KELOMPOK 6
1 FACHREZA RIYANDA
2 ADELIA FAHIRA
Mengonstruksi
Menemukan Esensi Menganalisis Isi Beralih Praktik
Bagian-Bagian
Debat Debat Debat
dalam Debat
Jadi kesimpulannya debat bisa diartikan sebagai pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai suatu
hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
FUNGSI DEBAT
Debat pemeriksaan ulangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam debat ini, diajukan beberapa pertanyaan dari saling memiliki hubungan sehingga menyebabkan individu yang diberi
pertanyaan dapat mendukung posisi yang ingin ditegakkan maupun diperkokoh oleh pihak yang memberi pertanyaan.
PERAN DEBAT
Debat mempunyai peran yang sangat penting dalam pemutusan perundang-undangan
oleh legislatif, dalam bidang hukum misalnya ketika dilakukan pengadilan terdakwa, dalam bidang
pendidikan, kegiatan politik seperti penentuan calon maupun kebijakan internal politik, bidang
bisnis, dan perekonomian.
Debat juga berperan dalam kemajuan bisnis perusahaan khususnya ketika penentuan
langkah-langkah visioner untuk memajukan perusahaan.
STRUKTUR DEBAT
Debat yang baik harus memenuhi struktur debat yang telah disepakati bersama. Berikut ini
adalah struktur debat yang baik dan benar.
1) Perkenalan harus dilakukan oleh masing-masing tim atau pihak (afirmasi, oposisi, dan
netral)
2) Penyampaian argumentasi. Dalam debat, masing-masing tim pro maupun kontra
menyampaikan argumentasi atau gagasan tentang mosi yang telah diberikan.
Penyampaian argumentasi ini dimulai dari tim pro, lalu tim kontra, kemudian diakhiri oleh
tim netral.
3) Melakukan debat merupakan hal utama. Masing-masing tim diharuskan menyampaikan
argumentasi maupun sanggahan kepada lawan.
4) Kesimpulan merupakan hasil akhir debat yang sebelumnya diawali dengan penutup yang
disampaikan oleh masing-masing tim.
5) Keputusan diambil dari hasil voting, mosi, resolusi, dan sebagainya. Jenis keputusan ada
tiga yaitu keputusan oleh para pendengar atau decision by the audience, keputusan oleh
hakim atau decision by judges, dan keputusan dengan kritik atau decision by critique.
CIRI-CIRI DEBAT
Terdapat beberapa ciri-ciri debat yaitu sebagai berikut :
1. Debat memiliki pihak yang mengarahkan jalannya debat. Biasanya yang
melakukan tugas ini adalah seorang moderator.
2. Hasil akhir atau kesimpulan debat didapat dengan cara voting maupun
keputusan juri debat.
3. Terdapat hanya dua sudut pandang yaitu pro dan kontra.
4. Terjadi kegiatan saling beradu argumentasi untuk memperoleh
kemenangan salah satu pihak.
5. Terdapat suatu proses untuk saling mempertahankan argumentasi di
antara kedua belah pihak yang sedang berdebat (pihak pro dan kontra).
6. Di sesi tertentu terdapat kegiatan tanya jawab antar pihak yang
berdebat dengan dipimpin oleh moderator.
ETIKA DALAM BERDEBAT
Seorang yang tergabung dalam tim debat baik pro,
kontra, maupun tim netral harus menjunjung etika atau norma
dalam bertanya dan berdebat. Ada berbagai etika yang perlu
kita perhatikan, yakni
Terdapat nash-nash yang menjelaskan tentang tercelanya berdebat dalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di
antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali
orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain
memperdayakan kamu.” (Ghafir: 4)
Dan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang
sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali
tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(Ghafir: 56)
Telah diriwayatkan dari hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Orang yang paling dibenci Allah adalah yang suka berdebat.” (Muttafaq Alaihi)
Juga dari hadits Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidaklah tersesat satu kaum setelah mendapatkan hidayah yang dahulu mereka di atasnya, melainkan mereka diberi sifat
berdebat.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Mereka
tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang
suka bertengkar.” (Az-Zukhruf: 58) [HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no.
5633].
Abdurrahman bin Abiz Zinad berkata: “Kami mendapati orang-orang yang mulia dan ahli fiqih -dari orang-orang pilihan
manusia- sangat mencela para ahli debat dan yang mendahulukan akalnya. Dan mereka melarang kami bertemu dan duduk
bersama orang-orang itu. Mereka juga memperingatkan kami dengan keras dari mendekati mereka.” (lihat Al-Ibanah Al-Kubra 2/532,
Mauqif Ahlis Sunnah, Asy-Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili 2/591)
Demikian pula Al-Imam Ahmad rahimahullahu mengatakan: “Pokok-pokok ajaran As-Sunnah menurut kami adalah:
berpegang teguh di atas metode para sahabat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengikuti mereka, dan meninggalkan bid’ah. Dan
setiap bid’ah adalah sesat. Dan meninggalkan pertengkaran serta duduk bersama pengekor hawa nafsu, juga meninggalkan dialog
dan berdebat serta bertengkar dalam agama ini.” (Syarh Al-Lalika`i, 1/156, Mauqif Ahlis Sunnah, Ar-Ruhaili 2/591).
Wahb bin Munabbih rahimahullahu berkata: “Tinggalkan perdebatan dari perkaramu. Karena sesungguhnya engkau tidak
akan terlepas dari menghadapi salah satu dari dua orang: (1) orang yang lebih berilmu darimu, lalu bagaimana mungkin engkau
berdebat dengan orang yang lebih berilmu darimu? (2) orang yang engkau lebih berilmu darinya, maka bagaimana mungkin engkau
mendebat orang yang engkau lebih berilmu darinya, lalu dia tidak mengikutimu? Maka tinggalkanlah perdebatan tersebut!” (Lammud
Durr, karangan Jamal Al-Haritsi hal. 158).
Namun di samping dalil-dalil yang melarang berdebat tersebut di atas, juga terdapat nash-nash lain yang menunjukkan
kebolehannya. Di antara yang menunjukkan bolehnya berdebat adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Serulah (manusia)
kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan beberapa kisah debat antara Rasul-Nya dengan orang-orang kafir. Seperti
kisah Ibrahim ‘alaihissalam yang mendebat kaumnya. Demikian pula debat Nabi Musa ‘alaihissalam dengan Fir’aun, dan berbagai
kisah lainnya yang disebutkan dalam Al-Qur`an. Demikian pula dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan
perdebatan antara Nabi Adam dan Musa ‘alaihissalam, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Banyak dari kalangan imam salaf mengatakan: Debatlah kelompok Al-Qadariyyah dengan
ilmu, jika mereka mengakui maka mereka membantah (pemikiran mereka sendiri). Dan jika mereka mengingkari, maka sungguh mereka
telah kafir.”
Demikian pula banyak terjadi perdebatan di kalangan ulama salaf, seperti yang terjadi antara ‘Umar bin Abdil ‘Aziz
rahimahullahu dengan Ghailan Ad-Dimasyqi Al-Qadari, Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang mendebat kelompok Khawarij, Al-Auza’i
rahimahullahu yang berdebat dengan seorang qadari (pengikut aliran Qadariyyah), Abdul ‘Aziz Al-Kinani rahimahullahu dengan Bisyr bin
Ghiyats Al-Marisi Al-Mu’tazili, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu dengan para tokoh ahli bid’ah, serta yang lainnya, yang
menunjukkan diperbolehkannya melakukan dialog dan debat tersebut. (Mauqif Ahlis Sunnah, 2/597).
Apa yang telah kami sebutkan di atas menunjukkan bahwa dalam masalah berdebat, tidak dihukumi dengan sikap yang sama.
Namun tergantung dari keadaan, tujuan, dan maksud dari perdebatan tersebut. An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Jika perdebatan
tersebut dilakukan untuk menyatakan dan menegakkan al-haq, maka hal itu terpuji. Namun jika dengan tujuan menolak kebenaran atau
berdebat tanpa ilmu, maka hal itu tercela. Dengan perincian inilah didudukkan nash-nash yang menyebutkan tentang boleh dan tercelanya
berdebat.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu berkata: “Pertengkaran dan perdebatan dalam perkara agama
terbagi menjadi dua:
Pertama: dilakukan dengan tujuan menetapkan kebenaran dan membantah kebatilan. Ini merupakan perkara yang terpuji. Adakalanya
hukumnya wajib atau sunnah, sesuai keadaannya. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Serulah (manusia) kepada jalan
Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:
125)
Kedua: dilakukan dengan tujuan bersikap berlebih-lebihan, untuk membela diri, atau membela kebatilan. Ini adalah perkara yang buruk
lagi terlarang, berdasarkan firman-Nya : “Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir.”
(Ghafir: 4). Dan firman-Nya : “Dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu;
karena itu Aku adzab mereka. Maka betapa (pedihnya) adzab-Ku.” (Ghafir: 5) [Mauqif Ahlis Sunnah, 2/600-601]”
Ibnu Baththah rahimahullahu berkata:
“Jika ada seseorang bertanya: ‘Engkau telah memberi peringatan kepada kami dari melakukan pertengkaran, perdebatan,
dan dialog (dengan ahlul bid’ah). Dan kami telah mengetahui bahwa inilah yang benar. Inilah jalan para ulama, jalan para sahabat,
dan orang-orang yang berilmu dari kalangan kaum mukminin serta para ulama yang diberi penerangan jalan. Lalu, jika ada
seseorang datang kepadaku bertanya tentang sesuatu berupa berbagai macam hawa nafsu yang nampak dan berbagai macam
pendapat buruk yang menyebar, lalu dia berbicara dengan sesuatu darinya dan mengharapkan jawaban dariku; sedangkan aku
termasuk orang yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan ilmu tentangnya serta pemahaman yang tajam dalam menyingkapnya.
Apakah aku tinggalkan dia berbicara seenaknya dan tidak menjawabnya serta aku biarkan dia dengan bid’ahnya, dan saya tidak
membantah pendapat jeleknya tersebut?’
Maka aku akan mengatakan kepadanya: Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatimu-
bahwa orang yang seperti ini keadaannya (yang mau mendebatmu), yang engkau diuji dengannya, tidak lepas dari tiga keadaan.
Adakalanya dia orang yang engkau telah mengetahui metode dan pendapatnya yang baik, serta kecintaannya untuk
mendapatkan keselamatan dan selalu berusaha berjalan di atas jalan istiqamah. Namun dia sempat mendengar perkataan mereka
yang para setan telah bercokol dalam hati-hati mereka, sehingga dia berbicara dengan berbagai jenis kekufuran melalui lisan-lisan
mereka. Dan dia tidak mengetahui jalan keluar dari apa yang telah menimpanya tersebut, sehingga dia bertanya dengan pertanyaan
seseorang yang meminta bimbingan, untuk mendapat solusi dari problem yang dihadapinya dan obat dari gangguan yang
dialaminya. Dan engkau memandang bahwa dia akan taat dan tidak menyelisihinya.
Orang yang seperti ini, yang wajib atasmu adalah mengarahkan dan membimbingnya dari berbagai jeratan setan. Dan
hendaklah engkau membimbingnya kepada Al-Kitab dan As-Sunnah serta atsar-atsar yang shahih dari ulama umat ini dari kalangan
para sahabat dan tabi’in. Semua itu dilakukan dengan cara hikmah dan nasihat yang baik. Dan jauhilah sikap berlebih-lebihan
terhadap apa yang engkau tidak ketahui, lalu hanya mengandalkan akal dan tenggelam dalam ilmu kalam. Karena sesungguhnya
perbuatanmu tersebut adalah bid’ah. Jika engkau menghendaki sunnah, maka sesungguhnya keinginanmu mengikuti kebenaran
namun dengan tidak mengikuti jalan kebenaran tersebut adalah batil. Dan engkau berbicara tentang As-Sunnah dengan cara bukan
As-Sunnah adalah bid’ah. Jangan engkau mencari kesembuhan saudaramu dengan penyakit yang ada pada dirimu. Jangan engkau
memperbaikinya dengan kerusakanmu, karena sesungguhnya orang yang menipu dirinya tidak bisa menasihati manusia. Dan siapa
yang tidak ada kebaikan pada dirinya, maka tidak ada pula kebaikan untuk yang lainnya. Siapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beri
taufiq, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan meluruskan jalannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolong dan membantunya.”
Abu Bakr Al-Ajurri rahimahullahu berkata:
“Jika seseorang berkata: ‘Jika seseorang yang telah diberi ilmu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu ada seseorang datang
kepadanya bertanya tentang masalah agama, lalu mendebatnya; apakah menurutmu dia perlu mengajaknya berdialog agar sampai
kepadanya hujjah dan membantah pemikirannya?’
Maka katakan kepadanya: ‘Inilah yang kita dilarang dari melakukannya, dan inilah yang diperingatkan oleh para imam kaum muslimin
yang terdahulu.’
Jika ada yang bertanya: ‘Lalu apa yang harus kami lakukan?’
Maka katakan kepadanya: ‘Jika orang yang menanyakan permasalahannya kepadamu adalah orang yang mengharapkan bimbingan
kepada al-haq dan bukan perdebatan, maka bimbinglah dia dengan cara yang terbaik dengan penjelasan. Bimbinglah dia dengan
ilmu dari Al-Kitab dan As-Sunnah, perkataan para shahabat dan ucapan para imam kaum muslimin. Dan jika dia ingin mendebatmu,
maka inilah yang dibenci oleh para ulama, dan berhati-hatilah engkau terhadap agamamu.’
Jika dia bertanya: ‘Apakah kita biarkan mereka berbicara dengan kebatilan dan kita mendiamkan mereka?’
Maka katakan kepadanya: ‘Diamnya engkau dari mereka dan engkau meninggalkan mereka dalam apa yang mereka bicarakan itu
lebih besar pengaruhnya atas mereka daripada engkau berdebat dengannya. Itulah yang diucapkan oleh para ulama terdahulu dari
ulama salafush shalih kaum muslimin.” (Lammud Durr, Jamal Al-Haritsi hal. 160-162).
Mengidentifikasi
Unsur-UnsurDebat
Mengidentifikasi Unsur-Unsur Debat
1.Memiliki mosi. Mosi adalah topik atau bahasan yang akan
diperdebatkan dan mempunyai sifat konvensional. Adanya mosi
sangat penting karena di dalam sebuah debat terdapat pihak
pro dan kontra.
2.Debat harus memiliki pihak pro atau pihak afirmatif yang
setuju terhadap mosi yang telah diberikan. Pihak pro akan
memberikan pidatonya terlebih dahulu mengenai alasan mengapa
mendukung pernyatan di dalam mosi.
3.Selain pihak pro, juga terdapat pihak oposisi atau pihak
kontra yang tidak setuju dengan mosi yang sudah diberikan.
Pihak kontra akan menyanggah pernyataan dari pihak afirmatif.
4.Sebagai penengah antara pihak pro dan kontra, debat harus
mempunyai pihak netral atau pihak yang tidak menaruh dukungan
dan tidak condong terhadap salah satu pihak.
5.Dalam debat harus ada moderator yang bertugas mempin dan
mengatur jalannya debat. Tata tertib debat, memperkenalkan
6. Debat juga harus memiliki peserta debat yang nantinya
berhak menentukan keputusan akhir bersama juri debat. Dalam
beberapa debat, peserta tidak ikut andil dalam penentuan
keputusan akhir namun jika dibutuhkan voting, maka biasanya
peserta akan diperhitungkan suaranya.
7. Unsur yang terakhir yaitu adanya penulis atau notulen
acara yang bertugas mencatat hal-hal terkait debat yang sedang
berlangsung misalnya mosi debat, pernyataan moderator,
penyampaian masing-masing tim atau pihak, dan hasil keputusan
akhir.
8. POI atau Point Of Informasion (POI) adalah pernyataan,
komentar, atau pertanyaan yang disampaikan pada saat tim lawan
menyampaikan argumen. Poi tidak bersifat wajib ada dalam debat,
juga tidak harus diterima oleh tim lawan.
9. Penonton atau juri yang sering dipanggil sebagai Sidang
Dewan yang Terhormat.
Merumuskan
Mosi
MERUMUSKAN MOSI DEBAT
Ada beberapa tips dalam merumuskan mosi debat,yaitu:
1. Seimbang
Seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi mosi debat yang baik perlu ada kesimbangan antara pro dan kontra.
Sebagai orang yang berhak memilih dan menentukan mosi debat sebaiknya pilihlah yang antara setuju dan tidaknya
seimbang. Jika tidak seimbang tentu yang lebih unggul dalam perdebatan relatif yang mendapat bagian lebih mudah.
Kalau dari mosi saja sudah tidak seimbang tentu jalannya perdebatan tidak menarik lagi.
2.Menarik
Mosi yang menarik akan membawa perdebatan ke arah yang menarik juga tentunya. Peserta perdebatan yang
kreatif tentu akan memunculkan banyak fakta menarik juga di dalam perdebatan yang mosinya menarik. Mosi yang
menarik memang identik dengan mosi yang kontroversial seperti "Pelegalan Ganja". Tentu jalannya perdebatan juga akan
menjadi seru untuk ditonton karena tidak banyak yang paham dan mengerti kenapa ganja dilegalkan? Bakhan negara-
negara ini melegalkan ganja cek disini Negara yang legalkan ganja.
3.Fokus
Mosi yang baik juga adalah mosi yang fokus pada suatu peristiwa atau kondisi. Jika mosi terlalu luas akan
muncul banyak contoh yang kondisinya berbeda sehingga apa yang didebatkan menjadi kemana mana. Ini sangat tidak
baik karena mosi yang terlalu luas membuat debat malah menjadi hanya adu contoh belaka. Pro akan membuat contoh
yang mendukungnya dan kontra juga sama. Jika mosi lebih fokus lagi maka tentu para peserta debat mendebatkan
masalah yang kondisinya mirip.
4.Punya Solusi
Hakekat debat sendiri ialah mencari solusi. Bukan hanya sekedar pandai berkata kata. Orang berdebat karena
merasa punya kepentingan dan mau memberikan jalan keluar untuk masalah yang didebatkan. Mosi yang punya solusi
akan lebih menarik daripada mosi yang hanya tujuannya beradu argumen. Solusi yang diberikan menentukan kualitas
seseorang.
Menurut saya, tawuran antarpelajar tidak saja terjadi karena karakter anak-anak yang cenderung brutal. Lebih dari itu, tawuran terjadi
karena anak-anak mendapat teladan yang kurang baik dari para pemimpin bangsa yang sibuk saling berebut kekuasaan dan saling
menghujat. Telvisi dan internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda untuk meniru.
Dalam kutipan tersebut pembicara menyampaikan pendapatnya bahwa tawuran antarpelajar terjadi tidak saja karena karakter anak-
anak yang cenderung brutal. Alasan argumen yang disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Lebih dari itu, tawuran terjadi karena anak-anak mendapat teladan yang kurang baik dari para pemimpin bangsa yang sibuk saling
berebut kekuasaan dan saling menghujat.
2. Telvisi dan internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda untuk meniru.
Kaidah Kebahasaan Teks Debat
Debat yang dipelajari di sini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti yang biasa kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari. Debat kusir bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain seringkali dilakukan tanpa memedulikan kesahihan
argumen yang disampaikan.
Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam
bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan,
dan kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan.
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan mapun
tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya
memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata
(diksi) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan sebagai ragam yang dapat diterima dan berfungsi sebagai model
untuk suatu masyarakat. Jadi, ada tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan
difungsikan sebagai model.Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing, baha
prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini bertujuan agar terhindar dari ketersinggungan dan mengakibatkan acara
debat karena antarpihak tidak saling memahami kata yang digunakan.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
1. Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN telah memakan banyak
korban.
2. Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut gagal dalam Ujian Nasional
Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku. Ketidak bakuan keduanya
karena menggunakan frasa bermakna konotatif yaitu frasa menutup mata dan jatuh
bergelimpangan. Pada kalimat kedua, ketikdakefisienan kalimatnya juga disebabkan penggunaan
kata-kata dari bahasa daerah yaitu kata banget.
Pembenahan kedua kalimat di atas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang baku dapat
kamu lihat pada bagian berikut.
1. Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak sekali siswa frustrasi karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.
Melaksanakan Debat Sesuai Peran
Yang Ditetapkan
Saat berdebat, kamu mungkin harus memberikan pendapat yang cukup panjang
dan detail. Pada kegiatan sebelumnya, kamu hanya menyusun pendapat dan argumen
secara singkat. Dalam bagian ini kamu akan mengubah pendapat dan argumen
singkat itu menjadi teks debat.Kerjakanlah tugas berikut ini. Tambahkan baris
dan kolom sesuai kebutuhan.Kegiatan 2 Melaksanakan Debat sesuai Peran yang
Telah Ditetapkan
Kamu telah berhasil menentukan mosi untuk diperdebatkan, menyusun
pendapat yang mendukung mosi dan pendapat yang menolak mosi,serta menyusun
teks debat. Dalam bagian ini, kamu akan melaksanakan debat sesuai peran yang
telah ditetapkan serta menanggapi pendapat dari kelompok lawan dan
mempertahankan pendapat disertai argumen yang mendukung.
Sebelum memulai berdebat, tatalah ruang kelas menjadi tempat yang nyaman untuk
sebuah kegiatan debat. Sepakatilah tata tertib debat kelasyang akan dilakukan.
Mintalah pendapat dan masukan guru atas tata tertib yang kamu sepakati.
Beberapa hal yang perlu kamu sepakati sebagai tata tertib antara lain
lamanya menyampaikan pendapat dan mendapatkan tanggapan, lamanya debat akan
dilangsungkan, siapa yang memimpin dan apa saja tugasnya, serta bagaimana
pembagian peran dalam debat.
TATA CARA PRAKTIK DEBAT
Lakukan debat dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini.
1.Pembicara I dari kelompok afirmasi menyampaikan argumentasi pembuka Pemahaman topik, permasalahan,
analisis secara umum
yang menunjukkan bahwa mereka mendukung mosi.
2. Pembicara I dari regu oposisi menyampaikan argumentasi pembuka
Pemahaman topik, permasalahan, analisis secara umum yang menunjukan mereka tidk setuju dengan mosi.
3. Pada babak pertama ini tidak diperkenankan melakukan interupsi.
4. Peserta II dari regu afirmasi menyampaikan dan memperkuat
argumentasi yang disampaikan pembicara I. 5.
Peserta II dari regu oposisi menyampaikan dan memperkuat argumentasi yang disampaikan pembicara I.
6. Peserta III dari regu afirmasi menyampaikan dan memperkuat
argumentasi yang disampaikan pembicara I dan II sekaligus menyampaikan kesimpulan terhadap mosi.
7. Peserta III dari regu oposisi menyampaikan dan memperkuat
argumentasi yang disampaikan pembicara I dan II sekaligus menyampaikan kesimpulan terhadap mosi.
8. Tim Lawan dapat melakukan interupsi dimulai pada Pembicara II, dua menit setelah pembicara memaparkan
argumentasi. Dengan maksimal dua kali interupsi waktu 30 detik pada satu kali interupsi. Interupsi
dilarang pada 1 menit terakhir.
9. Pemberian interupsi harus atas seizin moderator.
10. Waktu yang diberikan kepada setiap regu maksimal lima menit.