Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

“LESBIAN,GAY,BESEKSUAL,DAN TRANSGENDER
(LGBT)”

Dosen Pembimbing :
Trilia, M.Kes

Disusun Oleh :
Nama : Rozak Kurniawan
NIM : 20020025
Semester : 3

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


INSITITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’laikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur Kita panjatkan kepada Allah, SWT, yang maha kuasa
yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga Makalah
Antropologi Kesehatan ‘’LGBT’, ini dapat saya selesaikan dengan Sebaik
nya.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Antropologi Kesehatan.Ucapan terima kasih saya ucapkan untuk dosen
mata kuliah Antropologi Kesehtatan yaitu Ibu Trilia, M.Kes.
           
Segala upaya telah di lakukan untuk membuat dan melengkapi isi
makalah ini, namun tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa mahasiswi


sekalian Terkhususnya, Mahasiswa IKesT Muhammadiyah Palembang,
dan juga dapat memenuhi tugas yang telah di berikan oleh Ibu Trilia,
M.Kes, selaku dosen Antropologi Kesehatan.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Palembang, 16 Oktober 2021

Rozak Kurniawan
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................1
Kata Pengantar.................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang...............................................................................................................1
2.Rumusan Masalah.........................................................................................................2
3.Tujuan Masalah.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
1. Apa definisi LGBT......................................................................................................1
2. Apa dampak LGBT......................................................................................................2
3. Bagaimana Proses Perubahan Jenis Kelamin di Indonesia..........................................3
4. Apa Saja Bentuk-Bentuk Operasi Kelamin.................................................................4
5. Apa Gejala Awal LGBT..............................................................................................5
6. Apa Penyebab LGBT...................................................................................................6
7. Bagaimana Pandangan Islam Terhadap LGBT............................................................7
8. Apa Pandangan Masyarakat Kepada Pelaku LGBT....................................................8

BAB III PENUTUP


1.Kesimpulan...................................................................................................................1
2.Saran.............................................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) merupakan salah satu isu penting yang
saat ini sedang marak diberitakan oleh beberapa media bahkan menjadi bahan diskusi
oleh beberapa pakar di Indonesia. Contohnya majalah Gatra edisi 4-10 Februari 2016
yang memberitakan isu “Arus LGBT Masuk Kampus di Indonesia”, dalam majalah
tersebut diberitakan tentang bentuk aktivitas-aktivitas kaum LGBT di kampus dan
komunitas-komunitas tertentu yang berhubungan dengan kelompok LGBT seperti
Support Group and Resourch Centre on Sexuality Studies (SGRC). Kampanye yang
dilakukan oleh kelompok LGBT. Kampanye tersebut dilakukan sebagai bentuk dari
sebuah protes dari pernyataan penolakan kaum LGBT masuk kedalam kampus oleh
Menristek Dikti Indonesia Mohamad Nasir beserta sejumlah pejabat negara lainnya.
Surat kabar harian Republika edisi 26 Januari 2016 juga memuat pernyataan
Menristek Dikti tentang SGRC. Menristek tersebut mengatakan bahwa dia tidak
berhak melarang Support Group and Resourch Centre on Sexuality Studies (SGRC)
yang akan mengadakan konseling di UI karena kampus memiliki aturan sendiri.
Sebenarnya sudah sejak lama terbentuk jasa konseling tentang seksualitas oleh SGRC
di beberapa kampus seperti Universitas Indonesia (UI), UIN Hidayatullah Jakarta,
Universitas
Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unes), USM, Universitas Katolik
Soegijapranata dan UIN Walisongo. Sedangkan di Surabaya juga ada forum
komunitas gay seperti Gaya Nusantara dan Parwekos. Oriel yang merupakan salah
satu aktivis gay di Indonesia mengakui forum diskusi tersebut cenderung meningkat
dibandingkan sepuluh tahun silam. (Gatra,2016:15-17) Dalam pemberitaan LGBT di
majalah Gatra merujuk pada isu tersebut mengenai aktivitas-aktivitas mahasiswa
khusunya mahasiswa yang tergolong kedalam kaum LGBT yang dilakukan di dalam
kampus, dinilai cukup meresahkan untuk suasana kampus yang harusnya kondusif
menurut beberapa pejabat negara tersebut. Oleh karena pemberitaan tersebut
berhubungan langsung dengan mahasiswa sehingga penulis memilih mahasiswa
sebagai subjek dalam penelitian ini. Dengan menentukan mahasiswa aktif di beberapa
fakultas di perguruan tinggi sebagai narasumber terpilih sebagai khalayak aktif yang
akan memberikan pendapatnya tentang penerimaan mahasiswa Surabaya mengenai
berita “Arus LGBT Masuk Kampus” di majalah Gatra edisi 4-10 Februari 2016.
Sebenarnya kegiatan kaum LGBT juga diberitakan oleh media massa lainnya seperti
televisi, radio, koran dan majalah serta media online akan tetapi penulis lebih memilih
menggunakan majalah karena sesuai yang dikemukakan oleh Yunus (2010:29-30)
majalah memiliki aktualitas lebih panjang dibandingkan dengan koran yang
informasinya terus berkembang setiap hari ataupun media elektronik yang jika tidak
diikuti sejak awal pemberitaannya masyarakat akan kehilangan beberapa informasi
yang menyebabkan informasi yang diterima kurang lengkap. Berbeda dengan majalah
pembaca dapat memperoleh informasi dengan lengkap dan jelas hanya dengan
membaca satu edisi majalah yang mengangkat tentang hal tersebut. Oleh sebab itu,
penulis memilih hanya menggunakan majalah sebagai media dalam penelitian ini.
Selain hanya menggunakan majalah Gatra penulis juga menggunakan majalah Sindo
edisi 1-7 Februari 2016 sebagai media pendukung data penulis dalam melakukan
analisis. Berdasarkan pengamatan penulis majalah Gatra lebih lengkap dibandingkan
dengan majalah lainnya seperti Sindo dalam memberitakan tentang isu maraknya
LGBT di Indonesia. Kelengkapan majalah Gatra dalam memberitakan isu tersebut
yaitu karena selain memberitakan isu penolakkan pejabat negara terhadap kaum
LGBT dan juga gerakan yang dilakukan kelompok LGBT sebagai bentuk protes dari
bentuk penolakkan oleh pejabat negara tersebut yang dilakukan disejumlah kota
besar, Gatra juga memuat beberapa isu penting lainnya yang berkaitan dengan kaum
LGBT.
Selain isu penolakkan kaum LGBT oleh Menristek Dikti pada majalah Gatra juga
terdapat tentang artikel lain salah satunya yang berjudul “LGBT Gaul”. Sarlito
Wirawan sebagai penulis artikel tersebut ingin menyampaikan bahwa ada seseorang
yang telah lama menjadi LGBT sejak lahir dan tidak merasa terganggu dengan
identitasnya tetapi juga ada seseorang yang menjadi LGBT karena faktor sosial
mereka. Seorang mahasiswa yang berkuliah di salah satu kampus swasta terkemuka di
Surabaya berinisial BK mengatakan “Aku setuju sih dengan istiliah “LGBT Gaul” itu
memang ada, seperti aku contohnya awalnya straight ya, terus aku coba-coba
akhirnya terbawa menjadi orang gay. Aku juga punya teman cewek yang seperti itu.
Dia awalnya tidak lesbi tetapi setelah dikecewakan pacarnya terus lebh sering bergaul
dengan teman ceweknya, akhirnya dia merasa lebih nyaman, merasa lebih
diperhatikan dengan teman ceweknya itu, lalu dia memutuskan untuk jadi lesbian”
(Wawancara dengan BK yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 13 April 2016 di
Surabaya).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi LGBT


2. Apa Dampak LGBT
3. Apa Gejala Awal LGBT
4. Apa Penyebab LGBT
5. Bagaimana Pandangan Islam Terhadap LGBT
6. Apa Pandangan Masyarakat Kepada Pelaku LGBT

1.3. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Definisi LGBT


2. Untuk Mengetahui Dampak LGBT
3. Untuk Menjelaskan Gejala Awal LGBT
4. Untuk Mengetahui Penyebab Seseorang Melakukan LGBT
5. Untuk Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap LGBT
6. Untuk Mengetahui Pandangan Masyarakat Kepada Pelaku LGBT

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian LGBT

LGBT mencakup orientasi seksual dan identitas seksual yang bervariasi di


luar dari orientasi seks dan gender yang umum ditetapkan dalam masyarakat,
yaitu heteroseksual dan cisgender.Saat memahami perbedaan orientasi
seksual dan gender pada LGBT, penting untuk diketahui bahwa orientasi
seksual dan identitas gender adalah dua hal yang berbeda.Orientasi seksual
merujuk pada ketertarikan secara seksual, romantis, ataupun emosional pada
individu lain yang memiliki jenis kelamin atau identitas gender tertentu.Jenis-
jenis orientasi seksual dalam LGBT contohnya adalah homoseksual,
biseksual, panseksual,aseksual, dan lain-lain.Sementara identitas atau
ekspresi gender adalah perasaan internal atau kesadaran yang berasal dari
dalam diri yang mendefinisikan seseorang sebagai perempuan, laki-laki,
transgender, bigender,nonbinary, dan lain-lain.Namun, identitas gender tidak
berkaitan dengan kondisi biologis seseorang yang ditunjukkan dari jenis
kelamin atau kode genetik.Sebagai contoh, seseorang bisa mendefinisikan
dirinya sebagai perempuan meskipun ia terlahir dengan jenis kelamin laki-laki
dan memiliki kromosom XY.
Setiap orang dapat memiliki orientasi seksual dan identitas gender sekaligus.
Namun, suatu identitas gender tidak lantas menentukan orientasi seksual
tertentu seperti pada konsep cisgender dan heteroseksual.Begini misalnya,
seorang yang mengidentifikasi gendernya sebagai laki-laki tidak pasti hanya
tertarik secara seksual pada perempuan yang merupakan lawan jenisnya.Ia
bisa memiliki orientasi seksual pada gender nonbiner atau individu lain yang
memiliki kepribadian tertentu terlepas dari jenis kelaminnya.

1.2 Apa Dampak LGBT

a. Kanker anal atau dubur 


Para gay melakukan hubungan sek anal sehingga mereka memiliki resiko
tinggi terkena penyakit kanker anal.

b. Kanker mulut 
Kebiasaan melakukan oral seks bisa menyebabkan kanker mulut. Sebab,
faktanya rokok bukanlah satu-satunya penyebab kanker mulut terjadi. Hal ini
sesuai dengan studi di New England Journal of Medicine yang dimuat di situs
Dallasvoice.

c. Meningitis 
Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi mikroorganisme,
kanker, penyalahgunaan obat-obatan tertentu dan mengalami peradangan
tubuh. Namun, hal lain diungkapkan dalam tulisan di DetikHealth bahwa
meningitis terjadi karena penularan hubungan seks yang dilakukan oleh
LGBT.
 
d. HIV/AIDS
Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan banyak orang
sehingga kecenderungan terkena virus HIV/ AIDS sangat tinggi.

e. Dampak Pendidikan

Selain berdampak pada kesehatan, LGBT juga mempengaruhi pendidikan


seseorang. Sebab faktanya, seorang LGBT memiliki permasalahan putus
sekolah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi atau siswa normal.

f. Dampak keamanan 
Adanya LGBT ini menyebabkan terjadinya pelecehan seksual terjadi di mana-
mana. Bahkan, banyak kasus yang mana pelecehan tersebut terjadi pada
anak-anak. 

1.3 Apa Gejala Awal LGBT

1.4 Apa Penyebab LGBT

1.5 Bagaiamana Pandangan Islam Terhadap LGBT

Masalah penyimpangan seksual (lesbian, gay, biseksual dan transgender)


sedang dalam perdebatan yang hangat dibicarakan dalam masyarakat, mulai
dari media cetak dan elektronik, ada dari kalangan tokoh Islam sendiri yang
membolehkan homo dan lesbi, dengan dasar bahwa tidak ada perbedaan
antara homo dan bukan homo dan tidak ada perbedaan antara lesbi dan
bukan lesbi. Menurut mereka bahwa manusia cuma bisa berlomba berbuat
amal kebajikan sesuai perintah Tuhan. Islam mengajarkan bahwa seorang
homo atau lesbi sebagaimana manusia lainnya, sangat berpotensi menjadi
orang yang saleh atau takwa selama dia menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
yaitu tidak menduakan Tuhan (syirik), meyakini kerasulan Muhammad Saw
serta menjalankan ibadah yang diperintahkan. Dia tidak menyakiti
pasangannya dan berbuat baik kepada sesama manusia, kepada sesama
makhluk dan peduli kepada lingkungannya. Bahkan menurutnya, menarik
sekali membaca ayat-ayat Al-Qur‟an soal hidup berpasangan (Q.S. al-Rum :
21, Q.S al-Dzariyat : 49 dan Q.S Yasin : 36) di sana tidak dijelaskan soal jenis
kelamin biologis, yang ada hanyalah soal gender. Artinya, berpasangan itu
tidak mesti dalam konteks hetero, melainkan bisa homo, dan bisa lesbi.
Sekarang ini Indonesia semakin liberal. Orang-orang homo dan lesbi semakin
giat mengekspos perbuatannya secara terbuka, bahkan berusaha mencari
legitimasi dalil dari A1-Qur‟an, memelintir maknanya dengan tidak melihat
kepada ayat-ayat yang lain yang berkenaan dengan masalah yang ada. Pada
hal ayat-ayat Al-Qur‟an saling menafsirkan antara satu ayat dengan ayat
lainnya. Hal ini disebabkan karena mereka hanya memiliki sedikit ilmu
pengetahuan agama, belum banyak membaca tafsir dan Hadis, tidak
mengetahui ushul fiqh dan sarana-sarana ijtihad yang lainnya, sehingga
menurut mereka tidak ada larangan dari Al-Qur‟an dan Hadis untuk
melakukan homoseksual dan lesbian sehingga menurut mereka, bahwa
pelarangan terhadap LBGT adalah pelarangan terhadap HAM. Berkenaan
dengan masalah ini, maka dalam artikel ini akan dibahas bagaimana
pandangan hukum Islam terhadap penyimpangan seksual (LGBT). Adapun
pembahasan berkisar pada pengertian homoseksual, lesbian dan hukumnya
menurut pandangan Islam dan sanksi atas pelakunya dampak negatif yang
ditimbulkannya dan upaya penanggulangannya.

1.6 Apa Pandangan Masyarakat Terhadap Pelaku LGBT

Sebelum penulis memaparkan tentang subtopik kali ini perlu penulis sampaikan
bagaimana perilaku seksual yang sehat, normal dan diterima oleh norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Heteroseksual sering dikatakan sebagai seks
normal. Hubungan seks normal ini dilakukan oleh sepasang anak manusia yang
terdiri atas seorang laki-laki dan lawan jenisnya, yakni seorang perempuan. Dalam
Islam, “seks normal” biasanya baru dihalalkan setelah orang melakukan pernikahan.
Menurut Kartini Kartono, seks normal mengandung pengertian 1) hubungan tersebut
tidak memiliki ekef, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi partnernya, 2) tidak
menimbulkan konflik-konflik psikis dan tidak bersifat paksaan atau perkosaan, 3)
memiliki tanggung jawab. Syarat ketiga ini menurut Kartini Kartono baru bisa dicapai
jika melalui perkawinan resmi. Di dalam fiqh Islam hubungan heteroseksual ini tidak
banyak mengundang pertanyaan karena ini merupakan wacana resmi dari Islam.
Orang yang melakukan hubungan seks ini bahkan dianggap telah melakukan ibadah.
Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang menyatakan bahwa aktivitas seksual adalah
amal shadaqah bagi orang-orang yang tidak memiliki harta benda.
1. Homoseksual (Lesbian dan Gay)
Homoseksual adalah kecenderungan ketertarikan secara seksual terhadap
sesama jenis. Jika laki-laki tertarik pada laki-laki disebut gay, dan jika perempuan
tertarik pada perempuan disebut lesbian. Pada kasus homoseksual, individu atau
penderita yang mengalami disorientasi seksual tersebut mendapatkan kenikmatan
fantasi seksual secara melalui pasangan sesama jenis. Orientasi seksual ini dapat
terjadi akibat bawaan genetik kromosom dalam tubuh atau akibat pengaruh
lingkungan seperti trauma seksual yang didapatkan dalam proses perkembangan
hidup individu, maupun dalam bentuk interaksi dengan kondisi lingkungan yang
memungkinkan individu memiliki kecenderungan terhadapnya. Homoseksual ini
merupakan kejadian pengulangan dari sejarah Ummat Nabi Luth yang diceritakan di
dalam AlQuran. Dimana kaum Nabi Luth diazab oleh Allah karena perilaku mereka
berhubungan sesama jenis.

2. Biseksual
Menurut Kartono biseksual (seksualitas ganda) merupakan keadaan merasa
tertarik sama kuatnya pada kedua jenis kelamin; perempuan maupun laki-laki dan
memiliki ciri-ciri karakteristik anatomisdan psikologis dari kedua jenis kelamin orang
yang dapat mencapai kepuasan erotis secara optimal baik dengan sesama jenis dan
lawan jenis.
3. Transeksual/Transgender
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang
melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang
ditetapkan saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk
spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja
mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual,
panseksual, poliseksual, atau aseksual. Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis
kelamin atau yang lazim disebut juga sebagai gejala transseksualisme ataupun
transgender merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak
adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya
ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya.

Pada umumnya para penyandang LGBT tidak mengerti kapan dan bagaimana
perilaku itu muncul, jadi keadaan tersebut tidaklah dikehendaki secara sadar oleh
mereka. Sebagian dari mereka menerima dan sebagian yang lain menolak keadaan
tersebut. Atas prinsip HAM mungkin saja keadaan ini bisa diterima tetapi bagi
sebagaian mereka yang masih menjunjung nilai agama dan ketuhanan yang baik,
mereka menolak keadaan ini. Tidak mudah memang untuk berada dalam posisi
mereka ini. Bayangkan saja jika anda tidak menyukai durian tetapi disuruh
memakannya, apa yang akan anda rasakan dan lakukan? Tentu saja jiwa dan raga
anda menolaknya. Inilah analogi yang selalu dipakai orang yang mendukung perilaku
LGBT. Akan tetapi disisi yang lain, mereka yang menganggap perilaku ini sebuah
gangguan atau penyakit berargumen “bukankah setiap penyakit ada obatnya?.

Di dalam masyarakat seseorang yang berbeda atau tidak normal dianggap


berbeda dan tidak bisa masuk dalam kelompok yang sama, karena meraka dianggap
memiliki perbedaan yang membuat orang memandangnya tidak layak untuk hidup
berdampingan. Bahkan bisa dianggap sampah masyarakat. Seperti kasus transgender
yaitu waria. Biasanya mereka dikucilkan dari lingkungan dan dijadikan bahan
pembicaraan atau dicemooh oleh masyarakat sekitar. Bahkan mereka dianggap
dapat membawa pengaruh negatif untuk lingkungan masyarakat. Mereka
menggangap bahwa seorang transgender itu telah mengubah kodrat yang diberikan
Tuhan sejak lahir dan itu merupakan larangan agama. Memang ini sangat dilarang
oleh agama dan sangat bertentangan apalagi sampai mengubah atau mengoperasi
alat kelamin. Adapun hukum operasi kelamin dalam syariat Islam harus diperinci
persoalan dan latar belakangnya. Dalam dunia kedokteran modern dikenal tiga
bentuk operasi kelamin yaitu: (1) Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan
terhadap orang yang sejak lahir memiliki kelamin normal; (2) Operasi perbaikan atau
penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki
cacat kelamin, seperti zakar (penis) atau vagina yang tidak berlubang atau tidak
sempurna; (3) Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang dilakukan
terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin (penis dan vagina).
Seorang ahli yang memaparkan teori mengenai perkembangan seksual
manusia adalah seorang tokoh pendiri mazhab psikoanalitik yaitu Sigmund Freud.
Fokus kajian psikoanalitik Freud tercurah kepada dunia batin dari perasaan, impuls
dan fantasi manusia. Mengenai seksualitas Freud berpendapat bahwa seksualitas
dimulai pada masa kanak-kanak (pada saat teori ini ditemukan, banyak koleganya
yang tidak menerima, mereka meyakini bahwa seksualitas dimulai pada masa
pubertas). Menurut Freud para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan
kenkmatan apabila terjadi kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam
ketegangan di permukaan kulit mereka yang perlu diredakan melalui kontak kulit
secara langsung dengan oang lain. Tentu saja kenikmatan dan rangsangan seksual
tersebut berbeda secara kualitatif dengan apa yang dirasakan oleh orang dewasa.
Jadi masalah seksualitas terutama LGBT memerlukan pandangan aspek yang
lebih luas dan dari berbagai sudut pandangan. Masyarakat tidak boleh
mendeskriminasikan mereka secara sosial, bahkan sentuh mereka dan ajak dengan
santun agar mereka kembali kepada kodrat mereka sesungguhnya. Karena berada di
posisi dan keadaan tersebut tidaklah mudah.

BAB III
PENUTUP

I.I. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembentukan perilaku seksual pada pasangan


lesbian dan gay, dapat disimpulkan bahwa identitas lesbian dan gay tidak serta-merta
muncul dan diterima begitu saja oleh seorang individu. Identitas tersebut muncul
melalui tahap-tahap perkembangan identitas homoseksual. Hal ini terkait dengan
proses seseorang menjadi lesbian dan gay. Semua informan memiliki tahapan-tahapan
yang berbeda-beda dan tidak semua informan mencapai tahap identity syntesis
(Penerimaan Seutuhnya Identitas).

Perilaku seksual tersebut dibentuk karena proses belajar yang dilakukan oleh seorang
lesbian dan gay melalui media elektronik dan teman sejawatnya. Proses pembentukan
perilaku seksual lesbian dan gay tidak memiliki perbedaan. Prosesnya dimulai dari
pengaruh pola asuh orang tua, pola asuh orang tua yang paling dominan adalah pola
asuh permisif, otoriter, dan penelantar. Kemudian individu akan dipengaruhi oleh
kelompok sebaya dalam melakukan perilaku seksual. Perilaku seksual tersebut juga
mereka pelajari melalui media elektronik. Faktor penghambat perilaku seksual pada
pasangan lesbian dan gay yaita, motivasi pribadi, keyakinan, norma yang berlaku di
lingkungan tempat tinggal,Bentuk-bentuk perilaku seksual yang dilakukan lesbian dan
gay relatif sama seperti, bergandengan, berpegangan tangan, berpelukan, dan lain
sebagainya. Bentuk perilaku yang menjadi perbedaan adalah saat mereka melakukan
hubungan seksual di ramah private hal ini dikarenakan lesbian dan gay memiliki alat
kelamin yang berbeda. Penelitian ini mungkin bias dan tidak bisa digeneralisir
mengenai hasrat dan dorongan seksual yang sangat tinggi pada pasangan lesbian dan
gay karena informan penelitian dalam penelitian ini memiliki rentang usia 19 hingga
27 tahun.

1.2. Saran
1. Perlu diberikannya pendidikan seks untuk menghindari resiko-resiko
yangberdampak buruk pada pasangan lesbian dan gay.

2. Perlu diberikan sarana yang positif dalam memberikan penyaluran dorongan


biologis melalui ckspresi psikologis dan penyaluran fisik yang sehat seperti olahraga,
kegiatan untuk mencintai alam, kegiatan kreativitas dan pengembangan potensi dan
bakat.

3. Lesbian dan gay yang berpacaran perlu menetapkan tujuan berpacaran supaya
segala aktivitas yang dilakukan mempunyai arah yang jelas. Sehingga bubungan tidak
selalu diarahkan kepada hubungan seksual.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai