Subtema: Gender
Dibuat oleh:
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
menyamaratakan ideologi yang ada di negara barat dengan negaranya sendiri.
Faktor utama penyebab terjadinya westernisasi adalah perkembangan teknologi
yang begitu pesat. Teknologi yang lebih maju membuat masyarakat mudah
untuk mengakses berbagai kebudayaan barat tanpa adanya filter sama sekali.
Padahal tidak semua budaya barat dapat diterapkan di Indonesia. Westernisasi
inilah yang membuat eksistensi kebudayaan nasional menjadi terancam.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengkaji eksistensi LGBT yang dianggap
sebagai westernisasi di indonesia. Dalam hal ini penulis mengkaji faktor apa
yang menyebabkan masyarakat indonesia menganggap lgbt sebagai budaya.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3
abad ke-20, istilah gay telah direkomendasikan oleh kelompok-
kelompok besar LGBT dan paduan gaya penulisan untuk
menggambarkan orang-orang yang tertarik dengan orang lain yang
berjenis kelamin sama dengannya.
Kaum gay memiliki ciri-ciri yang membantu mereka untuk mengenali
dan dikenali dengan sesama gay dan di dalam masyarakat. Ciri-ciri
tersebut terkadang sengaja dibentuk oleh mereka, tapi ada juga yang
dilakukan secara tidak sengaja atau pembawaan secara naluri. Gay
lebih menyukai mengenakan pakaian ketat, karena dapat
memperlihatkan lekuk tubuh si pemakai. Bagi gay, lekukan tubuh
merupakan daya jual tersendiri. Gay lebih senang memakai warna
mencolok. Dalam berkomunikasi gaya bicaranya pun lebih feminim
dan perhiasan yang dikenakannya pun cenderung “ramai”. Bahkan itu
merupakan alat komunikasi sesama gay. Ciri lainnya adalah selalu
tertarik pada aktivitas yang biasanya dilakukan wanita.
Biseksual
Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan
seksual, atau kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini
umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk
menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun
wanita sekaligus. Biseksual adalah sebuah perilaku seksual yang
menyimpang. Pengertian Biseksual Menurut Krafft-Ebing (salah
seorang seksologis Jerman) mengistilahkan biseksual sebagai
psychosexual hermaphroditism yaitu kewujudan dua keinginan seks
yang berbeda (laki-laki dan perempuan) dimana memiliki ketertarikan
kepada kedua jenis tersebut. Biseksual merupakan perilaku sekelompok
orang yang berorientasi seks dengan sejenisnya dan lawan jenisnya
sekaligus, seperti laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan
perempuan dan laki-laki dengan perempuan.
Faktor genetis merupakan salah satu pembentuk kepribadian manusia
yang salah satunya berwujud pada kecendrungan manusia untuk
memiliki naluri seksual (Elly M.Setiady, 2011).
4
Transgender
Secara etimologis transgender berasal dari dua kata yaitu kata trans
dan kata gender. Kata trans yaitu pindah (tangan;tanggungan)
pemindahan.1 Sedangkan kata gender yaitu jenis kelamin. Namun
pengertian kata gender dalam kamus bahasa Indonesia dan kamus
bahasa Inggris tidak secara jelas dibedakan pengertian antara kata sex
dan kata gender. Sehingga sering kali kata gender dipersamakan dengan
kata sex. Sedangkan secara terminologis transgender diartikan dengan
suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya
kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan. Beberapa
ekspresi yang dapat dilihat ialah bisa dalam bentuk dandanan (make
up), gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian
kelamin.
Istilah transgender juga bisa memasukkan mereka yang
mengidentifikasi dan atau mengekspresikan diri mereka sebagai laki-
laki atau perempuan dan atau mereka yang lahir dengan jenis kelamin
biologis ambigu yang sering difahami oleh masyarakat sebagai kelamin
ganda atau dalam dunia medis istilah ini dikenal dengan ambiguous
genitalia yang artinya kelamin yang meragukan, misalnya seseorang
yang terlahir dengan anatomi seks pria, tetapi merasa dirinya adalah
wanita. Merujuk pada istilah itu, transseksual hanya satu deret
gangguan perkembangan seksual “semua bersifat genetik”.
5
hal ini.
6
kecil LGBT walaupun pada saat zaman Hindia Belanda tersebut belum
muncul sebagai pergerakan sosial. Organisasi terbuka yang menaungi
kaum gay pertama berdiri di Indonesia tanggal 1 Maret 1982, sehingga
merupakan hari yang bersejarah bagi kaum LGBT Indonesia.
Organisasi tersebut bernama Lambda. Pada tahun 1985 berdiri juga
komunitas gay di Yogyakarta. Organisasi tersebut bernama
Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY). Tahun 1988 PGY berubah nama
menjadi Indonesian Gay Society (IGS). Tanggal 1 Agustus 1987 berdiri
kembali komunitas gay di Indonesia, yaitu berdirinya Kelompok Kerja
Lesbian dan Gaya Nusantara (KKLGN) yang kemudian disingkat
menjadi GAYa Nusantara (GN). GN didirikan di Pasuruan, Surabaya
sebagai penerus Lambda Indonesia. GN menerbitkan majalah GAYa
Nusantara.
Tanggal 22 Juli 1996, salah satu partai politik di Indonesia yaitu
Partai Rakyat Demokratik (PRD), mencatat diri sebagai partai pertama
di Indonesia yang mengakomodasi hak-hak kaum homoseksual dan
transeksual dalam manifestonya. Kemudian KLG III diselenggarakan di
Denpasar, Bali pada bulan November 1997. Hasil kongres ini adalah
peninjauan kembali efektivitas kongres-kongres sebelumnya sehingga
untuk sementara akan diadakan rapat kerja nasional sebagai gantinya.
Untuk pertama kalinya Gay Pride dirayakan secara terbuka di kota
Surabaya pada bulan Juni tahun 1999. Acara tersebut merupakan kerja
sama antara GN dan Persatuan Waria Kota Surabaya (PERWAKOS).
Pengertian Westernisasi
Westernisasi adalah proses meniru atau adopsi budaya barat di berbagai
bidang seperti industri, teknologi, hukum, politik, gaya hidup, dan
ekonomi.Kata westernisasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu west
artinya barat. Sedangkan menurut istilah, kata ini menjelaskan usaha
meniru gaya hidup seperti orang Eropa Barat atau Amerika. Bangsa
Eropa dan Amerika dianggap sebagai bangsa maju, sehingga beberapa
7
orang meniru gaya hidup ala barat ini. Generasi muda menganggap
negara Barat lebih maju, sehingga mereka bisa meniru sampai
menerapkan gaya hidup ala western. Definisi lain westernisasi yaitu
asimilasi budaya atau sebuah proses, untuk mengenalkan praktik
peradaban Barat di Indonesia.
Banyak produk – produk budaya populer yang masuk ke dalam
negeri seperti film-film tentang LGBT menggeser paradigma dan
membuat persepsi bahwa hal tersebut sudah lumrah dan dianggap
sebagai sesuatu yang wajar. Yang mengerikannya kebanyakan tren
LGBT menyerang anak-anak muda karena diindikasi sebagai usia yang
paling mudah mengikuti arus. Budaya ini justru menjadi tren dunia
karena kerap dipromosikan sebagai gaya hidup yang menyenangkan.
8
BAB III. METODE PENULISAN
9
Yaitu cara pengambilan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat
umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
3. Metode Induktif
Yaitu pengambilan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus ke
hal-hal yang bersifat umum.
10
BAB IV PEMBAHASAN
11
jenis, mereka tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai homoseksual.
Saat ini, karakter gemblak mulai dimainkan oleh perempuan. Dalam
pertunjukan drama tradisional Jawa lainnya seperti ludruk dan wayang
orang, laki-laki memainkan peran perempuan atau sebaliknya adalah hal
yang biasa.
12
menunjukkan bagaimana teknologi dan globalisasi telah berhasil
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gender dan identitas seksual
yang mengikuti konteks budaya lokal.
1. Faktor Internasional
13
LGBT. Keputusan untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di Amerika
Serikat menjadi pengaruh yang besar terhadap keputusan banyak negara
untuk ikut membuat keputusan serupa.
Di samping itu, sudah terdapat 22 negara dari 204 negara yang telah diakui
secara de facto oleh PBB yang melegalkan pernikahan sesama jenis secara
penuh di seluruh wilayah negaranya (Freedom to Marry Organization,
2014). Negara-negara tersebut hampir sebagian besar adalah negara
dengan ideologi liberal.
b. Globalisasi
Dalam sebuah dunia global, hubungan yang terjadi antar orang dan
antaride muncul dan tumbuh sebagai akibat dari kemajuan komunikasi,
perjalanan, maupun perdagangan yang menimbulkan kesadaran bersama di
antara individu-individu. Pada kondisi ini, banyak para ahli dan pengamat
percaya negara semakin kehilangan kontrol atas nasib mereka dan diserang
oleh kekuatan di luar perbatasan dan di luar kendali negara. (Indonesian
Perspective, Vol. 1, No. 2 (Juli-Desember 2016): 31- 47) Menurut
Mansbach dan Rafferty (2012: 888) globalisasi memiliki ciri-ciri antara
lain:
14
(1) penyebaran komunikasi global,
Hak asasi manusia yang biasa disingkat HAM adalah hak yang ada pada
setiap individu dengan bentuk berbagai macam latar belakang, baik agama,
bahasa, kebangsaan, jenis kelamin, warna kulit, etnis, dan lain sebagainya.
Hak ini dapat berlaku dimanapun, kapan pun, dan kepada siapa pun. Hak
asasi manusia merupakan sebuah konsep hukum yang normatif. Setiap
individu berhak untuk mendapatkan apa yang memang sudah menjadi
haknya tanpa pengecualian.
15
Hak asasi manusia saling terikat, berhubungan dan saling bergantung.
(UNHCR, 2016). Hak asasi manusia secara universal dijamin oleh hukum,
baik hukum nasional maupun hukum internasional yang dapat berupa
perjanjian. Didalam hak asasi manusia ada yang namanya penggolongan
tripologi kewajiban hak asasi manusia yang digolongkan menjadi dua,
yaitu kewajiban positif dan kewajiban negatif.
HAM menjadi dasar bagi pendukung komunitas LGBT. Salah satu hak
mendasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia adalah kebebasan untuk
mencintai individu lain dan melakukan legalisasi hubungan percintaan
mereka dalam lembaga sosial berupa pernikahan tanpa melihat jenis
kelamin, suku, ras, agama, atau kelompok sosial yang melatarbelakangi
keduanya (Tahmindjis, 2014: 121).
16
bagian dari HAM, untuk merayakan martabat setiap manusia, dan untuk
menggarisbawahi bahwa setiap manusia berhak untuk hidup yang bebas
dari ketakutan, kekerasan, dan diskriminasi terlepas dari siapa mereka dan
siapa yang mereka cintai. Pernyataan tersebut di sampaikan pada perayaan
Hari Internasional Melawan Homofibia dan Transfobia (IDAHOT) yang
dirayakan setiap tahun sejak 17 Mei 1990, tanggal dihapuskannya
homoseksual dari kategori penyakit mental oleh Organisasi Kesehatan
Dunia WHO.
1. Undang-undang
17
penyebaran pornografi, undang-undang ini dipahami oleh banyak
pria gay dan wanita lesbian sebagai hukum yang memidanakan
hubungan seks homoseksual.
2. Kebijakan Pemerintah
18
Menurut laporan kominfo tahun 2016 Kementerian Agama (Pemerintah)
konsisten menjalankan konstitusi untuk tidak melayani perkawinan sejenis
merujuk pada Undang-Undang Perkawinan. Kebijakan ini merupakan
sikap tegas pemerintah merespon wacana keberadaan komunitas Lesbian,
gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Indonesia yang saat ini terus
menggelindingkan isu-isu dan kampanye atas hak-haknya.
19
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Indikator orang orang yang telah mengikuti trend LGBT dapat dilihat dari segi
busana dan aksesoris, tingkah laku, cara bergaul, dan pola pikir. Trend lesbian
akan cenderung untuk memakai busana dan aksesoris yangumum digunakan oleh
pria juga digunakan oleh remaja putri. Dan pola pikir yang maskulin.Trend gay
akan cenderung untuk memakai busana dan aksesoris wanita. Penganut trend gay
juga lebih sering bergaul dengan pereorang yang mempunyai ketertarikan
seksual terhadap dua jenis kelamin yang berbeda sekaligus. Dengan kata lain,
orang yang biseksual adalah orang yang memiliki orientasi heteroseksual dan
homoseksual serta pola pikir yang feminin. Trend trasgender dapat diamati saat
laki-laki mengikuti trend gay dan biseksual, sedangkan perempuan mengikuti
trend lesbian dan biseksual. Banyak faktor yang mempengaruhi adanya LGBT
ini dapat dilihat dari faktor internasional yaitu adanya globalisasi, liberalisme
dan HAM.
B. SARAN
20
dan lebih bijak mengadapi maupun mengadopsi budaya barat yang mulai
berkembang. Hendaknya tetap tegakkan normanorma budaya timur yang
semakin hari semakin bergeser.
3. Untuk orangtua, sebagai sasaran atau yang merasakan secara lingkungan
harus menjaga anak-anak dari pergaulan lingkungan dan membatasi
tontonan yang bersifat merusak moral dan pertumbuhan pola pikir anak.
4. Untuk remaja, diharapkan dapat memanfaatkan usia produktifnya untuk
melakukan hal-hal positif dan berkarya agar dapat bermanfaat bagi
orang-orang sekitar dan membanggakan keluarga, terus menggali potensi
diri dan hasilkan prestasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Musti'ah. (2016). Lesbian Gay Bisexual and Transgender (LGBT). Jurnal Pendidikan
Sosial, 3(2), 258-273.
Yudiyanto. (2016). Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, Dan Transgender. NIZHAM, 63-
73.
Hartanto. (2016). Hegemoni dalam Emansipatory. Indonesian Perspective, 31-47.
22