Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena atas

kehendak-Nya penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebagaimana

mestinya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita

Muhammad Saw. beserta para sahabat dan kerabatnya serta kita sebagai

umatnya sampai akhir jaman.

Alhamdulillah atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

ini tepat pada waktunya sebagai bentuk realisasi dari tugas mata kuliah

Seminar. Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah

pengetahuan para pembacanya mengenai penggunaan metode kooperatif

dengan model debat di lingkup pembelajaran sekolah menengah.

Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Eka Fitrajaya Rahman selaku

dosen serta rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian

makalah ini selama prosesnya.

Bandung, Februari 2011

Ilham Gemilang

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 3

1.1 Latar belakang ................................................................ 3


1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................ 4
1.4 Sistematika Penulisan .................................................... 4

BAB II ISI ................................................................................... 5

2.1 Pengertian Belajar .......................................................... 5


2.2 Pengertian Debat ............................................................ 6
2.3 Pembelajaran Model Debat ............................................ 7
2.4 Debat Sebagai Turunan Pembelajaran Kooperatif ......... 8
2.5 Hubungan Debat dan Tugas Perkembangan................... 9
2.6 Melatih Kecakapan Individu dengan Debat ................... 11

BAB III PENUTUP ..................................................................... 15

3.1 Kesimpulan..................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup


sekolah dibutuhkan berbagai variasi teknik yang harus dikuasai oleh
seorang guru agar proses belajar yang tercipta di kelas menjadi lebih
dinamis dan bernuansa interaktif. Selain itu, variasi teknik yang digunakan
juga harus dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan pedoman psikologi
individu. Beberapa diantara tugas perkembangan tersebut menjadi
landasan terciptanya metode pembelajaran kooperatif yang
mengedepankan kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta
nuansa kelas yang dinamis, interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan
agar peserta didik dapat mengembangkan pola pikir yang kritis. Hingga
saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan
metode pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang
berkembang dan sering digunakan pada kegiatan belajar mengajar tingkat
sekolah menengah adalah debat. Debat digunakan pendidik dalam upaya
menumbuhkembangkan pola pikir kritis dan kemampuan kerja sama antar
peserta didik dalam bentuk kelompok. Hingga saat ini, perkembangan
model pembelajaran debat masih barlangsung, bahkan model ini
diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat
dunia. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas model pembelajaran
ini dalam lingkup sekolah menengah beserta kaitannya dengan aspek-
aspek tugas perkembangan pada ranah psikologi dalam pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Mengapa harus menerapkan pembelajaran teknik debat?
3
b. Apa hubungan pembelajaran debat dengan tugas perkembangan
individu?
c. Bagaimana teknik debat yang cocok dilaksanakan di kelas?
d. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari penerapan pembelajaran
dengan metode debat?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Memberi informasi mengenai metode pembelajaran kooperatif dengan
model debat.
b. Mengidentifikasi keterkaitan model debat dengan perkembangan tugas
individu remaja.
c. Memberi informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran debat.

1.4 Sistematika Uraian


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II ISI
2.1 Pengertian Belajar
2.2 Pengertian Debat
2.3 Pembelajaran Model Debat
2.4 Debat Sebagai Turunan Pembelajaran Kooperatif
2.5 Hubungan Debat dan Tugas Perkembangan
2.6 Melatih Kecakapan Individu dengan Debat
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB 2

ISI

2.1 Pengertian Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari pada lingkup akademik, tentunya kita


sudah sering mendengar maupun mengucapkan kata “belajar”. Namun
kebanyakan orang tidak dapat menjawab secara aktual ketika ditanya
mengenai definisi belajar. Hal ini terjadi karena banyak orang melakukan
pemaknaan yang berbeda-beda berdasarkan pengalamannya masing-
masing dan berangkat dari kenyataan bahwa belajar adalah sebuah
aktifitas.
Secara harfiah, belajar adalah perubahan yang relatif permanen
dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau
latihan yang diperkuat. Menurut Slavin (2000:143), belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan
respon tidak harus selalu diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak
dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon.
Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk
perilaku, dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor; tidak terbatas
hanya penambahan pengetahuan saja. Sifat perubahannya relatif
permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa
diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat
kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya. Perubahannya pun tidak harus
langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi
5
umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tetapi dalam potensi seseorang
untuk berperilaku.
Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan,
berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang
bersifat naluriah. Hal ini akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya
penguat, berupa ganjaran yang diterima (hadiah atau hukuman) sebagai
konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut.

2.2 Pengertian Debat

Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada


berbagai kondisi, dapat disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian
sebagai berikut:

a. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih,


baik secara individual maupun kelompok dalam mendiskusikan
dan memecahkan suatu masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-
aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui
voting atau keputusan juri
b. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang
berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yang
lain saling menyerang (opositif).
c. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya
kebanyakan hanya hendak mempertahankan pendapat masing-
masing dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain dan
berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh
karena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak.
d. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang
mengedepankan demokratik

6
e. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan
tentang argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkan
argumen dari lawan mereka.

2.3 Pembelajaran Model Debat

Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai
dibangun membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap
permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak
memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut sebuah keputusan
untuk diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu pendukung
suatu keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak
(kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap “cari aman”
dengan tidak memilih pihak manapun.

Dengan pembelajaran metode debat, siswa dibentuk menjadi hanya


dua jenis kelompok yaitu Pro dan Kontra. Berikut ini adalah langkah-
langkah debat yang biasanya diterapkan di kelas dalam lingkup sekolah
menengah atas:

1. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang


satu pro dan yang lainnya kontra.
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan
diperdebatkan oleh kedua kelompok di atas.
3. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai
ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis
inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah
ide yang diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.

7
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa
membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang
ingin dicapai.

Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model


debat mengadopsi gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti
Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif.

2.4 Debat Sebagai Turunan Pembelajaran Kooperatif

Model debat merupakan turunan dari metode kooperatif. Metode


yang namanya diambil dari kata serapan bahasa Inggris “cooperative”
menjabarkan bahwa pembelajaran tipe ini mengutamakan kerjasama
diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam


kelompok secara bekerja sama.
 Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
 Jika dalam kelas terdapat siswa heterogen dari kategori ras, suku,
budaya, dan jenis kelamin, maka diusahakan setiap kelompok yang
dibuat terdapat keheterogenan tersebut.
 Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
perorangan.

Disamping itu, pembelajaran Kooperatif memiliki tujuan


sebagai berikut:

 Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik.

8
 Mendorong kerukunan sosial terhadap keragaman, dalam artian
siswa dapat menerima teman-temannya yang memiliki bermacam
latar belakang.
 Pengembangan keterampilan sosial dengan cara berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, mau mengungkapkan ide/pendapat, dan bekerja
dalam kelompok.

2.5 Hubungan Debat dan Tugas Perkembangan

Salah satu prinsip perkembangan mengemukakan bahwa setiap


individu akan mengalami fase perkembangan tertentu yang merentang
sepanjang hidupnya. Dalam setiap fase ini terdapat tugas-tugas
perkembangan berkenaan dengan sikap, perilaku, dan keterampilan, yang
hendaknya dituntaskan oleh setiap individu. Havighurst (Abin Syamsuddin
Makmun, 2009) memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan
bahwa, “A developmental task is a task which arises at or about a certain
period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to
his happiness and to success with later task, while failure leads to
unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later
task.”

Tugas perkembangan individu bersumber pada beberapa faktor


diantaranya:

1. Kematangan fisik;

2. Tuntutan masyarakat secara kultural;

3. Tuntutan dan dorongan dan cita-cita individu itu sendiri; dan

4. Norma-norma agama.

9
Model debat mengedepankan penyelesaian tugas perkembangan
yang diutamakan pada fase remaja tingkat SMP dan SMA. Depdiknas
(2003) memberikan rincian tentang tugas perkembangan masa remaja
untuk usia tingkat SMP dan SMA, yang dijadikan sebagai rujukan Standar
Kompetensi Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, yaitu:

1. Tugas perkembangan tingkat SMP:

 Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman


dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
 Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta
dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi
pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat;
 Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya
dalam peranannya sebagai pria atau wanita;
 Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat
diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas;
 Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah
kecenderungan karier dan apresiasi seni;
 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan
pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta berperan
dalam kehidupan masyarakat;
 Mengenal gambaran sikap tentang kehidupan mandiri
secara emosional, sosial, dan ekonomi;
 Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pedoman
hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat
manusia.

10
2. Tugas perkembangan tingkat SMA:

 Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada


Tuhan Yang Maha Esa;
 Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta
kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita;
 Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat;
 Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian
sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir, dan
melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam
kehidupan masyarakat yang lebih luas;
 Mencapai kematangan dalam pilihan karir;
 Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang
kehidupan mandiri secara emosional sosial, intelektual, dan
ekonomi;
 Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang
berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara;
 Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan
intelektual serta apresiasi seni;
 Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

2.6 Melatih Kecakapan Individu dengan Debat

Kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu


kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential
ability). Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh
melalui belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera
didemonstrasikan dan diuji saat itu juga.

Misalkan, setelah selesai mengikuti proses KBM (kegiatan tatap


muka di kelas), sebelum kelas diakhiri para siswa diuji oleh guru tentang

11
materi yang disampaikannya (tes formatif). Ketika siswa mampu
menjawab dengan baik tentang pertanyaan guru, maka kemampuan
tersebut merupakan kecakapan nyata berupa achievement.

Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang


masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan
(herediter). Kecakapan potensial dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu
kecakapan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar
khusus (bakat atau aptitudes). C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian
inteligensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.

Disamping itu, J.P. Guilford mengemukakan bahwa inteligensi


dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu:

A. Mental Operation (Proses Befikir)

1. Cognition (menyimpan informasi yang lama dan menemukan


informasi yang baru);
2. Memory Retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari);
3. Memory Recording (ingatan yang segera);
4. Divergent Production (berfikir melebar; banyak kemungkinan
jawaban/ alternatif);
5. Convergent Production (berfikir memusat; hanya satu
kemungkinan jawaban/alternatif);
6. Evaluation (mengambil keputusan tentang apakah suatu itu baik,
akurat, atau memadai).

B. Content (Isi yang Dipikirkan)

1. Visual (bentuk konkret atau gambaran);

12
2. Auditory;
3. Word Meaning (semantic);
4. Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka
dan notasi musik);
5. Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui
penginderaan, ekspresi muka, maupun suara).

C. Product (Hasil Berfikir)

1. Unit (item tunggal informasi);


2. Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama);
3. Relasi (keterkaitan antar informasi);
4. Sistem (kompleksitas bagian saling berhubungan);
5. Transformasi (perubahan, modifikasi, atau redefinisi informasi);
6. Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item
lain).

Dalam rangka Program Percepatan Belajar (Accelerated Learning),


Balitbang Depdiknas (1986) telah mengidentifikasi ciri-ciri keberbakatan
peserta didik dilihat dari aspek kecerdasan, kreativitas dan komitmen
terhadap tugas, yaitu:

1. Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pikirannya);


2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan;
3. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis;
4. Mampu belajar/bekerja secara mandiri;
5. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
6. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau
perbuatannya;
7. Cermat atau teliti dalam mengamati;
8. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan
masalah;
13
9. Mempunyai minat luas;
10. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
11. Belajar dengan dan cepat;
12. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
13. Mampu berkonsentrasi;
14. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.

Terkait dengan proses pembelajaran model debat, yang perlu


menjadi perhatian bahwa antara satu siswa dengan siswa lainnya pada
dasarnya memiliki kecakapan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru
diharuskan dapat memahami dan mengembangkan kecakapan siswa sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing.

Perhatian terhadap perbedaan individu dalam kecakapan


merupakan salah satu prinsip yang harus dipenuhi di dalam proses
pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pun telah
mencantumkannya sebagai salah satu prinsip yang harus dipenuhi dalam
kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah.

14
BAB 3

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dengan adanya metode pembelajaran kooperatif, pendidik akan


sangat terbantu untuk mengembangkan kualitas akademik siswanya
dengan berbagai turunan model pembelajaran yang tersedia. Pembentukan
pola pikir kritis dan kerja sama antar kelompok dapat lebih ditingkatkan
dengan menerapkan model pembelajaran debat di kelas. Kelebihan model
ini lebih banyak mengeksplorasi kemampuan siswa dari segi intelektual
dan emosi siswa dalam kelompok kerjanya, sehingga pembentukan kerja
sama antarsiswa, pola pikir kritis, dan pemahaman etika dalam
berpendapat dapat diperoleh dalam pembelajaran di kelas. Namun
disamping berbagai kelebihan yang diberikan oleh model pembelajaran
debat ini, ada beberapa kekurangan.
Beberapa diantara kekurangannya adalah:
- Menghabiskan waktu banyak untuk melakukan sesi debat
antar kelompok
- Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa
- Harus tepatnya tema yang diajukan dengan sifat debateable
- Pemilihan siswa dalam kelompok yang terkadang
perataannya tidak heterogen
- dan adanya kemungkinan debat kusir yang tidak akan
selesai jika tidak ada penengah (dalam hal ini guru yang
kompeten dan memahami teknik belajar debat)
Oleh karena itu, tidak semua materi pelajaran di kelas cocok
menggunakan metode debat karena tema harus dipilih sedemikian rupa
sehingga debat yang terjadi dapat menimbulkan interaksi positif di dalam
kelas dan menarik untuk siswa yang melaksanakannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

F. Aprilio, Muhammad. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif. [Online].


Tersedia: http://muhfida.com/model-pembelajaran-kooperatif [8 Februari
2011]

F. Aprilio, Muhammad. (2010). Model-model Pembelajaran yang Efektif.


[Online]. Tersedia: http://muhfida.com/2010/05/model-model-pembelajaran-
yang-efektif/ [4 Februari 2011]

F. Aprilio, Muhammad. Apa itu Belajar. [Online]. Tersedia :


http://muhfida.com/apa-itu-belajar/ [4 Februari 2011]

F. Aprilio, Muhammad. Kumpulan Metode Pembelajaran Pendampingan.


[Online]. http://muhfida.com/kumpulan-metode-pembelajaranpendampingan/
[3 Februari 2011]

Nadhirin. (2008). Metode Pembelajaran Efektif. [Online]. Tersedia:


http://nadhirin.blogspot.com/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html. [7
Februari 2011]

Sudrajat, Akhmad. (2008). Kecakapan Individu - Kecerdasan dan Bakat.


[Online]. Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/ . [4
Februari 2011]

Sudrajat, Akhmad. (2008). Memahami Emosi Individu. [Online]. Tersedia:


http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/09/memahami-emosi-individu/
. [4 Februari 2011]

Sudrajat, Akhmad. (2010). Tugas-tugas Perkembangan Individu. [Online].


Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/05/02/tugas-
perkembangan-individu/ . [4 Februari 2011]

16
Widodo, Rachmad. (2009). Metode Pembelajaran Debate (Debat). [Online].
Tersedia: http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-
debate-debat/ . [4 Februari 2011]

Yuanita, Eva. (2010). Model Pembelajaran Debat. [Online]. Tersedia:


http://rhum4hnd3soq.blogspot.com/2010/10/model-pembelajaran-debat-dan-
word.html . [7 Februari 2011]

17

Anda mungkin juga menyukai