Bahasa Indonesia
Kelompok 2 :
Putra Wolley
Greelin Pandey
Praiseticia Rembet
XII MIPA 1
SMA Negeri 1 Tompaso
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, kasih, dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Debat.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Maksud dan Tujuan
Bab 2 Pembahasan
A. Pengertian Debat
B. Unsur-unsur Debat
C. Tujuan Debat
D. Ciri-ciri Debat
E. Jenis Debat
F. Tata cara Debat
G. Struktur Debat
H. Contoh Debat
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses pembelajaran saat ini kurang memiliki daya tarik. Kurang menariknya
pembelajaran karena 2 hal. Pertama, pembelajaran yang dirancang oleh guru tidak dapat
memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah seputar lingkungan sosialnya
sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut. Kedua, guru
memposisikan diri sebagai pribadi yang menggurui, belum memerankan diri sebagai
fasilitator yang membelajarkan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup sekolah dibutuhkan
berbagai variasi teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru agar proses belajar yang
tercipta di kelas menjadi lebih dinamis dan bernuansa interaktif. Selain itu, variasi teknik
yang digunakan juga harus dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan pedoman psikologi individu. Beberapa
diantara tugas perkembangan tersebut menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran
kooperatif yang mengedepankan kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa
kelas yang dinamis, interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat
mengembangkan pola pikir yang kritis.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan metode
pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang berkembang dan sering digunakan
pada kegiatan belajar mengajar adalah debat. Debat digunakan pendidik dalam upaya
menumbuhkembangkan pola pikir kritis dan kemampuan kerja sama antar peserta didik
dalam bentuk kelompok. Perkembangan model pembelajaran debat saat ini masih
barlangsung, bahkan model ini diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar
hingga tingkat dunia. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas metode pembelajaran
debat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme metode pembelajaran debat?
2. Bagaimana efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi
siswa?
3. Apa perbedaan debat dan diskusi?
C. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme metode pembelajaran debat
2. Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan
partisipasi siswa
3. Mengetahui perbedaan debat dan diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DEBAT
Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut identik
dengan istilah sawala yang berasal dari bahasa Kawi yang berarti berpegang teguh pada
argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling
mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi dari debat sendiri adalah suatu cara
untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti.
Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi, dapat
disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
1. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
individual maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu
masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat
dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri
2. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan,
dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif).
3. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya
hendak mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar
pendapat dari orang lain dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya.
Oleh karena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak.
4. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan demokratik.
5. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen
mereka dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka.
Adapula debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat
legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan
menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di
tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan
dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing
mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa
orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari
debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan
debat yang lebih baik.
Debat kompetitif dalam pendidikan tidak seperti debat sebenarnya di parlemen,
debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti
kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur,
mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat
dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif
didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah
"debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai
format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya
sendiri.
B. UNSUR-UNSUR DEBAT
Suatu kegiatan dapat disebut debat jika memiliki beberapa unsur-unsur di bawah ini:
1. Memiliki mosi. Emosi adalah topik atau bahasan yang akan diperdebatkan dan
mempunyai sifat konvensional. Adanya mosi sangat penting karena di dalam sebuah
debat terdapat pihak pro dan kontra.
2. Debat harus memiliki pihak pro atau pihak afirmatif yang setuju terhadap mosi yang
telah diberikan. Pihak pro akan memberikan pidatonya terlebih dahulu mengenai
alasan mengapa mendukung pernyatan di dalam mosi.
3. Selain pihak pro, juga terdapat pihak oposisi atau pihak kontra yang tidak setuju
dengan mosi yang sudah diberikan. Pihak kontra akan menyanggah pernyataan dari
pihak afirmatif.
4. Sebagai penengah antara pihak pro dan kontra, debat harus mempunyai pihak netral
atau pihak yang tidak menaruh dukungan dan tidak condong terhadap salah satu
pihak.
5. Dalam debat harus ada moderator yang bertugas mempin dan mengatur jalannya
debat. Tata tertib debat, memperkenalkan masing-masing pihak, dan penyampaian
mosi akan dilakukan oleh moderator.
6. Debat juga harus memiliki peserta debat yang nantinya berhak menentukan
keputusan akhir bersama juri debat. Dalam beberapa debat, peserta tidak ikut andil
dalam penentuan keputusan akhir namun jika dibutuhkan voting, maka biasanya
peserta akan diperhitungkan suaranya.
7. Unsur yang terakhir yaitu adanya penulis atau notulen acara yang bertugas mencatat
hal-hal terkait debat yang sedang berlangsung misalnya mosi debat, pernyataan
moderator, penyampaian masing-masing tim atau pihak, dan hasil keputusan akhir.
C. TUJUAN DEBAT
Debat memiliki beberapa tujuan yaitu meraih kemenangan atas argumentasi demi
mendukung sesuatu yang ingin ditegakkan atau dijalankan. Tujuan dilakukannya debat
juga untuk menunjukkan kebenaran atas sesuatu yang sedang dipermasalahkan,
menimbulkan pro dan kontra, dan sebagainya. Tujuan yang ingin dicapai dengan debat
bergantung pada peserta dan anggota yang diundang, mosi atau permasalahan, waktu,
dan tempat debat.
D. CIRI-CIRI DEBAT
Terdapat beberapa ciri-ciri debat yaitu sebagai berikut.
1. Debat memiliki pihak yang mengarahkan jalannya debat. Biasanya yang melakukan
tugas ini adalah seorang moderator.
2. Hasil akhir atau kesimpulan debat didapat dengan cara voting maupun keputusan
juri debat.
3. Terdapat hanya dua sudut pandang yaitu pro dan kontra.
4. Terjadi kegiatan saling beradu argumentasi untuk memperoleh kemenangan salah
satu pihak.
5. Terdapat suatu proses untuk saling mempertahankan argumentasi di antara kedua
belah pihak yang sedang berdebat (pihak pro dan kontra).
6. Di sesi tertentu terdapat kegiatan tanya jawab antar pihak yang berdebat dengan
dipimpin oleh moderator.
E. JENIS DEBAT
Debat memiliki beberapa macam atau jenis yang dikelompokkan berdasarkan tujuan,
bentuk maupun metode yang dilakukan. Berikut ini adalah macam atau jenis debat yang
sering kita kenal.
1. Debat pemeriksaan ulangan atau cross-examination debating
Debat pemeriksaan ulangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan
yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam debat ini, diajukan beberapa pertanyaan
dari saling memiliki hubungan sehingga menyebabkan individu yang diberi
pertanyaan dapat mendukung posisi yang ingin ditegakkan maupun diperkokoh oleh
pihak yang memberi pertanyaan.
2. Debat Parlementer atau Assembly or Parlementary Debating
Debat parlementer juga dikenal dengan sebutan debat Majelis. Fungsi debat
perlementer ini yaitu untuk memberikan maupun menambah dukungan pada suatu
undang-undang tertentu. Di dalam debat parlementer seluruh anggota debat berhak
mengajukan pendapat dan gagasannya apakah ia mendukung ata menentang usul
yang telah disampaikan setelah diizinkan oleh majelis debat engan disertai alasan
yang kuat.
3. Debat Formal
Debat formal juga dikenal dengan sebutan debat konfensional atau debat pendidikan.
Debat formal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing
tim pembicara untuk menyampaikan kepada audiens atau peserta debat tentang
beberapa argumen maupun gagasan yang dapat menunjang atau menolak usulan.
Argumen yang disampaikan harus masuk akal, jelas, dan menyangkut kebutuhan
bersama.
G. STRUKTUR DEBAT
Debat yang baik harus memenuhi struktur debat yang telah disepakati bersama. Berikut
ini adalah struktur debat yang baik dan benar.
1. Perkenalan harus dilakukan oleh masing-masing tim atau pihak (afirmasi, oposisi,
dan netral)
2. Penyampaian argumentasi. Dalam debat, masing-masing tim pro maupun kontra
menyampaikan argumentasi atau gagasan tentang mosi yang telah diberikan.
Penyampaian argumentasi ini dimulai dari tim pro, lalu tim kontra, kemudian
diakhiri oleh tim netral.
3. Melakukan debat merupakan hal utama. Masing-masing tim diharuskan
menyampaikan argumentasi maupun sanggahan kepada lawan.
4. Kesimpulan merupakan hasil akhir debat yang sebelumnya diawali dengan penutup
yang disampaikan oleh masing-masing tim.
5. Keputusan diambil dari hasil voting, mosi, resolusi, dan sebagainya. Jenis keputusan
ada tiga yaitu keputusan oleh para pendengar atau decision by the audience,
keputusan oleh hakim atau decision by judges, dan keputusan dengan kritik atau
decision by critique.
H. CONTOH DEBAT
(Kebijakan Pemerintah dalam Menerapkan Full Day School).
Pembaca kritis yang terhormat dan guru gangsa yang saya kagumi. Setelah sekian lama
tidak ngeblog karena berbagi kesibukan yang “mendera”. Kali ini saya ingin
membagikan contoh teks debat yang saya ulas seadanya saja. Selanjutnya biarlah
pembaca dan bapak ibu guru yang mengemasnya menjadi lebih baik lagi.
Teks debat ini tidaklah sempurna, berharap rekan guru bisa “mendaur ulang” dan
menjadi lebih baik dalam penyajiannya di depan kelas.
Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa kami tim pro sangat mendukung mosi ini, dengan
dasar argumentasi yang telah kami kemukakan sebelumnya.
Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan kepada moderator.
Pembicara Pertama Tim Kontra
Selamat pagi dan salam sejahtera.
Hadirin, dewan juri, dan tim pro yang kami terhormat.
Perkenalkan Kami dari SMA Kehidupan Jakarta. Saya Antonius sebagai pembicara
pertama tim kontra; pada kesempatan ini akan menanggapi pernyataan dari pembicara
pertama tim pro. Kemudian menjelaskan dasar argumen tim kami, yang berkaitan dengan
topik debat kali ini.
Selanjutnya rekan saya Mario sebagai pembicara kedua akan kembali menanggapi
pernyataan dari lawan; kemudian menguatkan kembali kontruksi berpikir tim kami
dengan contoh – contoh kongkrit.
Terakhir sebagai pembicara ketiga, saudara Jose akan menanggapi pernyataan dari tim
pro. Kemudian menguatkan argumentasi tim kami, dan merangkum pernyataan dari
pembicara pertama dan kedua.
Bagian akhir dari sistematika debat ini akan ditegaskan kembali oleh saya sendiri,
Antonius sebagai pembicara pertama tim kontra dalam pidato penutup sesi ini.
Hadirin dan dewan juru yang terhormat. Mosi debat pada sesi ini adalah Kebijakan
Pemerintah dalam Menerapkan Full Day School. Sebelum saya menanggapi dan
memberi batasan pada mosi ini saya ingin memaparkan dua hal tentang kondisi dunia
pendidikan kita. Pertama soal guru dan kedua soal sarana dan pra sarana.
Pertama soal guru,
Mengapa guru. Ya jelas guru yang mengajar; kalau guru itu tidak memiliki kemampuan
maka secara otomatis mutu pendidikan menurun. Apapun kurikulumnya, bahkan mau
ganti sampai berapa ratus kali tidak akan membuat kualitas pendidikan Indonesia
menjadi lebih baik.
Ada bukti yang menunjukkan mutu pendidikan itu rendah akibat kurangnya kompotensi
guru, hal ini bisa kita lihat pada http://bengkuluekspress.com/kompetensi-guru-bahasa-
masih-rendah.
Di sini dikatakan saat uji kompotensi guru tahun 2006 standarnya adalah 5,5 itu banyak
yang tidak lulus, apalagi saat ini tahun 2017 standar UKG telah dinaikan menjadi 8
logikanya tentu banyak yang tidak lulus.
Lantas pertanyaan saya, menurut tim pro mungkinkah pendidikan Indonesia akan lebih
baik jika diajarkan oleh guru yang hasil UKG 5,5 saja tidak lulus?. Tidak perlu dijawab
tetapi direnungkan saja. Belum lagi kasus pelecehan seksual oleh guru.
Jadi kesimpulannya adalah meski kurikulum diganti 100 kali pun tetapi jika kualitas guru
kurang, sarana dan pra sarana tidak memadai. Maka kurikulum sebagus apapun tidak
akan berhasil meningkatkan pendidikan di Indonesia. Apalagi dengan embel-embel
mengubah moral remaja. Selain itu kerja sama dengan orang tua sangatlah penting
karena orang tua murid yang punya anak. Sedangkan fakta menunjukan orang tua
menggagas petisi menolak full day school, berita
kompas, http://nasional.kompas.com/read/2016/08/09/13395511/tak.setuju.usulan.mendi
kbud.orangtua.siswa.gagas.petisi.tolak.full.day.school.
Kemudian penolakan yang sama dilakukan oleh siswa-siswi SMA N 6
Jakarta.http://megapolitan.kompas.com/read/2016/08/08/16195301/wacana.sekolah.full.d
ay.ini.tanggapan.murid.dan.orangtua. Soal ini akan dijelaskan oleh rekan saya pembicara
kedua.
Solusi yang kami berikan adalah perbaiki kualitas guru dan bangun sarana dan pra sarana
di daerah terluar terlebih dahulu baru kebijakan ini di terapkan. Tetapi selama sarana dan
pra sarana di daerah belum ada pemerataan seperti Jakarta dan kualitas guru belum
diperbaiki maka kami dengan tegas menolak mosi ini. Dengan berbagai dasar pemikiran
yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu.
Soal moral, seperti disinggung oleh pembicara pertama tim pro, dengan tegas saya
nyatakan bahwa itu adalah tanggung jawab seluruh stekholder, bukan saja sekolah
semata. Orang tua, tokoh masyarakat, dan tokoh agama berperan di situ juga. Rincinya
akan dikemukakan oleh rekan saya pembicara kedua.
Jadi sekali lagi saya nyatakan dengan tegas, kami sangat menolak mosi ini karena tidak
efektif dan efisien. Sekian dan terima kasih, waktu selanjutnya saya kembalikan pada
Moderator.
Pembicara Kedua Tim Pro
(salam pembuka dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya)
Menanggapi kesangsian dari pembicara pertama tim kontra soal full day school tidak
akan bisa berjalan jika kualitas guru, sarana, dan pra sarana sekolah belum disiapkan.
Saya ingin mengutip pernyataan Nurson Wahid, seorang politisi muda dan cendekiawan
Muslim yang mengatakan;
“masalah terjadi karena orang gagal paham dan salah paham”.
Gagal paham karena orang memiliki kecenderungan melihat suatu kebijakan secara
sepintas kemudian bereaksi, dan reaksinya berlebihan sehingga menimbulkan salah
paham.
Baiklah rekan-rekan tim kontra yang saya hormati, dilansir darihttp://news.liputan6.com,
kalau anda berkenan saudara bisa membacanya sendiri, saya bawah print outnya. Di
situ, Narsulla, staf khusus Kendikbud bidang komunikasi publik, mengatakan:
“Konsekuensi diterapkan full day school tersebut harus ada penambahan fasilitas di
lingkup sekolah. Penambahan fasilitas umum di sekolah tersebut menggunakan dana
hibah”. Kata Nasrullah di sela Focus Groups Discussion (FGD) Penguatan Media
dalam Mensosialisasikan Kebijakan Mendikbud di Malang, Jawa Timur, Sabtu 18 Maret
2017.
Artinya soal sarana dan pra sarana yang dikawatirkan oleh tim kontra tadi, jauh-jauh hari
sudah dipikirkan, bahkan sudah ada yang melaksanakan. Saya akan membacakan
pernayataan Narsulla staf khusus kemendikbudpada pargraf selanjutnya;
Artinya apa, yang dikawatirkan tim kontra sudah dilaksanakan. Fakta lain pun
menunjukan ada 540 sekolah yang menerima dana hibah untuk melengkapi fasilitas
sekolah yang belum ada atau kurang. Artinya, kebijakan ini sudah berjalan, dan jika
mayoritas orang tidak setuju, bahkan anda katakan tadi menggagas petisi, tetapi mengapa
ada 540 sekolah yang setuju menerima dana hibah?. Paksaan, tekanankah itu?.
Menurut hemat kami, ini hanya sekelintir orang yang tidak menginginkan revolusi
mental terjadi di negeri ini; sehingga dengan segala daya upaya hendak menghentikan
program yang baik ini.
Kemudian kekawatiran kedua adalah soal guru dengan dihadirkan hasil UKG guru tahun
2006 dan 2017 sebagai data perbandingan.
Rekan-rekan tim kontra yang kami hormati. Di bagian akhir pernayataan Nasrullah
bahwa, "rasio guru dan siswa pun juga tidak merata dan rata-rata guru menumpuk di
Jawa atau di lokasi tertentu. Oleh karena itu dalam waktu dekat akan dilakukan,
Gerakan literasi di Sekolah.
Artinya apa, lagi-lagi saya harus katakan bahwa anda berpikir saat ini. Namun jauh
sebelum itu, pengampuh kebijakan kita telah memikirkannya terlebih dahulu. Sebelum
anda berpikir dan sebelum mereka melakukan kebijakan penerapan full day
school segala situasi, termasuk apa yang tim kontra pikirkan sudah lebih dulu dipikirkan
dan dilaksanakan.
Selain itu, soal kualitas guru, telah dilakukan pelatihan guru dengan sistem klaster pada
masa peralihan dari Anis Baswedan ke Muhadjir Effendi, menteri pendidikan saat ini.
Artinya apa, beliau sudah teruji dalam situasi sulit untuk berpikir cepat dan tepat.
Sehingga kebijakan yang digagas olehnya sendiri tentu telah dibekali dengan kontruksi
berpikir sebab akibat. Termasuk item penting dalam bidang pendidikan, yakni guru
sebagai garda terdepan.
Jadi saran kami anda jangan terlalu kuatir berlebihan.
Kemudian meyoal tentang full day school, perlu kita ketahui bersama bahwa penaman
tersebut telah diganti menjadi Pendidikan Penguatan Karakter (PPK) dengan jadwal
pelajaran tetap namun aktifitas sekolah yang lain ditambah dengan fokus utama adalah
pendidikan karakter.
Jadi bisa saya simpulkan bahwa kelompok pro memiliki tingkat kekawatiran berlebihan
yang tidak berdasar dan beralas; karena segala kekawatiran yang dikemukakan, soal guru
maupun sarana pendidikan; jauh sebelumnya sudah dipikirkan dan dilaksanakan oleh
pengampuh kebijakan yakni pemerintah, melalui menteri pendidikan nasional.
Jadi kami mendukung mosi ini untuk mengaktualisasikan revolusi mental demi generasi
sesudah kita dan Indonesia yang lebih baik.
Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan kepada moderator.
Pembicara Kedua Tim Kontra
(salam pembuka dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya)
Tadi pembicara kedua dari tim pro mengatakan, “jauh sebelum kami berpikir pemerintah
telah memikirkannya dan melaksanakannya”. Jadi kekawatiran kami tentang kualitas
guru dan masalah sarana dan pra sarana telah dengan tegas dinyatakan tidak berdasar.
Walaupun sejatinya yang kami sampaikan itu, khususnya kualitas guru merekapun
merasakannya karena mereka juga adalah pelajar.
Dewan juri yang terhormat, saya ingin mengemukakan dua hal.
Hal pertama adalah kondisi fisik dan pskologis siswa, hal yang kedua masih soal kualitas
guru dan masalah sarana prasarana. Hal kedua ini lebih pada penegasan ulang.
Rekan-rekan tim pro yang kami hormati.
Saya ingin mengajak rekan-rekan sekalian untuk berpikir sebelum kita bertemu di tempat
ini. Jika sekolah anda menerapkan kurikulum K 13, berarti anda mungkin juga sering
dengar pernayataan, guru hanya sebagai fasilitator, siswa belajar untuk menemukan
sendiri.
Prakteknya deretan tugas kimia, fisika, sejarah, dan berbagai pelajaran lain menumpuk.
Itu fakta jangan membantah, jika anda seorang pelajar pasti mengalaminya.
Full day school. Kita akan menghapi suatu kenyataan belajar seperti biasa dari jam 06.30
hingga pukul 13.00 WIB. Setelah itu, kegiatan sekolah dilanjutkan dengan eskul dan
bimbingan keagamaan, yang anda katakan (pembicara 1 dan 2) soal moral itu, ada pada
kira-kira pukul 13.00 sampai pukul 16.30 WIB.
Pertanyaan saya kapan kita bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah yang kita peroleh dari
belajar reguler sejak pukul 6.30 hingga pukul 13.00?.
Saat pulang sekolah?. Lantas waktu dengan keluarga kapan?.
Hari Sabtu dan Minggu?, jika iya maka tidak efektef. Dimana karakter kita sebagai
remaja dengan gaya berkumpul dan bersosialisasi sebagai kebutuhan yang harus
terpenuhi; di lain pihak harus mengerjakan tumpukan tugas sekolah, semantara waktu
bersama keluarga tidak terpenuhi dengan baik. Selain itu, dengan kebijakan ini memberi
beban mental dan fisik tersendiri, apalagi siswa SD yang muda bosan.
Sampai pada bagian ini, saya cukup yakin anda akan katakan tugas seorang pelajar ya
belajar. Anda lupa pada satu hal bahwa masa anak-anak itu masa bermain. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka ibaratnya orang yang haus tidak diberi minum.
Maka yang muncul adalah pemberontakan karena kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi.
Apakah anda setuju dengan kebijakan yang akan menjadi beban bagi anda juga?.
Selain itu saya ingin mengajak anda, jangan hanya berpikir soal Jakarta, tempat anda
berada saat ini. Coba anda lihat gambar ini dan baca refrensi tentang Indonesia timur
yang rumahnya jauh-jauh, akses sulit dan orang tuanya petani dan nelayan.
Kemudian coba lihat gambar ini, sebuah sekolah yang bangunannya dipinjam dari SMP
terbuka.
Lantas yang ini, sekolah tidak layak. Jangankan beli komputer, beli kapur tulis saja
susah. Sampai pada bagian ini anda mungkin akan katakan, jauh sebelum anda berpikir
pengampuh kebijakan sudah berpikir, dan jauh sebelum anda kawatir Muhadjir Effendy
menteri pendidikan sudah laksanakan A, B, C dan seterusnya.
Bahkan mungkin saat ini rekan-rekan tim propun sedang melawan nuraninya sendiri,
soal tugas-tugas sekolah yang menumpuk dan kapan akan diselesaikan.
Jadi, dewan juri yang terhormat, kami tim kontra dengan tegas menolak mosi ini dengan
alasan masih tentang sarana dan pra sarana, kualitas guru, dan ditambah dengan beban
fisik dan psikologis siswa.
Sekian dan terima kasih. Waktu selanjutnya saya kembalikan ke moderator.
Pembicara Ketiga Tim Pro
*** Salam dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya***
Mengawali tanggapan saya tentang kekawatiran tim kontra soal sarana dan pra sarana.
Ditambah dengan beban fisik dan psikis yang telah dipaparkan oleh pembicara kedua tim
kontra tadi. Saya ingin mengutip kata-kata Sidarta Gautama, tokoh yang dikenal sebagai
pendiri agama Budha.
"Segala sesuatu (pasti) berubah, tidak ada satu hal yang tetap dan tidak berubah."
Dalam konteks pendidikan dan remaja, kita bisa simak dari orang tua kita, guru-guru
kita, atau membaca dari literatur yang ada bahwa, sopan santun anak sekolah masih
dijaga, menghormati orang tua syarat mutlak dan kental, seks bebas tidak diperkenankan
sebelum pernikahan resmi. ITU DULU.
Sekarang kita bisa lihat tawuran antar pelajar, fenomena keautisan sosial yang
ditimbulkan karena adanya teknologi informasi, secara khusus bahaya gadjet bagi
remaja. Jika kurang jelas saya ingin beri contoh fenomenapokemon go yang cukup
menyita perhatian kita bersama pekan sebelumnya. Seks bebas, belum lagi kasus
narkoba, juga korupsi yang menganak pinang di negeri ini, radikalisme dan beribu kasus
lain yang miris jika dikaji lebih jauh.
Soal radikalisme ingin saya katakan pada forum ini bahwa orang-orang yang terlibat di
dalamnya, bukan orang yang tidak memiliki kecerdasan intlektual melainkan cukup
cerdas. Buktinya mereka bisa rakit bom, dan mohon maaf saya harus sampaikan di forum
ini bahwa bom tersebut dipakai untuk membom gereja, melawan aparat penegak hukum,
dan bahkan tidak segan-segan menghabisi nyawa siapa saja yang berseberangan dengan
kelompok ekstrimisme ini.
Apakah mereka orang-orang bodoh?, saya katakan tidak. Tetapi mereka kurang dalam
hal kecerdasan emosional, karakter moral dan nilai-nilai kebangsaan.
Fenomena rekutan anak muda yang kita kenal dengan sebutan ISIS rekuitmen adalah
salah satu gambaran bahwa moralitas dan pendidikan karakter kebangsaan harus kita
galakkan lagi untuk melihat Indonesia terus berjaya. Pancasila tetap menjadi dasar
negara kita, dan Bineka Tunggal Ika pun tetap menjadi semangat berbangsa kita.
Caranya sederhana, PENDIDIKAN KARAKTER yang sedang digalangkan oleh
Kemendikbud melalui kebijakan full day school.
Dewan juri yang terhormat, Itulah fenomena dan tantangan berbangsa saat ini. Kepada
siapa negeri ini berharap untuk terbebas dari semua kenyataan yang saya sebutkan tadi.
Bukan presiden, gubernur atau bupati, tetapi melalui generasi mudanya. Yaitu saya,
rekan saya, dan teman-teman dari tim kontra. Cara yang dilakukan adalah melalui jalur
pendidikan; dan sekali lagi saya tegaskan lewat pendidikan karakter yang digagas lewat
full day school.
Soal beban fisik dan mental saya ingin kemukakan bahwa full day school adalah belajar
seperti biasa, hanya ditambahkan gaya pendidikan karakter alah pondok pesantern,
seminari maupun pembinaan remaja gereja. Jika anda katakan cape fisik dan mental, bagi
saya ini hanya bentuk ketakutan karena tidak mau keluar dari zona nyaman.
Ribuan santri yang ada di tanah air Indonesia. Ratusan seminaris yang tersebar di daratan
Jawa, sulawesi, dan Indonesia Timur lain, biasa saja. Ratusan aktifis muda gereja yang
juga anak sekolah mungkin sudah gila semua jika mereka selalu berpikir sulit seperti tim
kontra. Tetapi kenyataannya, santri, seminaris, maupun pemuda gereja masih ada sampai
saat ini.
Jadi intinya, ini hanya soal mau atau tidak keluar dari zona nyaman dan mau dibina
menjadi lebih baik atau tidak.
Dewan juri yang terhormat, mengenai minimnya sarana dan pra sarana, terutama akses
yang sulit di timur sana. Itulah kenyataan saat ini tetapi jangan pernah lupa juga
tantangan lainnya sedang menanti generasi muda Indonesia.
Apa itu tantangannya?, ya narkoba, seks bebas, keatusiasan sosial, tawuran antara
pelajar, radikalisme, ekstrimisme.
Dewan yang terhormat, dengan rasio yang ada; maka niat yang baik saja tidak cukup
menyelesaikan persoalan bangsa seperti radikalisme, narkoba, seks bebas maupun
kenakalan remaja yang disampaikan oleh tim pemerintahan. Kita butuh analisis dan
kajian yang mendalam sehingga niat yang baik, dana yang dipakai dari pajak rakayat
benar-benar tepat sasaran dan dibutuhkan oleh dunia pendidikan kita.
Jadi dewan yang terhormat berulang kali kami menyatakan, MENOLAK dengan tegas
diberlakukan sistem full day school di Indonesia.
Saran yang kami berikan benahi dulu masalah sarana dan prasarana, kualitas dan
kesejateran guru. Cipatakan pemeratan dalam segala aspek di bidang pendidikan antara
pusat dan daerah, kota dan desa baru program ini dilaksanakan.
Sidang dewan yang terhormat, jika dewan menyetujui forum kali ini; maka dengan
sangat menyesal kami harus katakan bahwa dewan ikut andil dalam menciptakan sistem
olah APBN yang tidak tepat sasaran; dan tentunya sangat merugikan rakyat kecil.
Dewan yang terhormat, mohon dipertimbangkan argumentasi, riset dan bukti-bukti
lapangan yang telah kami kemukan.
Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan pada moderator.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif dan memaksa
siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.Metode pembelajaran debat
efektif dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan afirmatif
(mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara perorangan maupun
kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga salah satu pihak dapat
memperoleh kemenangan. Sementara diskusi adalah metode untuk memecahkan
permasalahan dengan proses berpikir secara berkelompok atau bersama-sama sehingga
menghasilkan penyelesaian atau penjelasan secara mufakat.
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan agar pembaca bersedia memberikan kritik dan sarannya yang bisa
menjadi acuan atau pedoman untuk penulis agar lebih baik lagi dalam pembuatan
makalah.