpulkan bahwa dosa yang
diperbuat oleh Sodom adalah niatan memperkosa, dimana semua niatan memperkosa
adalah dosa, baik yang dilakukan oleh kaum homoseksual maupun heteroseksual.
3
di beberapa dekade terakhir ini.Beberapa gereja di Kanada seperti gereja Anglikan dan
United Church of Canada telah berhasil tiba pada kesepakatan untuk menerima
keberadaan kaum homoseks di gereja-gereja mereka.Kedua gereja ini bahkan telah
menabiskan sejumlah kaum homoseksual sebagai pemimpin umat dan menikahkan
pasangan-pasangan homoseksual. Hal yang sama juga telah terjadi di gereja-gereja liberal
di Belanda di mana homoseksual tidak lagi menjadi isu dan para pemimpin gereja telah
menunjukkan penerimaan mereka terhadap kaum ini. Di wilayah Amerika Serikat sendiri,
permasalahan tentang penerimaan terhadap kaum homoseksual termasuk pentabisan dan
pernikahannya telah menjadi salah satu isu yang memecahbelahkan gereja. Permasalahan
yang sama juga terjadi di negara-negara dunia ketiga yang bahkan hingga saat ini belum
mampu menerima kehadiran para homoseksual di komunitas-komunitas gereja mereka.
Gereja Roma Katolik sendiri beserta dengan organisasi-organisasi keagamaan dengan
tegas menolak homoseksualitas. Mereka berpendapat bahwa mereka tidak menolak kaum
homoseksual sebagai individu namun mereka menolak gaya hidup homoseksual.
Di dalam diri gereja Protestan sendiri, masih banyak kelompok jemaat dan pemimpin
umat yang menolak keras keberadaan kaum homoseks dan bahkan mengasingkan kaum
ini dari gereja ataupun dari kesempatan untuk ditabiskan sebagai pendeta.Gereja-gereja
karismatik adalah juga termasuk di dalam kelompok yang menolak keras keberadaan
kaum homoseks ini.Ada banyak alasan sebenarnya yang membuat gereja-gereja baik di
konteks Barat maupun dunia ketiga bereaksi keras terhadap keberadaan kaum homoseks
ini yang dianggap sebagai ancaman bagi kehidupan kekristenan dan bagi Injil itu sendiri.
Ini merupakan bagian dari cara setan untuk melawan gereja.
4
miliki bukanlah kebebasan yang tidak ada batasan.Kebebasan manusia adalah kebebasan
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan kelak.
Sebagai gereja, kita perlu melihat kembali ke dalam Alkitab, yang mana Alkitab
dengan jelas mengecam tindakan praktik homoseksual. Dalam Roma 1:26-27, Paulus
dengan jelas mengecam praktek homoseksual yang sama dengan penyembahan berhala,
yang berakar pada satu masalah utama, yaitu penolakan terhadap Allah. Itu berarti, gereja
juga harus berada pada posisi yang sama dengan Alkitab, yaitu mengecam tindakan
praktik homoseksual.
Gereja perlu mengambil sikap yang tegas, di mana gereja tidak memperbolehkan
adanya pemberkatan pernikahan, karena pernikahan homoseksual adalah pernikahan yang
tidak dikehendaki oleh Allah.Justru sebaliknya, gereja harus menentang pernikahan
homoseksual karena tidak sesuai dengan kehendak Allah. Namun di sisi lain, gereja harus
mengasihi orang-orang yang terlibat dalam praktik-praktik homoseksual, gereja perlu dan
bahkan harus untuk merangkul serta menolong mereka supaya mereka terlepas dari
keterikatan homoseksual dengan cara memberikan perhatian dari aspek sosial-psikologis
dan juga terlebih lagi spiritual. Gereja dapat juga mengambil tindakan untuk memberikan
konseling dan juga pembinaan secara rohani untuk setiap pribadi yang bergumul dengan
hal-hal yang berbau homoseksualitas.
5
Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-
orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” (Yakobus 4:
7-8).
4. Terus menerus bersekutu dengan Tuhan melalui: Rajin beribadah, “Dan
marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan
dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling
menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang
mendekat.” (Ibrani 10:24-25).
5. Komitmen utuk bersekutu dengan teman-teman seiman (yang bukan
pelaku), Pecandu LGBT sebaiknya tidak sendirian melainkan harus memiliki
komunitas seiman yang saling membangun
6. Keterbukaan untuk meninggalkan perbuatan LGBT. Pelaku LGBT harus
diterima dengan belaskasihan agar mereka sadar dan meninggalkan perilaku
seksual yang menyimpang dan berdosa itu.
6
BAB III
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI
Terkait dengan penanganan LGBT yang ada di tengah-tengah kita saat ini, kita sangat
membutuhkan peranan Gereja dalam hal ini. Menurut kami, peranan Gereja dalam
menangani permasalahan ini harus tetap memperhatikan dua aspek, baik dalam tinjauan
kasus-kasus yang ada dalam PL dan PB dimana Yesus mengasihi setiap orang dengan
membenci dosa perbuatannya dan memberikan kasih karunia kepada orang tersebut untuk
menerima dirinya kembali sebagaimana Yesus menerima mereka. Dan memperhatikan
mental orang-orang yang terikat dalam ikatan LGBT. Gereja juga harus memperhatikan
keberadaan mereka disaat ada dalam Gereja, alangkah baiknya Gereja melakukan
pendekatan personal sehingga mereka dapat nyaman dan merasa aman. Jemaat pun tidak
akan mencampuri dengan meluas, sehingga saat mereka bisa menerima diri mereka
terlebih dahulu sesuai dengan kehendak Allah tentunya disaat mereka menceritakan
kehidupan mereka kepada jemaat yang lain mereka sudah pulih dan menyadari hidup
mereka merupakan Kasih Karunia yang telah Allah berikan sehingga mereka dapat
mencintai diri mereka sebagaimana Allah juga mencintai dan memandang mereka
berharga.
Dengan hal ini Gereja juga dapat memperhatikan aspek Psikologis mereka yang
terikat LGBT sehingga dalam hal ini Gereja dapat menyelaraskan tindakan Gereja dengan
apa yang mereka alami baik trauma dan penyebab-penyebab lainnyan yang mereka alami,
baik saat mereka kecil ataupun pelecehan-pelecehan yang mungkin pernah mereka alami
dan akibatnya meninggalkan hal yang menyakitkan bagi mereka. Sehingga dalam hal ini
Gereja sangat berpengaruh penting dalam mengenali apa yang dirasakan oleh orang-orang
yang mengalami keterikatan dan penyelewengan orientasi seksual ini.
7
BAB IV
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA
8
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pandangan iman kristiani terhadap LGBT :
Dalam diri gereja Protestan sendiri, masih banyak kelompok jemaat dan pemimpin
umat yang menolak keras keberadaan kaum homoseks dan bahkan mengasingkan
kaum ini dari gereja ataupun dari kesempatan untuk ditabiskan sebagai
pendeta.Gereja-gereja karismatik adalah juga termasuk di dalam kelompok yang
menolak keras keberadaan kaum homoseks ini. Ada banyak alasan sebenarnya
yang membuat gereja-gereja baik di konteks Barat maupun dunia ketiga bereaksi
keras terhadap keberadaan kaum homoseks ini yang dianggap sebagai ancaman
bagi kehidupan kekristenan dan bagi Injil itu sendiri.
3.2 Saran
LGBT tidak bisa dilegalkan dan harus ditolak, karena bertentangan dengan
kehendak Allah. Tetapi sebagai orang Kristen, kita tidak bisa membenci orang yang
melakukannya, kita hanya boleh membenci perbuatannya. Kiranya, kita sebagai orang
Kristen dapat menanggapinya dengan bijak, sehingga kita tidak menimbulkan
kebencian melainkan membawa orang orang yang belum mengenal kebenaran Allah
menjadi kenal dan mau bertobat dari kesalahannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Christopher. 2021. Pandangan Etika Kristen Terhadap Identitas Homoseksual.
Jurnal Teologi. 6(1), ISSN : 2528-7028, Hal 71-88.
Jones. S. L. 2004. Menghadapi fakta kebenaran mengenai seks dan dirimu. Surabaya.
Momentum.
10