Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN MASALAH


LGBT

Disusun Oleh :
1. Citra Risti ( 202007003 )
2. Imro’atul Muslichah ( 202007006 )
3. Oktavia Eka Nurhidayah ( 202007009 )

STIKES Karya Husada Kediri


2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima
kasih kami tujukan kepada ibu Brivian Florentis Yustanta SST., M. Kes selaku
dosen pengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan pada perempuan dan anak dalam
kondisi rentan yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kediri, 17 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
2.1 Pengertian..................................................................................................................................7
2.2 Fakto-faktor yang berhubungan dengan penyebaran LGBT................................................8
2.3 Pandangan LGBT dimata hukum Indonesia........................................................................11
2.4 Pandangan Islam terhadap LGBT.........................................................................................12
2.5 Fenomena LBGT.....................................................................................................................12
2.6 Masalah – masalah yang muncul akibat LGBT....................................................................14
2.7 Pencegahan dan penanganan LGBT......................................................................................16
2.8 Upaya Pencegahan LGBT.......................................................................................................17
2.9 Peran Keluarga dan Pendidikan seks bagi anak...................................................................17
BAB III...............................................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................................20
3.1 Keimpulan................................................................................................................................20
3.2 Saran.........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender) telah menjadi fenomena
global yang ramai dibahas dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini dipicu
oleh banyaknya pemberitaan atau informasi dari media maupun aktivitas
dari para penganut LGBT yang cross border. Maraknya media-media yang
juga memuat pemberitaan dan mengangkat fenomena yang sebenarnya
adalah fenomena lama, kemudian membuat masyarakat kembali familiar
dengan fenomena ataupun isu-isu LGBT.
Fenomena ini sangat sensitif ditelinga masyarakat Indonesia, penolakan
terjadi dimana-mana, tindak kekerasan, 2 diskriminasi juga terjadi dimana-
mana. Ini tidak hanya terjadi dikalangan masyarakat biasa, bahkan aparatur
negara juga ada yang melakukan diskriminasi terhadap para penganut
LGBT. Mereka melakukakan tindakan seperti itu dengan berlandaskan
agama tanpa memikirkan hak-hak yang seharusnya juga didapatkan para
penganut LGBT. Melihat keadaan seperti ini tentu saja membuat para
penganut LGBT semakin takut untuk bisa keluar dan muncul dilingkungan
masyarakat Indoensia, para aktivis, komunitas, dan organisasi-organisasi
juga semakin berat dalam memperjuangkan hak-hak para penganut LGBT.
Istilah LGBT sendiri mulai digunakan pada sekitar tahun 1990 hingga
sekarang untuk menggantikan frasa para penganut gay, karena istilah LGBT
dapat mencakup semua jenis orientasi seksual tidak hanya untuk gay saja.
Perubahan orientasi seksual ini merupakan awal lahirnya pemikiran Teresa
de Lauretis yaitu queer theory. Teori queer memiliki definisi bahwa
identitas itu tidak bersifat tetap dan stabil. (Ardhanaryinstitute, 2015)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Lesbian, Gay, Biseksual dan TransGender (LGBT) ?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan adanya LGBT ?
3. Bagaimana pandangan mengenai LGBT dalam kacamata hukum
diindonesia ?
4. Apa saja masalah yang muncul akibat LGBT ?
5. Bagaimana pencegahan dan penanganan LGBT ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuanuntuk memahami makna dari LGBT itu sendiri, selain
itu makalah ini juga mendeskripsikan beberapa factor adanya LGBT, dima
factor-faktor ini dapat membantu dalam hal menanggulangi para golongan
LGBT yang semakin hari semakin menunjukkan tindakannyasebagai gay
ataupun lesbi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
LGBT merupakan sebuah singkatan dari LESBIAN,GAY,BISEX
dan TRANSGENDER. Pengertian LGBT tersebut secara global akan
kita bahas mengenal lebih jauh tentang dunia LGBT:
Lesbian : Orientasi seksual seorang perempuan yang hanya
mempunyai hasrat sesama perempuan.
Gay : Orientasi seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat
sesama pria
Bisex : Sebuah orientasi sexsual seorang Pria/Wanita yang menyukai
dua jenis kelamin baik Pria/Wanita
Transgender : Sebuah Orientasi seksual seorang Pria/Wanita dengan
mengidentifikasi dirinya menyerupai Pria/Wanita (Misal:Waria)
Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) merupakan
penyimpangan orientasi seksual yang bertentangan dengan fitrah
manusia, agama dan adat masyarakat Indonesia.
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi
seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk
kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik,
seksual, emosional, atau secara spiritual. Bisa juga lesbian diartikan
kebiasaan seorang perempuan melampiaskan nafsu seksualnya pada
sesamanya pula. Sedangkan Gay adalah sebuah istilah yang
umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-
sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual. Biseksual
(bisexual) adalah individu yang dapat menikmati hubungan
emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin baik
pria ataupun wanita (kamuskesehatan.com).
Lalu bagaimana dengan Transgender? Masih menurut wikipedia,
transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang
terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Transgender
adalah perilaku atau penampilan seseorang yang tidak sesuai dengan
peran gender pada umumnya.

2.2 Fakto-faktor yang berhubungan dengan penyebaran LGBT


Secara umum, terjadinya perilaku LGBT dipicu oleh dua hal, yaitu faktor
syahwat (hormon seksualitas) dan pembenaran akal (pemikiran). Secara
biologis, tubuh manusia memiliki sistem hormonal yang salah satunya
berhubungan dengan dorongan nafsu seksualitas dan orientasi seksualnya.
Penguatan rangsangan yang masuk melalui inderawi (mata, telinga, kulit)
dapat memicu aktivitas hormonal tubuh yang mendorong aksi pemenuhan
kebutuhan biologis berupa penyaluran seksualitas. Seseorang yang
melihat, mendengar, tersentuh sesuatu terkait seks, baik tayangan
pornografi, mendengar aktivitas seks atau sentuhan kulit akibat aktivitas
seksualitas akan mendorong rangsangan seks. Seseorang akan memiliki
hasrat penyaluran seksualitas ketika ada pemicunya tersebut.

Jika selama ini yang diketahuinya bahwa penyaluran seksualitas sesuai


aturan agama, seperti hanya pada pasangan heteroseksual, setelah
menikah, ditempat yang dibolehkan dan seterusnya maka perilaku
seksualitasnya akan mengarah kepada penyaluran yang lazim tersebut.
Namun sebaliknya jika yang dipikirkannya atau orientasi seksualitasnya
terjadi sebaliknya maka yang muncul adalah penyimpangan seperti
Lesbian, Gay, Biseksual, dan transgender (LGBT). Penyimpangan
tersebut dapat terjadi karena pengetahuan seks yang diperolehnya
mengarah kepada perilaku LGBT baik secara langsung maupun tidak.

Disisi lain dorongan pemikiran yang menganggap perilaku LGBT (seks


non heteroseksual) sebagai hal yang lazim akan mengarahkan penyaluran
hasrat seksualitas dari aktivitas hormonal tubuh tersebut turut
menyimpang sesuai kemauan arahan pikiran. Selain faktor hormonal,
kebanyakan faktor lingkungan mempengaruhi seseorang untuk menjadi
gay.Lingkungan secara langsung maupun tidak langsung dapat
mengajarkan dan membentuk pemikiran pada diri manusia bahwa sesuatu
yang tadinya tabu atau tidak lazim menjadi dianggap lazim. Logika
pemikiran seseorang menjadi berubah yang sebelumnya tidak
menganggap LGBT sebagai hal yang lazim menjadi menganggap sesuatu
yang lazim.

Pembenaran perilaku LGBT juga dapat terjadi melalui peristiwa


kehdupan yang dialaminya. Lingkungan yang tidak diharapkan juga dapat
memicu pelarian kepada perilaku yang penyimpang sebagai ekspresi
penolakan. Seseorang dapat menjadi homoseksual dikarenakan keluarga
yang tidak harmonis, misalnya figur bapak sebagai laki-laki yang kejam
membuat seseorang dapat menjadi homoseksual serta faktor lingkungan
(konstruksi sosial) sangat mempengaruhi perkembangan seorang anak,
termasuk pembentukan atau pemilihan orientasi seksualnya. Bagaimana
interaksi orang tua mengasuh anak, hubungan antar keluarga, lingkungan
pergaulan dan pertemanan, semuanya dapat menjadi perantara
penyebaran LGBT.

1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan bisa memicu terjadinya LGBT, misalnya saja
karena salah pergaulan. Dalam berteman, sudah selayaknya kita
"memilih" teman yang memiliki perilaku baik. Ketika seseorang
berteman dengan orang yang termasuk LGBT, ada kecenderungan dia
akan ikut menjadi anggota LGBT disebabkan faktor pengaruh teman.
Jadi, lingkungan dan kebiasaan menjadi faktor pemicu paling besar
terjadinya LGBT.
2. Faktor keluarga
Jika seorang anak mengalami kekerasan di lingkungan keluarganya,
hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dia menjadi
LGBT. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang mendapatkan
perlakukan kasar dari ayah atau saudara laki-lakinya akan berpikir
untuk membenci lawan jenisnya. Alhasil, dia memilih untuk hidup
sebagai LGBT karena pengalaman hidup yang tidak mengenakkan.
3. Faktor Genetik
Kemudian, faktor penyebab LGBT bisa terjadi ialah karena faktor
genetik. Maksudnya ialah penyimpangan seksual seperti Lesbian,
Gay, Biseksual ataupun Transgender bisa terjadi karena adanya
riwayat keturunan dari anggota keluarga sebelumnya.
4. Psikologi
Pengalaman hubungan orang tua dan anak sangat berpengaruh pada
kecenderungan homoseksual (gay/lesbian) atau LGBT. Umumnya
pelaku gay merasa bahwa orang tuanya dahulu memberikan
pengalaman yang diingat oleh mereka sampai saat ini. Dalam cara
berpakain dan berdandan secara psikologis dapat menimbulkan
berperilaku homoseksual (gay/lesbian). Permainan yang dimainkan
mereka di massa kanak-kanak sangat berpengaruh dengan perilaku
homoseksual (gay/lesbian). Para pelaku lesbian tidak menyukai hal-
hal yang berhubungan dengan permainan laki-laki dan teman-teman
mereka pun di masa kecil banyak yang perempuan sampai dengan
saat ini, dan hal sebaliknya terjadi pada pelaku gay.
Ada pula pelaku gay atau lesbian di masa lalu mendapat pengalaman
yang kurang menyenangkan dari heteroseksual ataupun keluarga
sendiri yang akhirnya menjadikan mereka trauma kecewa dan
menjadi gay/lesbian. Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan
patah hati yang dialaminya juga menjadikan penyebab
kecenderungan menjadi gay/lesbian

2.3 Pandangan LGBT dimata hukum Indonesia


Banyak sekali pro dan kontra mengenai golongan LGBT. Tak
jarang, mereka yang menginginkan agar LGBT dilegalkan Indonesia
sebagai negara yang berdaulat dan memiliki hukumnya sendiri sudah
jelle tertera dalam pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 mengenai
perkawinan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".
Perkawinan bertujuan salah satunya untuk melestarikan umat
manusia Sangat kontras bila dibandingkan dengan kaum LGBT yang
merupakan penyuka sesams jenis. Apabila dilegalkan, LGBT tentu akan
berdampak pada timbulnya berbagai masalah di Indonesia. Mulai dari
menurunnya angka kelahiran karena sudah pasti sesama jois tak bisa bisa
menghasilkan keturunan, hingga masalah lainnya seperti yang sudah
disinggung diatas (keresahan masyarakat yang merasa keamanan
hidupnya terusik, hingga retaknya keutuhan bangsa yang terpecah belah
menjadi golongan pro dan kontra LGBT).
Menimbang dari berbagai pemyataan yang ada, dapat disimpulkan
bahwa tidak dibenarkan apabila kaum LGBT menjadi legal di
Indonesia.Mengingat kembali Indonesia merupakan negara hukum
dengan masyarakat yang menghargai tradisi dan agamanya masing-
masing.
2.4 Pandangan Islam terhadap LGBT
Dalam ajaran agama islam perilaku LGBT dipandang sebagai
perilaku seksual yang menyimpang dan merupakan dosa besar, Al Qur’an
jelas menerangkan bahwa perilaku LGBT merupakan penyimpangan seks
yang telah ada sejak zaman dahulu

Allah SWT berfirman :

“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah)


tatkala Dia berkata pada mereka:”mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh
seorangu pun (di dunia ini) sebelummu?’ sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan
kepada wanita,..”

(Q.S Al-A’raaf: 80-81)

Rasulullah SAW bersabda, ”Siapa saja yang menemukan pria pelaku


homoseks, maka bunuhlah pelaku tersebut.” (HR Abu Dawud, At
Rirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Al-Baihaki).

Ayat Al Qur’an dan Hadist diatas menjelaskan bahwa praktik homoseks


merupakan satu dosa besar dan sangat berat sanksinya di dunia. Apabila
tidak dikenakan didunia maka sanksi tersebut akan diberlakukan
diakhirat. Hukuman bagi pelaku sihaq (lesbi) menurut kesepakatan para
ulama, adalah ta’zir, yang artinya pihak pemerintah yang memiliki
wewenang untuk menentukan hukuman yang tepat, sehingga bisa
memberikan efek jera bagbi pelaku perbuatan haram tersebut.
2.5 Fenomena LBGT
Keberadaan kaum homoseksual di Indonesia masih menjadi kontroversi
di negara yang mayoritas muslim serta menjunjung nilai moral yang
tinggi. Homoseksual masih dianggap tabu dan menakutkan oleh sebagian
besar kalangan masyarakat. Namun saat ini tak sedikit masyarakat
Indonesia yang telah menerima kehadiran mereka sebagai salah satu dari
keragaman, bukan lagi suatu hal yang menyimpang. Tak kurang dari 1%
penduduk Indonesia adalah pelaku seks menyimpang (gay dan lesbian),
jumlah itu akan terus bertambah sejalan dengan perkembangan dan
eksistensi asosiasi homoseksual di Indonesia.

Homoseksual merupakan masalah global dan modern sekarang ini, gaya


hidup atau life style merupakan hal yang sangat penting dan kerap
menjadi ajang untuk menunjukkan identitas diri. Homoseksual sudah
menjadi suatu fenomena yang banyak dibicarakan di dalam masyarakat,
baik di berbagai negara maupun di Indonesia. Di Indonesia sendiri
homoseksual masih menjadi suatu fenomena seksual yang tidak lazim
dan dianggap aneh oleh sebagian masyarakat. Di negara-negara barat
fenomena LGBT sudah tidak lagi menjadi suatu fenomena yang dianggap
tabu lagi. Orientasi seksual yang lazim ada dalam masyarakat adalah
heteroseksual sedangkan homoseksual oleh masyarakat dianggap sebagai
penyimpangan orientasi seksual. Orientasi seksual disebabkan oleh
interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan, kognitif, dan biologis.
Pada sebagian besar individu, orientasi seksual terbentuk sejak masa
kecil. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada kombinasi
antara faktor biologis dan lingkungan sebagai penyebab orientasi seksual
homoseksual. Laki Laki yang homoseks disebut Gay, sedangkan
perempuan yang homoseks disebut lesbian. Homoseksualitas mengacu
pada interaksi seksual dan atau romantis antara pribadi yang berjenis
kelamin sama secara situasional atau berkelanjutan. Seorang gay
mengacu pada salah satu atau lebih dari karakteristik yaitu same-sex
feeling (memiliki ketertarikan sesama jenis), same-sexbehaviour (pernah
berhubungan seks dengan sesama jenis), dan mengidentifiikasi dirinya
sendiri sebagai gay. Ada banyak pendapat dimana teori queer ini
dibedakan dari teori pembebasan gay yang paling awal. Dengan
munculnya seksualitas di era modern seseorang ditempatkan dalam
kategori tertentu yaitu kedua pasangan tidak bertindak atas
kecenderungan baik yang aktif maupun pasif. Maka dari itu pemahaman
seksualitas tidak dapat ditinjau dari segi natural semua pemahaman
seksualitas dibangun dan dimediasi oleh pemahaman budaya. Akibatnya
kaum homoseksual gay ataupun lesbian pada saat ini menganggap diri
mereka itu normal dikarenakan mereka menganggap apa yang terjadi
pada diri mereka merupakan perkembangan sosial semata.Berdasarkan
estimasi Kemenkes RI pada tahun 2012 terdapat sekitar 1.095.970 gay
baik yang tampak maupun tidak. Lebih dari 66.180 orang atau sekitar 5%
dari jumlah gay tersebut mengidap HIV. Padahal pada tahun 2009
populasi gay hanya sekitar 800 ribu jiwa. Dalam kurun waktu tahun 2009

2.6 Masalah – masalah yang muncul akibat LGBT


LGBT bisa membahayakan kesehatan, pendidikan dan moral seseorang.
1. Dampak kesehatan
a. Kanker anal atau dubur
Para gay melakukan hubungan sek anal sehingga mereka memiliki
resiko tinggi terkena penyakit kanker anal.

b. Kanker mulut
Kebiasaan melakukan oral seks bisa menyebabkan kanker mulut.
Sebab, faktanya rokok bukanlah satu-satunya penyebab kanker mulut
terjadi. Hal ini sesuai dengan studi di New England Journal of
Medicine yang dimuat di situs Dallasvoice.

c. Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi
mikroorganisme, kanker, penyalahgunaan obat-obatan tertentu dan
mengalami peradangan tubuh. Namun, hal lain diungkapkan dalam
tulisan di DetikHealth bahwa meningitis terjadi karena penularan
hubungan seks yang dilakukan oleh LGBT.

d. HIV/AIDS
Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan
banyak orang sehingga kecenderungan terkena virus HIV/ AIDS
sangat tinggi.

2. Dampak Pendidikan
LGBT juga mempengaruhi pendidikan seseorang. Sebab faktanya,
seorang LGBT memiliki permasalahan putus sekolah 5 kali lebih
besar dibandingkan dengan siswi atau siswa normal. Adanya LGBT
ini menyebabkan terjadinya pelecehan seksual terjadi di mana-mana.
Bahkan, banyak kasus yang mana pelecehan tersebut terjadi pada
anak-anak.

3. Moralitas
LGBT menciderai kemanusiaan kita. Pelaku homo dan lesbian telah
mengingkari ALLAH yang telah menciptakan manusia
berpasangpasangan sebagai fitrahnya.
4. Sosial
perilaku gay dan lesbian tidak akan bisa menghasilkan keturunan,
kerusakan keluarga dan menghancurkan nasab. Jika perilaku tersebut
dilegalkan maka di masa yang akan datang akan terjadi kepunahan
spesies manusia.

5. Keamanan
dalam komunitas LGBT sering terjadi tindak kekerasan seksual dan
pembunuhan. Hal ini terjadi karena pelaku LGBT yang mudah
berganti pasangan, kecenderungan pemaksaan kehendak dominan
terhadap pasangan sejenis, kesenangan yang membabibuta, atau
sebaliknya kekecewaan berat yang berujung pembunuhan terhadap
pasangan sejenisnya. Dalam praktik pemenuhan hasrat seksualnya
tidak jarang mereka juga menempuh kekerasan terhadap anak-anak,
dan kaum wanita lemah lainnya yang diinginkannya.

2.7 Pencegahan dan penanganan LGBT


Karena dampak LGBT sangat mengerikan, sebaiknya ada upaya untuk
mencegah timbulnya LGBT. Caranya antara lain sebagai berikut ini:

1. Menjaga pergaulan

2. Menutup segala celah pornografi misalnya dari gadget. Orang tua


harus aktif dalam hal ini.

3. Diadakan kajian atau seminar mengenai bahaya LGBT di sekolah-


sekolah

4. Adanya undang-undang yang melarang adanya LGBT sehingga hal ini


tidak menyebar semakin parah.
5. Diadakan penyuluhan keagamaan mengenai LGBT yang menyimpang
dari aturan agama.

2.8 Upaya Pencegahan LGBT


Beberapa peristiwa tindak penyimpangan orientasi seksual dilakukan oleh
kalangan LGBT melalui praktik pornografi dan adopsi anak. Mereka
menyebarkan perilaku LGBT tersebut melalui media internet sehingga
diharapkan menjadi sesuatu yang lazim dan legal di tengah masyarakat.
Semakin banyaknya pornografi penyebaran LGBT tersebut jika tidak
dicegah akan menimbulkan efek penyebaran LGBT yang cepat. Melalui
kamuflase adopsi anak, para pelaku LGBT juga leluasa mempraktikkan
perilaku LGBT. Untuk mencegah hal tersebut, negara telah menetapkan
pencegahan penyimpangan orientasi seksual dan menjelaskannya dalam
Undang-undang No. 44 tahun 2008 tentang pornografi dan telah
memasukkan istilah “persenggamaan yang menyimpang” sebagai salah
satu unsur ponografi. Dalam penjelasan pengertian istilah ini
mencangkup antara lain “persenggamaan atau aktivitas seksual lainnya
dengan mayat, binatang, oral seks, anal seks, lesbian, dan homoseksual”

Dalam pencegahan penyimpangan LGBT melalui praktik adopsi anak,


negara juga telah mengantisipasi motif perbuatan tersebut melalui
Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang Adopsi yang secara
secara tegas menetapkan bahwa orang tua yang mengadopsi tidak boleh
pasangan homoseksual. Demikian pula adopsi oleh orang yang belum
menikah tidak diperkenankan.
2.9 Peran Keluarga dan Pendidikan seks bagi anak
Di era keterbukaan media dan teknologi informasi dewasa ini ruang untuk
terpapar berbagai konten negatif seperti pornografi, LGBT dan
penyimpangan-penyimpangan moral lainnnya akan semakin besar. Dalam
lingkup pendidikan anak, selain dampak positif kemajuan teknologi
informasi untuk belajar dan mengakses pengetahuan lebih luas dan cepat,
peluang mengakses konten negative tersebut juga besar. Oleh karena itu
diperlukan strategi tersendiri untuk mengantifipasi pengaruh negatif
teknologi informasi terutama terkait dengan penyebaran LGBT.

Sebagai manusia, karakter positif dan negatif, potensi menjadi baik dan
buruk telah ada pada setiap individu. Masing-masing sifat tersebut dapat
berkembang dan terbentuk dari pengaruh internal diri maupun
lingkungannya. Pada anak-anak dan remaja, pengaruh lingkungan sangat
besar dalam membentuk karakter dirinya. Lingkungan keluarga, sekolah,
teman bermain dan masyarakat sekitar menjadi penting untuk diperhatikan
serta dikelola agar menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi tumbuh
kembang anak dan remaja. Dalam upaya pencegahan penularan perilaku
LGBT, ketahanan keluarga, keharmonisan di tengah keluarga, pola asuh
yang tepat, dan pemberian pendidikan yang baik menjadi penting. Selain itu
pengajaran dari orang tua dan lingkungan terdekat akan bagaimana
pendidikan seks untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab diri atas nilai seks
biologis, gender dan orientasi gender menjadi penting untuk diberikan
kepada anak dan remaja.

Adapun peranan orang tua terhadap pendidikan seks yang Islami bagi anak-
anak menurut pemikiran Abdullah Nashih Ulwan terbagi dalam dua aspek,
yaitu internal (ke dalam) dan eksternal (ke luar).

Tanggung jawab pendidikan seks secara internal antara lain:


1. Mengajarkan etika meminta izin masuk rumah

2. Mengajarkan etika memandang

3. Menjauhkan anak-anak dari rangsangan seksual dengan upaya preventif,


yaitu pengawasan baik kedalam (internal) maupun keluar (eksternal).

4. Mengajarkan hukum agama pada anak usia puber dan akhil baligh

5. Menjelaskan seluk beluk seks kepada anak.

Tanggung jawab dari para orang tua secara eksternal antara lain:

1. Mencegah kerusakan akibat fenomena kejahatan di masyarakat

2. Memilihkan teman bergaul yang baik

3. Pengawasan terhadap pengaruh pergaulan yang berlainan jenis

4. Memilihkan sekolah yang baik e. Bekerjasama dengan media informasi,


LSM (Lembaga Sosial Masyarakat), dan sebagainya
BAB III
PENUTUP
3.1 Keimpulan
Dari penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak
dibenarkan apabila kaum LGBT menjadi legal di negara Indonesia mengingat
kemal Indonesiala hukum dengan masyarakat yang menghangs as sing masing
Dengan maraknya golongan LGBT yang sudah terang-terangan di Indo
membuat golongan masyarakat normal merasa tidak nyaman dengan keran
LGBT i sendiri. Jika para kaum LGBT ini masih memaksa agar perh Indonesia
melegakan tindakan LGBT dengan menggak alan Hak As Manusia, seharusnya
para kaum LGBT sadar akan tindakannya yang melanggar aturan aturan hukum
di Indonesia dan agama

3.2 Saran
Indonesia sebagai negara hukum dan negara yang mengakui eksistensi
agama, dalam menghadapi fenomena globalisasi LGBT harus bersikap tegas
untuk menolak legalisasi praktek perilaku seksual yang menyimpang
(perbuatanperbuatan yang mengindikasikan orientasi seksual pada sesama
jenis).Oleh sebab itu, negara tetap harus melindungi kaum LGBT dari segala
bentuk pelanggaran HAM yang terjadi. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa
penegakan HAM atas mereka juga memiliki batasa menghormati HAM orang
lain, norma agama, etika, dan budaya masyarakat di sekitar mereka. Di samping
itu, diperlukan langkah-langkah konkrit sebagai upaya 'penyembuhan dan
pemulihan' kaum LGBT.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/501479292/TUGAS-ASKEB-kondisi-RENTAN
https://eprints.umm.ac.id/38844/2/BAB%20I.pdf
https://osf.io/gf5zd/download/?format=pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/30443/BAB%20I.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
https://www.scribd.com/fullscreen/306384338?
secret_password=uxzsuiSegTckhDTXMGDJ
https://www.scribd.com/document/476496165/makalah-LGBT#
Siyoto, Sandu, and Dhita Kurnia Sari. "Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Homoseksual (Gay) Di Kota Kediri." Di Jurnal
Strada Volume 3, No. 1 2014
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta: CV.
Sagung Seto, 2004.
Kartono, K. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung: Mandar
Maju, 2005.
Siyoto, Sandu, and Dhita Kurnia Sari. "Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Homoseksual (Gay) Di Kota Kediri." Di Jurnal
Strada Volume 3, No. 1 2014
Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung: Mandar
Maju, 2005.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/23/o1e9ut394-
berapasebenarnya-jumlah-gay-di-seluruh-indonesia
Yuniarti, Nurrina. Pendidikan Seks yang Islami bagi Anak-anak (Kajian atas
Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan). Diss. UIN Sunan Kalijaga, 2008.
http://www.dakwatuna.com/2012/06/27/21327/pendidikan-seksual-untukanak-
kenapa-tidak/ diunduh pada tanggal 12 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai