TEKS DEBAT
DISUSUN OLEH :
Kelas : X MIPA 4
NIS : 2018091
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
BAB 1
BAB 2
BAB 3
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya,kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “DEBAT” ini tanpa ada
masalah atau perihal sedikitpun.
Adanya pun makalah ini dibuat sesuai dengan aturan dan perintah yang telah dikeluarkan
oleh guru kami yang bertujuan sebagai tugas dan nilai tambahan saya dalam pelajaran yang
digelutinya.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam penyusunan makalah kami yang tidak sempurna ini.Kami juga meminta maaf
apabila ada kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penyusunan makalah ini karena kami
npun sebagai penyusun hanyalah manusia biasa.
Dengan ini,saya berharap makalah kami ini dapat bermanfaat kedepannya bagi kita
semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses pembelajaran saat ini kurang memiliki daya tarik. Kurang menariknya
pembelajaran karena 2 hal. Pertama, pembelajaran yang dirancang oleh guru tidak dapat
memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah seputar lingkungan sosialnya
sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut. Kedua, guru
memposisikan diri sebagai pribadi yang menggurui, belum memerankan diri sebagai fasilitator
yang membelajarkan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup sekolah dibutuhkan
berbagai variasi teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru agar proses belajar yang tercipta
di kelas menjadi lebih dinamis dan bernuansa interaktif.Selain itu, variasi teknik yang
digunakan juga harus dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan pedoman psikologi individu. Beberapa
diantara tugas perkembangan tersebut menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran
kooperatif yang mengedepankan kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa
kelas yang dinamis, interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat
mengembangkan pola pikir yang kritis.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan metode
pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang berkembang dan sering digunakan
pada kegiatan belajar mengajar adalah debat. Debat digunakan pendidik dalam upaya
menumbuhkembangkan pola pikir kritis dan kemampuan kerja sama antar peserta didik dalam
bentuk kelompok. Perkembangan model pembelajaran debat saat ini masih barlangsung,
bahkan model ini diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat dunia.
Oleh karena itu, penulis mencoba membahas metode pembelajaran debat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme metode pembelajaran debat?
2. Bagaimana efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi siswa?
3. Apa perbedaan debat dan diskusi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme metode pembelajaran debat
2. Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi
siswa
3. Mengetahui perbedaan debat dan diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DEBAT
Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut identik dengan
istilah sawala yang ebrasal dari bahasa Kawi yang berarti berpegang teguh pada argumen
tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling mengalahkan atau
memenangkan lidah. Jadi, definisi dari debat sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan
ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti.
Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi, dapat
disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
1. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara individual maupun
kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat dilakukan menuruti
aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan
juri
2. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara
satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif).
3. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya hendak
mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain
dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh karena itu, dalam debat
terdapat unsur pemaksaan kehendak.
4. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan demokratik.
5. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen mereka
dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka.
Adapula debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat
legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan
menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di
tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan
aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan
menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang
ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif
adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
Debat kompetitif dalam pendidikan tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat
kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti
kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan
pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa
asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan
atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer"
sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer
yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat mengadopsi gabungan
dari beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif.
Contoh Debat
Dalam ruang sidang, kita bisa melihat bagaimana jaksa dan pembela saling berdebat
mengeluarkan berbagai macam argumentasi. Pembela berusaha untuk membuktikan bahwa
yang dibelanya itu benar/tidak bersalah dengan menghadirkan bukti-bukti dan melontarkan
argumen yang mampu mematahkan argumen jaksa, sehingga pembela dapat memperoleh
kemenangan. Kemudian, jaksa berusaha untuk menguatkan pendapatnya melalui penyampaian
pasal-pasal yang memberatkan pembela. Sedangkan hakim bertindak sebagai penengah
sekaligus juri yang akan memutuskan siapa yang menang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif dan memaksa
siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.Metode pembelajaran debat efektif
dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan affirmatif
(mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara perorangan maupun
kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga salah satu pihak dapat memperoleh
kemenangan. Sementara diskusi adalah metode untuk memecahkan permasalahan dengan
proses berpikir secara berkelompok atau bersama-sama sehingga menghasilkan penyelesaian
atau penjelasan secara mufakat.
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan agar pembaca bersedia memberikan kritik dan sarannya yang bisa menjadi
acuan atau pedoman untuk penulis agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
www.blogspot.com
www.wikipedia.com
www.wordpres_model pembelajaran debat.com