“LESBIAN,GAY,BESEKSUAL,DAN TRANSGENDER
(LGBT)”
Dosen Pembimbing :
Trilia, M.Kes
Disusun Oleh :
Nama : Rozak Kurniawan
NIM : 20020025
Semester : 3
Puji syukur Kita panjatkan kepada Allah, SWT, yang maha kuasa
yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga Makalah
Antropologi Kesehatan ‘’LGBT’, ini dapat saya selesaikan dengan Sebaik
nya.
Terimakasih.
Rozak Kurniawan
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................1
Kata Pengantar.................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang...............................................................................................................1
2.Rumusan Masalah.........................................................................................................2
3.Tujuan Masalah.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1. Apa definisi LGBT......................................................................................................1
2. Apa dampak LGBT......................................................................................................2
3. Bagaimana Proses Perubahan Jenis Kelamin di Indonesia..........................................3
4. Apa Saja Bentuk-Bentuk Operasi Kelamin.................................................................4
5. Apa Gejala Awal LGBT..............................................................................................5
6. Apa Penyebab LGBT...................................................................................................6
7. Bagaimana Pandangan Islam Terhadap LGBT............................................................7
8. Apa Pandangan Masyarakat Kepada Pelaku LGBT....................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) merupakan salah satu isu penting yang
saat ini sedang marak diberitakan oleh beberapa media bahkan menjadi bahan diskusi
oleh beberapa pakar di Indonesia. Contohnya majalah Gatra edisi 4-10 Februari 2016
yang memberitakan isu “Arus LGBT Masuk Kampus di Indonesia”, dalam majalah
tersebut diberitakan tentang bentuk aktivitas-aktivitas kaum LGBT di kampus dan
komunitas-komunitas tertentu yang berhubungan dengan kelompok LGBT seperti
Support Group and Resourch Centre on Sexuality Studies (SGRC). Kampanye yang
dilakukan oleh kelompok LGBT. Kampanye tersebut dilakukan sebagai bentuk dari
sebuah protes dari pernyataan penolakan kaum LGBT masuk kedalam kampus oleh
Menristek Dikti Indonesia Mohamad Nasir beserta sejumlah pejabat negara lainnya.
Surat kabar harian Republika edisi 26 Januari 2016 juga memuat pernyataan
Menristek Dikti tentang SGRC. Menristek tersebut mengatakan bahwa dia tidak
berhak melarang Support Group and Resourch Centre on Sexuality Studies (SGRC)
yang akan mengadakan konseling di UI karena kampus memiliki aturan sendiri.
Sebenarnya sudah sejak lama terbentuk jasa konseling tentang seksualitas oleh SGRC
di beberapa kampus seperti Universitas Indonesia (UI), UIN Hidayatullah Jakarta,
Universitas
Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unes), USM, Universitas Katolik
Soegijapranata dan UIN Walisongo. Sedangkan di Surabaya juga ada forum
komunitas gay seperti Gaya Nusantara dan Parwekos. Oriel yang merupakan salah
satu aktivis gay di Indonesia mengakui forum diskusi tersebut cenderung meningkat
dibandingkan sepuluh tahun silam. (Gatra,2016:15-17) Dalam pemberitaan LGBT di
majalah Gatra merujuk pada isu tersebut mengenai aktivitas-aktivitas mahasiswa
khusunya mahasiswa yang tergolong kedalam kaum LGBT yang dilakukan di dalam
kampus, dinilai cukup meresahkan untuk suasana kampus yang harusnya kondusif
menurut beberapa pejabat negara tersebut. Oleh karena pemberitaan tersebut
berhubungan langsung dengan mahasiswa sehingga penulis memilih mahasiswa
sebagai subjek dalam penelitian ini. Dengan menentukan mahasiswa aktif di beberapa
fakultas di perguruan tinggi sebagai narasumber terpilih sebagai khalayak aktif yang
akan memberikan pendapatnya tentang penerimaan mahasiswa Surabaya mengenai
berita “Arus LGBT Masuk Kampus” di majalah Gatra edisi 4-10 Februari 2016.
Sebenarnya kegiatan kaum LGBT juga diberitakan oleh media massa lainnya seperti
televisi, radio, koran dan majalah serta media online akan tetapi penulis lebih memilih
menggunakan majalah karena sesuai yang dikemukakan oleh Yunus (2010:29-30)
majalah memiliki aktualitas lebih panjang dibandingkan dengan koran yang
informasinya terus berkembang setiap hari ataupun media elektronik yang jika tidak
diikuti sejak awal pemberitaannya masyarakat akan kehilangan beberapa informasi
yang menyebabkan informasi yang diterima kurang lengkap. Berbeda dengan majalah
pembaca dapat memperoleh informasi dengan lengkap dan jelas hanya dengan
membaca satu edisi majalah yang mengangkat tentang hal tersebut. Oleh sebab itu,
penulis memilih hanya menggunakan majalah sebagai media dalam penelitian ini.
Selain hanya menggunakan majalah Gatra penulis juga menggunakan majalah Sindo
edisi 1-7 Februari 2016 sebagai media pendukung data penulis dalam melakukan
analisis. Berdasarkan pengamatan penulis majalah Gatra lebih lengkap dibandingkan
dengan majalah lainnya seperti Sindo dalam memberitakan tentang isu maraknya
LGBT di Indonesia. Kelengkapan majalah Gatra dalam memberitakan isu tersebut
yaitu karena selain memberitakan isu penolakkan pejabat negara terhadap kaum
LGBT dan juga gerakan yang dilakukan kelompok LGBT sebagai bentuk protes dari
bentuk penolakkan oleh pejabat negara tersebut yang dilakukan disejumlah kota
besar, Gatra juga memuat beberapa isu penting lainnya yang berkaitan dengan kaum
LGBT.
Selain isu penolakkan kaum LGBT oleh Menristek Dikti pada majalah Gatra juga
terdapat tentang artikel lain salah satunya yang berjudul “LGBT Gaul”. Sarlito
Wirawan sebagai penulis artikel tersebut ingin menyampaikan bahwa ada seseorang
yang telah lama menjadi LGBT sejak lahir dan tidak merasa terganggu dengan
identitasnya tetapi juga ada seseorang yang menjadi LGBT karena faktor sosial
mereka. Seorang mahasiswa yang berkuliah di salah satu kampus swasta terkemuka di
Surabaya berinisial BK mengatakan “Aku setuju sih dengan istiliah “LGBT Gaul” itu
memang ada, seperti aku contohnya awalnya straight ya, terus aku coba-coba
akhirnya terbawa menjadi orang gay. Aku juga punya teman cewek yang seperti itu.
Dia awalnya tidak lesbi tetapi setelah dikecewakan pacarnya terus lebh sering bergaul
dengan teman ceweknya, akhirnya dia merasa lebih nyaman, merasa lebih
diperhatikan dengan teman ceweknya itu, lalu dia memutuskan untuk jadi lesbian”
(Wawancara dengan BK yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 13 April 2016 di
Surabaya).
BAB II
PEMBAHASAN
b. Kanker mulut
Kebiasaan melakukan oral seks bisa menyebabkan kanker mulut. Sebab,
faktanya rokok bukanlah satu-satunya penyebab kanker mulut terjadi. Hal ini
sesuai dengan studi di New England Journal of Medicine yang dimuat di situs
Dallasvoice.
c. Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi mikroorganisme,
kanker, penyalahgunaan obat-obatan tertentu dan mengalami peradangan
tubuh. Namun, hal lain diungkapkan dalam tulisan di DetikHealth bahwa
meningitis terjadi karena penularan hubungan seks yang dilakukan oleh
LGBT.
d. HIV/AIDS
Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan banyak orang
sehingga kecenderungan terkena virus HIV/ AIDS sangat tinggi.
e. Dampak Pendidikan
f. Dampak keamanan
Adanya LGBT ini menyebabkan terjadinya pelecehan seksual terjadi di mana-
mana. Bahkan, banyak kasus yang mana pelecehan tersebut terjadi pada
anak-anak.
Sebelum penulis memaparkan tentang subtopik kali ini perlu penulis sampaikan
bagaimana perilaku seksual yang sehat, normal dan diterima oleh norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Heteroseksual sering dikatakan sebagai seks
normal. Hubungan seks normal ini dilakukan oleh sepasang anak manusia yang
terdiri atas seorang laki-laki dan lawan jenisnya, yakni seorang perempuan. Dalam
Islam, “seks normal” biasanya baru dihalalkan setelah orang melakukan pernikahan.
Menurut Kartini Kartono, seks normal mengandung pengertian 1) hubungan tersebut
tidak memiliki ekef, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi partnernya, 2) tidak
menimbulkan konflik-konflik psikis dan tidak bersifat paksaan atau perkosaan, 3)
memiliki tanggung jawab. Syarat ketiga ini menurut Kartini Kartono baru bisa dicapai
jika melalui perkawinan resmi. Di dalam fiqh Islam hubungan heteroseksual ini tidak
banyak mengundang pertanyaan karena ini merupakan wacana resmi dari Islam.
Orang yang melakukan hubungan seks ini bahkan dianggap telah melakukan ibadah.
Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang menyatakan bahwa aktivitas seksual adalah
amal shadaqah bagi orang-orang yang tidak memiliki harta benda.
1. Homoseksual (Lesbian dan Gay)
Homoseksual adalah kecenderungan ketertarikan secara seksual terhadap
sesama jenis. Jika laki-laki tertarik pada laki-laki disebut gay, dan jika perempuan
tertarik pada perempuan disebut lesbian. Pada kasus homoseksual, individu atau
penderita yang mengalami disorientasi seksual tersebut mendapatkan kenikmatan
fantasi seksual secara melalui pasangan sesama jenis. Orientasi seksual ini dapat
terjadi akibat bawaan genetik kromosom dalam tubuh atau akibat pengaruh
lingkungan seperti trauma seksual yang didapatkan dalam proses perkembangan
hidup individu, maupun dalam bentuk interaksi dengan kondisi lingkungan yang
memungkinkan individu memiliki kecenderungan terhadapnya. Homoseksual ini
merupakan kejadian pengulangan dari sejarah Ummat Nabi Luth yang diceritakan di
dalam AlQuran. Dimana kaum Nabi Luth diazab oleh Allah karena perilaku mereka
berhubungan sesama jenis.
2. Biseksual
Menurut Kartono biseksual (seksualitas ganda) merupakan keadaan merasa
tertarik sama kuatnya pada kedua jenis kelamin; perempuan maupun laki-laki dan
memiliki ciri-ciri karakteristik anatomisdan psikologis dari kedua jenis kelamin orang
yang dapat mencapai kepuasan erotis secara optimal baik dengan sesama jenis dan
lawan jenis.
3. Transeksual/Transgender
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang
melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang
ditetapkan saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk
spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja
mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual,
panseksual, poliseksual, atau aseksual. Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis
kelamin atau yang lazim disebut juga sebagai gejala transseksualisme ataupun
transgender merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak
adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya
ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya.
Pada umumnya para penyandang LGBT tidak mengerti kapan dan bagaimana
perilaku itu muncul, jadi keadaan tersebut tidaklah dikehendaki secara sadar oleh
mereka. Sebagian dari mereka menerima dan sebagian yang lain menolak keadaan
tersebut. Atas prinsip HAM mungkin saja keadaan ini bisa diterima tetapi bagi
sebagaian mereka yang masih menjunjung nilai agama dan ketuhanan yang baik,
mereka menolak keadaan ini. Tidak mudah memang untuk berada dalam posisi
mereka ini. Bayangkan saja jika anda tidak menyukai durian tetapi disuruh
memakannya, apa yang akan anda rasakan dan lakukan? Tentu saja jiwa dan raga
anda menolaknya. Inilah analogi yang selalu dipakai orang yang mendukung perilaku
LGBT. Akan tetapi disisi yang lain, mereka yang menganggap perilaku ini sebuah
gangguan atau penyakit berargumen “bukankah setiap penyakit ada obatnya?.
BAB III
PENUTUP
I.I. Kesimpulan
Perilaku seksual tersebut dibentuk karena proses belajar yang dilakukan oleh seorang
lesbian dan gay melalui media elektronik dan teman sejawatnya. Proses pembentukan
perilaku seksual lesbian dan gay tidak memiliki perbedaan. Prosesnya dimulai dari
pengaruh pola asuh orang tua, pola asuh orang tua yang paling dominan adalah pola
asuh permisif, otoriter, dan penelantar. Kemudian individu akan dipengaruhi oleh
kelompok sebaya dalam melakukan perilaku seksual. Perilaku seksual tersebut juga
mereka pelajari melalui media elektronik. Faktor penghambat perilaku seksual pada
pasangan lesbian dan gay yaita, motivasi pribadi, keyakinan, norma yang berlaku di
lingkungan tempat tinggal,Bentuk-bentuk perilaku seksual yang dilakukan lesbian dan
gay relatif sama seperti, bergandengan, berpegangan tangan, berpelukan, dan lain
sebagainya. Bentuk perilaku yang menjadi perbedaan adalah saat mereka melakukan
hubungan seksual di ramah private hal ini dikarenakan lesbian dan gay memiliki alat
kelamin yang berbeda. Penelitian ini mungkin bias dan tidak bisa digeneralisir
mengenai hasrat dan dorongan seksual yang sangat tinggi pada pasangan lesbian dan
gay karena informan penelitian dalam penelitian ini memiliki rentang usia 19 hingga
27 tahun.
1.2. Saran
1. Perlu diberikannya pendidikan seks untuk menghindari resiko-resiko
yangberdampak buruk pada pasangan lesbian dan gay.
3. Lesbian dan gay yang berpacaran perlu menetapkan tujuan berpacaran supaya
segala aktivitas yang dilakukan mempunyai arah yang jelas. Sehingga bubungan tidak
selalu diarahkan kepada hubungan seksual.
DAFTAR PUSTAKA