Anda di halaman 1dari 5

1|Muhammad Khasanuddin

AGAMA MENYIKAPI PERNIKAHAN BEDA KEYAKINAN


(PANDANGAN ISLAM dan KATHOLIK di TROSO)

Nama Kalian
NIM:1630210084
Email : khasanmuhammad1997@gmail.com
Prodi AqidahdanFilsafat Islam, IAIN Kudus

Abstrak

Pada hakikatnya, ketika manusia dilahirkan di dunia, sudah pasti membawa


suatu naluri untuk beragama, dalam artian mengenal Tuhan.Meskipun
keadaannya sangat kecil atau belum dapat diprediksikan secara rasional
ilmiah. Dalam hal ini terjadi karena terdapat suatu naluri yang ada pada
manusia, yang mana dalam naluri tersebut merupakan suatu perasaan yang
membutuhkan kepada Sang Pencipta Yang Maha Kuasa yang mengatur
segala sesuatu yang ada didunia, tanpa memandang siapa yang dianggap
sebagai Sang Pencipta tersebut.
Kata kunci: kawin beda keyakinan

Pendahuluan
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar
manusia dan alam.Agama dipandang sebagai suatu institusi yang lain, yang
mengemban tugas atau fungsi agar suatu masyarakat dapat berfungsi dengan
baik, baik dalam hidup lokal, regional, nasional maupun mondial. Maka
dalam tinjauannya yang terpenting adalah daya guna dan pengaruh agama
serta pengaruh agama terhadap suatu masyarakat, sehingga berkat eksistensi
dan fungsi agama cita-cita suatu masyarakat dapat terwujud.
Agama dalam analisa Freud, dapat membantu untuk mengendalikan social
dengan membuat manusia menjauhi kecenderungan anti social, setidak-
tidaknya sampai satu tingkat yang dapat ditolerir.Menurutnya, agama lahir
dari kebutuhan untuk membuat manusia yang tanpa daya itu bisa ditolerir.
Analisanya tidak hanya menunjukkan tingkah laku manusia yang berasal
dari berbagai motif dari kekanak-kanakan saja tetapi hingga dewasa
mengalami perubahan penting dalam perilakunya.
Pemaparan di atas, peneliti menemukan suatu keunikan terkait dengan
keberagamaan dalam beragama di Desa Carnggang yaitu Agama Islam dan
Kristen Katolik di satu desa.Keberagamaan mereka bisa dikatakan bagus
karena kehidupan mereka mampu bersosialisasi dengan baik tanpa adanya
hal-hal yang menuju pada ketidakrukunan antar umat beragama. Selain itu,
mereka bisa menghargai dengan adanya perbedaan satu sama lain tanpa
melihat latar belakang social dan ekonomi. Hal ini seperti yang diutarakan
Bapak Rochim Troso Jepara,

PenulisanKaryaTulisIlmiah | 2019
2|Muhammad Khasanuddin

“Di sini niku terdapat kepercayaan lebih dari satu, Agama Islam dan Kristen.
Kehidupane mereka geh bagus dan bisa saling menghargai.Saat enten kegiatan
sosial ya mereka saling membantu dan tolong menolong. Seperti saat ada
kegiatan kerja bakti, mereka antusias untuk mengikutinya bahkan ada yang
meminjamkan peralatan untuk kerja bakti diantaranya niku geh ada sapu,
ekrak, sungguhan makanan ringan dan lain-lain.”(sumber ketika wawancara
dengan pak Rochim terkait dengan kerukunan antar umat beragama de Desa
Troso, hari sabtu tanggal 7 juni 2019, n.d.)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa kesadaran akan kehidupan dalam
keberagamaan didesa tersebut bisa mengatasi problem kegiatan social dengan
baik. Pentingnya akan membangun sebuah relasi antar tetangga dan umat
beragama untuk membangun sebuah desa yang hidup sejahtera. Tentunya,
dalam kesejahteraan inilah yang nantinya menjadikan masyarakat desa
tersebut mempunyai keunikan tersendiri untuk saling menjaga
kerukunan.Letak kerukunan tersebut sangat transparan sekali, yakni terlihat
gotong royong dan tidak melihat dari berbagai sudut pandang. Memang, di
Desa Troso dalam masalah seperti yang tertera di atas, kerukunan umat
beragama merupakan suatu sikap seorang umat yang memiliki agama guna
mewujudkan kehidupan yang serasi, tidak membedakan pangkat, kedudukan
sosial, tingkat kekayaan, golongan, keturunan dan lain sebagainya.

Analisis Teori
Dalam penelitian tentang pernikahan beda keyakinan saya mengambil teori
milik Clifford Gertz tentang agama di jawa. Clifford Gertz membuat kerangka
analisis dengan mengklasifikasikan masyarakat jawa ke dalam tiga variasi,
yaitu abangan, santri, priyayi. Dalam penelitian ini saya menganalisis
menggunakan bagian otoritas abangan sebab dalam penelitian ini
menyinggung tentang perbedaan keyakinan antara pihak laiki-laki dan
perempuan yang ingin menikah.

Metode
Jenis pendekatan yang dipakai oleh penulis adalah penelitian lapangan(Field
research) yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke tempat penelitian
dengan pendekatan kualitatif. Istilah kualitatif dimasukkan sebagai jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik
atau bentuk hitungan lainnya. Pendekatan kualitatif ini lebih menekankan
analisis dinamika antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika
ilmiah. Metode ini mencoba meneliti ststus kelompok manusia, suatu obyek,
suatu kondisi, suatu system pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa
sekarang.Jadi, pendekatan kualitatif ini dapat dipandang sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.(Meleong, 1991, p. 3)

Pembahasan
1.Konsep Pernikahan
a. Islam
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata “Nikah” sebagai (1)
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan
resmi); (2) perkawinan.Al-Quran menggunakan kata ini untuk makna

PenulisanKaryaTulisIlmiah | 2019
3|Muhammad Khasanuddin

tersebut, di samping secara majazi diartikannya dengan “hubungan


seks”.Kata ini dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 23
kali.Pernikahan merupakan sunnatullah pada alam ini, tidak ada yang
keluar dari garisnya, manusia, hewan maupun tumbuhan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah” –
QS. adz Dzariyat ayat 49-. Allah memilih sarana ini untuk berkembang-
biaknya alam dan berkesinambungannya ciptaan, setelah mempersiapkan
setiap pasangan tugas dan posisi masing-masing.Secara bahasa pada
mulanya kata nikah digunakan dalam arti “berhimpun”.al-Quran juga
menggunakan kata Zawwaja dari kata Zauwj yang berarti “pasangan”
untuk makna di atas. Ini karena pernikahan menjadikan seseorang
memiliki pasangan.Kata tersebut dalam berbagai bentuk dan maknanya
terulang tidak kurang dari 80 kali.(Sogroamodjo, 1976, p. 15)
Jika dalam pernikahan itu merupakan pelaksanaan hukum agama, maka
perlulah untuk diingat bahwa dalam melaksanakan pernikahan itu oleh
agama ditentukan unsure-unsur yang menurut istilah hukumnya disebut
rukun-rukun dan masing-masing rukun memerlukan syara-syarat
sahnya, diantaranya;
 Rukun Perkawinan
 Syarat Calon Mempelai Laki-laki
 Syarat Calon Pengantin Perempuan
b. Katolik
Perkawinan Katolik adalah perkawinan yang monogam dan tidak
terceraikan (Kanon 1065).Implikasi pertama dari perkawinan tidak
terceraikan menurut Kitab Hukum Kanonik adalah perkawinan yang
monogam dan tidak terceraikan.Kanon 1056 menyatakan, “Sifat-sifat
hakiki perkawinan ialah monogam dan tak-terputuskan, yang dalam
perkawinan Kristiani memperoleh kekuatan khusus atas dasar
sakreman”.Sifat monogam ini merupakan milik khas perkawinan yang
secara esensial membedakannya dengan bentu-bentuk lain kehidupan
bersama antara laki-laki dan perempuan (bandingkan Kanon
1096).Sifat hakiki perkawinan yang monogam dan tidak terceraikan ini
merupakan dua data hukum ilahi kodrati yang sudah tertanam dalam
kodrat manusia sebagai tatanan fundamental bagi kebaikan umat
manusia.(Raharso, 2006, p. 84)
Pelaksanaan perkawinan menurut Hukum Kanonik di Kevinkepan
Tonsea adalah sebagai berikut;
 Pelaksanaan Hukum Kanonik tentang Perkawinan dalam
Perkawinan Validum, Invalidum,Nullum, dan Legitimum.
 Pelaksanaan Hukum Kanonik tentang Perkawinan dalam
Perkawinan Ratum.
 Pelaksanaan Hukum Kanonik tentang Perkawinan dalam
Perkawinan Ratum Et Consummatum.
 Pelaksanaan Hukum Kanonik tentang Perkawinan dalam
Perkawinan Putatif.
 Pelaksanaan Hukum Kanonik tentang Perkawinan dalam
Perkawinan Campur Beda Agama dan Beda Gereja.
 Halangan-halangan yang menggagalkan Perkawinan.

PenulisanKaryaTulisIlmiah | 2019
4|Muhammad Khasanuddin

 Penanganan Kasus-kasus Perkawinan Dalam KHK.

2. Teologi Kerukunan
Secara harfiah, teologi berarti ilmu ketuhanan yang berasal dari kata
Theos yang berarti Tuhan, Logos berrati Ilmu.Jadi, ilmu tentang
ketuhanan yang mana muatan ilmu ini seperti diformulasikan dalam
ilmu teologi mencakup ilmu tentang Tuhan (ma’rifat al-mabda), ilmu
tenatng Rasul (ma’rifat al-wasithah), dan ilmu tentang hari kemudian
(ma’rifat al-ma’ad).(Lane, 1984, p. 233)
Ilmu tentang ketuhanan menyangkut suatu eksistensi, sifat, dan
kekuasaannya, hubungan Tuhan dengan manusia, dan sebaliknya
hubungan manusia dengan Tuhan dan termasuk didalamnya hubungan
antar manusia yang didasarkan pada norma dan nilai-nilai ketuhanan
(Rabbaniyah). Saat berbicara tentang hubungan Tuhan denag manusia,
apalagi manusia yang beragama maka hubungan ini menjadi hubungan
teologis, dan hubungan teologis ini dalam aplikasinya tidak hanya
bersifat vertical akan tetapi juga horizontal (hubungan antar sesame
manusia). Hubungan manusia dengan sesamanya tidak dapat dikatakan
bersifat duniawi (sekuler/profane) semata, karena manusia didasarkan
kepada keyakinan teologis.Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa
tidak ada satupun aktifitas manusia yang terlepas dari keyakinan
teologisnya, termasuk hubungan antar penganut yang berbeda yang
mana diharapakn untuk manusia bisa hidup rukun dan damai.
Jika jalan fikiran ini dapat diterima, maka kerukunan yang didasarkan
kelangit (Kerukunan yang bersifat teologis) menjadi kebutuhan yang
niscaya bagi manusia sepanjang zaman, dan termasuk manusia yang
mmepunyai suatu kepercayan yang sifatnya modern. Dasar konsep dan
mengaplikasikan kerukunan antar anak manusia yang didasarkan atas
ajaran langi itulah yang dimaksud denagn tologi kerukunan. Dalam hal
ini seperti yang sudah dipaparkan diatas, bahwasannya semua agama
mengajarkan tentang akan kerukunan umat beragama.(Murodi, 2012, p.
221)

Simpulan
Agama Menyikapi Pernikahan Beda Keyakinan (Pandangan Islam dan Katolik
Dalam Mewujudkan Kerukunan Beragama di Desa Troso).Alasannya, karena
di desa tersebut merupakan salah satu masyarakat yang plural terdapat
agama Islam dan Katolik.Dari perbedaan tersebut, tidak sedikitpun suatu
permasalahan yang muncul ditengah-tengah kehidupan mereka, justru
kehidupan mereka malah menjadi rukun dan damai. Seperti yang kita
ketahui bahwa jika terdapat perbedaan disuatu desa ataupun daerah
setempat, pasti terdapat konflik di dalamnya, baik itu konflik perbedaan
ataupun yang lain berkaitan dengan keagamaan.

PenulisanKaryaTulisIlmiah | 2019
5|Muhammad Khasanuddin

Referensi
Lane, A. w. (1984). Arabic English Lexicon, The Islamic Society Trust.
Cambridge England.
Meleong, L. I. (1991). metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Murodi, H. (2012). Pendidikan Agama Islam; Sejarah Keragaman dalam
Kebudayaan Islam. Semarang: Karya Toha Putra.
Raharso, A. C. (2006). Paham Perkawinan Dalam Hukum Gereja Katolik.
Malang: Dioma.
Sogroamodjo, A. (1976). Pernikahan dari Segi Sosial. Jakartra: Bulan Bintang.
sumber ketika wawancara dengan pak Rochim terkait dengan kerukunan antar
umat beragama de Desa Troso, hari sabtu tanggal 7 juni 2019. (n.d.).

PenulisanKaryaTulisIlmiah | 2019

Anda mungkin juga menyukai