Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISLAM DAN TRANSGENDER

Dosen Pengampu: Abu Nasir, S.Ag, M.Ag

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Islam dan Sains

Disusun oleh:

Dimas Shohibbul Miftah A 21101010095

Ridzky Febryansyah 21101010089

M. Nur Fauzi 21101010091

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

menganugrahkan segala kenikmatan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata

Kuliah Ilmu Lughah dengan judul “Islam dan Transgender”.

Tidak kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abu Nasir, S.Ag, M.Ag,

selaku Dosen Mata Kuliah Islam Dan Sains, yang membimbing kami dalam penyelesain tugas

makalah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

diselesaikannya makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi, kami sangat memeohon maaf. Untuk itu kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk

perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 17 November 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I........................................................................................................................3
PENDAHULUAN....................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................4
A. Definisi Transgender.....................................................................................4
B. Faktor Terjadinya Transgender.....................................................................5
C. Pandangan Islam Terhadap Transgender......................................................9
BAB III...................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transgender adalah ekspresi dari identitas gender selain hanya “pria” atau “perempuan”,

transgender dapat bervariasi mulai dari peralihan melalui bedah sampai perubahan dalam

penyaluran seks biologis seseorang. Secara terminologi transgender diartikan dengan suatu

gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan

kelamin dengan kejiwaan. Adapun ekspresi yang dapat dilihat ialah bisa dalam bentuk

dandanan (make up), gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian

kelamin. Transgender dapat dibantu melalui operasi, tambahan hormon ataupun tidak sama

sekali. Maksudnya tidak sama sekali yaitu transgender dilakukan tanpa bantuan operasi

melainkan dengan caranya berekspresi dan bergaya yang berlainan dengan gender aslinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Transgender?

2. Bagaimana pandangan Islam tentang Transgender?

3. Bagaimana Hukum Islam terhadap Transgender

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari transgender

2. Untuk memahami pandangan Islam tentang Transgender

3. Untuk mengetahui Hukum Islam terhadap Transgender

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Transgender

Transgender adalah ekspresi dari identitas gender selain hanya “pria” atau “perempuan”,

transgender dapat bervariasi mulai dari peralihan melalui bedah sampai perubahan dalam

penyaluran seks biologis seseorang. Secara terminologi transgender diartikan dengan suatu

gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan

kelamin dengan kejiwaan. Adapun ekspresi yang dapat dilihat ialah bisa dalam bentuk dandanan

(make up), gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin.

Transgender dapat dibantu melalui operasi, tambahan hormon ataupun tidak sama sekali.

Maksudnya tidak sama sekali yaitu transgender dilakukan tanpa bantuan operasi melainkan

dengan caranya berekspresi dan bergaya yang berlainan dengan gender aslinya. Kita mengenali

bahwa terdapat dua macam transgender, yaitu transgender dari laki-laki ke perempuan yang

dikenal juga dengan sebutan waria, lalu yang kedua yaitu transgender dari perempuan ke laki-

laki.

Istilah transgender dalam Islam dikenal dengan takhonnuts dan tarojjul. At-Takhonnuts

berasal dari kata khonatsa yang bermakna takassur (kehalusan): kesembuhan dan kehalusan

dalam ucapan, cara jalan dan semisal dengan itu mengimitasi wanita. Lalu, orang yang

melakukannya disebut mukhonnats, jadi mukhonnats adalah pria dengan gaya dan sifat-sifatnya

yang mengimitasi wanita. Sebutan bagi wanita yang mengimitasi lelaki disebut dengan istilah

mutarojjilah, dan aktivitasnya disebut tarojjul

4
Perlu diingat bahwa antara takhonnuts dengan khuntsa memikiki definisi yang berbeda.

Penulis menyimpulkan bahwa mukhonnats ialah seseorang yang memang secara genetik

kelaminnya laki-laki atau perempuan, namun secara psikis orang tersebut berusaha mengimitasi

gender yang berlainan. Sedangkan yang dimaksud khuntsa adalah seseorang yang secara genetik

memang memiliki kelamin yang tidak jelas apakah laki-laki atau perempuan.

Adapun mukhonnats terbagi menjadi dua macam, yaitu yang pertama adalah mukhonnats

pembawaan yang berarti sejak lahir dia memang memiliki gaya bicara, cara jalan dan sifat-sifat

yang seperti laki-laki atau perempuan. Lalu yang kedua yaitu mukhonnats yang dibuat-buat.

Maksudnya adalah seseorang memiliki gender baik laki-laki ataupun perempuan, namun karena

pergaulan yang salah maka orang tersebut menjadi pribadi yang berusaha mengimitasi gender

yang berlainan dengan aslinya.

B. Faktor Terjadinya Transgender

Faktor penyebab transgender adalah : Pertama, Faktor bawaan (hormon dan gen)

dikarenakan keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan). Kedua,faktor lingkungan, di

antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan anak laki-laki

berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada masa pubertas dengan homoseksual yang

kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri. Ketiga, Faktor

Kejiwaan adalah mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal

maupun hormonal dan memiliki kecendrungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk

memperturutkan dorongan kejiwaan dan hawa nafsu adalah suatu yang menyimpang dan tidak

dibenarkan menurut syari‟at Islam

Maka ada dua faktor yang melatarbelakangi berkembangnya transgender yaitu faktor

internal dan eksternal :

5
1. Fakor internal

a) Faktor Keluarga

Dalam keluarga, orang tua harus memaksimalkan kesempatan yang berharga untuk

menginfestasikan nilai-nilai yang berharga kepada anaknya supaya anaknya dapat menjadi

pribadi yang bermanfaat. Karena apa yang ditanam oleh orang tuanya akan dapat dituai

hasilnya baik oleh pribadi anaknya dan juga oleh orang tua beserta seluruh anggota keluarga

serta masyarakat sekitarnya. Semakin dini orang tua mendidik anak-anaknya maka apa yang

akan dituai mendatang akan lebih baik.

b) Faktor Moral dan Akhlaq

Terbentuknya kaum transgender karena adanya penyimpangan norma-norma susila di

dalam masyarakat, selain itu semakin hilangnya sebuah kontrol sosial yang berlaku dalam

masyarakat tersebut. Lemahnya iman, pengendalian diri yang kurang dalam konteks hawa

nafsu serta banyak menerima rangsangan seksual dari luar dapat membentuk moral dan akhlak

seorang kaum transgender

c) Pengetahuan Agama yang Lemah

Transgender tidak dibenarkan dalam agama karena transgender sangat bertentangan

dengan konsep penciptaan manusia dimana Allah SWT hanya menciptakan laki-laki dan wanita

sebagai satu pasangan yang berharga di hadapan Allah. Kurangnya pengetahuan dan

pemahaman agama juga merupakan faktor internal yang mempengaruhi terjadinya

homoseksual. Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan

yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk membedakan mana yang baik dan mana

yang sebaliknya haram dan halal dan lain-lain.

d) Faktor Ekonomi

6
Faktor ekonomi juga menjadi latar belakang mereka menjadi Waria karena adanya

anggapan bahwa tanpa keahlian khusus, menjadi Waria merupakan jalan mudah untuk

mendapatkan penghasilan. Informan ini sudah dari awal merasa tidak sebagai laki-laki

heteroseks namun kesempatan ekonomi ini menjadi lebih meyakinkan dirinya untuk menjadi

Waria secara utuh. Ada juga yang merasa butuh untuk menjadi Waria karena ia memiliki cita-

cita untuk membuat usaha salon. Akhirnya ia merubah penampilan untuk mendukung usahanya

tersebut.

2. Faktor Eksternal

a) Pergaulan

Pergaulan bebas menjadi salah satu faktor penyebab seseorang terjun ke dunia

transgender. Akibat kurangnya perhatian dari keluarga yang menyebabkan seseorang

cenderung mencari perhatian dan kehidupan dari lingkungan sekitarnya, baik dari sekedar

mencari teman hingga memperoleh kasih sayang yang tidak didapatkan dari dalam keluarga.

Namun tidak semua lingkungan menjanjikan perkembangan karakter diri yang ideal secara

agama dan norma. Hidup tanpa arah tujuan, tidak mengenal toleransi, tidak ada saling

menghargai dan menghormati hingga tidak ada motivasi untuk terus mengembangkan potensi

diri. Bermacam-macam kekecewaan dalam hidup meninggalkan memori buruk bagi

pengembangan konsep diri seseorang yang masih labil.

b) Pendidikan

Pendidikan yang diberikan oleh orang tua sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

anak. Misalnya beberapa kasus orang tua yang sangat menginginkan memiliki anak perempuan

7
akan tetapi takdirnya dia melahirkan seorang laki-laki. Jika orang tua tersebut kurang paham

agama, tidak ridha terhadap takdir, maka boleh jadi akan memperlakukan anak lelakinya seperti

anak perempuan yang diinginkannya. Seperti akan dipakaikan pakaian anak perempuan, dirias

wajah dan rambutnya seperti anak perempuan dan diberikan mainan anak perempuan.

c) Lingkungan

Faktor lingkungan menjadi alasan kenapa seseorang menentukan pilihan untuk terlibat

dalam komunitas transgender. Perlakuan kurang simpatik, pemondokan sesama jenis dan

perlakuan tidak senonoh lainnya merupakan indikator-indikator lingkungan yang menentukan

seseorang untuk bergabung ke dalam komunitas transgender.

d) Adanya Gerakan Internasional

Sehingga saat ini yang harus mendapatkan pemantauan dari pemerintah bukan

penganut transgendernya. Namun,yang harus benar-benar dipantau adalah gerakan politik

identitas penganut transgender internasional yang memang sengaja mendanai LGBT khususnya

transgender ini. Bila reaksi pemerintah tak berlebihan, tentu transgender tak melesat. Namun

gerakan politik identitas transgender yang memang saat ini sengaja digulirkan dunia

internasional. Itu yang harus diwaspadai pemerintah

C. Pandangan Islam Terhadap Transgender

Di dalam pembahasan mengenai transgender. Kita perlu mengkaji bahwa paling tidak ada

yang namanya operasi kelamin, dan transgender itu sendiri. Kedua hal ini pun menjadi diskusi

menarik bagi para cendekiawan Islam mengingat kedua hal tersebut masuk ke dalam kajian Fikih

Kontemporer.

8
1. Hukum Operasi Kelamin

Kita tidak akan dapat membahas perihal operasi kelamin ini melalui satu hukum yang

mutlak, operasi kelamin dapat dihukumi boleh bahkan dianjurkan serta dapat pula dihukumi

haram dan dilaknat, tergantung kondisi dan alasan dilakukannya operasi tersebut. seseorang yang

melaksanakan operasi kelamin pasti memiliki alasan mengapa ia melakukannya, alasan

tersebutlah yang dapat menjadi pertimbangan bagi hukum melaksanakan operasi kelamin dalam

Islam.

a) Boleh dan Dianjurkan

Melakukan operasi kelamin diperbolehkan bahkan dapat menjadi sebuah anjuran apabila

kondisi yang terjadi adalah “apabila seseorang punya organ satu yang kurang sempurna

bentuknya, misalnya mempunyai vagina yang tidak berlubang dan ia mempunyai rahim dan

ovarium, maka ia boleh, bahkan dianjurkan agama untuk operasi memberi lubang pada

vaginanya.”. Lalu untuk kasus kedua keadaan yang membuat seseorang diperbolehkan

melakukan operasi kelamin apabila seseorang terlahir dengan kelamin ganda (khuntsa), maka

jika ketika dewasa pertumbuhan fisik dan organ vitalnya telah diketahui kecondongannya,

operasi kelamin untuk mematikan salah satu dari kelamin tersebut boleh dilakukan selama yang

dipertahankan adalah gender asli yang sesuai dengan organ vital lainnya (Rahim atau ovarium).

b) Diharamkan

Diharamkan apabila seorang laki-laki yang normal dengan kelamin yang juga normal tiba-

tiba mengoperasi kelaminnya dan mengubahnya menjadi wanita, ataupun sebaliknya. Maka

alasan dibalik operasi tersebut adalah demi keinginan semata, atau demi mengubah jati diri. Di

dalamnya tidak terdapat kemaslahatan ataupun suatu darurat yang menyebabkan dia harus

9
melakukan operasi tersebut. hanya sebatas keinginan dan nafsu semata maka hal tersebut sangat

dilarang.

2. Hukum Transgender

Apabila kita memaknai transgender sebagai seorang yang terlahir normal dengan kelamin

yang sempurna baik berupa farj (vagina) atau dzakar (penis) yang kemudian setelah ia dewasa

memilih untuk mengoperasi kelaminnya tersebut demi mengubah jati dirinya maka para ulama

telah sepakat menghukumi hal tersebut sebagai suatu perbuatan yang diharamkan. Sebagaimana

berbagai dalil yang telah sangat jelas menegaskan keharaman hal tersebut, di antaranya:

a) Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat : 13

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling

bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti

Melalui dalil tersebut kita dapat memahami bahwa perbedaan gender merupakan salah satu

dari pada kodrat dan ketentuan Allah SWT., maka berusaha mengubah yang telah diciptakan-

Nya adalah salah satu bentuk pemberontakan terhadap takdir Allah SWT., dan dianggap sebagai

salah satu dari perbuatan manusia yang berusaha mengubah ciptaan Allah SWT., maka hal

tersebut sangat dilarang. Didalam kitab-kitab tafsir seperti tafsir Al-Thabari, Al-Shawi, Al-

Khazin, Al-Baidhawi, Zubdat at-Tafsir, dan Shafwat al-Bayan disebut beberapa perbuatan

manusia yang diharamkan karena termasuk “mengubah ciptaan Tuhan”, seperti mengebiri

manusia, homoseksual, lesbian, menyambung rambut dengan sopak, pangur (memotong gigi),

10
membuat tato, mencukur alis, dan takhannuts (seorang pria yang berpakaian dan bertingkah

seperti wanita) atau Tarajjul

b) Hadist Nabi

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA :

‫َأَّن الَّنِبَّي صلى هللا عليه وسلم َلَع َن اْلُم َخ َّنِثيَن ِم َن الِّر َج اِل َو اْلُم َتَر ِّج الِت ِم َن الِّنَس اِء‬

“Sesungguhnya baginda Nabi SAW melaknat para lelaki yang mukhannits dan para wanita yang

mutarajjilat,” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud).”

Hadits tersebut mempertegas bahwa hal yang diharamkan dalam Islam bukan hanya

sebatas kepada seseorang yang mengoperasi kelaminnya demi mengubah jati diri, tetapi juga

bagi seseorang yang berdandan dan bertingkah laku yang bukan seharusnya dalam konteks

gender. Jadi dengan mengubah maupun tidak mengubah kelaminnya, apabila seorang pria

bertingkah seperti wanita ataupun sebaliknya maka hal tersebut dilarang dalam Islam.

Lantas hukum bagi seseorang yang telah melakukan perubahan gender menurut ulama

Syafi’iyah mereka tetap dihukumi sebagaimana gender aslinya baik dalam urusan hak maupun

kewajibannya, seperti waris, dan batal wudhu. Sebagaimana seperti yang dinyatakan dalam

kitab-kitab fikih klasik, diantaranya dimuat dalam kitab Hasyiyatus Syarwani

‫ولو تصور الرجل بصورة المرأة أو عكسه فال نقض في االول وينتقض الوضوء في الثانية للقطع بأن العين لم تنقلب وإنما‬

‫انخلعت من صورة الى صورة‬

“Seandainya ada seorang lelaki mengubah bentuk dengan bentuk perempuan atau sebaliknya,

maka–jika ada lelaki yang menyentuhnya– tidak batal wudhunya dalam permasalahan yang

pertama (lelaki yang mengubah bentuk seperti wanita), dan batal wudhu’nya di dalam

11
permasalahan yang kedua (wanita yang mengubah bentuk seperti lelaki) karena dipastikan

bahwa tidak ada perubahan secara hakikatnya, yang berubah tidak lain hanya bentuk luarnya

saja,”

Maka seorang wanita yang mengubah dirinya menjadi laki-laki tidak dapat mendapat waris

sebagaimana yang didapatkan laki-laki, begitu pula bagi para lak-laki. Hemat penulis para lelaki

yang mengubah dirinya menjadi perempuan apabila mereka bersetubuh dengan laki-laki maka

mereka dihukumi sebagai Liwath (homoseksual), yang seperti demikian ini harus dihindari sejak

sedini mungkin. Islam telah menunjukkan cara untuk umat Islam dapat menjaga serta mendidik

anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam penyimpangan ini, salah satunya dengan

memisahkan tempat tidur anak laki-laki dengan anak perempuan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah transgender dalam Islam dikenal dengan takhonnuts dan tarojjul. AtTakhonnuts

berasal dari kata khonatsa yang bermakna takassur (kehalusan): kesembuhan dan kehalusan

dalam ucapan, cara jalan dan semisal dengan itu=mengimitasi wanita. Lalu, orang yang

melakukannya disebut mukhonnats, jadi mukhonnats adalah pria dengan gaya dan sifat-sifatnya

yang mengimitasi wanita.16 Sebutan bagi wanita yang mengimitasi lelaki disebut dengan istilah

mutarojjilah, dan aktivitasnya disebut tarojjul.

Hal tersebut diharamkan dalam Islam. Tidak hanya sebatas kepada seseorang yang

mengoperasi kelaminnya demi mengubah jati diri, tetapi juga bagi seseorang yang berdandan

dan bertingkah laku yang bukan seharusnya dalam konteks gender. Jadi dengan mengubah

maupun tidak mengubah kelaminnya, apabila seorang pria bertingkah seperti wanita ataupun

sebaliknya maka hal tersebut dilarang dalam Islam. Hukum bagi seseorang yang telah melakukan

perubahan gender menurut ulama Syafi’iyah mereka tetap dihukumi sebagaimana gender aslinya

baik dalam urusan hak maupun kewajibannya, seperti waris, dan batal wudhu.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/0ea2c-1-laporan-lgbt-transgender-.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/154451-ID-none.pdf

file:///C:/Users/Lenovo/OneDrive/Documents/dimas/

KAJIAN_TRANSGENDER_DALAM_PANDANGAN_ISLAM.pdf

http://repository.uinbanten.ac.id/2748/3/BAB%20II.pdf

https://www.merdeka.com/quran/al-hujurat/ayat-13#:~:text=QS.%20Al%2DHujurat%20Ayat

%2013&text=Sungguh%2C%20Kami%20telah%20menciptakan%20kamu,ialah%20orang

%20yang%20paling%20bertakwa.

https://islam.nu.or.id/syariah/transgender-dalam-pandangan-syariat-islam-FqI4a#:~:text=Artinya

%2C%20%E2%80%9CSesungguhnya%20baginda%20Nabi%20SAW,%2DBukhari%20dan

%20Abu%20Dawud).

14

Anda mungkin juga menyukai