Pengaruh Korean Wave Dan Japan Culture Di Kalangan Mahasiswa Fpips Upi
Available online at HISTORIA; Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah
Journal homepage: https://ejournal.upi.edu/index.php/historia
RESEARCH ARTICLE
To cite this article: Yulianti, I., Sumantri, Y. K., & Winarko, A. (2022). Enrichment materi pembelajaran sejarah
tentang peranan peranakan arab pada masa pergerakan kemerdekaan. HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti
Sejarah, 5(1), 1-8. DOIxxxxxxxxxxxxx
Naskah diterima : 7 Desember 2020, Naskah direvisi : 7 Juni 2021, Naskah disetujui : 30 Desember 2021
Keywords : key word one, key word two, key word three (3-5 keywords)
Kata kunci: kata kunci satu, kata kunci dua, kata kunci tiga (3-5 kata kunci)
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah – Vol. 4 No. 2, Oktober 2021 – hlm. 1-2
Moon, Crayon Shinchan, dan Pokemon. Dan di budaya yang memiliki daya jual atau bernilai
tahun 2000-an tayang Dragon Ball, Ruromi komersial. Drama yang bergenre romantis komedi
Kneshin/Samurai X, serta Naruto. Hal ini adalah yang paling banyak digandrungi kalangan
membuktikan bahwa peminat anime selalu remaja perempuan. Tahap selanjutnya,
bertambah sering berjalannya waktu, hal ini dapat pengetahuan mereka merambat hingga bahasa,
dilihat dari semakin beragamanya jenis anime aksara, cara berpakaian, makanan, hingga ke adat-
yang masuk ke Indonesia. istiadat atau kebiasaan masyarakatnya.
2. Dampak Korean Wave dan Japan Culture Ini menunjukkan bahwa adanya sikap
pada Mahasiswa fanatisme yang tertanam dalam diri generasi
Dalam penelitian ini, penyusun mengambil lima milenial khususnya yang ada di lingkungan FPIPS
belas sampel sebagai informan yang berasal dari UPI. Terdapat empat poin penting sikap fanatisme
generasi milenial yaitu mahasiswa aktif Fakultas generasi milenial dalam menggemari Korea dan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Jepang. Pertama, rasa suka dan kagum yang
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang tinggi. Hal ini tergambar dari antusiasme mereka
menyukai Korea maupun Jepang dan mengikuti terhadap masing-masing objek fanatisme.
perkembangannya. Meskipun setiap individu Mereka akan bersemangat ketika
memiliki sudut pandang yang berbeda akan membicarakan objek yang mereka gemari.
sesuatu yang dilihat dan dirasakan, namun Kedua, addiction atau rasa candu yang terlihat
sebagian besar informan memiliki kesamaan dari intensitas mereka dalam mengkonsumsi
dalam menafsirkan kedua kebudayaan tersebut.
produk budaya, dalam hal ini adalah Korea
Satu hal yang mendasar adalah mereka
menganggap bahwa mengikuti masing-masing dan Jepang. Ketiga, rasa ingin memiliki yang
kebudayaan tersebut sebagai bentuk hiburan dikala tergambar dari hasrat mereka untuk memiliki
sedih dan waktu luang. Teknologi informasi benda-benda material yang berkaitan dengan
seperti media sosial menjadi cikal bakal objek fanatisme. Diantara banyak kasus, para
ketertarikan mereka akan dua kebudayaan tersebut. hallyu cenderung memiliki setidaknya satu
Korean wave atau hallyu merupakan barang baik itu photocard, aksesoris maupun
istilah yang digunakan berkaitan dengan budaya pakaian yang mirip dengan idola mereka.
pop yang berasal dari Korea Selatan seperti musik Begitu pula para wibu ada yang memiliki
(K-Pop), drama (K-Drama), kuliner, kecantikan benda-benda yang bergambar dan berbentuk
atau skincare, bahasa, budaya hingga fashions karakter favorite mereka seperti poster dan
yang tersebar secara mendunia ke berbagai negara,
nandroid. Keempat, loyalitas. Mereka
termasuk Indonesia. Sedangkan wibu merupakan
istilah yang digunakan untuk orang-orang yang menunjukkan kesetiaan mereka terhadap objek
memiliki kecintaan akan segala hal yang berkaitan yang diidolakan atau digemari. Banyak kasus
dengan Jepang, seperti budaya, hiburan, hingga dimana terjadi perselisihan antara para hallyu
gaya hidup. Kedua nya memiliki kesamaan yaitu dan wibu. Dan masing-masing dari mereka
kecintaan akan budaya suatu negara. akan membela sesuatu yang mereka gemari
Berdasarkan survei dan wawancara, atau idolakan tersebut. Dari uraian di atas,
sebagian dari informan menjadi hallyu dan wibu nampak bahwa bagaimana para generasi milenial
dari timeline media sosial mereka, televisi, dan ada dalam penelitian ini memiliki pola yang serupa
pula yang mengetahui dari teman mereka yang dalam menggemari. Berawal dari tertarik hingga
sudah terjun ke dalamnya. Meskipun tidak bisa mereka larut didalamnya.
dipungkiri bahwa Media sosial merupakan faktor Para informan merasakan dampak positif
yang fundamental dalam maraknya hallyu dan dengan kesertaannya dalam hallyu maupun wibu.
wibu di Indonesia khususnya di lingkungan Diantaranya memberikan mereka motivasi untuk
Fakultas FPIPS UPI. Pada awalnya pengetahuan lebih bersyukur, menerima, dan cinta kepada diri
mereka akan masing-masing budaya tersebut sendiri lewat pesan-pesan yang tersurat maupun
sebatas hiburan saja seperti kpop dan drama Korea tersirat dalam lagu, film, maupun animasi; Dengan
bagi hallyu dan anime lagi wibu. mengikuti atau bergabung dengan suatu fandom
Visual, merupakan penggambaran yang dengan kesukaan yang serupa, membuat jaringan
dapat terbaca oleh indera penglihatan. Mereka pertemanan semakin luas; Dan menjadi hiburan
melihat tampang dan cover sebagai sesuatu yang secara emosional dikala lelah dan sedih.
menarik. Konsep, genre hingga grafis yang dipakai Sedangkan dampak negatif yang nampak
dan pengemasan yang dibarengi dengan kampanye adalah mengganggu kesehatan mata karena
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah – Vol. 4 No. 2, Oktober 2021 – hlm. 1-2
berdasarkan fanatisme tahap kedua, mereka besar. Mereka juga sangat bersemangat dalam
kecanduan dan akan terus mengikuti informasi mengikuti perayaan ataupun festival budayanya.
terkait apa yang mereka gemari dengan memantau Lain halnya kebaya sebagai pakaian adat suku
gadget sepanjang hari; Mereka akan begadang sunda, yang hanya digunakan oleh generasi
sepanjang malam dan berujung insomnia atau milenial dalam acara formal saja seperti
kesulitan tidur. Hal tersebut tentu saja pernikahan atau kelulusan. Belum lagi masyarakat
menghambat produktivitas akademik mereka; Pun, konservatif yang enggan menerima perubahan dan
apabila terlalu larut, akan mengganggu kehidupan ingin tetap mempertahankan keorisinilan kebaya
bersosial mereka di dunia nyata; Dengan fanatisme yang telah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun
mereka di tahap rasa ingin memiliki, mereka rela lamanya. Tidak heran jika banyak generasi
menghabiskan pengeluaran yang cukup milenial menganggapnya kuno dan enggan untuk
setidaknya untuk mengakses informasi melalui memakai kebaya, memperkenalkan atau
internet. Membeli merchandise tentu menerapkan budayanya dalam kehidupan sehari-
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena itu, hari. Gina berharap kebudayaan lokal dapat
mereka cenderung menjadi lebih konsumtif dan bercermin dari cara Jepang memperlakukan
boros. budayanya dengan dinamis dan mau
Seperti yang dikemukakan oleh Plummer menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
(1998), gaya hidup adalah cara hidup individu Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa
yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang para generasi milenial khususnya yang ada di
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang kawasan FPIPS UPI, sejatinya tetap menganggap
mereka anggap penting dalam hidupnya budaya asli Indonesia khususnya budaya lokal
(ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan daerahnya yaitu budaya Sunda sebagai suatu
tentang dunia sekitarnya. Kecintaan akan budaya identitas asli dalam dirinya yang tidak bisa hilang,
Korea maupun Jepang merambah dari hiburan tetap dikenal dan akan selalu mereka cintai.
hingga segala sektor kebudayaannya dan merubah Namun, sebagai manusia yang dinamis, dan dalam
gaya hidup generasi milenial. Dari mulai bahasa, tahap perkembangannya, generasi milenial ini
gaya berpakaian, makanan turut mempengaruhi tidak ingin ketinggalan mengikuti perkembangan
selera mereka. Belum lagi Korea dianggap sebagai industri hiburan Korea maupun Jepang. Ini
trend center dan fashion icon. Restoran khusus merupakan simbol bahwa mereka hidup sejalan
kuliner Jepang seperti ramen, sushi, dan dengan modernisasi yang tengah terjadi di era 4.0
sebagainya telah marak di kota-kota. Para ini.
informan hallyu mengaku menyukai masakan SIMPULAN & SARAN
Korea karena cita rasanya yang pedas. Berdasarkan pemaparan diatas, penyusun
Meskipun para informan menyukai budaya dapat menyimpulkan popularitas dari budaya
Korea maupun Jepang, dan tidak bisa dipungkiri Korea dan Jepang memberikan citra terhadap
bahwa sebagian masih awam atau tidak terlalu konstruksi Asianisasi di seluruh dunia. Masuknya
mengenal budaya daerahnya sendiri, namun budaya korea dan jepang di indonesia bagaikan
mereka mengaku masih mengetahui dan memiliki mata pisau, Sisi positifnya adalah memperluas
kecintaan terhadap budaya lokal daerah setempat. pertemanan, lebih mencintai diri sendiri,
Bahkan, salah satu informan kami yang seorang meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap
wibu, ia mengaku bahwa memiliki sanggar seni musik, kreativitas, untuk mempelajari budaya,
budaya di rumahnya dan selalu turut andil dalam bahasa dan trend dari sana. Sisi negatifnya adalah
pagelaran seni apapun yang ada di daerahnya dan terjadi pergeseran budaya dan akhlak yang
berkata bahwa ia menjalani keduanya secara signifikan, apatis terhadap kebudayaan bangsa
seimbang. sendiri, hedonisme, dan tidak jarang mengubah
Saat penyusun mengajukan pertanyaan perihal pola pikir yang menyebabkan mengikisnya
mana yang lebih informan pilih antara kebudayaan kecintaan dan minat akan budaya asli Indonesia
Lokal daerah mereka masing-masing dengan khususnya budaya setempat yang dianggap kuno
kebudayaan Korea maupun Jepang, mereka dan ketinggalan Zaman.
menjawab serupa yaitu tetap memilih kebudayaan Saran penulis untuk permasalahan ini adalah
lokal. Salah satu informan kami, yaitu Gina Kebudayaan lokal harus dapat dimodifikasi dan
berkata bahwa dirinya menyukai cara masyarakat dikembangkan sejalan dengan perkembangan
Jepang mengimplementasikan budayanya. Para zaman agar kebudayaan lokal dapat dinikmati
anak muda tidak malu untuk memakai pakaian generasi muda sehingga mampu bersaing dengan
tradisional Kimono meskipun tidak di hari-hari kebudayaan negara-negara lain seperti Korea dan
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah – Vol. 4 No. 2, Oktober 2021 – hlm. 1-2
Jepang yang masuk karena arus globalisasi.
Generasi muda juga diharapkan mau mengeksplor
kebudayaan daerah masing-masing untuk
mengimbangi pemahaman mereka mengenai
kebudayaan baik lokal maupun mancanegara.
Fron a database
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah – Vol. 4 No. 2, Oktober 2021 – hlm. 1-2
Hollander, M. M. (2017). Resistance to authority: Green, D. B. & DeSilva, A. (2015, June 10-
Methodological innovations and new lessons from 12). The toxicity levels of household
the Milgram experiment (Publication No. chemicals [Paper presentation]. National
10289373) [Doctoral dissertation, University of Symposium on Air Pollution, University of
Wisconsin–Madison]. ProQuest Dissertations and Southern California, CA, United States.
Theses Global.
Newspaper article
Web/online
Bagnall, D. (1998, January 27-28). Private
Hutcheson, V. H. (2012). Dealing with dual schools: Why they are out in front. The Bulletin,
differences: Social coping strategies of gifted and pp. 12-15.
lesbian, gay, bisexual, transgender, and queer
adolescents [Master’s thesis, The College of Government publication
William & Mary]. William & Mary Digital
Archive. https://digitalarchive.wm.edu/bitstream/h The Health Targets and Implementation (Health
andle/10288/16594/HutchesonVirginia2012.pdf for All) Committee. (1988). Health for all
Australians. Government Publishing Service.
Webpage with an author
Company and Industry Reports
Welch, N. (2000, February 21). Toward an
understanding of the determinants of rural Magner, L. (2016). IBISWorld Industry Report
health. Rural Health. OD5381. Coffee Shops in Australia. Retrieved
http://www.ruralhealth.org.au/welch.htm from IBISWorld database.
Paper presentation:
HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah – Vol. 4 No. 2, Oktober 2021 – hlm. 1-2