Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

ANALISIS STRATEGI JEPANG DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI


BUDAYA POPULER SETELAH KEHADIRAN THE NEW KOREAN WAVE DI
INDONESIA 2012-2018

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Nisrina Nahdah Amanillah (11221130000046)

Pemilik Skripsi:
Hani Syifa Putri (11151130000028)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Haryanto, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya, dengan segala pertolongan dan ridha-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah
dari skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Jepang Dalam Mempertahankan Eksistensi
Budaya Populernya Setelah Kelahiran The New Korean Wave di Indonesia 2012-2018.”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap agar
penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Haryanto,


M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia berkat diberikannya tugas
penyusunan makalah dari skripsi ini. Tugas yang telah diberikan ini amat membantu penulis
untuk mengetahui strategi apa saja yang digunakan Jepang untuk mempertahankan eksistensi
budaya populernya di tengah lahirnya The New Korean Wave di Indonesia. Penugasan yang
diberikan terhadap penulis juga sangat membantu untuk mengasah daya ingat dan belajar lebih
bersikap kritis kedepannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran bagi semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis dapat lebih
baik lagi di masa mendatang.

Jakarta, 10 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................................................2
BAB II EKSISTENSI BUDAYA POPULER JEPANG DI INDONESIA.............................................3
A. Perkembangan Budaya Populer Jepang.........................................................................................3
B. Penyebaran dan Popularitas Budaya Populer Jepang di Indonesia.............................................4
BAB III KEHADIRAN THE NEW KOREAN WAVE DI INDONESIA................................................5
A. Penyebaran Budaya Populer Korea Selatan di Indonesia..........................................................5
B. Eksistensi Budaya Populer Jepang Setelah Kehadiran The New Korean Wave di Indonesia. .6
BAB IV STRATEGI JEPANG DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI BUDAYA
POPULERNYA SETELAH KEHADIRAN THE NEW KOREAN WAVE 2012-2018..........................7
A. Penyiaran Konten Budaya Populer Jepang di Indonesia Melalui Media Massa......................7
B. Pembentukan Idol Group JKT 48.................................................................................................7
C. Menyelenggarakan Acara Budaya Populer Jepang di Indonesia..............................................8
D. Pertukaran Budaya Jepang – Indonesia....................................................................................10
BAB V PENUTUP...................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Budaya populer berasal dari tradisi suatu negara, seperti budaya populer Jepang. Jepang
adalah salah satu negara yang memanfaatkan budaya populer sebagai komoditas ekspornya.
Budaya populer ini meliput anime, manga, fashion, fim, makanan, dan games. Penyebaran
budaya populer Jepang juga mempengaruhi beberapa penyebaran budaya Jepang yang lain,
seperti Bahasa Jepang. Sehingga Jepang tidak sebatas melakukan penjualan barang dan jasa,
melainkan juga bisa mempromosikan budayanya.1 Indonesia merupakan satu dari sekian
banyaknya negara yang menerima keberadaan budaya populer Jepang.

Seiring berjalannya zaman, tren budaya populer Jepang pun mulai bergeser setelah
kehadiran budaya populer yang berasal dari Korea Selatan di Indonesia yang disebut “Korean
Wave” (Hallyu)2. Popularitas K-Pop yang terjadi pada gelombang baru Korea akhirnya mampu
merambah ke bentuk-bentuk kebudaya populer Korea lainnya, seperti kuliner dan fashion.3
Keberhasilan Korea Selatan dalam mempromosikan budaya populer melalui gelombang barunya
mampu menyusul Jepang menjadi salah satu wisata Asia terpopuler di dunia.4

Keberhasilan The New K-Wave diakui oleh Junji Shimada selaku Wakil Duta Besar
Jepang untuk Indonesia. Dengan melihat keberhasilan The New K-Wave, telah memicu Jepang
untuk ikut serta meningkatkan popularitas kelompok-kelompok J-Pop di Indonesia. Oleh karena
itu, Jepang akan melakukan persaingan sehat dengan Korea dalam menyebarkan budaya
populernya.5 Sehubungan dengan hal tersebut, Jepang telah membentuk suatu strategi khusus
untuk mempromosikan budaya populernya di Indonesia.

1
Effendy, “Diploasi Publik Jepang”, 67
2
Utama, “Diploasi Publik Cool Jepang”, 14
3
Kim Bok-rae. “Past, Present and Future of Hallyu (Korean Wave)”, American International of Contemporary
Research, Vol.5, No. 5, Oktober 2015, 154. Tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/6c8f/a05ae6ae253dc618441710bed2e8742c5098.pdf diunduh pada 8 Mei, 2019.
4
Rany Rastati,“Korean Wave: Pariwisata, Soft Power, dan Gerakan Ekspansi Budaya”, tersedia di
http://pmb.lipi.go.id/korean-wave-pariwisata-soft-power-dan-gerakan-ekspansi-budaya-pop/ diakses pada 8 Mei,
2019
5
Tim Viva, “J-pop Siap Saingi Korean Wave di Indonesia”, 2012, tersedia di
https://www.viva.co.id/berita/dunia/288234-j-pop-siap-saingi-korean-wave-di-indonesiadiakses pada 29 Oktober
2018.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan pada penelitian ini
adalah :

“Bagaimana strategi Jepang dalam mempertahankan eksistensi budaya populernya setelah


kehadiran “The New Korean Wave” di Indonesia 2012 - 2018?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan pertanyaan penelitian diatas, maka penulis memiliki tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Mengetahui dan memahami bagaimana strategi Jepang dalam mempertahankan budaya


popularnya setelah kehadiran The New Korean Wave di Indonesia 2012 – 2018.

2. Mengetahui bagaimana perkembangan dan cara penyebaran budaya populer Jepang dan
Korea Selatan di Indonesia.

3. Mengetahui dan menganalisis kontribusi konsep Soft Power dan konsep Diplomasi
Publik dalam strategi Jepang di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan terkait
konsep Soft Power dan Diplomasi Publik untuk menganalisis strategi Jepang. Selain itu
dapat menjadi alat ukur sejauh mana pengaruh budaya populer Jepang dan Korea Selatan
di Indonesia.
2. Bagi pembaca, baik secara akademis maupun masyarakat umum diharapkan dapat
menambah pemahaman dan wawasan tentang penyebaran budaya populer Jepang dan
Korea Selatan di Indonesia. Kemudian, dapat memahami bagaimana starategi kebijakan
luar negeri Jepang dalam menghadapi kemunculan The New Korean Wave di Indonesia
melalui konsep Soft Power dan konsep Diplomasi Publik yang digunakan oleh penulis
pada penelitian ini.

2
BAB II

EKSISTENSI BUDAYA POPULER JEPANG DI INDONESIA

A. Perkembangan Budaya Populer Jepang

Budaya populer Jepang telah berkembang sejak masa pemerintahan Tokugawa, yakni
sebelum abad ke-19. Di mana pada era tersebut banyak pedagang menjual lukisan yang
mengilustrasikan tentang tradisi kebangsawanan sehingga menjadi salah satu karya sastra yang
memiliki nilai.6 Salah satunya adalah Kabuki Theatre yang merupakan kombinasi dari seni teater,
musik, dan tarian juga menjadi pertunjukan yang sering dijumpai pada era tersebut. Pada
pertengahan abad ke-19 – awal abad ke-20, masih di masa pemerintahan Tokugawa, Jepang
sempat menutup diri dari dunia luar. Hal ini bertujuan agar tidak mendapatkan pengaruh dari
pihak eksternal. Kemudian setelah terjadinya Restorasi Meiji 1868, masyarakat Jepang
berkinginan untuk dilakukannya pembaruan pada sektor industri, gaya hidup, hiburan, serta pola-
pola barat di tempat dan ruang publik. Tindakan tersebut menimbulkan istilah “Americanized”
dan “Westernized”, karena pada saat itu pola kehidupan budaya barat cukup terkenal di kalangan
masyarakat Jepang sehingga bersinggungan secara langsung antara budaya barat dengan budaya
masyarakat Jepang.7

Pada 1954 Jepang telah memproduksi film monster yang berjudul Godzilla untuk
pertama kalinya, dan berhasil mempopulerkan film tersebut pasca Perang Dunia II. 8 Film ini
dieksport ke AS pada 1956 dan sukses di pasaran, hingga AS juga membuat film series tentang
Gojira sampai 15 episodes. Keberhasilan Jepang dalam memproduksi film tersebut telah memicu
Jepang dan negara lainnya ikut memproduksi film serupa. Setelah mengalami keberhasilan di
bidang industri film, Jepang mulai memproduksi kartun yang disebut dengan Anime dan berhasil
mempopulerkan anime pada 1963 melebihi film Gojira. Sampai pada tahun 2000-an, budaya
populer Jepang semakin berkembang dengan pesat. Hal ini dibuktikan dengan merambahnya J-
Pop yakni, AKB 48 di Asia. Kemudian terdapat ratusan judul anime dan manga yang memiliki
banyak penggemar, karena telah tersebar luas di kawasan Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika
Serikat. Salah satu anime One Piece Jepang juga mencapai rekor dunia dengan kategori komik
terbanyak, sebesar 320.866.000 yang diterbitkan oleh satu pengarang.9

6
Varely Paul, dalam skripsi Pudra Fanki Amirillah. “Peran Budaya Jepang Dalam
Mempromosikan Pariwisata Jepang”. (Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2016). Tersedia di http://repository.umy.ac.id/
diunduh pada 11 April, 2019.
7
Amirillah, “Peran Budaya Jepang”, 24.
8
Amirillah, “Peran Budaya Jepang”, 27.
9
Amirillah, “Peran Budaya Jepang”, 35 – 36.

3
B. Penyebaran dan Popularitas Budaya Populer Jepang di Indonesia

Dalam penyebarannya, budaya populer Jepang sudah masuk ke Indonesia sejak tahun
1970an. Hal ini ditandai dengan munculnya anime Wanpaku Omukashi Kum-Kum yang pertama
kali tayang di stasiun televisi Indonesia, TVRI pada akhir 1970-an. Kemudian pada 1980-an
terdapat VCR player yang saat itu menjadikan anime tersebar secara luas. Cyborg 009 (Original
Video Animation) hadir untuk pertama kali. Lalu, disusul oleh tayangan serial anime Chdenji
Mashin Voltes V (Volts 5) dan berhasil mendapat tanggapan baik dari masyarakat Indonesia saat
itu. Setelah keberhasilan tersebut, berbagai genre serial anime mulai tayang di Indonesia. 10 Selain
itu, musik Jepang yang cukup populer di Indonesia juga sudah dimulai sejak 1980-an, salah
satunya dengan adanya Kokoro no Tomo. Adapun musik Jepang bergenre pop lainnya yang
cukup populer di Indonesia yaitu lagu First Love, Fukai Mori, Mirae, serta lagu Haruka Kanata
yang terkenal di kalangan penggemar musik rock Jepang. Sampai pada 2000an, musik Jepang
mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya jasa MTV pada era itu, dan didorong dengan
akulturasi budaya yang tinggi, serta banyaknya festival Jepang yang terselenggara di Indonesia
hingga membuat makanan Jepang pun ikut terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. 11Setelah
anime dan manga beserta lagu-lagu Jepang yang terkenal di Indonesia, fashion Jepang mulai
memasuki Indonesia. Fashion Jepang dikenal dengan sebutan Costum Player (Cosplay), yang
berasal dari gaya para tokoh manga sehingga pemakaian kostum ini cenderung digunakan untuk
event pertunjukan.12 Cosplay di Indonesia mulai berkembang pada akhir 1990-an. Selain
tayangan anime, drama Jepang yang disebut dengan Dorama juga ditampilkan di televisi dan
digemari oleh masyarakat Indonesia. Ada pun judul-judul dorama yang digemari oleh
masyarakat Indonesia saat itu antara lain, Oshin, Tokyo Love Story, Beach Boys, Hana Yori
Dango, Ichi Rittoru no Namida.13 Keberhasilan Jepang dalam melakukan penyebaran budaya
populernya telah membuat masyarakat Indonesia menyukai macam-macam budaya populer
tersebut. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan terbentuknya komunitas pecinta budaya Jepang
yang ada di Indonesia. Misalnya, J-Band Indo Community yang dijadikan tempat untuk para
pecinta musik Jepang.14

10
“Sejarah Singkat Anime dan Manga” tersedia di
http://www.animindo.net/wp-content/upload/2013/02/sejarah_anime.pdf diakses pada 22 Maret 2019.
11
Riwis Sadati, “Cita Rasa Jepang di Musik Indonesia”, tersedia di
https://indonesiana.tempo.co/read/10882/2014/03/27/riuusa/cita-rasa-jepang-di-musik-indonesia diakses pada 1
April 2019.
12
Venus & Helmi. “Budaya Populer Jepang di Indonesia”, hlm. 74,diunduh pada 15 Mei, 2019.
13
Desika Pemita,“5 drama Jepang Legendaris yang Jadi Favorite Indonesia”, tersedia di
https://www.liputan6.com/showbiz/read/2612390/5-drama-jepang-legendaris-yang-jadi-favoritindonesia diakses
pada 15 Mei, 2019.
14
Popcon Asia, tersedia di https://popcon.asia/j-band-indo-community-peran-komunitasdalam-perkembangan-
musik-jepang-di-tanah-air/11261 diakses pada 10 April, 2019

4
BAB III

KEHADIRAN THE NEW KOREAN WAVE DI INDONESIA

A. Penyebaran Budaya Populer Korea Selatan di Indonesia

Pada tahun 2002, Korean Wave telah masuk ke Indonesia melalui drama Korea yang berjudul
“Autumn in My Heart” atau yang lebih dikenal dengan “Endless Love”. Sejak saat itu Korean
Wave terus mengalami perkembangan, yakni dari Hallyu 1.0 hingga Hallyu 4.0 yang telah
diekspor ke luar negeri. Ada pun yang dimaksud dalam Hallyu 1.0 adalah drama, Hallyu 2.0
musik K-Pop, Hallyu 3.0 K-culture, dan Hallyu 4.0 adalah K-style.15 Kehadiran The New Korean
Wave ini ditandai dengan proliferasi video musik K-pop yang terdapat di Youtube pada akhir
2000an.16 K-Pop menjadi budaya populer yang digunakan oleh Korea Selatan bukan sekedar dari
musiknya saja, namun tarian yang dilakukan dari setiap penyanyi di Korea Selatan menjadi
"selling point" tersendiri.

Indonesia dikategorikan sebagai salah satu pasar K-Pop yang mengalami pertumbuhan
tercepat di kawasan Asia Tenggara.17 Banyaknya konser musik K-Pop yang terselenggara di
Indonesia juga dapat dijadikan sebagai bukti keberhasilan dari The New Korean Wave. Setelah
perkembangan The New Korean Wave di Indonesia, minat masyarakat Indonesia terhadap Korea
Selatan juga meningkat. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya rasa ketertarikan untuk
mengetahui negara tersebut secara lebih mendalam, misalnya melalui minat belajar Bahasa
Korea. Korean Foundation menyatakan, sejak meningkatnya popularitas Hallyu, minat Belajar
Bahasa Korea di Indonesia pun ikut meningkat.

Dari penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa perkembangan The New Korean Wave
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain yaitu adanya dukungan secara konsisten dari
pemerintah Korea Selatan, pesatnya pertumbuhan dari industri budaya transnasional, serta
pengembangandistribusi budaya online yang diberdayakan oleh media sosial.119 Seiring
berjalannya waktu, The New Korean Wave telah memperluas jangkauannya dari budaya K-Pop
modern ke dalam budaya tradisional. Hal ini terjadi pada Hallyu berikutnya yakni, Hallyu 3.0
yang mempromosikan budaya tradisional Korea secara global. Kemudian pada Hallyu 4.0 mulai
mengembangkan K-Style.18

15
Bok-rae. “Past, Present and Future of Hallyu”. 154.
16
Jeong, Seul-IH Lee, Sang-Gil Lee. “When Indonesians Routinely Consume Korean Pop Culture”, 2293.
17
Sun Jung. “K-Pop, Indonesian fandom, and Social Media”, tersedia di
https://journal.transformativeworks.org/index.php/twc/article/view/289/219 diakses pada 18 April, 2019.
18
Wardhanny, “Pengaruh Legalisasi Pengsehan Product Placement Bagi Perusahaan Asing”, 23 – 24.

5
B. Eksistensi Budaya Populer Jepang Setelah Kehadiran The New Korean Wave di
Indonesia

Sebelum masuknya drama Korea ke industri pertelevisian di Indonesia, serial klasik Jepang
berjudul Oshin sudah lebih dahulu tampil di TVRI pada tahun 1980-an. Namun, dengan
berjalannya waktu Korea Selatan telah menggeser tren drama tersebut, yaitu dengan
ditayangkannya drama Korea berjudul Mother Sea di Trans TV pada 2002. Terlebih lagi setelah
adanya The New Korean Wave atau terjadinya gelombang Korea baru, yang membuat
popularitas drama Korea meningkat dan kemudian mampu menggeser popularitas drama Jepang
yang sudah terlebih dahulu tayang di Indonesia.

Perkembangan budaya populer Korea Selatan ini akhirnya mampu menyusul Jepang yang
dijuluki sebagai “Macan Asia”, Korea Selatan mendapat julukan sebagai “Macan Asia” karena
keberhasilannya mempromosikan budaya populer yang berdampak pada perekonomiannya. 19
Baik Jepang maupun Korea Selatan dalam melakukan penyebaran budaya populernya di
Indonesia tidak terlepas dari adanya kepentingan ekonomi. Selain melalui hasil penjualan
produk-produk budaya populer, keuntungan juga bisa diperoleh melalui sektor pariwisata.

Sebelum fenomena Korean Wave tersebar luas secara global, Korea Selatan bukan termasuk
dari tujuan wisata yang populer. Sedangkan Jepang pada saat itu sudah menjadi salah satu tujuan
wisata Asia yang paling populer. Namun seiring berjalannya waktu, Korea Selatan berhasil
menyusul Jepang menjadi salah satu negara tujuan wisata Asia terpopuler di dunia. Hal ini
dikarenakan pengaruh dari penyebaran budaya populer Korea Selatan melalui Korean Wave,
terutama pada bidang musik K-pop dan dramanya yang kemudian membawa pengaruh kepada
perekonomian Korea Selatan.20 Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan strategi untuk
mempertahankan budaya populer Jepang di Indonesia setelah kehadiran The New Korean Wave.

19
Nindita Enggar Widhy Kartika, “Metode Pembelajarn Bahasa Korea di Korea Telcom (KT) Gongsin E-Learning
Center Yogyakarta”, Graduating Paper, (Universitas Gadjah Mada, 2014), 2. Tersedia di
https://repository.ugm.ac.id/ diunduh pada 10 Mei, 2019.
20
Rastati, “Korean Wave”, diakses pada 14 Mei, 2019.

6
BAB IV

STRATEGI JEPANG DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI BUDAYA


POPULERNYA SETELAH KEHADIRAN THE NEW KOREAN WAVE 2012 – 2018

A. Penyiaran Konten Budaya Populer Jepang di Indonesia Melalui Media Massa

Strategi ini dilakukan untuk mempromosikan budaya populer Jepang. Penyiaran budaya
populernya melalui media massa di bawah tanggung jawab Kementerian Dalam Negeri dan
Komunikasi (MIC).21 Untuk menyebarluaskan penyiaran konten ini, pemerintah Jepang
bekerjasama dengan Broadcast Program Export Association of Japan (BEAJ) dalam mengkespor
konten televisi. BEAJ didirikan pada 23 Agustus 2013 dan berkontribusi dalam Cool Japan
Strategy.22

NHK World merupakan layanan internasional dari lembaga penyiaran publik Jepang yang
menyajikan informasi tentang Jepang melalui TV, Radio, dan Internet kepada masyarakat global,
termasuk di Indonesia. Program NHK TV diadopsi sebagai salah satu cara untuk
mempromosikan budaya populer Jepang.

Namun hasil penelitian pada skripsi ini menunjukan bahwa, program NHK World kurang
efektif untuk mempertahankan eksistensi budaya populer Jepang setelah kehadiran The New
Korean Wave. Korea Selatan juga memiliki program TV yang diekspor ke Indonesia seperti KBS
World. Kemudian, terdapat pula Arirang TV yang juga menayangkan tentang pariwisata Korea,
K-Style, K-Food, serta budaya populer lainnya.23

Diplomasi publik Jepang yang dijalankan melalui penayangan konten budaya populernya di
media massa dapat dikatakan sebagai bentuk instrumendari soft power dan menjadi aset
attractive, yakni aset yang didapatkan melalui daya tarik agar membuat pihak lain melakukan
apa yang sesuai dengan tujuan dan keinginan Jepang.

B. Pembentukan Idol Group JKT 48

Di tengah maraknya perkembangan K-Pop di Indonesia, Akimoto Yasushi selaku manajemen


48 group dari Jepang telah membentuk idol group baru bernama JKT48 pada 2011. Kemudian,

21
“Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiative”, tersedia di
https://www.cao.go.jp/cool_japan/english/pdf/published_document2.pdf diunduh pada 14 Juni, 2019.
22
Broadcast Program Exports Associations of Japan, tersedia di https://www.beaj.jp/pdf/beaj_leaflet_eg_2018.pdf
diakses pada 15 Juni, 2019.
23
Arirang, tersedia di http://www.arirang.com/index.asp diakses pada 17 Juli 2019.

7
pada awal 2013 JKT 48 telah resmi menjadi bagian Cool Japan Strategy.24 JKT 48 adalah sister
group pertama dari AKB 48 yang ada di luar Jepang. AKB 48 sendiri merupakan idol group
yang berasal dari Jepang dan sangat populer di sana. Sebagai sister group AKB 48, JKT 48
umumnya diminati oleh anak muda Indonesia berusia 17 – 25 tahun. 25 Hasil temuan skripsi ini
menyatakan bahwa, pembentukan idol group JKT 48 mampu menjadi salah satu cara yang cukup
efektif untuk menghadapi persaingan dengan Korea Selatan di bidang musiknya, khususnya pada
idol group yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

Dengan demikian, setelah kehadiran The New Korean Wave di Indonesia dengan popularitas
musik K-Popnya, Jepang mampu menunjukan kreasi baru untuk mempertahankan eksistensi
budaya populernya melalui pembentukan idol group JKT 48. Jepang juga telah berhasil
menunjukan bahwa idol group JKT 48 dengan gaya kawaii ini mampu digemari publik, seperti
idol group Korea. Namun jika dilihat dari pengaruhnya, skripsi ini menilai bahwa idol group
Korea lebih memberikan dampak terhadap industry musik di Indonesia. Hal ini bisa ditinjau dari
terbentuknya girlband dan boyband di Indonesia oleh produser musik Indonesia yang terinspirasi
dari idol group K-Pop, seperti Cherrybelle dan boyband SMA*SH.161 Sedangkan pengaruh
Jepang dalam hal ini belum bisa dibuktikan.26
C. Menyelenggarakan Acara Budaya Populer Jepang di Indonesia
1. Anime Festival Asia Indonesia (AFAID)

Anime Festival Asia Indonesia (AFAID) yang merupakan bagian dari strategi Jepang.27
Strategi ini juga masih terkait dengan konsep diplomasi publik dan konsep soft power. Diplomasi
publik sebagai instrumen soft power membutuhkan adanya referees dan receivers. AFAID
dikategorikan sebagai salah satu kegiatan acara budaya populer Jepang terbesar di Indonesia. Hal
ini dapat dibuktikan dari banyaknya jumlah pengunjung dalam jangka waktu dua hari, yakni
40.000 pengunjung.

Dalam pelaksanaannya, AFAID mengadakan pertunjukan tentang pemutaran anime resmi


berlisensi, serta terdapat pertunjukan musik Jepang yang berhubungan dengan konten anime.
Kemudian, pada eksibisi Jepang ini juga dimeriahkan oleh pertunjukan Cosplay yang
ditampilkan oleh para Coplayer berkredibilitas internasional, sebab para Cosplayer ini telah

24
“Strategi Implementasi Cool Japan Indonesia”, 890.
25
Andika Permana, “Studi Fandom JKT48 Sebagai Pop Culture”, (Commonline Departemen Komunikasi, Vol. 3, No.
3), 446. Tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-commaa1f83e578full.pdf diunduh pada 17 Juli,
2019.
26
“Indonesia Masih Demam K-Pop”, tersedia di https://www.dw.com/id/indonesiamasih-demam-k-pop/a-
17999414-0 diakses pada 17 Juli, 2019.
27
Sidik Ali Mustaqim, “Upaya Jepang Dalam Mempopulerkan Program Cool Japan Sebagai Nation Branding”,
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Vol.6, No.4, 2018: 1405 – 1418. Tersedia di http://ejournal.hi.fisip-
unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2018/10/eJournal%20COOL%20JAPAN%20(10-02-18-04-33-45).pdf diunduh
pada 17 Junli, 2019.

8
dipilih langsung oleh METI. 28Skripsi ini menyatakan bahwa, penyelenggaraan AFAID
merupakan strategi yang bisa memberikan kontribusi dalam mempertahankan eksistensi budaya
populer Jepang di Indonesia. Meskipun di sisi lain Korea Selatan juga telah berupaya melakukan
penyebaran budaya populernya melalui festival, seperti dalam Korean Festival yang diadakan di
Indonesia dan menampilkan beragam tema seperti K-travel, K-Culture, K-beauty, K-Food, K-
style, hingga K-games.29 Namun, setidaknya dengan berbagai festival budaya populer Jepang di
Indonesia yang terselenggara secara rutin dengan jumlah pengunjung yang banyak, Jepang telah
mampu membuktikan bahwa setelah kehadiran The New Korean Wave, peminat budaya populer
Jepang masih banyak.
2. Event Budaya Populer Jepang The Japan Foundation Jakarta

The Japan Foundation sebagai pihak yang mendukung Cool Japan Strategy ini juga ikut
berkontribusi dalam melakukan penyebaran budaya populer Jepang di Indonesia yakni, acara
Cosplay. Acara Cosplay tersebut, terdapat kerjasama antara pemerintah Jepang dengan The
Japan Foundation, yang mana acara ini diselenggarakan di kantor Japan Foundation Jakarta. The
Japan Foundation juga mendukung festival Ennichisai. Ennichisai dimaknai sebagai “Pasar
Kaget Jepang” merupakan acara tahunan dengan konsep kulinari, seni dan kebudayaan
tradisional, serta pertunjukan budaya populer Jepang seperti band dan cosplay.

Kemudian Isma Savitri menyatakan bahwa, The Japan Foundation juga telah
menyelenggarakan pameran di galeri nasional, yang mana pameran ini terkait dengan aneka
karakter Jepang, seperti patung, figurin, lukisanlukisan, aksesoris original dari Jepang yang
terkenal salah satunya sandrio atau Bandai yang punya gundam. Pihak Japan Foundation Jakarta
juga memberikan dukungan kepada para komikus di Indonesia yang memiliki kemampuan
menyerupai manga dari Jepang.

Menurut Diana S. Nugroho sebagai salah satu pihak dari The Japan Foundation Jakarta,
meskipun Korea Selatan telah menyusul Jepang dalam menyebarkan budaya populernya, tidak
menjadikan budaya populer Jepang hilang. Menurutnya juga Keberhasilan Korea Selatan dalam
melakukan penyebaran budaya populernya di Indonesia justru karena terinspirasi dari Jepang.
Namun, melihat strategi Jepang setelah kehadiran The New Korean Wave menunjukan bahwa
Jepang tidak melakukan serangan balik. Dengan kata lain, Jepang memilih untuk menjaga
eksistensi budaya populernya yang sudah lebih awal dikenal oleh masyarakat Indonesia.

28
Sidik Ali Mustaqim, “Upaya Jepang Dalam Mempopulerkan Program Cool Japan”, 1416.
29
KTO Admin, “Korea Festival 2018 Digelar di Surabaya untuk Pertama Kali”, tersedia di
https://www.visitkorea.or.id/article/korea-festival-2018-digelar-di-surabaya-untuk-petama-kali diakses pada 10
Juli, 2019.

9
D. Pertukaran Budaya Jepang – Indonesia

1. Japan East Asia Network of Exchange for Studies and Youths (JENESYS) 2.0

Program Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) 2.0.
merupakan bentuk tindak lanjut dari JENESYS pertama yang dilakukan pada 2007 – 2012.
JENESYS 2.0 bertujuan untuk mempromosikan minat potensial terhadap Jepang di kalangan
pemuda ASEAN, termasuk Indonesia. Kemudian juga untuk meningkatkan pengunjung ke
Jepang yang akan mengarah pada revitalisasi ekonomi Jepang, serta pemahaman global
tentang kekuatan Jepang, daya tarik Jepang.30

Namun, di sisi lain Korea juga mengadakan program pertukaran budaya dengan pemuda
Indonesia melalui Korean Cultural Center (KCC). Di mana peserta yang terpilih akan
mengikuti kegiatan seputar budaya Korea, termasuk budaya populernya, seperti olah vokal,
tarian dan musik K-Pop, fashion, dan lain sebagainya.31 Sehingga, hasil penelitian skripsi ini
menunjukan bahwa program JENESYS 2.0 kurang efektif untuk mempertahankan eksistensi
budaya populer Jepang di Indonesia. Sebab, hal ini juga dilakukan oleh Korea Selatan.

2. Pertukaran Budaya Melalui Jak Japan Matsuri

Selain itu, pertukaran budaya Jepang – Indonesia juga bisa dilihat dalam penyelenggaraan
Festival Jak Japan Matsuri. Aya Kumakura dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia
menyatakan, Jak Japan Matsuri adalah salah satu event istimewa untuk pertukaran budaya
Jepang –Indonesia, sekaligus untuk memperkenalkan budaya poupler Jepang kepada masyarakat
Indonesia.32 Pada skripsi ini menunjukan bahwa, pertukaran budaya dapat dikatakan sebagai
wujud nyata dari elemen relationship building dalam konsep diplomasi publik, karena telah
melibatkan masyarakat Indonesia dalam mempromosikan budaya populer Jepang secara
langsung.

Namun, meskipun strategi Jepang dikatakan efektif dalam mempertahankan eksistensi


budaya populer Jepang, hasil temuan pada skripsi ini menunjukan strategi Jepang tidak dapat
mengembalikan tren budaya populer Jepang seperti awal 2000 di Indonesia. Sebab, hasil dari
strategi ini tidak dapat dilihat secara menyeluruh, dan cenderung hanya berpengaruh kepada
penggemar budaya populer Jepang di Indonesia.

30
Japan East-Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) 2014”, tersedia di
http://ir.binus.ac.id/files/2014/12/JENESYS-TERM-OF-REFERENCE.pdf diakses pada 19 Juni, 2019.
31
“Lebih Dekat Mengenal Korea Selatan Lewat Program Pertukaran Budaya”, dalam
https://www.tribunnews.com/travel/2016/10/17/korea-ingin-lebih-erat-jalin-kerjasama-ekonomidan-budaya-
dengan-asean?page=3 diakses pada 22 Juli, 2019
32
Wawancara Aya Kumakura, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, 14 Maret 2019.

10
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui terdapat 4 cara yang dijalankan oleh
Jepang dalam strateginya untuk mempertahankan eksistensi budaya populer, yaitu menayangkan
konten budaya populer melalui media massa, pembentukan idol group JKT 48, menyelenggrakan
acara budaya populer Jepang, dan melakukan pertukaran budaya Jepang – Indonesia. Strategi ini
dinamakan Cool Japan Strategy yang terbentuk dan dijalankan oleh Jepang setelah Korea
Selatan mengalami keberhasilan dalam menyebarkan budaya populernya di Indonesia yang
disebut dengan istilah The New Korean Wave.

Hasil penelitian skripsi ini menunjukan bahwa, dari 4 cara yang dijalankan dalam strategi
Jepang hanya 2 yang bisa dikatakan efektif untuk mempertahankan eksistensi budaya populer
Jepang. Kedua cara itu adalah pembentukan idol group JKT 48 dan penyelenggaraan acara
budaya populer Jepang. Sebab, melalui kedua cara tersebut mampu membuktikan bahwa budaya
populer Jepang masih diminati di kalangan masyarakat Indonesia setelah kehadiran The New
Korean Wave.
B. Saran

Skripsi ini masih banyak kekurangan karena berbagai keterbatasan, khususnya terkait
pengumpulan data. Akan lebih baik jika penelitian berikutnyamenggunakan data yang lebih
lengkap, misalnya terkait topik skripsi ini dapat melakukan wawancara kepada lebih dari satu
pihak. Penelitian selanjutnya lebih baik melakukan wawancara dari pihak Korea Selatan atau pun
dari pihak Indonesia untuk menambah informasi dan wawasan topik penelitian, sehingga tidak
hanya berdasarkan sudut pandang Jepang. Dengan demikian, analisis pada riset yang dilakukan
bisa lebih mendalam. Selanjutnya, terkait penyebaran budaya populer Jepang dan budaya
populer Korea Selatan dapat menjadi contoh bagi Indonesia untuk meanfaatkan budayanya
sebagai soft power. Mengingat Indonesia juga memiliki beragam budaya yang bisa
diperkenalkan ke ranah global. Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi
konsumen produk budaya populer dari asing.

11
DAFTAR PUSTAKA

"Sejarah Singkat Anime dan Manga". (n.d.). tersedia di


http://www.animindo.net/wp-content/upload/2013/02/sejarah_anime.pdf.

Amirillah, P. F. (2016). “Peran Budaya Jepang Dalam Mempromosikan Pariwisata Jepang". Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Bok-Rae, K. (2015). Past, Present and Future of Hallyu (Korean Wave). American International of
Contemporary Research, https://pdfs.semanticscholar.org/.

Carig, T. J. (2000). Japan Pop! Inside the World of Japanese Popular Culture. New York: M.E Sharpe.

Djelantik. (2009). Diplomasi antara Teori & Praktik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendy, T. D. (2011). Diplomasi Publik Jepang: Perkembangan dan Tantangan. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.

Helmi, V. d. (2019). "Budaya Populer Jepang di Indonesia". 74.

Huntington, S. P. (1997). The Clash of Citilazions and the Remaking of World Order. New Delhi: Penerbit
Ghalia Indonesia.

Paul, V. (2019). "Peran Budaya Jepang Dalam Mempromosikan Pariwisata Jepang".

Rastati, R. (n.d.). “Korean Wave: Pariwisata, Soft Power, dan Gerakan Ekspansi Budaya”, tersedia di
http://pmb.lipi.go.id/korean-wave-pariwisata-soft-power-dan-gerakan-ekspansi-budaya-pop/
diakses pada 8 Mei, 2019.

Sadati, R. (2019). "Cita Rasa Jepang di Musik Indonesia".


https://indonesiana.tempo.co/read/10882/2014/03/27/riuusa/cita-rasa-jepang-di-musik-
indonesia .

Utama. (n.d.). Diploasi Publik Cool Jepang.

Viva, T. (n.d.). “J-pop Siap Saingi Korean Wave di Indonesia”, 2012, tersedia di
https://www.viva.co.id/berita/dunia/288234-j-pop-siap-saingi-korean-wave-di-indonesiadiakses
pada 29 Oktober 2018.

Widi, P. R. (2019). “Dukungan Pemerintah Korea Selatan Terhadap Korean Wave di Indonesia".
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai