PROPOSAL
Disusun Oleh:
NIM: 2020109
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis akan membahas latar belakang masalah, penyusunan
yang kerap muncul di berbagai media cetak maupun digital, salah satunya adalah fenomena
transgender. Secara etimologi, transgender berasal dari dua kata yaitu trans yang berarti
pindah atau pemindahan. Adapaun gender yang berarti suatu sifat yang melekat pada laki-
laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. 1 Berarti
transgender adalah pemindahan antara sifat laki-laki menjadi perempuan dan sebaliknya yang
ketidakpuasan seseorang terhadap kelamin yang dimilikinya atau seseorang yang memang
memiliki kelamin yang ambigu sehingga mereka merasa tidak ada kecocokan antara bentuk
fisik dengan kelamin kejiwaan.2 Dalam ranah psikologi trangender termasuk dalam golongan
mempresentasikan identitas gender mereka secara berbeda dari orang-orang yang memiliki
identitas gender sesuai dengan seks biologis mereka. 4 Hal ini disebabkan karena adanya
ketidakcocokan antara identitas gender dan jenis kelamin seseorang, yang disebut dengan
gender dysphoria.5 Orang transgender sering merasa dirinya lahir di dalam tubuh (atau jenis
1
Mansor Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, 15 ed (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013),
8.
2
Gibtiah, Study Perbandingan Tentang Khuntsa Transseksual dan Trangender (Palembang: Rafah
Press, 2012), 11.
3
Koeswinarto, Hidup Sebagai Waria (Yogyakarta: Ptlkis Pelangi Aksara, 2004), 12.
4
Mark A. Yarhouse, Understanding Gender Dysphoria (Downers Grove: IVP Academic, 2015), 20.
5
Yarhouse, Understanding Gender Dysphoria, 20.
kelamin) yang salah, sehingga mereka ingin mengganti jenis kelaminnya, baik dengan
menghidupi kehidupan lawan jenisnya maupun dengan memilih bantuan medis. 6 Transgender
kini menjadi sebuah gaya hidup di zaman ini. Dapat ditemui banyak kaum transgender yang
menunjukkan transformasi mereka di berbagai media online, seperti Youtube dan Instagram.
Di dalam perkembangan saat ini, masyarakat kini mulai lebih terbuka kepada kaum
transgender, karena mereka merasa hak asasi manusia tidak boleh menghalangi pilihan
mereka mengenai gender. Selain itu, masyarakat menghargai mereka sebagai mereka sebagai
orang-orang yang berani menunjukkan diri apa adanya (otentik). Hal ini disebabkan karena
orang zaman sekarang begitu meninggikan otentisitas, sehingga semua kebenaran tergantung
kepada subjeknya.7 Jonathan Grant berkata bahwa modern authenticity mendorong orang
untuk menciptakan kepercayaan dan moralitasnya sendiri. Untuk itu, seharusnya mereka
dihargai dan dikasihi.8 Vaughan Roberts, rector dari gereja St. Ebbe’s di Oxford yang juga
penulis buku Transgender, memandang hal ini terjadi disebabkan oleh karena budaya zaman
sekarang yang telah berubah secara cepat,9 di mana orang-orang pada zaman ini telah
menolak kebenaran objektif. Misalnya saja, sekitar 20-30 tahun lalu, pernikahan sejenis tidak
akan terpikirkan. Saat ini pernikahan sesama jenis sudah hampir dapat diterima secara
universal.10 Dengan demikian fenomena transgender ini semakin hari semakin hangat
Dalam sudut pandang masyarakat mengenai isu transgender ini cukup beragam,
melihar dari latar belakang agama, sosial budaya dan kelompok mereka. Pandangan
kehidupan. Dalam hal ini mereka menyalahi kodrat yang telah diberikan Tuhan kepada
6
Yarhouse, Understanding Gender Dysphoria, 20.
7
Vaughan Roberts, Transgender (New Malden: The Good Book Company, 2017), 27.
8
Jonathan Grant, Divine Sex (Grand Rapids: Brazos Press, 2015), 30.
9
Robert S. Smith, “Responding to the Transgender Revolution,” Christ on Campus Initiative,
http://www.christoncampuscci.org/responding-to-the-transgender-revolution/. Diakses pada tanggal 17 Oktober
2023 pukul 14.00.
10
Roberts, Transgender, 13.
mereka.11 Tingkat penolakan dan penerimaan terhadap fenomena transgender ini bergantung
dipengaruhi oleh pandangan masyarakat mengenai transgender. Selain itu, cara respon
terhadap transgender. Jika hasil interaksi mereka positif maka pandangan terhadap
transgender dianggap baik, sebaliknya jika hasil interaksi yang didapatkan negatif maka
pandangan masyarakat akan semakin keras dengan adanya stigma masyarakat terhadap
komunitas ini.12
kehidupannya, seperti halnya penolakan dalam keluarga dan kalangan masyarakat. Agama
selalu dijadikan sebagai landasan dalam adanya penolakan terhadap pelaku transgender. Hal
inilah yang sering dirasakan oleh para pelaku transgender. Terkadang penolakan ini
dilandaskan dengan ketidaksiapan diri dalam menerima takdir Tuhan yang bagaimana
Richard (1986, p. 60) mengatakan, “Alkitab memang buku pedoman tentang seks,
tetapi Alkitab memberikan suatu pengertian yang benar tentang seks. Selain itu Alkitab
memberikan informasi tentang siapakah kita sebenarnya, apa arti seksualitas, dan mengapa
Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan.” Pendapat tersebut menegaskan bahwa Alkitab
tidak memandang seks sebagai sebuah perilaku kotor dan hina, apalagi sebagai sebagai dosa,
namun sebaliknya seks adalah sesuatu yang sakral dan suci yang berasal dari Sang Pencipta
dan menang diberikan kepada umat manusia untuk dinikmati. Dalam hal ini, manusia dituntut
langsung menggunakan kata homoseks untuk kata tersebut. Dalam 1 Korintus 6:9-10, nasihat
penting ini diberikan Paulus kepada jemaat Korintus agar menjaga dan menjauhkan diri dari
homoseksual.15
penelitian diantaranya:
Vol 1, 35.
15
Ekoliesanto, Mengkritisi Perilaku, 38.
1. Menjelaskan fenomena transgender yang terjadi di masa kini.
kini.
1. Bagi penulis, penelitian ini sangat penting sebagai pengetahuan yang meluas
tentang fenomena transgender dalam kaitannya bagi konteks masa kini. Selain
3. Bagi gereja, penelitian ini juga penting supaya dapat memberi sumbangsih
teologis terhadap fenomena transgender yang terjadi pada masa kini, serta
memberikan batasan penelitian supaya pembahasan tidak terlalu luas dan tidak terlalu
sempit. Batasan-batasan itu antara lain: pertama, penulis akan membahas fenomena
transgender secara umum, bukan membahas secara spesifik kasus per kasus. Kedua,
mempermudah penulis untuk melakukan penelitian serta mendapatkan data yang akan
diteliti.
1.6 Hipotesis
menjadi tolak ukur untuk memberikan pemahaman yang tepat terhadap fenomena transgender
Dalam penulisan ini, penulis memilih untuk menggunakan metode penulisan kualitatif
internet yang mendukung penulis dalam menulis, serta menemukan pembahasan tentang
Respons teologis terhadap fenomena transgender pada masa kini berdasarkan 1 korintus 6:9-
10.
Bagian ini penulis akan memaparkan sistematika penulisan penelitian yang terdiri dari
BAB II, penulis akan menguraikan mengenai fenomena transgender, baik dari definisi
dampak dosa terhadap identitas manusia dan identitas manusia sebagai ciptaan baru.
korintus 6:9-10, dilanjutkan dengan meresponi teologi yang dipakai oleh orang transgender,
serta bagaimana gereja seharusnya bersikap dalam meresponi fenomena transgender pada
masa kini.
BAB V, kesimpulan dan saran berkaitan dengan seluruh pembahasan yang telah
Daftar Pustaka
Ekoliesanto, Yesaya Bangun & Sonny Eli Zaluchu. Mengkritisi Perilaku Homoseksual dalam
Fakih, Mansor. Analisis Gender dan Transformasi Sosial, 15 ed. Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2013.
Habiiballah, Shuniyya Ruhama. Jangan Lepas Jilbabku: Catatan Harian Seorang Waria.
Maharani, Suci & Ashif Az Zaf. Respon Masyarakat kepada Pelaku Transgender. Jurnal
Roberts, Vaughan. Transgender. New Malden: The Good Book Company, 2017.
http://www.christoncampuscci.org/responding-to-the-transgender-revolution/. Diakses
Utomo, Setiawan Budi. Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer). Jakarta: Gema
Insani, 2003.
2015.