Anda di halaman 1dari 8

Kajian Sosiolinguistik:

Alih Kode dan Campur Kode dalam


Video Youtube Gita Savitri Devi
NARINDRA RAMADHANI PRIBADI
Universitas Sebelas Maret
Pos-el: narindrarp88@gmail.com

ABSTRACT
The language used to communicate and or interact with tools is characterized by
symbols or symbols that are abitrer. Speech someone in the process of speaking lead to
a variety of code switching and code mixing. One of them is in a video uploaded by Gita
Savitri Devi. This study aims to analyze the language used by Gita Savitri Devi in a video
uploaded by Gita Savitri Devi with the title "Don’t Lose Hope | Eps opinion. 18 "by code
switching and code mixing. This research method is a descriptive qualitative analysis.
From this analysis there are two languages used in the video, including Indonesian and
English. The use of these two languages is found expressions that are code switching
and code mixing. There are ten code changes and there are three mixed codes.
Keywords:
code switching, code mixing, sociolinguistics, bilingualism, Gita Savitri Devi

ABSTRAK
Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan atau alat interakssi dicirikan dengan
symbol atau lambang yang bersifat abitrer. Tuturan seseorang dalam proses berbicara
menimbulkan berbagai alih kode dan campur kode. Salah satunya adalah dalam video
yang diunggah oleh Gita Savitri Devi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bahasa
yang digunakan oleh Gita Savitri Devi dalam video yang diunggah oleh Gita Savitri Devi
dengan judul “Don’t Lose Hope | Beropini eps. 18” dengan alih kode dan campur kode.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Dari
analisis tersebut terdapat dua bahasa yang digunakan dalam video tersebut antara lain
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Adanya penggunaan dua bahasa tersebut
ditemukan ungkapan-ungkapan yang merupakan alih kode dan campur kode. Ada
sepuluh alih kode dan ada tiga campur kode. Alih kode dan campur kode dalam video
youtube tersebut disebabkan adanya latar belakang si penutur yang dapat
menggunakan dua bahasa atau lebh, suasana bicara, dan tempat bicara.
Kata Kunci:
alih kode, campur kode, sosiolinguistik, bilingulisme, Gita Savitri Devi

PENDAHULUAN
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam keberjalanan komunikasi.
Saddhono (2012) juga menyatakan bahwa bahasa adalah alat manusia untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Dengan bahasa, masyarakat akan
lebih mudah berinteraksi dan dapat dimengerti oleh penutur dan lawan tutur.
Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sering digunakan dalam hal komunikasi
dan interaksi sosial di lingkungan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. .
Menurut Hidayati (2011), masyarakat Indonesia yang menguasai beberapa
bahasa cenderung menggunakan beberapa ragam bahasa dalam komunikasi.
Sehingga, secara tidak langsung hal inilah yang menyebabkan adanya variasi
bahasa. Chaer dan Leonie (2004:62) mengatakan bahwa, ragam bahasa sebagai
akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi
bahasa. Kushartanti (2005:58) terjadinya kontak bahasa disebabkan adanya
kedwibahasaan atau keaneka-bahasaan. Saddhono (2014) kedwibahasaan
merupakan salah satu fenomena dua bahasa dalam suatu tindak tutur Kesalahan
berbahasa tersebut bisa terjadi disemua aspek keterampilan berbahasa, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik dari segi
linguistik, seperti fonologi, morfologi, serta sintaksis, maupun dari segi
nonlinguistik, yaitu makna dan isi. Dalam kajian sosiolinguistik ada tiga jenis
pilihan bahasa yang biasa dikenal, yaitu campur kode, alih kode, dan variasi
bahasa dalam bahasa yang sama (Saddhono, 2007)
Kode adalah suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya memiliki ciri
khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan mitra tutur,
dan situasi tutur yang ada yang biasanya berbentuk varian bahasa yang secara
nyata dipakai untuk berkomunikasi oleh anggota suatu masyarakat bahasa
(Poedjosoedarmo, 1978). Fasold dalam (Chaer, 1994) menyatakan bahwa
seseorang yang menggunakan satu kata atau frasa dari suatu bahasa maka itu
disebut campur kode. Proses penuturan dua bahasa atau lebih menjadi satu
tuturan dengan tujuan tertentu disebut dengan campur kode.
Alih kode merupakan peralihan atau pergantian penggunaan suatu bahasa ke
bahasa yang lain. Seperti yang dikatakan oleh Nurlianiati (2019:2) alih kode
disebut peralihan dalam pemakaian bahasa, akan tetapi tetap menyesuaikan
situasi dan terjadi antar bahasa serta antara ragam dalam satu bahasa.
Campur kode adalah penggunaan suatu bahasa secara dominan dalam
tuturan, kemudian disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Menurut Thelander
(Suwito, 1985) apabila suatu tuturan terjadi percampuran atau kombinasi antara
variasi-variasi yang berbeda di dalam suatu klausa yang sama, maka peristiwa
tersebut disebut campur kode. Seseorang melakukan campur kode apabila
menggunakan satu bahasa sebagai bahasa dominan dan disisipi bahasa lain
dengan sebuah tujuan tertentu. Menurut (Ohoiwotun, 2007) penggunaan campur
kode didorong oleh keterpaksaan seperti penggunaan bahasa asing dalam
bahasa Indonesia yang mengacu pada prinsip berbahasa yang singkat, jelas dan
apabila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi sebuah frasa atau
kalimat panjang, tidak jelas dan bisa bermakna ganda.
Gita Savitri Devi, menjadi content creator di Youtube, merupakan seorang
bilingualisme. Gita dapat menggunakan bahasa Indonesia, bahasa inggris, dan
bahasa jerman saat berkomunikasi, bergantung dengan siapa lawan bicara.
Video Gita yang diunggah dengan judul “Don’t Lose Hope | Beropini eps.18”
membuktikan bahwa terdapat alih kode (code switching) dan campur kode (code
mixing).

KAJIAN TEORI
Fungsi sosial bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi maupun
sebagai cara mengidentifikasikan sekelompok manusia (Simatupang, 2018).
Menurut Iryani (2017:1) bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam
menyampaikan pesan antar sesama.
Sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan
kondisi dalam masyarakat. Salah satunya adalah pemilihan dan penggunaan
bahasa. Bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa yang ada kaitannya
dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat disebut sosiolinguistik
(Chaer dan Agustina,2010:2). (Simatupang, 2018:2) objek kajian sosiolinguistik
adalah pilihan bahasa yang ada pada masyarakat aneka bahasa seperti
masyarakat yang menguasai dua atau beberapa bahasa yang harus dipilih pada
saat berbicara. Bahasa yang bersifat arbiter mengakibatkan bahasa dapat
berubah kapan saja, sehingga dalam pemakaiannya akan terjadi alih bahasa dan
campur bahasa. Saddhono (2012) mengatakan bahwa pengetahuan tentang ilmu
sosiolinguitik juga sangat penting diberikan kepada masyarakat penutr agar
pemakaian bahasa dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik dan benar.
Herdiana (2019:166) mengungkapkan alih dialek atau bahasa terjadi
dikarenakan perubahan sosiokultural dalam situasi berbahasa, perubahan
tersebut seperti hubungan antara pendengar dan pembicara, tujuan berbicara,
variasi bahasa, topik yang dibahas dalam pembicaraan, waktu dan tempat
berbincang. Menurut Suwito (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2007: 86) alih kode
ada dua macam, yaitu alih kode internal dan alih kode eksternal.Alih kode
internal terjadi antara bahasa sendiri seperti bahasa daerah dengan bahasa
Indonesia, sedangkan alih kode ekternal terjadi antara bahasa dalam dan bahasa
asing seperti bahasa Inggris, Jerman dan lain-lain.
“Campur kode merupakan pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling
memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang satu ke
dalam bahasa yang lain, dimana unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya
yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi tersendiri.”(Rohmadi, 2010)”
Menurut Suwandi dalam Sundoro (2018:131) “yang mencirikan campur kode,
yaitu: (1) penggunaan dua bahasa atau lebih untuk itu berlangsung dalam situasi
informal, santai, dan akrab; (2) tidak ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu
yang menuntut terjadinya campur kode; dan (3) campur kode dapat berupa
pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya.” Dapat diketahui bahwa
ciri yang menonjol dari campur kode adalah kesantaian atau situasi informal.
“Sebuah percampuran antara kode-kode bahasa atau variasi bahasa disebut
campur kode” (Rahardi, 2001). Sejalan dengan pendapat tersebut, Kridalaksana
(2001) mengemukakan bahwa campur kode adalah penggunaan satuan bahasa
dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam
bahasa, yang didalamnya terdapat pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan dan
sebagainya

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif analisis. Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi
objek alamiah, dan peneliti sebagai instrumen kunci” (Sugiyono, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alih kode dan campur kode
dalam video youtube Gita Savitri Devi yang berjudul “Don’t Lose Hope | Beropini
eps. 18” (https://youtu.be/ppjBJ1_fOsg). Data didapatkan dari video tersebut.
Teknik pengumpulan data dan analisis data yaitu, (1) mengamati video, (2)
mengumpulkan data, yaitu dengan mencatat beberapa tuturan yang terdapat
alih kode dan campur kode, (3) mengidentifikasi data, yaitu dengan
mengklasifikasikan tuturan yang telah didapatkan, (4) menyajikan data dan
mearik simpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

NAMA ALIH KODE MENIT CAMPUR KODE MENIT


GITA SAVITRI 1.45 7.35
DEVI 10 2.14 3 8.14
2.35 8.38
2.53
3.04
3.40
4.03
4.24
4.35
5.38

Berdasarkan hasil penelitian pada video Gita Savitri Devi, terdapat dua bahasa
yang dipakai dalam video tersebut, yaitu bahaa Indonesia dan bahasa inggris.
Dari kedua bahasa tersebut, bahasa Indonesia lebih dominan digunakan dalam
video tersebut. Dominasi bahasa tersebut terjadi karena latar belakang Gita
adalah seorang warga Negara Indonesia dan sebagian besar pengikutnya
(subscriber) adalah warga Indonesia. Bahasa inggris digunakan hanya pada
tuturan yang tertentu saja sebagai bahasa pengganti (pelengkap penjelasan).

1. Alih kode dalam video Gita Savitri Devi

a. Menit 1.45

“Most of us, we don’t know how feels like to die. Terus orang yang
bunuh diri ini bisa ngga peduli sama itu semua, saking beratnya
kesedihan, kemarahan, kekecewaan apapun itu.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


dua yaitu bahasa inggris ke bahasa ke satu yaitu bahasa Indonesia.

b. Menit 2.14

“Gue pernah punya pikiran untuk bunuh diri, gue rasa orang lain juga
pernah si, yang misalnya kita punya masalah berat banget terus
kepikiran buat ah gue pengen bunuh diri tapi it’s just a thought, you
know, it’s just a random talk.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


satu yaitu bahasa indonesia ke bahasa ke dua yaitu bahasa inggris.

c. Menit 2.35

“Buat kalian-kalian nih yang lagi down, masalah apapun lah, masalah
keluarga, masalah ekonomi, masalah cinta, anything any kind of
problems we have.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


satu yaitu bahasa indonesia ke bahasa ke dua yaitu bahasa inggris.

d. Menit 2.53

“Talk to someone, I know it won’t help because the person is talked to,
dia tu nggak bisa kasih lo jalan keluar yang akan solve your problem,
you know.”
Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke
dua yaitu bahasa inggris ke bahasa ke satu yaitu bahasa Indonesia
kemudian beralih ke bahasa ke dua yaitu bahasa inggris.

e. Menit 3.04

“I ask you to talk to someone bukan untuk untuk kasih jawaban atas
problematika yang lo punya, tapi lebih ke lo tuh mau ngeluarin apa
yang lo punya di otak lo.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


dua yaitu bahasa inggris ke bahasa ke satu yaitu bahasa Indonesia.

f. Menit 3.40

“Semua orang punya masalah, apalagi jaman sosial media. I think this
is the one of the, downside of social media. Kita nggak ngefilter our
own life, kita nggak milih mana ya yang bisa kita jadiin citra.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


satu yaitu bahasa indonesia ke bahasa ke dua yaitu bahasa inggris
kemudian beralih ke bahasa ke satu yaitu bahasa Indonesia.

g. Menit 4.03

“ngapain gue share problem gue, buat apa, just because naturalnya
manusia. Kita nggak mau ngehshare yang buruk tentang diri kita, I
don’t know, mungkin kita butuh pengakuan dari orang lain, pujian dari
orang lain, I don’t know, that’s just the nature of human.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


dua yaitu bahasa inggris ke bahasa ke satu yaitu bahasa Indonesia
kemudian beralih ke bahasa ke dua yaitu bahasa inggris.

h. Menit 4.24

“Kita harus aware kalo you’re not the only one who have problem.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


satu yaitu bahasa indonesia ke bahasa ke dua yaitu bahasa inggris

i. Menit 4.35

“dude, I have problems too but I don’t share with you guys, because I
don’t want too, yang membedakan adalah semua orang pinter
memalsukan itu semua.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


dua yaitu bahasa inggris ke bahasa ke satu yaitu bahasa Indonesia.

j. Menit 5.38

“sebagai muslim of course gue akan menyarankan lo untuk sholat


untuk doa, tapi sholat dan doa aja itu mnurut gue nggak cukup karna
it’s different, you know, it’s different when you talk to god ang when
you talk to other person, it’s different.”

Alih kode dalam tuturan tersebut termasuk peralihan dari bahasa ke


satu yaitu bahasa indonesia ke bahasa ke dua yaitu bahasa inggris

2. Campur kode dalam video Gita Savitri Devi

a. Menit 7.35

“itu aja sih yang bisa gue kasih ke kalian , siapapun kalian yang lagi
merasa depressed, yang lagi ngerasa pusing sama hidup”

Campur kode terdapat pada kata depressed sebagai bahasa inggris


yang dalam bahasa bahasa Indonesia berarti depresi.

b. 8.14

“kalo misalnya lo merasa lo bener-bener worthless, lo merasa nggak


ada gunanya, itu nggak mungkin”

Campur kode terdapat pada kata worthless sebagai bahasa inggris


yang dalam bahasa Indonesia berarti tidak ada gunanya.

c. Menit 8.38

“semua orang pernah di stage dimana mereka merasa nggak ada


gunanya”

Campur kode terdapat pada kata stage sebagai bahasa inggris yang
dalam bahasa Indonesia berarti panggung, posisi, atau suatu kondisi.

Pembahasan video Gita Savitri Devi menunjukkan adanya alih kode dan campur
kode. Jumlah dari alih kode dan campur kode dalam video tersebut adalah 13
kali dari 10.25 durasi video. Jumlah tersebut terdiri atas 10 kali alih kode dan 3
kali campur kode. Alih kode dan campur kode disebabkan salah satunya adalah
karena Gita seorang bilingualism. Pokok pembicaraan dan pembawaannya yang
bersifat informal atau santai mengakibatkan terjadinya alih kode dan campur
kode. Campur kode yang terdapat dalam video tersebut juga tercantum pada
saat Gita alih kode, atau dengan kata lain, secara tidak langsung Gita
mencampur kode bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia saat Gita
melakukan Alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa inggris. Seperti pada kata
of course, I don’t know, aware, share problem, dan down. Kata dan frasa
tersebut dituturkan oleh Gita saat alih kode.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alih kode dan campur kode
dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu, penutur dan lawan tutur, variasi
bahasa (penggunaan dua bahasa atau lebih, topik pembicaraan, dan lain
sebagainya. Dalam video tersebut, Gita menggunakan dua bahasa saat
berbicara yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dominan dan bahasa
inggris sebagai alih kode dan campur kode. Dalam video tersebut wujud alih
kode terdapat 10 tuturan. Sedangkan campur kode yang terdapat dalam video
tersebut adalah campur kode ke luar yaitu dengan menggunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris Bentuk campur kode yang terjadi ialah sebanyak 3
tuturan dalam video tersebut.

REFERENSI

Aslinda &Syafyahya. (2007). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika


Aditama.

Chaer, A., Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik:Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka


Cipta

Chaer, A., Agustina, L. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A., dan Agustina, L. (2010). Soisolinguitik: Perkenalan Awal. Jakarta:


Rineka Cipta

Herdiana, Y., Sopian, I. (2019). Alih Kode dan Campur Kode pada Naskah Drama
Kabayan Mencari Cinta Karya Salsabila Piriyanti. PAROLE: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 2 (2), 165-170.
http://dx.doi.org/10.22460/p.v2i2p%25p.1997

Hidayati, Nurul. (2011). Variasi Bahasa pada Tuturan Guru Dansiswa Dalam
Kegiatan Komunikasidilingkunganman 3 Malang. Pendidikan Bahasa
Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Malang.

Iryani, E. (2017). Diglosia Antara Bahasa Jawa dan Sunda (Studi Kasus
Masyarakat Bahasa Kecamatan Lemah Abang Kabupaten Cirebon). Jurnal
Inovasi Pendidikan MH Thamrin. 1 (1), 1-6 ISSN: 2549-3310

Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kushartanti, dkk. (2005). Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik.


Jakarta: PT. SunPrinting

Nurlianiati, M. S., Hadi, P. K., Meikayanti, E. A. (2019). Campur Kode dan Alih
Kode dalamm Video Youtube Bayu Skak. Widyabastra: Jurnal Ilmiah
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 7 (1), 1-8

Ohoiwotun, P. (2007). Sosiolinguistik: Memahami Bahasa dalam Konteks


Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Erlangga.

Poedjosoedarmo, S. (1978). Alih Kode dan Campur Kode. Yogyakarta: Balai


Peneliti Bahasa.

Rahardi, K. (2001). Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Rohmadi, M. dkk. (2010). Sosiolinguitik Kajian Teori dan Analisi. Surakarta:


Pustaka Pelajar.

Saddhono, K. (2007). Bahasa Etik Pendatang di Ranaah Pendidikan Kajian


Sosiolinguistik Masyarakat Madura di Kota Surakarta. Neliti: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 6 tahun ke-13, 469 – 487.
https://dx.doi.org/10.24832/jpnk.v13i66.362
Saddhono, Kundharu. (2012). Bentuk Dan Fungsi Kode Dalam Wacana Khotbah
Jumat (Studi Kasus Di Kota Surakarta).Jurnal Bahasa dan Sastra Fakultas
Adab dan Ilmu Budaya. 11 (1): 71-92. DOI:
https://doi.org/10.14421/ajbs.2012.11104
Saddhono, Kundharu. (2012). Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa
Asing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (Bipa)
Di Universitas Sebelas Maret.Kajian Linguistik dan Sastra. 2 (2): 176-186.
DOI: https://doi.org/10.23917/kls.v24i2.96
Saddhono, Kundharu. (2012). Pengantar Sosiolinguistik Teori dan Konsep
Dasar.Surakarta : Program Buku Teks LPP UNS
Saddhono, Kundharu. (2014). Pengantar Sosiolingistik Teori dan Konsep Dasar.
Surakarta: UNS Press.
Simatupang, R, R., Rohmadi, M., Saddhono, K. (2018) Tuturan dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia (Kajian Sosiolinguistik Alih Kode dan
Campur Kode. Kajian Lingistik dan Sastra, 3 (2), 119-130.
https://doi.org/10.23917/kls.v3i2.5981

Simatupang, R. R., Rohmadi, M., Saddhono, K. (2018). Alih Kode dan Campur
Kode Tuturan di Lingkungan Pendidikan. LINGTERA, 5 (1), 1-9. .
https://doi.org/10.21831/lt.v5i1.19198

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta.

Sundoro, B. T., Suwandi, S., Setiawan, B. (2018). Campur Kode Bahasa Jawa
Banyumasan dalam Pembelajaran Bhasa Indonesia di Sekolah Menengah
Kejuruan. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 11 (2), 129-
139. . https://doi.org/10.26858/retorika.v11i2.6367

Suwito. (1985). Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Surakarta: Universitas Sebelas


Maret.

Anda mungkin juga menyukai