Anda di halaman 1dari 5

Modul 3

Teks Debat
A. Identitas Modul

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : X MIPA (1&2) , X IPS (1&2) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit
Oleh : Miranti Nurlela Aji, S.Pd.

B. Materi Pembelajaran

1. Pengertian Debat
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Debat adalah pembahasan atau
pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan
pendapat masing-masing. Debat juga bisa dijadikan sebagai kegiatan saling adu argumentasi
antarpribadi atau antarkelompok manusia dengan tujuan mencapai kemenangan satu pihak.
2. Unsur –unsur Debat
Suatu kegiatan dapat disebut debat jika memiliki beberapa unsur-unsur berikut :
a) Memiliki mosi. Mosi adalah topik atau bahasan yang akan diperdebatkan dan mempunyai
sifat konvensional. Adanya mosi sangat penting karena di dalam sebuah debat terdapat
pihak pro dan kontra.
b) Debat harus memiliki pihak pro atau pihak afirmatif yang setuju terhadap mosi yang
telah diberikan. Pihak pro akan memberikan pidatonya terlebih dahulu mengenai alasan
mengapa mendukung pernyatan di dalam mosi.
c) Pihak oposisi atau pihak kontra adalah yang tidak setuju dengan mosi yang sudah
diberikan. Pihak kontra akan menyanggah pernyataan dari pihak afirmatif.
d) Pihak netral atau pihak yang tidak menaruh dukungan dan tidak condong terhadap salah
satu.
e) Dalam debat harus ada moderator yang bertugas mempin dan mengatur jalannya debat.
Tata tertib debat, memperkenalkan masing-masing pihak, dan penyampaian mosi akan
dilakukan oleh moderator.
f) Debat juga harus memiliki peserta debat yang nantinya berhak menentukan keputusan
akhir bersama juri debat. Dalam beberapa debat, peserta tidak ikut andil dalam penentuan
keputusan akhir namun jika dibutuhkan voting, maka biasanya peserta akan diperhitungkan
suaranya.
g) Unsur yang terakhir yaitu adanya penulis atau notulen acara yang bertugas mencatat hal-
hal terkait debat yang sedang berlangsung misalnya mosi debat, pernyataan moderator,
penyampaian masing-masing tim atau pihak, dan hasil keputusan akhir.
3. Tujuan Debat
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, debat dilakukan untuk mencapai kemenangan dari
beradu argumen. Argumen yang paling logis, jelas, dan memiliki struktur teks debat yang baik,
biasanya memenangkan perdebatan.
Selain untuk mencapai kemenangan argumen, tujuan debat dilakukan juga untuk menguji
kebenaran pemikiran mengenai suatu hal. Selain tujuan, pelaksanaan debat juga memiliki
beberapa fungsi, antara lain melatih kemampuan berbicara di depan umum, kemampuan beradu
4. Ciri-ciri Debat

a) Debat memiliki pihak yang mengarahkan jalannya debat. Biasanya yang melakukan tugas
ini adalah seorang moderator.
b) Hasil akhir atau kesimpulan debat didapat dengan cara voting maupun keputusan juri debat.
c) Terdapat hanya dua sudut pandang yaitu pro dan kontra.
d) Terjadi kegiatan saling beradu argumentasi untuk memperoleh kemenangan salah satu
pihak.
e) Terdapat suatu proses untuk saling mempertahankan argumentasi di antara kedua belah
pihak yang sedang berdebat (pihak pro dan kontra).
f) Di sesi tertentu terdapat kegiatan tanya jawab antar pihak yang berdebat dengan dipimpin
oleh moderator.

5. Jenis-jenis Debat
Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya, debat dibagi menjadi 4 macam, yakni:
a) Debat Parlementer/ Majelis (Assembly or Parlementary Debating)
Maksud dan tujuan majelis ini yaitu untuk memberi dan menambahi dukungan bagi
suatu undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan
pendapatnya berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat izin dari
majelis
b) Debat Pemeriksaan Ulangan Untuk Mengetahui Kebenaran Pemeriksaan Terdahulu
(Cross-Examination Debating)
Maksud dan tujuan perdebatan ini yaitu untuk mengajukan serangkaian pertanyaan
yang satu sama lain berhubungan erat,yang akan menyebabkan individu yang ditanya
menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh penanya.
c) Debat Formal, Konvesional, atau Debat Pendidikan (Formal, Conventional, or
Educational Debating)
Tujuan debat formal ini adalah untuk memberi kesempatan bagi dua tim pembicara
untuk mengemukakan kepada pendengar sejumlah argument yang menunjang atau yang
membantah suatu usul. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi pembicara-
pembicara konstruktif dan bantahan.
d) Debat Kompetitif
Debat kompetitif dalam pendidikan tidak seperti debat sebenarnya dalam parlemen,
debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan tetapi lebih diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan
untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat
yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (Jika debat dilakukan dalam bahasa asing).
6. Kaidah Kebahasaan Teks Debat

a) Kalimat Kompleks, struktur teks debat biasanya menggunakan kalimat kompleks, yang
memiliki lebih dari satu struktur atau lebih dari satu kata kerja.
b) Konjungsi, teks debat biasanya memanfaatkan konjungsi yang berfungsi untuk
menghubungkan kata-kata atau kalimat.
c) Kata Rujukan, teks debat biasanya menggunakan kata rujukan yang berfungsi untuk
menjelaskan pemilik atau pemberi informasi, data, dan fakta yang digunakan dalam
argumentasi. Misalnya : dia, beliau, ini, itu, di sana, di sini, dan sebagainya.

7. Etika dan Tata Cara Debat


Bagaimana tata cara melakukan debat yang baik dan benar? Berikut ini adalah tata cara
yang dapat anda lakukan.
a) Memahami dan menjalankan peraturan debat yang telah disepakati oleh peserta dan
anggota debat.
b) Pertanyaan yang diajukan sebaiknya disampaikan dengan profesional, tidak menghina,
menguji, maupun merendahkan lawan, pertanyaan juga tidak boleh menyerang lawan
secara pribadi namun fokus ke permasalahan yang sedang dibahas.
c) Ajukan argumen dengan analisis yang kritis, masuk akal, dan runtut.
d) Dalam menyampaikan gagasan kenali dan pahami kelemahan maupun kelebihan yang
dimiliki lawan.
e) Argumen yang disampaikan tidak perlu terlalu banyak karena waktu yang terbatas.
f) Memahami dengan baik tentang kesalahan-kesalahan dalam berpikir terutama pada
penyelesaian masalah.
g) Menyajikan gagasan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sertakan juga data-
data yang valid yang dapat mendukung argumen atau gagasan.
h) Buatlah kesimpulan yang menunjukkan pernyataan final dengan kalimat yang lugas dan
langsung menuju ke titik celah lawan.

8. Contoh Teks Debat


Mosi
Dibukanya sekolah tatap muka pada semester genap tahun ajaran dan tahun akademik
2000/2021 di masa pandemi COVID-19.

Moderator

Pada tanggal 20 November 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim
mengumumkan bahwa pemerintah sudah mencabut aturan larangan sekolah tatap muka di
masa pandemi COVID-19.

Berdasarkan SKB 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Semester


Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021, Mendikbud menjelaskan bahwa
pemerintah akan mengizinkan sekolah tatap muka dan memberikan kewenangan sepenuhnya
kepada pemerintah daerah. Bagaimana menurut kalian? Apakah Indonesia sudah siap
membuka sekolah-sekolahnya dan menyelenggarakan sekolah tatap muka lagi?
Tim Pro

 Kami sangat setuju pemerintah membuka kembali sekolah-sekolah dan


menyelenggarakan sekolah tatap muka lagi karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kami
nilai kurang efisien dalam proses belajar mengajar.

 Apalagi, selama ini PJJ terbukti tidak dapat dilakukan di seluruh Indonesia. Masih
banyak guru dan pelajar di desa yang tidak dapat menyelenggarakan PJJ karena kendala
tidak memiliki peralatan yang memadai, seperti laptop atau smartphone.

 Selain itu, internet di daerah-daerah masih belum stabil sehingga membuat para siswa di
daerah semakin berpotensi mengalami ketertinggalan pendidikan.

 Dampak-dampak negatif yang dikemukakan oleh Kemendikbud juga sangat beralasan.


Oleh karena itu, kami mendukung dibukanya kembali sekolah-sekolah dan diadakannya
kembali pembelajaran tatap muka.

Tim Kontra

 Kami menolak dibukanya kembali sekolah-sekolah dan diadakannya kembali


pembelajaran tatap muka. Dalam kondisi pandemi yang semakin memprihatinkan saat
ini di Indonesia, lebih baik rencana pemerintah ini ditunda dulu.

 Kami khawatir bila pemerintah masih bersikeras membuka sekolah dan mengadakan
pembelajaran tatap muka, akan ada banyak klaster baru COVID-19.

 Memang PJJ tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan di seluruh Indonesia, tapi kami pikir,
kesehatan dan keselamatan masyarakat Indonesia jauh lebih penting dibandingkan
memaksakan diri untuk membuka kembali sekolah-sekolah. Apalagi, data menunjukkan
pada tanggal 8 Januari 2021, ada lonjakan kasus baru positif COVID-19 sampai 10.617
kasus.

Tim Netral

 Sebagai tim netral, kami bisa memahami masing-masing argumen dari tim pro dan tim
kontra. Kami setuju PJJ yang tidak dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia membuat
banyak siswa di daerah yang mengalami ketertinggalan, tapi kami juga setuju kalau
dengan memaksakan dibukanya sekolah-sekolah pada masa pandemi yang semakin
mengkhawatirkan ini dapat menimbulkan banyaknya klaster baru di sekolah-sekolah
yang dipaksakan dibuka.

 Sekalipun demikian, mungkin kita dapat menekan penyebaran dan penambahan kasus
baru COVID-19 dengan mengetatkan protokol kesehatan di sekolah-sekolah yang akan
dibuka kembali, serta mengikuti peraturan pemerintah mengenai penyelenggaraan
pembelajaran tatap muka.

 Adanya kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak sekolah, pihak
rumah sakit, orang tua, dan masyarakat, tentu bisa membuat pelaksanaan pembelajaran
tatap muka ini berjalan optimal.
 Namun, bila memang nantinya terbukti kebijakan pemerintah ini menimbulkan klaster-
klaster COVID-19 baru di sekolah-sekolah yang dibuka kembali, sebaiknya pemerintah
menghentikan kebijakan pembukaan kembali sekolah-sekolah ini dan kembali
menerapkan PJJ.

Moderator

Baik, setelah mendengarkan argumen dari masing-masing tim, kita bisa menarik kesimpulan
bahwa dibukanya sekolah tatap muka pada semester genap tahun ajaran dan tahun akademik
2000/2021 di masa pandemi COVID-19 bisa dilakukan dengan kerja sama antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, pihak sekolah, pihak rumah sakit, dan masyarakat.

Pelaksanaan tersebut wajib menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan mematuhi
peraturan pemerintah mengenai penyelenggaraan sekolah tatap muka.

Namun, bila kebijakan sekolah tatap muka ini menimbulkan klaster-klaster baru, maka
pemerintah harus menghentikan kebijakan pembukaan kembali sekolah-sekolah ini.
Pemerintah harus berfokus pada penerapan PJJ yang jauh lebih baik dari sebelumnya,
terutama untuk para guru dan siswa yang ada di daerah-daerah.

Anda mungkin juga menyukai