Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“TRANSGENDER DITINJAU DALAM


PERSPEKTIF MAQASHID SYARIAH”
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Maqasid syariah

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10

 MAULANA ARIF ARDIANSYAH (182221363)


 YORA SYAFIKA PUTRI (182221380)

DOSEN PENGAMPU:
KHAIRIL ANWAR,M.IRKH

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BENGKALIS
TAHUN PELAJARAN 2021-2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

PEMAKALAH

17 MARET 2O22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Sejarah Munculnya Transgender....................................................................6
2.2 Definisi Transgender......................................................................................7
2.3 Transgender ditinjau dalam perspektif Maqashid Syariah.............................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenomena transgender dalam masyarkat Indonesia dikenal sebagai
sebuah penyimpangan, sering pula dengan istilah waria atau bahkan dengan
istilah yang lebih sarkasme yaitu banci atau bencong. Pada kenyataanya, pria
trangender hadir di tengah masyarakat sebagai sosok maskulin (laki-laki)
yang berubah menjadi feminim (perempuan).1 Dalam hal ini, bagi orang-
orang yang melakukannya dengan sengaja adalah sebuah laknat, akan tetapi
orang-orang yang memang diciptakan dalam kondisi tersebut, maka
diperintahkan untuk berusaha keras untuk meninggalkan sikap tersebut dan
membiasakan diri. Sebaliknya jika tidak mempunyai keingingan dan berusaha
untuk meninggalkan, dengan kata lain justru terus menerus dalam kondisi
tersebut (menyerupai wanita atau sebaliknya), maka vonis laknat hadits di
atas juga berlaku baginya. Sebab sama saja bahwa dia berkeinginan terhadap
hal tersebut.

Pada akhirnya, kaum transgender dikategorikan sebagai kaum yang


minoritas, lengkap dengan perlakuan masyarakat yang sedikit membedakan,
mulai dari akses pelayanan kesehatan yang harus mereka dapatkan sampai
pada identitas mereka. Berbicara masalah transgender memang sedikit sensitif
ketimbang persoalan hak asasi manusia yang lain, sebab pada kenyataanya
tindakan tersebut adalah di luar kewajaran manusia normal, akan tetapi kaum
transgender juga manusia yang perlu bersosial. Oleh karena itu, peneliti
mengangkat isu konseling Islam sebagai solusi enomena transgender.
Konseling Islam diharapkan menjadi metode yang bukan menghakimi kaum
transgender, akan tetapi membina dan memberi asupan spiritual pada kaum
transgender atau yang masih memiliki kecenderungan ke arah tersebut.

1
Mua’adil Faizin, “KONSELING ISLAM SEBAGAI SOLUSI FENOMENA TRANSGENDER,”
Nizham 05, no. c (2016): 1–43.
Dalam buku Lesbian Gay Bisexual Trans And Quer Psychology
dijelaskan pula contoh fenomena yang berasal dari Sulawesi Selatan,
dengan redaksi asli sebagai berikut: “For example, US anthropologist
Sharyn Graham (2004) reports on the experiences of people in South
Sulawesi, Indonesia, who are „male-bodied‟ but who do not identify as
men, nor do they aspire to be women. Rather, they are identified as
„calabai‟ (or „calalai‟ for those who are „femalebodied‟). These groups
of people can often negotiate multiple relationships with (normatively
identified) men and women in their lives, and potentially have children or
enter into marriage relationships that are not seen as contradictory to
their expression of gender and sexuality”. Penjelasan buku di atas,
mendefinisikan transgender sebagai sosok yang berbadan laki-laki tetapi
tidak diidentifikasi sebagi laki-laki atau tidak juga dianggap sebagai
perempuan.2

Diyakini dalam sejarah, kaum LGBTQ dikategorikan sebagai salah


satu contoh pengidap penyakit mental karena mereka tidak seperti orang
biasa yang tertarik dengan lawan jenis ataupun tidak dapat bersanding
dengan norma gender pada umumnya. Sehingga menjadi prioritas banyak
psikologi hari ini adalah mengidentifikasi gejala tersebut dan menemukan
cara untuk mengembalikanya kepada keadaan normal.Bahkan kaum
LGBTQ adalah yang paling sering depresi, serta diikuti dengan rasa cemas
dan ketakutan. Kebanyakan hal tersebut disebabkan tekanan sosial dan
sikap merasa tidak mendapatkan keadilan atau tindakan tidak
menyenangkan.

Banyak studi-studi tentang kesehatan mental LGBTQ yang juga


melaporkan tingginya level kasus bunuh diri berasal dari kaum remaja
LGBTQ dibanding dengan kaum LGBTQ pada umumnya secara
keseluruhan. Meskipun ada sebagian yang hanya dalam tahap
berkeinginan bunuh diri. Dalam hal ini, telah dilakukan pula perbandingan

2
Ibid
dengan remaja biasa, hasilnya adalah tetap, bahwa kasus bunuh diri remaja
LGBTQ yang lebih tinggi.30 Dijelaskan dalam satu penelitian di UK
(United Kingdom) 1.285 LGBTQ di Inggris 30% diantara participant
tersebut pernah melakukan percobaan bunuh diri, ditemukan pula kasus di
Taiwan beberapa studi memperkirakan rata-rata kasus percobaan bunuh
diri remaja biasa adalah sekitar 10%, sementara remaja LGBTQ lebih dari
dua kali lipatnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas pemakalah merumuskan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana sejarah munculnya transgender ?


2. Apa definisi transgender ?
3. Bagaimana transgender dalam persfektif maqashid syari’ah ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah munculnya trangender


2. Untuk mengetahui definisi trangender
3. Untuk mengetahui trangender dalam persfektif maqashid syari’ah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Transgender


Dalam sejarah peradaban romawi, kultur sosial yang ada mem-
fetakompli bahwa perempuan sepenuhnnya berada di bahwa kekuasaan
ayahnya. Pada zaman kaisar Konstantin terjadi sedikit perubahan dengan
diundangkannya hak pemiliknya terbatas bagi perempuan dengan catatan
bahwa setiap transaksi harus disetujui oleh keluarga. Peradaban hindu dan
cina tidak lebih baik dari yang lain. hak hidup bagi seorang perempuan yang
bersuami harus berakhir saat kematian suaminya. Istri harus bakar hidup-
hidup pada saat mayat suaminya di bakar. Tradisi ini baru berakhir pada abad
ke 17 masehi.3
Dalam pandangan Yahudi, martabat perempuan sama dengan
pembantu. Mereka berangggapan perempuan adalah laknat karna dialah yang
menyebabkan adam di usir dari surga. Di negri paman sam yang sekarang di
kenal sebagai negara yang menggunakan demokrasi dan ke-egaliteran, dalam
proses peradabannya juga pernah mengalami sejarah kelam dalam konteks
perlakuan sosial terhadap kaum hawa-hawanya. Lahirnya konsep transgender
terjadi pada saat revolusi seksual tahun 1960 dan berkembang pada tahun
1990-an. Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert stoller (1968)
untuk memisahkan perincian manusia yang didasarkan pada pendefinisikan
yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis.
Dalam ilmu sosial orang yang sangat berjasa dalam
mengembangkannya istilah dan pengertian gender ini adalah Ann Oakley
(1972). Sebagaimana Stoller Oakley mengatakan gender sebagai kontruksi
sosial atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan
manusia.4 Sebaliknya melaui dialektika, kontruksi sosial gender yang
tersosialisasikan secara evolusional dan perlahan-lahan mempengaruhi
biologis masing-masing jenis kelamin. Misalnya, karena kontruksi sosilan
gender, kaum laki-laki harus bersifat kuat dan agresif maka kaum laki-laki
kemudian terlatih dan tersosialisasi serta termotivasi untuk menjadi atau
menuju ke sifat gender yang ditentukan oleh suatu masyarakat. Yakni secara
fisik lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya, kaum perempuan harus lemah
lembut. Maka sejak bayi proses sosialisasi tersebut tidak saja berpengaruh
kepada perkembangan fisik dan biologis selanjutnya. Secara mapan dan lama.
Akhirnya menjadi sulit dibedakan apakah sifat-sifat gender itu
3
Ibid.
4
Irda Oktaviani, “TRANSGENDER DALAM KITAB TAFSIR (Studi Analisis QS. Al-Nisā‟ [4]:
119 Dan QS. Al-Rūm [30]: 30 Perspektif Ibn „Asyūr),” Skripsi 11 (2546): 43–45.
2.2 Definisi Transgender
Transgender merupakan isu hadir kembali menjadi berita hangat di
kalangan media sosial dengan adanya salah satu selebgram yang mengubah
kelaminnya. Secara etimologis transgender berasal dari dua kata trans dan
kata gender. Kata trans yaitu pindah (tangan:tanggungan) pemindahan.
Sedangkan kata gender yaitu jenis kelamin. Gender menjadi dua makna yaitu
secara biologis kata gender adalah jenis kelamin secara sosiologis kata gender
adalah karakteristik laki-laki dan perempuan berdasarkan dimensi sosial
kultural yang tampak dari nilai dan tingkah laku. 5
Kata gender sediri dalam kamus bahasa Indonesia dan kamus
bahasa Inggris tidak secara jelas dibedakan pengertian antara kata sex dan
kata gender. Sehingga sering kali kata gender di persamakan dengan kata sex.
Setalah sekian lama terjadi proses pembagian peran dan tanggung jawab
terhadap kaum laki-laki dan perempuan yang telah berjalan bertahun-tahun
bahkan berabad-abad maka sulit dibedakan pengertian seks (laki-laki dan
perempuan) dengan gender.
Sedangkan secara terminologis transgender diartikan dengan suatu
gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara
bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaannya.6 Beberapa ekspresi yang dapat
dilihat ialah bisa dalam bentuk dandan (makeup), gaya dan tingkah laku,
bahkan sampai kepada operasi kelamin. Menurut Nanis damayanti
transgender adalah orang yang cara berprilaku atau penampilannya tidak
sesuai deengan peran gender pada umumnya. Transgender merupakan orang
yang dalam berbagai level “melanggar” norma cultural mengenai bagaimana
pria atau wanita itu sendiri transgender berhenti hanya pada aspek prilaku
atau penampilan (zahir) saja.7 Menurut Bettcher didefinisikan sebagai berikut.
Transgender adalah orang yangtidak berpenampilan sama dengan
5
Ibid.
6
Saryono, “Konsep Fitrah Prespektif Islam”,Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2, (2016). Hlm 89-93
7

Nirwanto, Gisela Dea. "Pembingkaian Berita Pro Kontra LGBT di Laman Topik Pilihan Kompas.
com."Jurnal E-Komunikasi4.1 (2016).Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:
Arkola, 1994Setawan Budi Utomo, Fikih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer,
Jakarta: Gema Insani Press, 2002. Hlm 45-54
peranangender yang telah diterima sejak lahir. Sedangkan transeksual adalah
individu yang secara hormonal atau pembedahanmelakukan „perubahan‟
pada alat kelamindan tubuhnya.
Secara sederhana merujukpada individu yang mengalami
genderdysphoria atau terperangkap pada tubuh yang salah. Kehidupan
trangender memiliki keunikan tersendiri, walaupun seorang transgender telah
mengidentifikasikan dirinya laki-laki dalam berprilaku maupun dalam
berpenampilan namun tanpa disadari seorang transgender masih dapat
berperan sebagai wanita yang bersikap feminim. Hal inilah yang
membedakan seorang transgender dengan wanita dan pria pada umumnya
sehingga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Menurut Freud beberapa pribadi seperti ini disebut mempunyai
ciri-ciri seksualitas terbalik atau dalam istilah yang lebih baik lagi, mereka
merupakan pribadi yang terbalik (invert) dan hubungan tersebut disebut
kebalikannya (inversion) meski sulit membuat perkiraan yang akurat, jumlah
individu dengan cirriciri tersebut cukup banyak. Dengan demikian menurut
penulis tentang transgender adalah perpindahan perbedaan prilaku antara laki-
laki dan perempuan yang dikontruksikan secara sosial yaitu perbedaan yang
bukan kodrat atau bukan ketentuan tuhan melainkan diciptakan oleh manusia
baik laki-laki maupun perempuan yang melalui proses sosial dan cultural
yang panjang. Misalnya seseorang wanita secara cultural dituntut untuk lebih
lembut sedangkan seorang pria dituntut sebaliknya. Orang-orang yang lahir
dengan alat kelamin luar ia merupakan kombinasi pria dan wanita itu juga
termasuk transgender. Transgender ada pula yang mengenakan pakaian lawan
jenisnya, baik sekali maupun rutin. Akibat prilaku transgender inilah yang
mungkin membuat beberapa orang mengganti jenis kelaminnya seperti pria
menjadi wanita begitu sebaliknya.8
Proses permarijinalan masyarakat di dalam struktur ekonomi
maupun pilitik lambat laun menyebabkan komunitas tersebut terjebak dalam
suatu kondisi yang dinamakan sebagai perangkap kemiskinan. Kemisikinan

8
Ibid
yang di alami bukan hanya kemiskinan dalam arti tingkat kesejahteraan
ekonomi yang rendah melainkan juga kemiskinan dalam arti terkekangnya
hak ataupun kemerdekaan individu dalam mengekspresikan.

2.3 Transgender ditinjau dalam perspektif Maqashid Syariah


Terkait transgender merupakan isu kontemporer yang mungkin
belum banyak diselesaikan legitimasi hukum pada masa sebelumnya. Respon
inlah yang kemudian ditanggapi serius oleh pemikir Islam kontemporer.
Pandangan al-Zuhaili bisa disimpulkan bahwa tindakan mengubah ciptaan
Allah merupakan bentuk perbuatan yang menyesatkan. Tidak ada legitimasi
yang kuat untuk mengubah ciptaan baik itu hewan maupun manusia dalam
nash. Justru sebaliknya, al-Qur’an dan Sunnah melarang melakukan
perbuatan tersebut.
Ada juga sekolompok ulama berpendapat, bahwa pelaku homo seksual
wajib dirajam, sekalipun ia belum pernah kawin. Ia termasuk pendapat Imam
Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal. Dan pendapat lain, Imam Syafi’i
menetapkan bahwa pelaku dan orang-orang yang dikumpuli (oleh
homoseksual dan lesbian) wajib dibunuh, sebagaimana keterangan dalam
hadits.
Artinya: “Barang siapa yang mendapatkan orang-orang yang melakukan
perbuatan kaum Nabi Luth (praktek homoseksual dan lesbian), maka ia
harus menghukum mati; baik orang yang melakukan maupun yang
dikumpulinya”. (HR. Abu Daud, al-Tirmidhi, Ibn Majah dan al-Baihaqi)
Dalam al-Qur’an dan Terjemahannya, mengubah ciptaan Allah sebagian
mufasir ialah mengubah ketentuan-ketentuan yang telah diciptakan Allah,
seperti mengebiri lakilaki agar ia dapat dijadikan penjaga istri-istri atau
budakbudak perempuan seorang pembesar. Sebagaimana yang banyak
dilakukan di negeri-negeri Arab dan negeri-negeri lain zaman dahulu.
Menurut sebagain mufasir lainnya, ayat ini diartikan mengubah agama Allah.
Manusia diciptakan Allah mempunyai fitrah beragama tauhid, mengakui
keesaan Allah, tidak bersekutu dengan sesuatu, hanya Allah saja yang berhak
disembah. Seandanya ada manusia tidak mengakui keesaan Allah, berarti
pengaruh lingkungan alam sekitarnya telah mengalahkan fitrahnya. Termasuk
yang mempengaruhi manusia itu adalah usaha setan untuk melenyapkan
naluri itu.9
Dalil-dalil yang menunjukkan larangan terhadap perilaku transgender ini
relatif cukup banyak, tersebar dalam banyak ayat dan juga hadis. Di antara
ayat Alquran berbicara tentang larangan liwaṭ ini ditemukan dalam QS. Al-
Al-a’raf [7] ayat 80-84 sebagai berikut:
‫) َّن ُك ْم‬٨٠( ‫َن اْل َع اِمَل يَن‬ ‫َو ُل وًط ا ْذ َق اَل َق ْو َأ َت ْأ ُت وَن اْل َف ا َش َة َم ا َس َب َق ُك ْم َه ا ْن َأ َح‬
‫ِإ‬ ‫ِم‬ ‫ٍد‬ ‫ِب ِم‬ ‫ِح‬ ‫ِل ِم ِه‬ ‫ِإ‬
‫) َو َم ا َك اَن َج َو اَب‬٨١( ‫َل َت ْأ ُت وَن ال َج اَل َش ْه َو ًة ْن ُد و ال َس ا َب ْل َأ ْنُت ْم َق ْو ٌم ُم ْس ُف وَن‬
‫ِر‬ ‫ِن ِّن ِء‬ ‫ِم‬ ‫ِّر‬
‫) َف َأ ْن َج ْي َن اُه َو َأ ْه َل ُه‬٨٢( ‫َق ْو ال َأ ْن َق اُل وا َأ ْخ ُج وُه ْم ْن َق ْر َي ُك ْم َّن ُه ْم ُأ َن اٌس َي َت َط َّه ُر وَن‬
‫ِت ِإ‬ ‫ِم‬ ‫ِر‬ ‫ِم ِه ِإ‬
‫َو َأ ْم َط ْر َن َع َل ْي ْم َم َط ًر َف ْن ُظ ْر َك ْي َف َك َن َع َب ُة‬ ‫ْل َغ‬ ‫َأ َت َك َن‬
‫ا اِق‬ ‫ا ا‬ ‫ا ِه‬ )٨٣( ‫ِإ ال اْم َر ُه ا ْت ِم َن ا اِبِر يَن‬
‫ُمْل‬
٨٤( ‫ا ْج ِر ِم يَن‬

Artinya:

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).


(Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di
dunia ini) sebelummu? (80). Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk
melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini
adalah kaum yang melampaui batas (81). Jawab kaumnya tidak lain hanya
mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu
ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura
mensucikan diri (82). Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-
pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal
(dibinasakan) (83). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka

9
Al-khumaedi Ja’far,” Transformasi Fitrah Dalam Persfektif Maqashid Syari’ah,” ADHKI:
Journal of Islamic Family LawVolume 3, Nomor1, Juni 2021. Hlm 23-30
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu (84).
(QS. Al-A’raf [7]: 80-84).

Fenomena terjadi di era modern sekarang adalah mengenai


transgender atau transeksual.Tindakan ini merupakan perilaku yang dilakukan
baik oleh laki-laki maupun perempuan yang diluar kodratnya. Mereka merasa
bahwa dirinya bukan merupakan gender yang sekarang membentuk dirinya,
sehingga mereka berperilaku dan berpenampilan seperti gender yang mereka
inginkan. Transeksual merupakan para pelaku transgender yang akhirnya
memutuskan untuk berganti jenis kelamin. Transgender bisa disebut juga
sebagai individu dalam keadaan fisik yang bertentangan dengan peran gender
yang dijalaninya.
Biasanya tidak terima dengan gender yang mereka harapkan,
langkah-langkah mereka selanjutnya mengubah bentuk dengan gender yang
mereka inginkan, seperti laki-laki mengubah bentuk dari muka, postur tubuh,
mengubah dan mengganti dirinya secara keseluruhan termasuk alat kelamin
mereka, sehingga mereka seutuhnya diidentifikasikan seperti gender yang
mereka inginkan layaknya seperti wanita pun sebaliknya wanita mengubah
bentuk layaknya seorang laki-laki. Dalam hadits lain juga dikemukakan oleh
Nabi: Artinya: “Sesuatu yang paling aku takuti atas kamu adalah
perbuatan kaum Nabi Luth dan dilaknat mereka yang melakukan
perbuatan seperti perbuatan mereka itu, Nabi mengulanginya sampai tiga
kali”.
Demikianlah para ulama telah sepakat mengharamkan hukum
homo seksual dan lesbian. Walaupun mereka sepakat mengharamkan
keduanya, perbedaan pendapat mereka ada pada hukuman bagi pelaksana
homoseksual atau lesbian tersebut.25Larangan homoseksual dan lesbian
yang disamakan dengan perbuatan zina dalam ajaran Islam, bukan
hanya karena merusak kemulyaan, dan martabat kemanusiaan, tetapi
resikonya lebih jauh lagi; yaitu dapat menimbulkan kanker elamin,
AIDS dan sebagainya. Tentusaja perkawinan waria yang telah menjalani
operasi pergantian kelamin dengan laki-laki, dikatagorikan sebagai
praktek homoseksual, karena tabiat laki-lakinya tetap tidak bisa dirubah oleh
dokter, meskipun ia telah memiliki kelamin buatan.
Al-Qurtubi menjelaskan, pertama, mengubah ciptaan dengan cara
mengkebiri manusia itu adalah perlakuan musibah sebab bisa memutuskan
keturunan maka perlakuan seperti ini tentu dilarang. Kedua,memberikan
wasm kepada hewan maupun manusia itu dilarangoleh Rasulullah. Kemudian
al-Qurtubi menambahkan argumentasi larangan mengubah ciptaan dengan
hadits Nabi, bahwa Allah melaknat perempuan yang membuat tato dan orang
yang minta dibuatkan tato, orang yang minta dicabutkan bulu alisnya, orang-
orang yang menghias giginya untuk mempercantik dirinya, dan orang yang
mengubah ciptaan Allah.
Kebebasan dalam definisinya adalah berbuat keinginanindividu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya tanpa ada yang menghalanginya.
Tetapi bukan berarti manusia berbuat semaunya danmeninggalkan apa yang
diingininya. Berbuat sesuaidengan keyakinan bahwa dirinya sebagai mukallaf
dari yang diperbuatnya mempunyai nilai kebaikan bagi kemaslahatan
kemanusiaan secara umum.

Pendapat Abu Hanifah, bahwa pelaku homosek dihukum ta’zir


yakni suatu hukuman yang bertujuan edukatif dan berat ringannya
diserahkan pada hakim. Misalnya dalam KUHP pasal 292 diancam
dengan hukuman maksimal 5 tahun penjara. Menurut Syaukani,
pendapat pertama adalah yang paling kuat, karena didukung oleh
hadits shahih yang jelas maknanya, sedangkan pendapat kedua
dianggap lemah karena memakai dalil qiyas, padahal ada nasnya.
Menurut Sayyid Sabiq bahwa lesbian itu hukmnya ta’zir, yaitu
hukuman yang berat ringannya diserahkan kepada hakim di Pengadilan.
Jadi hukuman lesbian lebih ringan dari hukuman homoseksual,
karena lesbiah hanyalah hubungan yang dilakukan dengan cara
menggesek-gesekkan saja, namun hal ini diharamkan karena bertentangan
dengan fitrah manusia. Homo memang lebih berat akibatnya daripada
lesbian, karena homosek dilakukan dengan cara menusukkan dzakar kedalam
dubur, dimana dubur tersebut adalah tempat keluarnya kotoran.
Operasi dalam bentuk yang pertama, yaitu terhadap orang yang
sejak lahir dalam kondisi normal dan sempurna organ kelaminnya,
diharamkan oleh syari’ah Islam. Dalil yang dapat dijadikan dasar
adalah:Firman Allah dalam surat al-Hujarat ayat 13:
‫ٰٓيَا ُّي َه ا الَّن اُس َّن ا َخ َل ْق ٰن ُك ْم ْن َذ َك َّو ُا ْنٰث ى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُش ُعْو ًب ا َّو َق َب ۤا َل َت َع اَر ُف ْو اۚ َّن‬
‫ِا‬ ‫ِٕى ِل‬ ‫ٍر‬ ‫ِّم‬ ‫ِا‬
‫َاْك َر َم ُك ْم ْنَد الّٰل َا ْتٰق ىُك ْم ۗ ِا َّن الّٰل َه َع َخ ْي‬
ٌ‫ِل ْيٌم ِب ر‬ ‫ِه‬ ‫ِع‬
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikankamu
berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti..”
Menurut al-Thabari, ayat ini mengajarkan tentang keadilan bagi
segenap manusia di hadapan Allah dan hukum yang masing-masing telah
ditentukan jenis kelaminnya dan ketentuan Allah ini tidak boleh dirubah,
setiap orang harus menjalani hidup sesuai dengan kodratnya. Firman Allah
surat an-Nisa ayat 199:

‫َف َل َغ َخ ْل ّٰل‬ ‫ٰاَل‬ ‫َف َل ُك ٰاَذ َاْلْن‬ ‫ٰاَل‬ ‫ُاَل‬ ‫ُاَل َّل‬
ۚ ‫َّو ِض َّن ُه ْم َو َم ِّن َي َّن ُه ْم َو ُم َر َّن ُه ْم ُي َب ِّت َّن اَن ا َع اِم َو ُم َر َّن ُه ْم ُي ِّي ُر َّن َق ال ِه‬
‫ّٰل َف َق َخ ُخ‬ ‫ٰط‬
‫َو َم ْن َّي َّت ِخ ِذ الَّش ْي َن َو ِل ًّي ا ِّم ْن ُد ْو ِن ال ِه ْد ِس َر ْس َر اًن ا ُّم ِب ْيًن ا‬

Artinya: "dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan


membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar
memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka merubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita
kerugian yang nyata”.
Setelah mengetahui argume-argumen larangan transgender maka
langkah selanjutnya adalah cara untuk mengantisipasi terjadinya trangender
bagi kalangan generasi dengan cara mengetahui kelemahan penyebab
seseorang bisa terjerumus perbuatan yang dilarang ini, di antaranya:
1. Faktor pertama yang menyebabkan manusia berpaling dari fitrah asilnya
adalah lupa perjanjiannya dengan Allah SWT. Setiap manusia sebelum
lahir ke muka bumi ini pernah dimintai kesaksiannya atas wujud Allah
SWT dan mereka menyaksikan atau mengenal-Nya dengan baik.
Kemudian, hal itu mereka bawa terus hingga lahir ke dunia. Oleh karena
itu, manusia betapapun besarnya dia, kuat dan kaya, namun dia tetap tidak
dapat mengingkari bahwa dirinya tidak memiliki wujud dirinya sendiri
dan tidak dapat berdiri sendiri dalam mengurus segala urusannya.
2. Faktor kedua yaitu bermaksiat kepada Allah SWT. Kemaksiatan yang
yang terus menerus dilakukan oleh manusia dapat menyebar dan
menutupi hati yang suci, maka solusi terbaik untuk membersihkan hati
adalah dengan cara menjahui kemaksiatan.
3. Faktor ketiga adalah tidak menggunakan akalnya dengan baik. Selain
menegaskan bahwa masalah tauhid adalah fitrah, Al-Qur’an juga berusaha
mengajak manusia berpikir dengan akalnya bahwa di balik terciptanya
alam raya dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya
(membuktikan) adanya Sang Pencipta. Ayat-ayat al-Qur’an yang
mengajak untuk merenungkan fenomena alam dan keunikankeunikan
makhluk yang ada di dalamnya, sangatlah banyak.10

10
Ibid
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara normatif dalam al-Qur’an dan hadist terutama norma
agama bahwa LGBT merupakan tindakan yang melampaui batas dan
merupakan tindakan fahisyah, yaitu perbuatan keji, baik secara logika
maupun empirik, begitu juga secara yuridis, yaitu fikih, ada tiga bentuk
perbuatan keji, yaitu zina (hubungan biologis dengan orang yang tidak
ada ikatan suami istri antara laki-laki dan perempuan, liwath (tindakan
biologis yang dilakukan oleh laki-laki dengan laki-laki atau sering
disebut sodomi) dan sihaq adalah tindakan biologis antara perempuan dengan
sejenisnya, hal ini sangat dilarang dalam agama Islam, karena merupakan
perbuatan fahisyah dengan hukuman maksimal mati. Begitu juga dalam
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam
dengan tegas menjelaskan bahwaperkawinan dilakukan oleh seorang laki-
laki dan perempuan untuk membina keluarga yang sakinah.

3.2 Saran
Setelah pemaparan makalah diatas diharuskan bagi kita seorang
muslim untuk menjauhi sejauh-jauhnya perbuatan LGBT apapun jenisnya
mengubah bentuk ciptaan Allah diperbolehkan dengan catatan memiliki
kemaslahatan, seperti: berkhitan untuk kesehatan, mencukur rambut, kuku
berguna untuk memudahkan beraktivitas. Berbeda halnya dengan trangender
yang tidak memiliki basis kemaslahatan, karena bisa berdampak buruk bagi
dirinya baik di dunia maupun di akhirat. Dalam tafsir kontemporer sepakat
bahwa mengubah bentuk ciptaan merupakan tindakan yang tidak bisa
ditoleransi, sebab keluar dari konsep fitrah sebagai manusia yang berbasis
gender laki-laki dan perempuan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-khumaedi Ja’far,” Transformasi Fitrah Dalam Persfektif Maqashid Syari’ah,”
ADHKI: Journal of Islamic Family LawVolume 3, Nomor1, Juni 2021

Irda Oktaviani. “Transgender Dalam Kitab Tafsir (Studi Analisis QS. Al-Nisā‟
[4]: 119 Dan QS. Al-Rūm [30]: 30 Perspektif Ibn „Asyūr).” Skripsi 11
(2546): 43–45.

Mua’adil Faizin. “Konseling Islam Sebagai Solusi Fenomena Transgender.”


Nizham 05, no. c (2016): 1–43.

Nirwanto, Gisela Dea. "Pembingkaian Berita Pro Kontra LGBT di Laman Topik
Pilihan Kompas. com."Jurnal E-Komunikasi4.1 (2016).Pius A. Partanto,
Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994Setawan Budi Utomo,
Fikih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta: Gema Insani
Press, 2002
Saryono, “Konsep Fitrah Prespektif Islam”,Jurnal Studi Islam, Vol. 14, No. 2,
(2016)

Anda mungkin juga menyukai