Anda di halaman 1dari 22

PIJAR: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

Vol. 1, No. 2, April 2023, pp. 98-119


ISSN: 2963-4075 
98

Keberhasilan Diplomasi Publik Jepang Melalui Budaya Populer:


Tantangan Terhadap Identitas Nasional Generasi Muda Indonesia
Arief Firdaus
Institut Pendidikan dan Bahasa Invada Cirebon
firdausarief17@gmail.com

Article Info ABSTRAK


Article history: Salah satu trend budaya masyarakat global saat ini adalah budaya
popular Jepang. Hal ini dinilai sebagai salah satu keberhasilan Jepang
Received April 11, 2023
melakukan diplomasi publik nya. Jepang berhasil membuat citra
Revised April 21, 2023
positif dan memperkenalkan budaya populernya kepada masyarakat
Accepted April 27, 2023
global, termasuk masyarakat Indonesia. Keberhasilan Jepang ini tidak
terlepas dari dukungan optimal pemerintah dengan strategi Cool
Keywords: Japannya. Anime dan Manga budaya popular Jepang yang sangat
diminati masyarakat Indonesia khususnya kalangan generasi muda
Diplomasi Publik
disamping produk budaya popular Jepang lainnya. Trend budaya
Diplomasi Kebudayaan
popular Jepang baik di Indonesia maupun diberbagai negara lainnya
Diplomasi Publik Jepang
didorong pula oleh kemajuan di bidang teknologi informasi yang
Budaya Populer Jepang
semakin mempercepat terjadi globalisasi diberbagai bidang termasuk
Profil Pelajar Pancasila
pada ranah budaya. Tingginya minat anak muda Indonesia menyukai
budaya popular Jepang ini tentu dapat menimbulkan dampak positif
maupun negative. Dampak negative yang berpotensi timbul adalah
berpalingnya anak muda Indonesia dari kecintaan terhadap produk
budaya bangsanya sendiri serta lunturnya melemahnya identitas
nasional kaum muda Indonesia. Dalam menghadapi tantangan
tersebut kiranya kaum muda Indonesia, khususnya pelajar Indonnesia
perlu mengimplementasikan serta menguatkan konsep pelajar
Pancasila. Dalam tulisan ini, konsep Profil Pelajar Pancasila
merupakan fondasi bagi pelajar Indonesia dalam
menumbuhkembangkan kecintaaan terhadap identitas nasional serta
panduan dalam merespon budaya asing yang mereka terima.
This is an open access article under the CC BY-SA license.

1. PENDAHULUAN

Jepang saat ini dinila ioleh banyak kalangan sebagai salah satu negara yang berhasil
dalam menjalankan diplomasi publiknya. Hal ini dapat terlihat dari budaya Pop Jepang yang
menjadi trend masyarakat global. Budaya popular Jepang telah menarik perhatian dan

Journal homepage: http://pijar.saepublisher.com


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  99

memiliki pengaruh pada masyarakat di berbagai belahan dunia dan termasuk masyarakat
Indonesia. Keberhasilan ini tentu disamping hasil kerja keras Jepang dalam mempopulerkan
budaya pop nya, juga sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan informasi di era
globalisasi saat ini. Globalisasi telah mendorong relasi dan saling mempengaruhi antar
komunitas yang lokasinya berjauhan semakin meningkat. Seolah jarak geografis menjadi
tidak relevan dan batas-batas teritorial menjadi kurang signifikan. Hal ini ditandai oleh
peristiwa Interkoneksi, intensifikasi, interdependesi, integrase masyarakat global secara
massif, utamanya didorong oleh factor kemajuan dibidang teknologi informasi dan
transportasi. Hal ini pulalah yang menyebabkan apa yang terjadi di belahan dunia yang satu
dengan cepat diketahui oleh masyarakat dibelahan dunia lainnya. Apa yang menjadi trend di
belahan dunia yang satu maka dapat pula menjadi trend di berbagai belahan lainnya.
Secara perlahan pengaruh budaya popular Jepang terus berkembang secara global
mulai dari fashion, film animasi, hingga musik populer. Budaya popular Jepang telah
menjadi trend budaya global. Keberhasilan budaya popular Jepang digemari di berbagai
masyarakat belahan dunia , tidak terlepas dari peran pemerintah Jepang dalam memberikan
dukungan terhadap tumbuh dan berkembang budaya popular masyarakatnya bahkan
menjadikan budaya popularnya menjadi alat dalam melakukan diplomasi publik dalam
berelasi dengan masyarakat internasional. Beragam produk budaya populer Jepang seperti
Manga, Anime, kemudian J-Fashion, serta J- Pop telah menjadi perhatian Ministry of
Foreign Affairs Japan (Kementerian Luar Negeri Jepang). Perubahan struktur di dalam
Kementerian Luar Negeri Jepang yang tampak dengan didirikannya Public Diplomacy
Department (PDD) di dalam Sekretariat Kementerian Luar Negeri Jepang pada bulan
Agustus tahun 2004 (Japan Diplomatic Bluebook, 2005:207 dalam Nakamura, 2013: 4),
dinilai sebagai awal berperannya pemerintah Jepang mempromosikan budaya populernya
kepada masyarakat dunia. Berdirinya lembaga ini, menunjukan arah baru kebijakan luar
negeri Jepang dari yang semula memfokuskan pada budaya tradisionalnya, kini
mengembangkan pula budaya popular sebagai instrument diplomasi publiknya. Dengan
adanya dukungan dari lembaga ini, Jepang sangat aktif untuk mengkampanyekan pada dunia
akan pemahaman positif pihak luar terhadap Jepang melalui budaya popular.
Jepang telah menjadikan budaya popular nya sebagai Soft Power untuk mencapai
tujuan, dimana kekuatan ini lebih menggunakan daya tarik ketimbang paksaan dan
pembayaran. Seperti kita ketahui, konsep Soft Power diperkenalkan oleh Joseph S Nye Jr
(2004), “Soft power is the ability to get what you want through attraction rather than coercion
100  ISSN: 2963-4075

or payments. It arises from the attractiveness of a country’s culture, political ideals, and
policies. Berkaitan dengan Soft Power yang dimiliki Jepang, Nye (2004) menambahkan,
“Japan has more potential soft power resources than any other Asian countries . . . Japan’s
popular culture was still producing potential soft power resources even after its economy
slowed down”.
Budaya popular Jepang yang mendapatkan respon baik di Indonesia diantaranya
industri anime dan manga. Doraemon dan Dragon Ball adalah tokoh anime yang sangat
dikenal di negeri ini. Keduanya sangat familiar bagi masyarakat Indonesia sejak tayang
perdananya pada awal tahun 1990 an dilayar salah satu televisi swasta. Demikian hal nya
dengan budaya popular Jepang lainnya seperti J-Pop dan Drama pun mendapatkan perhatian
yang cukup baik. Di era tahun 1980 an dianggap sebagai awal J-Pop dan Drama Televisi
Jepang mendapatkan tempat di masyarakat negeri ini. Pada era itu Ko Ko No Tomo yang
dinyanyikan oleh Mayumi Itsuwa, merupakan lagu yang sangat popular di jagat pecinta
music Indonesia, dan Serial Drama Oshin adalah tontonan yang sangat banyak peminat nya
bagi pemirsa televise kita. Saat ini budaya popular Jepang telah mengalami perkembangan
pada sektor lainnya di Indonesia, seperti industry makanan dan fashion. Perkembangan ini
tentu tidak terlepas dari peran program diplomasi budaya Jepang yang dikenal dengan
sebuatan Cool Japan.
Cool Japan sendiri diadopsi oleh pemerintahan Jepang sebagai sebuah gerakan
Jepang dalam upaya menjadi negara cultural superpower kemudian menjadi sebuah
kebijakan dibawah Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) (Praditya and Arisanto
2021). Konsep tersebut dijalankan pada Januari 2003 sebagai salah satu proyek visit Japan
Campaign, proyek tersebut juga terdapat pada sebuah pidato Perdana Menteri Koizumi
Junichiro, untuk mengungumkan haluan kebijakan negara dengan ditangani oleh
Kementrian Pertahanan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (A. Wicaksono 2016).
Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut melibatkan Kementrian, 5 institusi publik, dan 45
pihak swasta, tersebut dikarenakan banyak komoditas yang terlibat dalam kebijakan Cool
Japan seperti anime, manga, video game, film, musik, fashion, makanan, minuman,
pariwisata maupun yang lainnya. Sehingga dalam kebijakan ini Kementerian Ekonomi,
Perdagangan, dan Industri memiliki peran sebagai penghubung bagi pelaku bisnis dan
menyebarkan konten kultur populer Jepang ke dunia (Widyatomo 2017).
Keberhasilan budaya popular sebagai instrument diplomasi publik Jepang di
Indonesia dapat terlihat pula dari familiar masyarakat Indonesia terhadap produk budaya

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  101

popular Jepang serta banyaknya komunitas-komunitas penggemar budaya pop Jepang di


berbagai kota di Indonesia. Mayoritas penggemar budaya pop Jepang ini adalah kaum muda
berstatus pelajar, mulai dari pelajar Sekolah Dasar sampai dengan Mahasiswa. Anime dan
manga merupakan budaya popular Jepang yang sangat banyak diminati. Gelaran Cosplay
dan Manga sering sekali diselenggarakan. Dua produk budaya popular Jepang ini telah
mempengaruhi berbagai sektor kehidupan masyarakat kita khususnya gaya penampilan anak
muda.
Hal inilah yang mendorong penulis untuk melihat keberhasilan diplomasi publik
Jepang melalui budaya pop di Indonesia sebagai tantangan bagi identitas nasional generasi
muda kita khususnya pelajar Indonesia. Hal ini didasarkan pada asumsi “dilema
keberhasilan”, dimana satu pihak berhasil mencapai tujuannya sementara pihak lainnya
merupakan pihak yang terancam atas keberhasilan tersebut. Identitas nasional di era
globalisasi ini mendapat tantangan yang kuat, utamanya dari pengaruh yang memiliki
kekuatan dan kekuasaan pada tingkat global. Seperti dipahami bersama, identitas nasional
adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lainnya. Identitas nasional pelajar Indonesia mengacu kepada konsep
Profil Pelajar Pancasila. Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai apa yang
dimaksud dengan diplomasi publik dan diplomasi kebudayaan, apa yang dimaksud budaya
popular dan apa bentuk budaya popular Jepang yang menjadi trend di Indonesia, bagaimana
Jepang menjadikan budaya populernya sebagai instrument diplomasi publik, bagaimana
apresiasi generasi muda Indonesia terhadap budaya popular Jepang serta apakah trend ini
dapat mempengaruhi identitas nasional pelajar Indonesia dalam hal ini Profil Pelajar
Pancasila.

2. METODOLOGI

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan


pendekatan studi kasus, penelitian ini ingin mengetahui budaya popular sebagai instrument
diplomasi publik yang dilakukan oleh Jepang di Indonesia dan apakah pengaruhnya bagi
identitas nasional kaum muda Indonesia. Melalui metode tersebut, penulis menggunakan
data sekunder yang diperoleh melalui berbagai literature seperti buku, majalah, koran,
website.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk
menggambarkan mengenai penggunaan budaya populer dalam diplomasi publik Jepang di
102  ISSN: 2963-4075

Indonesia dan apakah hal ini merupakan sebuah tantangan bagi identitas generasi muda
bangsa Indonesia . Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian
atau mengumpulkan referensi dan literatur terkait dengan penelitian ini. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah telaah pustaka yaitu dengan cara pengumpulan
data dengan menelaah sejumlah literatur seperti laporan penelitian (tesis,skripsi dan jurnal),
buku dan data-data pendukung lainnya di berbagai website yang berhubungan dengan
penelitian ini.

2. HASIL PEMBAHASAN

2.1 Aktor-aktor Dalam Penguatan Diplomasi Publik Jepang


Tommy Dian Effendi (2011) menjelaskan beberapa aktor yang berperan dalam upaya
menguatkan diplomasi publik Jepang, diantaranya : Kementrian Luar Negeri (Ministry of
Foreign Affairs/MOFA). MOFA adalah institusi utama dalam menjembatani hubungan
Jepang dengan negara lain. Merupakan tugas MOFA untuk menjelaskan mengenai
kebijakan luar negeri Jepang kepada masyarakat internasional maupun masyarakat domestic
Jepang itu sendiri. Institusi ini membentuk Depatemen Kebijakan Publik pada tahun 2004
yang memiliki dua divisi utama, yaitu Divisi Perencanaan Diplomacy Publik yang berperan
sebagai koordinator, kemudian Divisi Hubungan Budaya sebagai koordinator antara Divisi
Kerja Sama Budaya multilateral dan Divisi Program Pertukaran.
Implementasi diplomasi budaya Jepang yang secara resmi didukung oleh
Kementerian Luar Negeri memang baru dilakukan sejak keluarkannya program Cool Japan
di tahun 2010. Adapun tujuan dibentuk nya Departemen diplomasi publik yaitu untuk
mempromosikan pemahaman tentang Jepang diluar negeri dan meningkatkan image positif
serta perasaan kebersamaan terhadap Jepang. Beberapa bentuk kegiatan yang digelar oleh
lembaga ini seperti pidato, kuliah umum, seminar dan lain-lain oleh staf diplomatik Jepang
di negara-negara dimana terdapat perwakilan resmi pemerintahan Jepang, publikasi
informasi seputar Jepang di media local negara setempat dengan menggunakan Bahasa local,
mengundang pemimpin, tokoh atau masyarakat ke Jepang. Upaya ini dilakukan selain untuk
tujuan ekonomi seperti sektor pariwisata, digunakan pula untuk memperkenalkan sekaligus
membangun saling kesepahaman antar negara.

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  103

Penggunaan teknologi merupakan salah satu jalan yang dilakukan oleh MOFA untuk
memperkuat fungsi diplomasinya. Dalam implementasinya, disamping membangun Web
site MOFA, juga membangun web site pendukung seperti Web Jepang. Dalam web site ini
disediakan beragam informasi seputar Jepang bagi siapa saja yang ingin mengetahui
berbagai hal berkaitan dengan Jepang, utamanya bagi pecinta Jepang yang biasa disebut
sebagai Japanophiles. Alamat web tersebut adalah http://web-japan.org , dimana didalamnya
terdapat beberapa informasi pendukung seperti tren di Jepang (http://web-
japan.org/trend/index.htnl); ada pula web untuk anak-anak tentang Jepang (http://web-
japan.org/kidsweb/index,html); kemudian video mengenai Jepang (http://web-
japan.org/jvt/index.html) ; serta data statistic Jepang (http://web-japan.org/index.html).
Dalam upaya menarik pengunjung, web ini secara rutin selalu diperbaharui data-datanya
serta menyediakan informasi yang menarik tentang Jepang dalam bahasa yang lugas bahkan
menjajikan pengunjung akan mendapatkan hadiah dengan mengisi survei yang disediakan
pengelola. Tentu hal ini merupakan sebuah pendekatan yang sangat menarik dilihat dari segi
promosi.
Departemen diplomasi publik pun memiliki beberapa program yang berkaitan
dengan public relations di dalam dan luar negeri seperti program sukarelawan budaya
(culture voluntees program). Program ini dibentuk sebagai respon terhadap meningkatnya
ketertarikan masyarakat luar negeri akan budaya tradisional dan pop Jepang yang telah
tersebar dan dikenal diseluruh belahan dunia serta secara khusus di beberapa tertentu. Pada
program ini, MOFA mengatur hubungan antar individu (person to person relations) antara
sukarelawan Jepang dan masyarakat dari negara lain. Berkaitan dengan berbagai informasi
tentang teknologi tinggi, desain,garmen, fashion, kerajinan tradisional, seni tradisional,
music dan film, anime dan manga, Jepang memiliki Pusat Kreatifitas yang disebut Japan
Creative Centre (JCC). Meski lokasi JCC berada di Singapura tetapi institusi ini dibangun
bukan hanya untuk masyarakat negara tersebut namun juga untuk masyarakat di kawasan
Asia Tenggara secara umum.
Program diplomasi publik MOFA lainnya adalah pertukaran budaya. Pada program
ini, kementrian memfasilitasi masyarakat luar Jepang memperkenalkan budayanya ke
Jepang dan tentu sebaliknya dimana masyarakat Jepang dapat memperkenalkan budayanya
kepada masyarakat luar. MOFA memfasilitasi hal tersebut dengan mengundang komunitas
budaya dari dalam maupun luar negeri. Pada program ini, Jepang tidak hanya
mempromosikan budaya tradisional nya saja tetapi juga budaya popular nya. Melihat
104  ISSN: 2963-4075

peningkatan popularitas manga secara global, pemerintah Jepang pun mendorong


pengembangan pada sektor tersebut dengan didirikannya School of Cartoon and Comic Art,
yaitu sebuah sekolah khusus yang memfokuskan pada bidang seni membuat manga.
Menyadari akan popularitas Manga dan Anime yang memiliki jutaan penggemar di seluruh
dunia, pada tahun 2007, MOFA melaksanakan “The Internasional MANGA Awards” yang
pesertanya bukan saja berasal dari Jepang tetapi juga dari berbagai negara. Kegiatan ini
kemudian menjadi kegiatan tahunan. Dalam upaya meningkatkan ketertarikan kepada
Anime, MOFA pun membentuk “The Anime Ambassador”, dimana pada tahun 2008 untuk
menjalankan tugas ini terpilih Doraemon. Sementara itu, untuk bidang fashion, pada tahun
2009 MOFA membentuk “Japan Pop Culture Ambassador” sebagai perakilan dari fashion
pop Jepang.
Ketertarikan terhadap budaya Jepang, ternyata telah ikut mendorong para pelajar dari
berbagai negara untuk mempelajari Bahasa Jepang. Hal ini tentu disamping untuk tujuan
pendidikan. MOFA merespon hal ini dengan Japan Foundation dan merancang JF Nihonggo
Network atau Sakura Network sebagai sebuah jaringan yang menghubungkan 100 lokasi di
berbagai belahan dunia untuk menghubungkan para peminat studi Jepang. Program ini
merupakan cara untuk membangun pemahaman tentang Jepang dimana semakin banyak
Bahasa Jepang dipelajari di negara lain, maka tentu akan mempermudah pemahaman mereka
tentang Jepang.

Japan Foundation merupakan institusi yang memfokuskan diri pada aktivitas


kebudayaan. Lembaga ini berdiri pada tahun 1972 di bawah MOFA. Fokus utama Japan
Foundation pada program yang berkaitan dengan pertukaran budaya internasional.
Kemudian lembaga ini menjadi lembaga yang independen, tidak lagi berada dibawah MOFA
sejak tahun 2003. Japan Foundation didirikan dengan tujuan utama untuk berkontribusi pada
pembangunan lingkungan internasional yang lebih baik dan untuk mengatur dan
membangun hubungan harmonis Jepang dan negara lain melalui pembangunan pemahaman
yang medalam dari negara lain tentang Jepang, promosi kesepahaman yang lebih baik satu
sama lain, membangun persahabatan dan itikad baik antar manusia di dunia, serta
berkontribusi untuk dunia melalui budaya dan bidang lainnya dengan implementasi yang
komprehensif dan efisien melaluipertukaran budaya internasional (international culture
exchange) (Tommy Dian Effendi : 2011).

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  105

Tiga kegiatan utama Japan Foundation antara lain : Pertukaran seni dan budaya;
Pendidikan Bahasa Jepang di luar negeri; Pertukaran intelektual dan studi Jepang di luar
negeri. Dalam bidang pertukaran seni dan budaya, lembaga ini memberikan dukungan pada
berbagai proyek pertukaran anatara Jepang dan negara dalam tiga bidang, yaitu pertunjukan
seni, seni audio-visual, dan publikasi. Adapun tujuan program ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman tentang Jepang di luar negeri melalui budaya serta pertukaran
pemuda dan pelajar. Aktor lainnya yang terlibat dalam melaksanakan diplomasi publik
Jepang di luar negaranya, Japan International Cooperation Agency (JICA) yang memiliki
peran cukup penting dalam aktivitas ini karena mengatur banyak proyek di seluruh dunia
dengan melibatkan banyak sukarelawan. Foreign Press Center of Japan (FPCJ) yang
berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan informasi bagi pekerja media asing selama
peliputannya di Jepang. Japan Institue of International Affairs (JIIA) dan Japan Center for
International Exchange (JCE) yang memiliki kegiatan seperti memberikan atau mengundang
peneliti dari negara lain sebagai visiting reseach fellow atau mengadakan berbagai forum,
seminar dan koferensi internasional yang diikuti oleh berbagai negara.

2.2 Budaya Pop Sebagai Instrumen Diplomasi Publik Jepang di Indonesia


Diplomasi budaya yang dilakukan oleh Jepang di Indonesia diantaranya yaitu
melalui budaya popular anime dan manga. Anime marakya ditampilkan pada siaran televisi
nasional kita. Ketertarikan beberapa stasiun televise nasional menayakan anime Jepang ini
disamping sebagai respon terhadap peminat masyarakat yang tinggi terhadap anime, juga
sebagai bukti bahwa diplomasi budaya jepang relative berhasil. Sementara itu, Manga adalah
komik dalam bahasa Jepang dimana istilah pertama kalinya digunakan pada tahun 1989
dalam menggambarkan buku Shiji Ada Yukikai (Wood 2017). Manga dan anime sangat
popular di Indonesia , sementara itu produk budaya popular lainnya seperti J-Pop dan drama
Jepang relative tidak sepopuler manga dan anime.
Diplomasi budaya yang dilakukan Jepang di Indonesia dikatakan berhasil mengacu
pada asumsi bahwa, kesuksesan diplomasi budaya suatu negara terhadap negara lain
dipengaruhi oleh persepsi negara penerima terhadap negara pelaku Han (2015). Kesuksesan
ini dipengaruhi pula oleh bagaimana persepsi masyarakat Indonesia melihat citra Jepang
sebagai negara mitra. Seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Jepang
dalam Annisa Nur Islamiyah dkk (Jurnal Hubungan Internasional , Tahun XIII, No. 2, Juli -
Desember 2020), Kementrian Jepang telah mengadakan opinion poll di enam negara
106  ISSN: 2963-4075

(Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Thailand) di kawasan Asia


Tenggara mengenai opini masyarakat enam negara tersebut terhadap Jepang. Pada grafik di
bawah ini, terlihat tingkat reliabilitas Jepang menurut masyarakat Indonesia secara berkala
pada tahun 2008 (sebelum diluncurkannya program Cool Japan), tahun 2014 (setelah
diluncurkannya program Cool Japan), dan tahun 2019.
Pada Grafik 1 dibawah ini, terlihat bagaiman reliabilitas dan pentingnya kerja sama
antara Jepang dan Indonesia dalam opini masyarakat Indonesia. Pada Grafik ini
menunjukkanterdapat kenaikan dari tahun 2008 ke tahun 2013 setelah diluncurkannya
program Cool Japan, namun kemudian adanya penurunan yang signifikan pada tahun 2019.
Pada Grafik 2 menunjukkan ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan
Jepang, yang mengalami peningkatan tajam sejak tahun 2013 setelah program Cool Japan
diluncurkan. Hal ini menjadi indikator bagi kesuksesan diplomasi budaya Jepang di
Indonesia. Kemudian Grafik 3 menunjukkan tren budaya populer Jepang di Indonesia
samapai dengan tahun 2019.

Grafik 1. Opinion Poll terhadap Jepang di Indonesia

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  107

Grafik 2. Opinion Polls tentang Ketertarikan Masyarakat Indonesia terhadap Budaya


Jepang

Grafik 3. Tren Budaya Populer Jepang di Indonesia Tahun 2013-2019 Sumber: Ministry of Foreign
Affairs of Japan

2.3 Anime Sebagai Diplomasi Publik Jepang di Indonesia


Perkembangan budaya popular Jepang telah menjadikan masyarakat di beberapa
Negara mengikuti style pop culture Jepang tersebut, termasuk masyarakat Indonesia. Budaya
popular Jepang yang masuk ke Indonesia diantaranya anime, manga, Cosplay, game, film,
J-pop dan lain sebagainya. Anime merupakan pop culture Jepang yang sangat popular di
Indonesia, kehadirannya semakin memperkenalkan Jepang kepada masyarakat. Anime
adalah film animasi Jepang yang memiliki kekhasan dan berbeda dari film animasi lainnya.
Berasal dari kata animeeshon, tayangan anime di Indonesia yang dikenal diantaramya;
Doraemon Naruto, Dragon Ball, Detective Conan, Samurai-X, Hamtaro, Pokemon, Captain
Tsubasa, dan lain sebagainya.
Anime mulai masuk di Indonesia sekitar dekade 1970-an. Anime pertama yang
disiarkan di stasiun televisi nasional TVRI berjudul Wanpaku Omukashi KumKum, namun
anime baru mendapat perhatian yang masif pada akhir dekade 90-an ketika Doraemon, Saint
Seiya, Samurai X, dan Digimon mulai disiarkan secara berkelanjutan di stasiun televisi
swasta (Annisa Nur Islamiyah dk dalam Jurnal Hubungan Internasional, Tahun XIII, No. 2,
Juli - Desember 2020).
Gilang Auliya Prasetyo Widodo (2018), Anime mampu menarik perhatian banyak
masyarakat Indonesia dari kalangan anak-anak bahkan orang dewasa, sebagai salah satu pop
culture, anime memiliki faktor-faktor yang belatarbelakanginya menjadi popular antara lain
: Pengaruh media massa, Mudahnya mendapatkan konten anime melalui website, Pengaruh
Teman, Merupakan Hiburan yang Murah, Banyak Pilihan Genre dalam Anime, Karakter
108  ISSN: 2963-4075

dalam Anime, Fashion dalam Anime, Alur Cerita yang Menarik dalam Anime (Anime
sebagai budaya populer dan dampaknya : 2018).
MacWilliams (2011: 5) meenyatakan bahwa terdapat dua urgensi penelitian tentang
anime. Pertama, anime merupakan bagian kunci dalam budaya visual populer di Jepang. Di
tengah besarnya peran media massa dalam masyarakat Jepang, anime dan juga manga
(komik Jepang) menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Jepang
yang sangat visual. Kedua, anime berperan penting dalam pembentukan mediascape global,
baik cetak maupun elektronik. Anime saat ini bukan hanya sebatas sebagai budaya popular
Jepang yang merupakan karya seni dan hiburan semata, tetapi telah menjadi fenomena
global.
Pembahasan anime sebagai fenomena global, tentu tidak lepas dari konsep Gross
National Cool (GNC) nya McGray (2002) serta konsep soft power-nya Joseph S. Nye
(2004). McGray (2002) berpendapat bahwa Jepang tidak lagi relevan disebut sebagai negara
super-power dalam konteks Gross National Product (GNP), seperti Jepang era tahun 1980-
an. Jepang dinilainya lebih cocok disebut sebagai negara cultural- super-power dalam
konteks Gross National Cool (GNC). Jepang juga dalam istilah nya Joseph S. Nye (2004),
bisa disebut sebagai negara super- power dalam konteks soft-power karena ia dinilai
memiliki kemampuan untuk me-attract orang dari negara lain melalui budaya, nilai-nilai,
maupun kemampuan diplomasinya, termasuk diplomasi anime. Jepang menciptakan strategi
Cool Japan sebagai bentuk diplomasi publik untuk mempermudah menjalin kerja sama
dengan negara lain (Golan, Yang and Kinsey 2015). Anime merupakan salah satu bentuk
keberhasilan dari stategi Cool Japan ini. Di Indonesia sendiri menyumbang 2 kota besar
sebagai penggemar anime versi Google, dua kota penyumbang tersebut yakni kota Surabaya
dan Jakarta (Yamane 2020).
Dalam implementasi stategi Cool Japan di Indonesia, salah satu kegiatannya adalah
diadakannya festival- festival budaya Jepang di Indonesia seperti Comic Frontier,
Ennichisai, Anime Festival Asia Indonesia (AFAID), Bunkasai, serta Jak-Japan Matsuri.
Akan tetapi dalam implementasi strategi Cool Japan ini, tidak hanya memiliki satu fokus
saja, Jepang menempuh banyak cara untuk mempromosikan strategi Cool Japan sebagai
memperkenalkan budaya mereka. Cool Japan sangat erat dengan konsep yang dikatakan oleh
Perdana Menteri Nakasone, yang mana Jepang harus bersatu untuk mengenalkan
kebudayaan Jepang dan bagaimana gaya hidup masyarakat Jepang, sehingga dapat

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  109

mengubah pandangan negatif yang mengatakan bahwa negara Jepang merupakan negara
yang kejam dan identik dengan kejahatan-kejahatan perang (S. A. Mustaqim 2018).
Penyebaran budaya popular Jepang dengan menggunakan strategi Cool Japan di
Indonesia lainnya juga meliputi sektor Manga. Manga adalah komik khas Jepang yang mulai
popular sejak 1970-an. Komik khas Jepang ini mendapat debut sejak 2000-an dengan
popularitas berskala global. Tampilan manga yang bersifat tanpa gender (genderless)
membuat komik khas Jepang ini lebih populer ketimbang komik terbitan Amerika. Kobo-
chan adalah salah satu komik Jepang yang paling populer. Beberapa anime terkenal seperti
Naruto dan Dragon Ball berawal dari debut manga, yang kemudian diproduksi dan
ditayangkan di layar kaca. Persebaran awal manga di Indonesia pun tidak luput dari
mispersepsi pemerintah Indonesia. Pada tahun 1995, manga dirazia dan dibakar karena
dilihat sebagai produk yang mengandung pornografi dan kekerasan (Kartikasari 2018).
Dalam perkembangannya, Pada juni 2008 dari daftar komik yang dicetak M&C yaitu
sebuah komik dan majalah dari gramedia majalah, terdapat 475 judul komik Jepang (manga)
atau sekitar 86,4% dari total komik yang diproduksi oleh perusahaan percetakan tersebut.
Sementara komik Indonesia hanya 3 judul (0.5%), komik amerika 23 judul (4,2%), komik
mandarin 14 judul (2,5%) dan komik korea 35 judul (6,4%) (Astiningrum and Prawitasari
2015). Kemajuan teknologi informasi, tentu semakin memudahkan para penggemar Manga
di tanah air untuk dapat mengakses produk-produk asli Manga dari Jepang ini. Minat yang
cukup besar dalam membaca manga terhadap masyarakat Indonesia dapat dilihat dari
remaja-ramaja SMA di kota Surabaya, minat mereka terhadap manga tidak dapat diragukan
lagi, tidak memandang laki-laki atau perempuan manga menjadi salah satu ketertarikan
tersendiri. Para remaja tersebut membentuk komunitas penggemar manga untuk saling
bertukar ide dan pikiran terkait manga yang telah mereka baca, salah satu komunitas manga
yang ada di kota Surabaya yaitu Jawa Book Club, Smala Nihon Kyoukai, SAKURA,
COSURA, ataupun yang lainnya dan tidak jarang mereka bertukar koleksi yang mereka
miliki dengan manga yang belum pernah mereka baca sebelumnya (Saniyah 2019).
Produk budaya popular Jepang berikutnya yang diminati masyarakat tanah air adalah
Cosplay. Cosplay merupakan salah satu soft power dari Jepang yang mana cosplay menjadi
salah satu subkultur yang paling terlihat dari kepopuleran manga dan anime di Indonesia
yaitu Cosplay, patut dipahami cosplay sendiri yakni menirukan kostum atau memeragakan
sebuah karakter yang ada di manga, anime, ataupun video game lainnya (Rastati 2015).
Cosplay merupakan semacam kegiatan para penggemar anime dan atau manga yang
110  ISSN: 2963-4075

dilakukan oleh individu atau kelompok dengan membuat dan mengenakan kostum dan
berdandan meniru karakter tertentu dari anime dan atau manga (atau game komputer,
literatur, idol group , film populer, atau ikon) dengan tujuan untuk menampilkannya di depan
publik dan melakukan pemotretan (Ahn, 2008: 55 dalam Aisyah, 2012: 10).
Cosplay sendiri dikenal pertama kali oleh Nubuyuki Takahashi yaitu Presiden dari
Studio Hard pada Juni 1993, cosplay sendiri semakin populer pada kalangan pecinta manga
(komik) dan anime (animasi) (Pramana and Masykur 2020). Menjadi cosplayer bukanlah
hanya sekedar mengenakan kostum karakter dari sebuah anime, namun mereka juga
memiliki beberapa kemampuan lain agar semakin menggeluti hobinya dalam memerankan
sebuah karakter, tidak sedikit juga para cosplayer di Indonesia yang terlibat langsung dalam
perancangan- perancangan kostum yang akan dikenakan dalam memerankan suatu karakter
pada anime kesukaan mereka (CNN Indonesia 2022).
Implementasi diplomasi publik Jepang melalui strtaegi Cool Japan di Indonesia ini
dinilai berhasil dapat dilihat dari banyaknya penggemar produk-produk budaya popular
Jepang seperti Anime, Manga dan Cosplay di masyarakat tanah air. Sebagi contoh, anime di
Indonesia yang pada tahun 2014 jam tayang pada siang hari dan jam tayang anime favorit
di setiap negara, pada tahun 2015 jam tayang malam hari, serta mengalami peningkatan
drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Industri anime Jepang mencetak rekor pendapatan
hingga Rp 240 T, dan merupakan puncak 356 produksi yang didapatkan pada tahun 2017.
Hal ini dapat menunjukan bahwa anime tidak hanya disukai oleh anak-anak saja, dilihat dari
jam tayang siang maupun malam sama-sama disukai oleh banyak orang sehingga upaya
diplomasi publik Jepang dengan menggunakan strategi Cool Japan melalui penyebaran
anime memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap Indonesia.

2.4 Budaya Populer Jepang Sebagai Tantangan Identitas Nasional Pelajar Indonesia
Kemajuan teknologi informasi telah mendorong proses globalisasi terjadi begitu
massif, termasuk didalamnya globalisasi kebudayaan. Pada era globalisasi sekarang gaya
hidup sangatlah penting dalam mendeskripsikan dan mencerminkan diri seseorang di
lingkungan masyarakat. Globalisasi budaya yang terus berkembang dalam segala lingkup
kehidupan masyarakat, menimbulkan suatu istilah baru, yaitu budaya populer biasa dikenal
dengan istilah budaya pop. Budaya pop ini mengusung nilai dari ideologi negara asalnya
yang jauh berbeda dari negara yang terkena imbas dari budaya populer tersebut. Budaya pop
yang berkembang dan sangat diminati kaum remaja di Indonesia, yaitu budaya pop Jepang,

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  111

seperti anime, manga, cosplay. Budaya ini dinilai telah cukup mempengaruhi gaya hidup
remaja di indonesia.
Budaya pop Jepang tentu memiliki kelebihan dan kekurangan di dalamnya, sebagai
contoh dengan eksistensi anime. Beberapa kelebihan dalam mengonsumsi anime, dinatara
nya : Membuat seseorang menjadi lebih kreatif, dapat menyalurkan bakat dan hobi,
menambah wawasan mengeni Jepang, bahkan dapat menjadi sarana latihan untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang. Sementara itu, kekurangan nya antara lain :
Menjadi konsumtif dan boros dikarenakan akan berusaha membeli apapun dari tokoh yang
diidolakan, menjadikan penggemar anime malas untuk melakukan aktifitas lain karena harus
berpaling dari tontonan anime, dapat membuat seseorang menjadi anti-sosial karena
seseorang yang kecanduan anime selalu ingin menuntaskan tontonannya sampai episode
terakhir sehingga individu tersebut jarang berkomunikasi dengan teman sebaya maupun
anggota keluarga lainnya, Melupakan budaya sendiri, dengan seringnya menonton anime
maka pengaruh budaya Jepang akan tertanam kuat dalam pikirannya hingga berujung
membandingkan budaya Jepang dan Indonesia.
Kelebihan dan kekurangan tersebut, dapat dikatakan sebagai dampak dari globalisasi
kebudayaan, yaitu terjadi serangkaian proses dimana relasi akal dan budi manusia relatif
terlepas dari wilayah geografis nya, memunculkan jalinan situasi yang integratif antara
akal dan budi manusia di satu belahan bumi dengan yang belahan bumi lainnya, muncul
budaya pop yang mengglobal atau global pop culture, membawa pengaruh pada
perubahan dalam diri masyarakat dan lingkungan hidupnya, terjadi perubahan sikap
terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada, dan terjadilah pergeseran system nilai
budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di dalam
masyarakat.
Akan tetapi tentu fenome Japan Wave yang melanda masyarakat Indonesia
khususnya kaum muda, tidak perlu dikhawatirkan berlebihan –tanpa bermaksud
mengecilkan tentunya- selama kaum muda lebih banyak mengambil sisi kemanfaatanya dari
budaya popular tersebut. Mengacu pada konsep Abderrahman Hassi & Giovanna Storti, “
Konsep tiga skenario budaya dalam globalisasi (the Scenario of Culture in
Globalization), dikenal sebagai Skenario 3H (the Three H Scenarios), yaitu :
Homogenisasi (Homogenization), Heterogenisasi (Heterogenization), dan Hibridisasi
(Hybridization), Heterogenisasi kiranya dapat dijadikan sebagi sebuah scenario dalam
merespon “Japan Wave” tersebut.
112  ISSN: 2963-4075

Heterogenisasi adalah scenario yang ditempuh dengan menolak gagasan


Homogenitas yang memandang globalisasi yang bersentuhan dengan budaya akan
menghasilkan sebuah budaya global di mana terdapat persamaan nilai, norma dan produk
budaya lain yang dianut dan menghasilkan standarisasi budaya. Heterogenitas memandan
globalisasi menghasilkan suatu keadaan heterogen yang mengacu pada satu struktur
jaringan di mana budaya dapat terhubung satu sama lain dalam dimensi tertentu (Matei
2006). Heterogenitas merepresentasikan proses menuju dunia yang tampak lebih dalam
karena intensifikasi aliran lintas budaya (Appadurai 1990). Budaya lokal suatu bangsa
mengalami transformasi dan penemuan ulang terus menerus karena beberapa faktor dan
kekuatan global. Inti budaya tetap utuh dan tidak terpengaruh langsung, meski budaya non-
fisik terpengaruh oleh arus global dan globalisasi (Ritzer, 2010). Berbagai kelompok budaya
berkembang menjadi entitas yang heterogen karena perbedaan tuntutan dari lingkungan
mereka dan upaya untuk beradaptasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Arnold Toynbee (1957), mengatakan bahwa ciri khas
suatu bangsa dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challenge &
response. Ketika Challenge cukup besar tetapi response kecil maka bangsa tersebut dapat
punah, akan tetapi manakala Challenge kecil response besar maka bangsa tersebut tidak
akan berkembang dan kreatif. “Japan Wave” melalui budaya popular nya di Indonesia,
tentunya dapat dipandang sebagai sebuah tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat
mengembangkan budayanya agar tetap diminati dan menarik kalangan generasi muda
khususnya dan menjadi tuan di rumahnya sendiri. Maraknya budaya pop Jepang masuk ke
Indonesia, juga perlu direspon dengan menjadikan pelajaran dari keberhasilan Jepang dalam
diplomasi budaya. Kita perlu belajar banyak dari Jepang yang penuh percaya diri bersaing
dengan budaya barat yang selama ini menghegemoni masyarakat dunia. Jepang dinilai
berhasil dalam memenang persaingan tersebut.

Berkaitan dengan pengaruh budaya luar ini, kiranya perlu menjadikan teori radiasi
budayanya Toynbee. Dalam A Study of History (1957), Toynbee mengemukakan teori
teorinya dimana dalam pandangannya, peradaban itu berlapis-lapis, dimulai dari teknologi
di lapisan terluar, berturut-turut disusul oleh lapisan seni, lapisan etika, dan religi
(spiritualitas) di lapisan terdalam. Kebudayaan yang lebih kuat akan meradiasi kebudayaan
yang lebih lemah. Namun, pengaruhnya tidak langsung masuk secara keseluruhan,
melainkan secara parsial merembesi lapisan-lapisan budaya. Lapisan terluar (teknologi)

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  113

merupakan lapisan yang paling mudah ditembus; makin ke dalam, makin sulit. Lapisan religi
(spiritualitas) merupakan jantung terdalam yang paling sulit ditembus. Meski demikian,
pengaruh radiasi budaya berbanding terbalik dengan nilai kedalamannya. Semakin tinggi
teknologi sebuah peradaban, makin mudah meradiasikan lapisan- lapisan budaya lainnya
terhadap peradaban lain. Dalam pelacakannya terhadap faktor kebangkitan dan kejatuhan
sekitar dua puluhan peradaban, Toynbee mengaitkan disintegrasi peradaban dengan proses
melemahnya visi spiritual peradaban tersebut.

Mengacu pada teori Toynbee dapat dikatakan, selama suatu bangsa memiliki
kekuatan dibidang spiritual, meskipun lemah pada ranah teknologi, lemah pula pada ranah
seni dan relative lemah pada ranah etika, selama bangsa tersebut memiliki kekuatan pada
ranah spritualitas yang merupakan karakter dari bangsa tersebut, maka bangsa tersebut akan
masih tetap eksis. Jepang dalam hal ini telah menunjukan keunggulannya dalam bidang
teknologi, etika dan seni sehingga dapat meradiasi budaya pada bangsa-bangsa lain.
Sementara itu, bangsa Indonesia yang dikenal memiliki kekuatan pada ranah religi
(spiritualitas), diharapkan mampu memerkokoh kekuatan pada ranah ini disamping terus
menumbuh kembangkan kekuatan pada ranah etika, seni dan teknologi.

2.5 Profil Pelajar Pancasila Sebagai Identitas Nasional.

Pengembangan ranah mental-spiritual dapat ditempuh melalui proses pendidikan.


Pendidikan seperti dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara, adalah proses belajar menjadi
manusia seutuhnya dengan mempelajari dan mengembangkan kehidupan (miko- kosmos
dan makro-kosmos) sepanjang hidup. Menjadi manusia terdidik berarti menjadi manusia
yang bisa mendekati kodrat kamanusiaannya. Adapun manusia yang bisa mendekati kodrati
kamanusiaannya adalah manusia yang bisa mengaktualisasikan nilai- nilai: Ketuhanan yang
welas asih, kemanusiaan yang welas asih, persatuan (kebangsaan) yang welas asih,
demokrasi (permusyawaratan) yang welas asih, dan keadilan material yang welas asih.
Kelima nilai kodrati kemanusiaan itu kita namakan Pancasila.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kemendikbud 2020-2024 memiliki visi


mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai
pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
114  ISSN: 2963-4075

berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan
kreatif.

Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan
kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Elemen Kunci Berakhlak Mulia: Akhlak beragama, Akhlak pribadi, Akhlak kepada
manusia, Akhlak kepada alam, Akhlak bernegara. Pelajar Indonesia harus
mempertimbangkan, apakah budaya luar yang masuk –termasuk budaya pop Jepang-, sesuai
dengan elemen-elemen ahlak tersebut diatas.

Pelajar Indonesia berkebhinekaan global adalah pelajar yang mampu


mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka
dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan
kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya
luhur bangsa. Elemen Kunci Berkebinekaan Global, Mengenal dan Menghargai Budaya,
Kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesame, Refleksi dan
tanggung jawab terhadap pengalaman kebhinekaan. Masuknya budaya Pop Jepang tentu
dapat direspon sebagai keragaman budaya global dimana terjadi proses saling mengenal
produk budaya lintas bangsa dengan mengambil kemanfatan nilai-nilai positif dari budaya
bangsa lain tanpa kemudian meninggalkan nilai-nilai budaya luhur budaya bangsa yang
beragam.
Pelajar Indonesia adalah pelajar yang memiliki kemampuan gotong-royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan
yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen Kunci Gotong Royong:
Kolaborasi, Kepedulian, Berbagi. Gotong royong merupakan karakteristik masyarakat
Indonesia yang menonjol. Pelajar Indonesia harus menumbuh kembangkan kemampuan
kerjasama, peduli terhadap kepentingan masyarakat banyak tidak hanya mementingkan
kepentingan diri sendiri, bersedia berbagi kemanfaatan bagi dengan masyarakat sekitar
maupun dalam pergaulan masyarakat global.
Karakteristik pelajar Indonesia berikutnya adalah pelajar mandiri, yaitu pelajar yang
bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen Kunci dalam karakteristik
pelajar mandiri meliputi : Kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.
Dalam karakteristik ini, pelajar Indonesia di harapkan mampu melakukan refleksi terhadap

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  115

kondisi dirinya dan situasi yang dihadapi dimulai dari memahami emosi dirinya dan
kelebihan serta keterbatasan dirinya, sehingga ia akan mampu mengenali dan menyadari
kebutuhan pengembangan dirinya yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang
terjadi serta mampu mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan
belajarnya.
Profil pelajar Pancasila selanjutnya adalah pelajar yang bernalar kritis mampu secara
objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan
antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.
Pelajar bernalar kritis memiliki elemen kunci sebagai berikut: Memperoleh dan memproses
informasi dan gagasan, Menganalisis dan mengevaluasi penalaran, Merefleksi pemikiran
dan proses berpikir, memiliki kemampuan mengambil keputusan.
Pelajar yang kreatif merupakan karakteristik terakhir dari profil pelajar Pancasila.
Dalam karakteristik ini, pelajar Indonesia diharapkan mampu memodifikasi dan
menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci
kreatif dari Pelajar Kreatif antara lain : Menghasilkan gagasan yang orisinal, Menghasilkan
karya dan tindakan yang orisinal. Pelajar Indonesia diharapkan mampu menghasilkan
gagasan yang terbentuk dari hal paling sederhana, seperti ekspresi pikiran dan/atau perasaan,
sampai dengan gagasan yang kompleks untuk kemudian mengaplikasikan ide baru sesuai
dengan konteksnya guna mengatasi persoalan dan memunculkan berbagai alternatif
penyelesaian. Mampu menghasilkan karya yang didorong oleh minat dan kesukaannya pada
suatu hal, emosi yang ia rasakan, sampai dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap
lingkungan sekitarnya.
Keenam karakteristik profil pelajar Pancasila harus mampu diimplementasikan
melalui penumbuhkembangan nilai nilai budaya Indonesia dan Pancasila, yang merupakan
fondasi kekuatan spiritualitas pelajar Indonesia. Dengan identitas budaya Indonesia dan
nilai-nilai Pancasila yang berakar dalam, pelajar Indonesia akan menjadi masyarakat terbuka
yang berkewargaan global - dapat menerima dan memanfaatkan keragaman sumber,
pengalaman, serta nilai-nilai dari beragam budaya yang ada di dunia, namun sekaligus tidak
kehilangan ciri dan identitas khas bangsanya.

3. KESIMPULAN
Diplomasi publik Jepang melalui budaya popular Jepang berhasil membuat citra
positif Jepang dan menjadikan budaya popular Jepang sebagai salah satu trend budaya
116  ISSN: 2963-4075

masyarakat global. Jepang telah menjadikan budaya popular nya sebagai Soft Power untuk
mencapai tujuan, dimana kekuatan ini lebih menggunakan daya tarik ketimbang paksaan dan
pembayaran. Konsep Soft Power ini mengacu kepada pendapat Joseph S Nye Jr (2004),
“Soft power is the ability to get what you want through attraction rather than coercion or
payments. It arises from the attractiveness of a country’s culture, political ideals, and
policies. Nye menambahkan, menambahkan, “Japan has more potential soft power resources
than any other Asian countries . . . Japan’s popular culture was still producing potential soft
power resources even after its economy slowed down.

Beberapa aktor yang berperan dalam upaya menguatkan diplomasi publik Jepang,
diantaranya : Kementrian Luar Negeri (Ministry of Foreign Affairs/MOFA) sebagai institusi
utama dalam menjembatani hubungan Jepang dengan negara lain yang kemudian institusi
ini membentuk Depatemen Kebijakan Publik pada tahun 2004. Tujuan dibentuk nya
Departemen diplomasi publik yaitu untuk mempromosikan pemahaman tentang Jepang
diluar negeri dan meningkatkan image positif serta perasaan kebersamaan terhadap Jepang.
Kementerian Luar Negeri pada tahun 2010 mengeluarkan program Cool Japan yang
kemudian melakukan kebijakan- kebijakan atau upaya yang ditujukan kepada Indonesia.
Dalam pelaksanaan Cool Japan di Indonesia sendiri, salah satu contohnya dengan
mengadakan festival- festival budaya Jepang di Indonesia seperti Comic Frontier,
Ennichisai, Anime Festival Asia Indonesia (AFAID), Bunkasai, serta Jak-Japan Matsuri.
Maraknya peminat budaya popler Jepang pada masyarakat Indonesia tidak terlepas
pula dari pengaruh kemajuan dibidang teknologi informasi. Masyarakat khususnya anak
muda Indonesia dengan mudah mengkonsumsi budaya popular Jepang ini melalui internet.
Budaya popular yang berkembang dan sangat diminati kaum remaja di Indonesia tersebut
yaitu diantaranya anime, manga, cosplay. Anime marak ditampilkan pada siaran televisi
nasional kita. Ketertarikan beberapa stasiun televise nasional menayakan anime Jepang
sebagai respon terhadap minat masyarakat yang tinggi terhadap anime, disisi lain ini juga
merupakan bukti bahwa diplomasi budaya jepang di Indonesia relative berhasil. Respon
positif terhadap budaya popular Jepang dan citra positif Jepang dimata masyarakat Indonesia
dapat dilihat pada grafik 1, 2 dan 3 diatas.
Budaya pop Jepang memiliki kelebihan dan kekurangan di dalamnya, sebagai
contoh dengan eksistensi anime. Beberapa kelebihan dan kekurangan dalam mengonsumsi
anime, dinatara nya : Membuat seseorang menjadi lebih kreatif, menambah wawasan

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  117

mengeni Jepang, menjadi sarana latihan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang
serta dapat menjadi konsumtif dan boros, malas untuk melakukan aktifitas lain karena harus
berpaling dari tontonan anime, dapat membuat seseorang menjadi anti-sosial karena
individu tersebut jarang berkomunikasi dengan teman sebaya maupun anggota keluarga
lainnya, melupakan budaya sendiri karena pengaruh budaya Jepang akan tertanam kuat
dalam pikirannya hingga berujung membandingkan budaya Jepang dan Indonesia.
Kaum muda, khususnya pelajar Indonesia sebagai segmen terbanyak penggemar
budaya popular Jepang merupakan komunitas yang rentan dalam menghadapi tantangan
derasnya pengaruh budaya popular Jepang yang masuk ke tanah air ini. Pelajar Indonesia
harus tetap mampu menunjukan identitas nasional tanpa menapikan akan ketertarikan
terhadap budaya popular Jepang ini. Banyak hal positif yang bisa kita jadikan pelajar dari
kemajuan maupun keberhasilan diplomasi budaya popular Jepang. Pelajar Indonesia
diharapkan semakin memahami bahwa dirinya adalah bagian dari bangsa Indonesia yang
memiliki peran dan posisi strategis untuk kemajuan bangsanya disisi lain dirinya adalah
bagian dari masyarakat global yang dapat menunjukan peran serta prestasinya ditingkat
global. Konsep profil pelajar Pancasila merupakan pedoman bagi pelajar Indonesia untuk
mampu meunjukan jati dirinya ditengah maraknya arus globalisasi dan kemajuan teknologi
informasi. Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, K. (2012) Rasa Memiliki Dalam Komunitas Cosplay (Skripsi, Universitas


Indonesia, 2012). Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308104- S42607-
Rasa%20memiliki.pdf.
Arisanto, Puguh Toko, and Herpinando Trisnu Praditya. "Cool Japan Initiative Sebagai
Multitrack Diplomacy Jepang dalam Menyebarkan Budayanya di Indonesia 2011-
2019." Global & Policy Vol, 9, No. 1, 2021.

Astiningrum, Nian, and Johana Endang Prawitasari . "Hubungan Antara Minat Terhadap
Komik Jepang (Manga) Dengan Kemampuan Rekognisi Emosi Melalui ." JURNAL
PSIKOLOGI, Volume 34, No 2, 2015: 130-150.
Effendi, Dian Tony. (2011). Diplomasi Publik Jepang Perkembangan dan Tantangan. Bogor
: Penerbit Ghalia Indonesia.
Giddens, Anthony. Runaway World: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan
Gramedia, Jakarta, 2001.
Han, Seungik, 2015. “Indonesia, Japanophile: Japanese Soft Power in Indonesia,” GSCIS
Singapore: 1-10.
118  ISSN: 2963-4075

Hassi, Abderrahman & Giovanna Storti, "Globalization and Culture: The Three H
Scenarios." licensee InTech, 2012.
Islamiyah, Nafila Maulina Priyanto, dan Ni Putu Dyana Prabhandari. Diplomasi Budaya
Jepang dan Korea Selatan di Indonesia. Jurnal Hubungan Internasional, Tahun XIII,
No. 2, Juli - Desember 2020.
Kaelan, dan Zubaidi 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. Paradigma.
Kartikasari, Wahyuni, 2018. “The Role of Anime and Manga in Indonesia-Japan Cultural
Diplomacy,” Tsukuba Gakuin University Press, 13: 41-47.
Kebijakan Cool Japan/Creative Industries Tahun 2010-2016." Global & Policy Vol.5. No.
01, 2017.
Kemendikbud Ristek. (2021). Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 1–108.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila.
Leonard, Mark et al.,2002, Public Diplomacy, The Foreign Policy Centre, London.
MacWilliams, M. (ed.) (2011). Japanese visual culture: explorations in the world of Manga
and Anime. New York: M.E. Sharpe.
McGray, D. (2002). “Japan’s gross national cool.” Foreign policy. Diakses dari http://
foreignpolicy.com/2009/11/11/japans-gross- national-cool.
Matei, S.A. 2006. “Globalization and heterogenization: Cultural and civilizational clustering
in telecommunicative space (1989– 1999)”, Telematics and Informatics (23).
Mustaqim, Sidik Ali. "Upaya Jepamg Dalam Mempopulerkan Program Cool Japan Sebagai
Nation Branding." eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 6, No. 4, 2018.
Nakamura, T. (2013) Japan's New Public Diplomacy : Coolness in Foreign Policy
Objectives. Studies in Media and Society, 5, 1-23. Diakses dari
http://hdl.handle.net/2237/1787
Nye, Joseph. (2008). Public Diplomacy and Soft power. ANALYSIS of the American
Academy of Political and Social Science, 94.
Pramana, Naufal Adhi , and Achmad Mujab Masykur. "Cosplay Adalah "Jalan Ninjaku"
Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis." Jurnal Empati, Volume 8
(Nomor3), , 2020: 169-177.
Rastati, Ranny. "Dari Soft Power Jepang Hingga Cosplay From Japanese Soft Power To
Cosplay Hijab." Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 3, 2015.
Ritzer, George. (2010). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Saniyah, Atus. "Studi Tentang Kelompok Penggemar Manga Online di Kalangan Remaja
Kota Surabaya ." 2019.
Toynbee, Arnold, Sejarah Umat Manusia, alih bahasa Ahmad Baihaqi,dkk (Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 2005).
Wicaksono, Azzamorayosra. "Kerja Sama Industri Kreatif Jepang Terhadap Indonesia."
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol 21. No. 2, 2016.

Widyatomo, Nicko Retnanto. "Strategi Kementerian Ekonomi, Perdagangan Dan Industri


Jepang Dalam Memperkuat Soft Power Dan Meningkatkan Pendapatan Industri

PIJAR, Vol. 1 No 2, April 2023, 98-119.


Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (PIJAR) ISSN: 2252-8822  119

Kreatif Melalui Kebijakan Cool Japan/Creative Industries Tahun 2010-2016."


Global & Policy Vol.5. No. 01, 2017.
Wood, Jennie, 2017. “Manga and Anime: The Japanese Invasion,” Infoplease, 28 Februari
[Daring]. Dalam http://www. infoplease.com/entertainment/books/manga-
anime.html.
Yamane, Toi. "Kepopuleran dan Penerimaan Anime Jepang di Indonesia." Jurnal Ayumi,
Volume 7, Nomor 1, 2020.

Anda mungkin juga menyukai