Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apapun yang kita lakukan harus sesuai dengan etika yang seharusnya
terlebih kita adalah seorang mahasiswa dimana etika atau adab merupakan hal
yang sangat penting. Dalam islam semua hal yang kita lakukan memiliki
aturan atau adab termasuk saat berdiskusi, berinteraksi sesama manusia dan
masih banyak lagi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
2. Untuk mengetahui bagaimana etika saat berinteraksi kepada orang lain
di luar kelas
3. Untuk mengetahui kode eti mahasiswa UINSU
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Akademik
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
nilai moral ke dalam kurikulum terpadu. Norton dalam Martin dan
Reigeluth (1999: 501) mengaplikasikan "pemagangan afektif" (affective
apprenticeship) atau "pemagangan dalam pengasuhan" (apprenticeship in
caring) dalam pendidikan moral. Dia menjelaskan satu metode
"pemagangan dalam pekembangan moral peserta didik.2
McPhail menyatakan komunikasi memiliki 4 kemampuan: (1)
penerimaan (reception); (2) penafsiran (interpretation); (3) tanggapan
(response); dan (4) pesan (massage). Penerimaan ti dak hanya berkaitan
dengan kemampuan mendengarkan orang lain tetapi sekaligus memahami
secara keseluruhan tentang apa yang mereka katakan dan menyadari apa
yang mereka sampai kan secara implisit melalui perubahan intonasi dan
sebagainya. Penafsiran berkaitan dengan kemampuan membuat pengertian
tentang apa yang telah dikatakan oleh orang lain. Hal ini tidak mudah bagi
anak-anak yang masih muda. Tanggapan adalah kemampuan untuk
membuat keputusan dan tanggung jawab atas apa yang telah mereka
katakan.3
Percakapan dalam diskusi merupakan serangkaian tindakan bicara
yang dikontrol oleh sejumlah aturan. Menurut Rogers dan Millar (dalam
Morissan), ketika seseorang (pihak pertama) membuat suatu pernyataan,
maka orang lain (pihak kedua) dapat memberikan tanggapan dengan
menggunakan salah satu cara dari tiga cara yang tersedia. Pihak kedua
dapat menerima pernyataan itu, cara ini disebut dengan istilah one-down
(menerima). Dia dapat membuat pernyataantandingan, yang berarti
menolak, cara ini disebut dengan one-up (tandingan). Cara ketiga disebut
one-acrossyaitu tidak menerima tetapi tidak juga menolak (netral). Piha
kedua memberikan tanggapan dengan cara yang tidak terlalu menerima
upaya piha pertamauntuk melakukan kontrol. Misalnya dengan cara
mengajukan pertanyaan, mengubah topik pembicaraan, atau menunda
pembicaraan (Morissan, 2015)Dengan demikian terdapat tiga cara
memberikan tanggapan yaitu: menerima, tandingan, dan netral. Seseorang
2
Dr.Masganti Sit, M.Ag., Perkembangan Peserta Didik (Depok : PRENADAMEDIA GROUP, 2017),
167
3
Dr.Masganti Sit, M.Ag., Perkembangan Peserta Didik (Depok : PRENADAMEDIA GROUP, 2017),
168
4
yang lebih banyak menyampaikan pesan tandingan dalam periode waktu
tertentu dikatakan sebagai dominan, dengan catatan selama pihak lain
menerima kondisi tersebut4
Diskusi juga merupakan bagian dari komunikasi, dari adanya
komunikasi diharapkan tercapainya beberapa tujuan diantaranya :
Pertama, komunikasi merupakan cara agar manusia mencapai kesamaan
makna. Komunikasi pada hakikatnya adalah saling bertukar makna melalui
pesan dalam interaksi yang dilakukan manusia. Saat kita berbicara kepada
orang lain, menyampaikan pesan yang mengandung makna. Sebaliknya
juga orang yang sedang berbicara dengan kita juga menyampaikan pesan
yang mengandung makna. Melalui komunikasi, terjadi proses berbagi
makna antarpeserta komunikasi menuju terwujudnya kesamaan makna.
Ketika kesamaan makna terwujud, relasi yang bermakna juga terwujud.
kita
Kedua, melalui komunikasi kita bisa memahami, baik memahami orang
lain maupun memahami diri ketika sendiri. Ketika kita memahami orang
lain, kita pun memahami diri kita sendiri. Kita juga berusaha memahami
bagaimana orang lain bersikap kepada kita saat terlibat komunikasi. Hal
ini berarti untuk mendapatkan pemahaman yang baik, kita butuh balik.
umpan
Ketiga, komunikasi ditujukan untuk memengaruhi orang lain. Dalam
komunikasi antarpribadi, seorang komunikator berusaha memengaruhi
komunikannya. Dalam sebuah rapat kecil yang dilakukan oleh kelompok
belajar mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas praktikum, ketua
kelompok yang berbicara kepada para anggotanya berusaha mempersuasi
mereka untuk bekerja lebih keras mengerjakan tugas praktikum agar
mendapat nilai yang baik.5
Pendidikan etika sudah seharusnya di ajarkan saat anak anak kecil
oleh orang tua mereka, dan saat seorang anak mulai tumbuh dan duduk di
4
Qudratullah danRosniar, “Etika Komunikasi dalam Berdiskusi”,dalam Jurnal Indonesia Sosial
Sains, 2, 1, 2021, 92-102, 98.
5
Junaedi Fajar, Etika komunikasi di era siber: teori dan praktik (Depok : PT RajaGrafindo Persada,
2019), 30
5
bangku sekolah mereka harus tetap menerima pendidikan etika. Melalui
proses pendidikan yang baik dan benar men dorong tingkah laku siswa
penuh tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam, maupun
terhadap Tuhan sang Pencip ta. Tanggung jawab siswa dan guru, yaitu
tanggung jawab ilmiah (intelektual) yang menekankan sejauh mana ilmu
pengetahuan melalui pendekatan, metode dan sistem yang digunakan
mampu memperoleh kebenaran objektif, baik secara koheren idealistik,
koresponden realistik, maupun secara pragmatik empirik.6
Etika siswa ditentukan dalam belajar melalui sejumlah pengalaman
belajar adalah me nanamkan budaya sopan santun, kerja keras, jujur,
memiliki kepribadian, berpikir kritis, dan peduli pada lingkungan. Dilihat
dari sudut etika bahwa siswa dalam proses pendidikan dapat meningkatkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan.7
Saat melakukan diskusi kita tidak boleh hanya memberikan
pendapat kita juga harus mampu mendengarkan pendapat dari orang lain,
dan pastikan sebagai seseorang yang beretika kita harus menghindari gaya
mendengarkan yang buruk seperti berikut ini :
1. Mengawang-ngawang. Bila seseorang berbicara kepada Anda tetapi
Anda tidak menggubrisnya karena pikiran Anda sedang melamun.
2. Pura-pura mendengarkan. Anda tetap tidak memperhatikan lawan
bicara anda, tetapi setidaknya pura-pura mendengarkan dengan
melontarkan komentar-komentar seperti "ya sih", "hebat",
"kedengarannya boleh juga".
3. Mendengarkan secara selektif. Anda memperhatikan hanya bagian
percakapan yang menarik Anda saja.8
6
Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, S.Sos., M.Pd., Etika Dan Moralitas Pendidikan (Jakarta : KENCANA,
2013), 215
7
Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, S.Sos., M.Pd., Etika Dan Moralitas Pendidikan (Jakarta : KENCANA,
2013), 216
8
Srijanti, Purwanto S.K, Primi Artiningrum, Etika Membangun Sikap Profesionalisme Sarjana
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), 202
6
menghargai pendapat orang lain. Hal tersebut sejalan dengan QS. al-Nahl: 125
sebagai berikut:
ُ
ُُۚإ
ۡ ِىنيNNُهىنعىأى ِيۦ ِهنيِبىس
ۡدىتىُم ۡ بىسىُإَِل ۡعدٱنىعَّلىَنى ِمب ِ ٱلىوةىمۡ ۡ ِكٱۡلِبى ِّك
ٰ ِبىرلي ِ ۡةىنىسىٱۡلِةى ِظ ۡعيىم
ۡ ىجىو ۡ ِوى َّكبى َّرن
ِِۖ نىسحىأىِ ِهتَِّمٱِبه ُۡىلِ ٰد
ۡ ٱلب
)٥٢١. (ُهىنعىأىيُوىو ِ
هّٰللا
ار ِذى ِ N ِكي ِْن َو ْال َجN ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰسNِانًا َّوبN َد ْي ِن اِحْ َسNَِوا ْعبُدُوا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْيـًٔا َّوبِ ْال َوال
َانNNانُ ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ْن َكNNت اَ ْي َم ِ ب بِ ْال َج ۢ ْن
ْ ا َملَ َكNNب َوا ْب ِن ال َّسبِ ْي ۙ ِل َو َم ِ ب َوالصَّا ِح ِ ُار ْال ُجن
ِ ْالقُرْ ٰبى َو ْال َج
ُم ْختَااًل فَ ُخوْ ر ًۙا
7
Melakukan peraturan yang berlaku
Member contoh yang baik dalam berperilaku
Saling menghormati
Berperilaku dan bertutur kata yang sopan Hubungan dengan dosen
Menyapa dosen ketika bertemu Menghadap dosen dengan sopan
ketika ada keperluan
Bertanya/mengemukakan pendapat dengan baik
Bertemu di rumah dosen dengan sopan Membenahi kelas agar
tercipta kenyamanan saat proses pembelajaran
8
Menyapa dengan sopan
Memperkealkan diri
Menjelaskan permintaan
Ucapkan terima kasih
Perhatikan tanda baca
9
setiap program studi, yang keseluruhannya terintegrasi secara komprehensif dalam
seluruh aktifitas pembelajaran formal maupun dan formal di UIN Sumatera Utara.
Beragam upaya perencanaan sekaligus pelaksanaan interaksi edukatif tidak
langsung juga dapat teridentifikasi melalui berbagai bentuk interaksi sebagai
berikut:
a. Adanya pamflet visi dan misi universitas atau fakultas di depan setiap
gedung dan fakultas;
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa perencanaan interaksi sosial dosen dan
mahasiswa UIN Sumatera Utara telah mengarah kepada interaksi sosial bernuansa
edukasi Islam, karena visi misi, aturan kode etik, dsb, sarat akan nilai dan
mengacu kepada tiga pilar pendidikan Islam dalam seluruh aktifitas dan kegiatan
dosen dan mahasiswa di UIN Sumatera Utara.10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
10
Samsul Rijal, Herawati, "Nuansa Edukasi Islami Interaksi Sosial Dosen dan Mahasiswa", dalam
journal of education science (JSE), 6, 2, 2020, 210-223, 219.
10
Etika adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari
tindakan sosial berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu
maupun kelompok. Pembentukan etika melalui proses filsafat sehingga
etika merupakan bagian dari filsafat. Sedangkan etika akademik adalah
nilai-nilai luhur yang wajib ditaati insan akademik dalam berpikir,
berperilaku, bersikap, bertindak, baik sebagai seorang intelektual.
Dimanapun dan sedang apapun kita harus memiliki etika begitu
juga saat berdiskusi maupun saat berasa di luar kelas, etika merupakan hal
yang peting karena sesungguhnya sia-sia kecerdasan seseorang tanpa
adanya etika.
Hindari gaya mendengarkan yang buruk seperti berikut ini :
11
mahasiswa, serta adanya buku laporan kegiatan. akademik mahasiswa untuk
setiap program studi, yang keseluruhannya terintegrasi secara komprehensif dalam
seluruh aktifitas pembelajaran formal maupun dan formal di UIN Sumatera Utara.
Beragam upaya perencanaan sekaligus pelaksanaan interaksi edukatif tidak
langsung juga dapat teridentifikasi melalui berbagai bentuk interaksi sebagai
berikut:
a. Adanya pamflet visi dan misi universitas atau fakultas di depan setiap
gedung dan fakultas;
B. SARAN
Sekiranya makalah ini dapat menjadi acuan teman – teman untuk
bisa lebih memahami tentang etika sebagai seorang mahasiswa. Walau
kami sadari bahwasanya tugas kami ini jauh dari kata sempurna, maka dari
itu sangat mengharapkan masukan atau saran yang dapat membangun,
agar dapat menjadi acuan dan motivasi tugas kami berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
12
Fajar Junaedi. 2019. ETIKA KOMUNIKASI DI ERA SIBER : TEORI DAN
PRAKTIK. Depok. PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Syamsul Rijal, Herawati. (2020). “Nuansa Edukasi Islami Interaksi Sosial Dosen
dan Mahasiswa.” Journal of Education Science (JSE), 6 (2), 2020, 210-223.
13