11161130000076
JAKARTA
1442 H/2021
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
I
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Mengetahui, Menyetujui,
NIP.197102111999031002 NIP.197808042009121002
II
PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI
SKRIPSI
Analisis Industri Pop culture Korea Selatan di Jepang sebagai Instrumen
Diplomasi Publik Korea Selatan Tahun 2012-2019
Oleh
Nur Aisah Solehah
11161130000076
Telah dipertahankan dalam siding ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8
Februari 2021. Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris
III
ABSTRAK
Skripsi ini membahas peran industri pop culture Korea Selatan dalam diplomasi
publik Korea Selatan di Jepang pada pada periode tahun 2012-2019. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana peran pop culture Korea selain
untuk mengenalkan atau mempromosikan budaya Korea sebagai tujuan diplomasi
publik Korea di Jepang.
Fenomena pop culture Korea di kawasan Asia pada awal 2000 membuat Korea
dikenali oleh banyak negara di Asia termasuk Jepang. Setelah drama ‘Winter Sonata’
mendapat kepopuleran di jepang, masyarakat Jepang mulai tidak asing lagi terhadap
budaya Korea dan membuat arus pertukaran individu antar dua negara meningkat
hingga kedua negara sepakat untuk menyelenggarakan festival peringatan normalisasi
hubungan Korea-Jepang pertama kalinya di tahun 2005. Hal ini menunjukan pertanda
baik dalam hubungan keduanya dan juga potensi pop culture dalam kegiatan
diplomasi publik. Memasuki tahun 2012 hubungan negara Korea dan Jepang mulai
memanas yang dipicu oleh isu wilayah dan sejarah. Oleh karena itu dalam penelitian
ini akan berusaha menganalisis dan mencari celah peran pop culture Korea dalam
diplomasi publik Korea di Jepang di tengah hubungan Korea Jepang yang cenderung
kurang stabil karena isu politik dan sejarah yang masih sering muncul ke permukaan.
Penelitian ini menggunakan kerangka konsep soft power, diplomasi publik dan
diplomasi budaya untuk menganalisis peran industri pop culture Korea Selatan di
Jepang dalam diplomasi publik Korea. Berdasarkan Konsep tersebut, penulis
menemukan dua kontribusi spesifik dari budaya populer Korea di Jepang sebagai
instrumen kegiatan diplomasi publik Korea Selatan 2012-2019. Pertama adalah
sebagai soft power yang mempertahankan kecenderungna masyarakat Jepang terhadap
Korea. Kedua adalah sebagai strategi alternatif komunikasi Korea dengan Jepang
antara publik dan sektor privat.
Kata kunci: Pop Culture Korea Selatan, Diplomasi Publik, Soft Power.
IV
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah menciptakan semua yang ada dibumi ini untuk tempat
kemaslahatan umat manusia, Sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada
Khalifah umat manusia Rasulullah SAW. Yang telah membawa umat manusia dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Penulis menyadari bahwa
dalam proses penyelesaian skripsi ini terdapat pihakpihak yang telah membantu
penulis karena telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan keajaiban dalam proses skripsi ini. Maha
benar Allah dengan Segala FirmanNya
3. Keluarga penulis, Bapak Ngadino, Ibu Ekowinarsi, Mba Syinta, Firman, Fadil
serta sanak saudara lainnya yang selalu memberi dukungan dan motivasi
5. Sahabat-sahabat penulis yang telah banyak menemani suka duka peulis selama
masa perkuliahan yaitu Dewi Oktaviani, Ronaldi Billy, Annisa Zakaria, Farhatun
Fitria, Evi Faridah, Nur Fadhilah, Pevy Wijayanti, Mauby Ariefsa, Nukhbatun
Nisa dan yang lain yang luput disebutkan namun tidak mengurangi rasa
terimakasih saya.
V
7. Keluarga HI B 2016 yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu. Terimakasih
telah menghadirkan suasana belajar yang mengesankan selama proses
perkuliahan saya
8. Teman magang saya yang ternyata menjadi support system terbesar saya
hingga saat ini Raffa Syawalia Rimawan dan Latifatul Khasanah
9. Keluarga besar Prestigious UIN Jakarta yang sudah seperti keluarga bagi saya
10. Keluarga besar KKN Activity yang turut mewarnai masa perkuliahan saya
11. Keluarga besar fandom “Myday 97 harudeul” terutama Ainun yang banyak
memberi dorongan, semangat dan kehangatan seperti keluarga walaupun hanya
bertemu virtual.
12. Motivasi, penyemangat, dan panutan penulis yaitu super band Day6 yang
dengan lagunya selalu memberi motivasi dan menenangkan masa-masa sulit
penulis. Terima kasih telah menjadi “little escape” ternyaman untuk penulis dari
hiruk pikuk dunia nyata di tiga tahun terakhir.
Penulis berharap segala dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis
diberikan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran akan sangat
membantu penulis untuk menjadi bahan perbaikan penulisan skripsi ini.
VI
DAFTAR ISI
Contents
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................................... I
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................................ II
ABSTRAK ................................................................................................................... III
PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI .......................................................................... III
KATA PENGANTAR .................................................................................................. V
DAFTAR ISI.............................................................................................................. VII
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................IX
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... X
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................XI
BAB I: Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 7
E. Kerangka Konseptual ..................................................................................... 11
1. Soft Power ..................................................................................................... 11
2. Diplomasi Publik ........................................................................................... 14
3. Diplomasi Budaya ......................................................................................... 17
F. Metode Peneletian ............................................................................................. 19
G. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 19
BAB II: Industri Pop Culture Korea Selatan ............................................................... 22
A. Industri Pop Culture Korea Selatan .................................................................. 22
1. Drama Korea Selatan .................................................................................... 28
2. Musik Pop Korea Selatan .............................................................................. 33
BAB III: Industri Pop Culture Korea Selatan sebagai Diplomasi Publik Korea
Selatan .................................................................................................................. 42
A. Diplomasi Publik Korea Selatan .......................................................................... 42
1. Kebijakan Pemerintah Korea Selatan Terhadap Industri Pop Culture .............. 47
2. Kolaborasi Pemerintah dengan Aktor Non-Pemerintah .................................... 53
B. Budaya Populer Korea Sebagai Instrumen Soft Power........................................ 56
VII
C. Hallyu Sebagai Diplomasi Publik Korea Selatan ................................................ 60
BAB IV: Analisa Industri Pop Culture Korea Selatan sebagai Diplomasi Publik Korea
Selatan di Jepang tahun 2012-2019 ............................................................................. 68
A. Dinamika Industri Budaya Populer Korea Selatan di Jepang .............................. 68
B. Kontribusi Peran Industri Pop Culture Korea Selatan dalam Diplomasi Publik
Korea di Jepang 2012-2019 ...................................................................................... 73
1. Soft Power untuk Mempertahankan Daya Tarik Masyarakat Jepang Terhadap
Korea. .................................................................................................................... 77
2. Sebagai Strategi Alternatif Komunikasi dan Kerjasama antara Publik dengan
Sektor Privat .......................................................................................................... 89
BAB V Penutupan...................................................................................................... 103
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 104
VIII
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.2. Status pasar acara broadcasting Korea Selatan di negara-negara besar di
seluruh dunia……...………………………………………………………………….32
Gambar III.7. nilai ekspor konten budaya Korea dan ekspor produk konsumsi karena
Hallyu………………………………………………………………………………...62
Gambar IV.8. Hyung-gwan Shin, CJ E&M Music Contents Director, dan Yong-rak
Kim, President of KOFICE…………………………………………………………..97
IX
DAFTAR TABEL
Tabel II. A.1.1 Jumlah Ekspor program televisi Korea di beberapa negara
2001-2011……………………………………………………………………………29
X
DAFTAR SINGKATAN
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tiga dekade terakhir diplomasi publik di negara Asia Timur menjadi
sangat penting untuk menghasilkan soft power bagi negara mereka. Mereka percaya
kekuatan soft power berupa nation branding untuk mendukung kebijakan luar negeri
mereka.1 Salah satu upaya untuk meningkatkan diplomasi publik oleh negara Asia
populer sebagai salah satu cara menjalankan diplomasi publik telah banyak dilakukan
oleh negara lain sebelum Asia (seperti Perancis dan Amerika Serikat) dan dianggap
sebagai “new diplomacy public”. Jepang lebih dahulu mempraktikan diplomasi publik
ini untuk mengubah pandangan internasional dari ingatan sejarah sebelum Perang
Dunia 2 dengan budaya populer anime dan Jpop yang berhasil mendapat popularitas
pada tahun 1980an. sedangkan China dengan sejarah kunonya berhasil menarik publik
kepopuleran drama Korea yang pertama kali terkenal di Asia Timur. Pada awal
ekspansi industri ini, pemerintah Korea tidak langsung bertujuan untuk menjadikan
industri budaya populer Korea sebagai alat diplomasi publik Korea Selatan. Selama
1
2
budaya dan teknologi sebagai kunci utama industri Korea Selatan untuk mendorong
ekonomi Korea Selatan seperti yang disampaikan dalam pidatonya saat merayakan
Presiden tentang kebijakan industri budaya salah satunya adalah dengan mendirikan
Creative Content Agency dan juga memberikan prioritas untuk industri budaya dalam
anggaran pemerintah.3
Setelah drama Korea dikenal di Asia Timur, industri budaya lokal lainnya juga
populer (K-pop), animasi, dan games yang secara bertahap produk-produk ini telah
menembus pasar global. Produk budaya populer Korea ini disebut Hallyu berdasarkan
salah satu media China pada pertengahan 1999 yang menjuluki fenomena pesatnya
penyebaran drama Korea di kawasan Asia Timur dengan kata Hallyu, yang berarti
gelombang Korea atau Korean Wave dalam bahasa inggris.4 Minat terhadap budaya
populer Korea dan media digital telah memicu tumbuhnya beberapa bidang terkait,
seperti pariwisata, kuliner Korea, dan Bahasa Korea. Karena meningkatnya peran
kembali kebijakan mereka untuk mengubah industri budaya populer tidak hanya
untuk kepentingan ekonomi tapi juga sarana soft power untuk meningkatkan citra
nasional.5
3
Yasue Kuwahara, “Hanryu: Korean Popular Culture in Japan”, 2014, hal 216
4
Kozakhmetova, Dinara , Thesis “Soft power of Korean Popular Culture in Japan : K-Pop Avid
Fandom in Tokyo” Lund University ,hal 7
5
Dal Yong Jin, “The Korean Wave: Retrospect and Prospect”, International Journal of
Communication 11, 2241–2249, Yonsei University, 2017, hal 3
3
Korea juga berupaya menggunakan soft power dari Hallyu untuk menjalankan
praktik diplomasi publiknya terhadap negara asing guna menciptakan hubungan yang
lebih baik dengan jangka panjang. Jepang sebagai negara tetangga pastinya tidak
lepas dari negara tujuan Korea untuk melaksanakan diplomasi publik dalam
Pertukaran budaya antara kedua negara sebenarnya telah dilakukan sejak perjanjian
Join Declaration namun arus kontak publik dan pertukaran budaya keduanya baru
mulai intens sejak masuknya drama winter Sonata di media Jepang. Fenomena Hallyu
persahabatan Korea-Jepang. Banyak acara untuk acara ini di Jepang mengacu pada
"Boom Korea" dan khususnya Winter Sonata. Salah satu awal acara Tahun
Persahabatan ini adalah kompetisi bahasa Korea untuk masyarakat Jepang, yang
menghafal dan menampilkan naskah dari Winter Sonata dalam bahasa Korea asli.6
terhadap Korea. Menurut survey yang dilakukan oleh Mori di tahun 2008 menyatakan
bahwa dari 2.200 warga Jepang yang disurvei, 26 persen dari mereka mengakui
bahwa citra mereka tentang Korea telah berubah karena konsumsi drama Korea.
6
Millie Creighton, “Through the korean wave looking glass…”, hal 4
4
Persepsi umum terkait dengan Korea Selatan di seluruh wilayah yang sebelumnya
yang sebagian besar disebabkan oleh peristiwa bersejarah seperti perang Korea,
Melihat potensi Hallyu sebagai soft power semakin kuat, upaya Korea untuk
menjadikan Hallyu sebagai salah satu alat diplomasi budaya dan diplomasi publik
terwujud Pada tahun 2010 saat pemerintah Korea mulai merombak struktur pada
ambassador pertama diplomasi publik Korea Selatan. Dalam artikel yang ia buat, Ma
Young Sam menyatakan bahwa selain sebagai diplomasi publik, Hallyu juga berperan
sebagai nation branding dan diplomasi budaya Korea Selatan.8 Dalam laporan EAI
National Security Panel juga menyebutkan 10 agenda utama kebijakan luar negeri
Korea Selatan juga menyebutkan bahwa salah satu prinsip utama yang ingin
sumber soft power dari pengembangan ekonomi, gelombang korea (hallyu) dan
pengetahuan.9
7
Nick Desiden, “Bubble Pop: An Analysis of Asian Pop Culture and Soft Power Potential”,
Res Publica - Journal of Undergraduate Research: Vol. 18 hal52
8
Kadir Jun Ayhar, “Korea’s Public Diplomacy: Introduction”, 2018 hal 14,
https://www.researchgate.net/publication/321996965
9
EAI National Security Panel (NSP) Report, Toward 2020: Ten Agendas for South Korea’s
Foreign Policy, 2012 , hal 2
5
website resmi Kementerian Luar Negeri Korea Selatan yaitu: share Korean culture,
Strengthen public diplomacy capacity dan promote public-private sector. Esensi dari
kelima strategi tersebut adalah promosi citra Korea dan komunikasi dengan publik
dan sektor privat. Daya tarik Hallyu membantu Korea dikenali oleh publik asing
komunikasi dengan penduduk asing, hingga menciptakan kerja sama dengan sektor
privat.
Hallyu, kegiatan diplomasi publik dengan pertukaran budaya melalui Hallyu yang
Hallyu di Jepang sempat mencapai puncak popularitas sejak Kpop juga mulai
berkembang di sana. Jepang menjadi negara pertama importir konten Hallyu terbesar
sejak 2003 dengan rata-rata 70 persen dari hasil ekspor konten Hallyu merupakan
hasil dari Jepang. 10 Namun pada 2012 diplomasi publik melalui hallyu harus
Pada tahun 2012 saat Presiden Lee mengunjungi Pulau Dokdo, hubungan kedua
10
Millie Creighton, “Through the korean wave looking glass : Gender,Consumerism,
Transnationalism, Tourism Reflecting JapanKorea Relations in Global East Asia”, The
Asia-Pacific Journal : Japan Focus, Volume 14, Issue 7, No 7, Apr 01, 2016, hal 3
6
negara mengalami fluktuasi cukup serius yang ikut memengaruhi aktivitas sentimen
anti Korea di Jepang. Hallyu pun sempat terkena dampak dari sengketa ini dengan
diberhentikannya penayangan konten hallyu di media Jepang sejak 2012 akhir hingga
awal 2015. Masalah sejarah lainnya muncul karena tuntutan kompensasi pekerja
paksa Korea saat kolonialisasi Jepang yang kini berlarut menjadi isu ekonomi dan
militer. Pada tahun 2019 Jepang mengeluarkan Korea dari daftar mitra dagang Jepang
dan Korea juga ikut membalas persis yang dilakukan Jepang terhadap Korea serta
Fluktuasi hubungan kedua negara ini juga diikuti oleh peningkatan respon negatif
publik Jepang terhadap konten Hallyu yang menjadi tantangan sendiri bagi Korea
keduanya telah melakukan berbagai kerja sama ekonomi maupun politik sejak
normalisasi berlangsung. Begitu juga dengan pertukaran budaya dengan Hallyu yang
berhasil mengubah pandangan publik namun tidak terhadap hubungan kedua negara
ini12. Meskipun begitu popularitas Hallyu tetap terhitung sebagai pembuka diplomasi
publik kedua negara pada saat itu. Kini, dengan fluktuasi hubungan yang semakin
memanas selama satu dekade ini, penelitian Hallyu sebagai instrumen diplomasi
publik Korea terhadap Jepang selama fluktuasi hubungan kedua negara ini menjadi
menarik untuk diteliti. Skripsi ini berusaha melihat bagaimana peran Hallyu sebagai
11
Sakaki, Alexandra, “Japan-South Korea Relations –A Downward Spiral” Stiftung Wissenchaft
und Politik (SWP Comment), No 35 Agusutus, 2019, hal 2
12
Ida Ayu Pawitra Sari, “Peran Korean Wave dalam Perkembangan Kerjasama Kebudayaan
Jepang-Korea, Universitas Brawijaya, 2014, hal 13
7
B. Rumusan Masalah
D. Tinjauan Pustaka
yang akan menjadi referensi utama sebagai acuan dan wawasan tambahan
people to people melalui kegiatan hallyu seperti penayangan drama korea dan
peran hallyu dalam diplomasi Jepang, namun memiliki perbedaan pada tujuan
yang diteliti di mana Pawitra Sari meneliti peran Hallyu dalam perkembangan
hubungan kerja sama kedua negara sedangkan penelitian ini akan menyoroti
privat kedua negara melalui diplomasi publik. Perbedaan lainnya juga terdapat
pada rentang waktu penelitian di mana saat itu sengketa sejarah lainnya belum
memanas.
grup dan lain lain. Hasil dari upaya tersebut adalah peningkatan pengunjung,
mempertahankan hubungan dua arah publik dan sektor privat kedua negara.
Selain itu periode yang digunakan dalam penelitian ini lebih panjang hingga
2019.
negara lain. Literatur ini menjadi acuan bagaimana peran soft power hallyu
umum pada artikel Jang, sedangkan dalam penelitian ini akan fokus pada
14
Rahmani Luthfiyah, “Upaya Diplomasi Budaya Korea Selatan terhadap Jepang melalui Hallyu
untuk mengubah Citra Negara Korea Selatan”, Universitas Parahyangan, 2019 hal 91
10
dampak dari hallyu di Jepang dari banyak sisi selain dari sisi ekonomi,
pariwisata, dan hubungan kedua negara. Millie juga mengangkat dampak yang
jarang dibahas oleh studi lain dari sisi antropolgi dan kultur sosial seperti isu
hubungan tidak langsung antara dua negara yang berasal dari arus pertukaran
manusia melalui hubungan kerja sama ekonomi maupun pariwisata. Hal ini
mengubah pandangan banyak orang Jepang tentang Korea dan warga Korea
Selatan di Jepang 15. Selain itu dalam artikel ini juga menjelaskan bahwa
Seperti stigma hirarki pria diatas wanita dan pria yang lebih tua diatas pria
keturunan Korea yang ada di Jepang16. Literatur ini dapat memberi kontribusi
wawasan yang lebih variatif lagi akan efek Hallyu terhadap publik Jepang.
Perbedaan dengan penelitian ini, skripsi ini tidak hanya berhenti pada efek
Hallyu terhadap publik Jepang namun juga akan membahas perannya dari sisi
diplomasi publik.
15
Mille Creighton, “Through the Korean Wave Looking Glass:,,” Hal 2
16
Ibid, hal 7
11
E. Kerangka Konseptual
1. Soft Power
Soft power pertama kali diusulkan oleh Nye pada tahun 1980 dalam
mengendalikan orang lain, agar orang lain melakukan apa yang seharusnya
luar negeri counter terorisme yang dilakukan Amerika, Nye melihat bahwa
kekuatan tidak hanya dilihat dari kemampuan menguasai ekonomi, politik dan
militer saja, namun juga kemampuan untuk menarik dan membujuk orang lain
bagi pihak lain, nilai politik (political values) yang dianut negara tersebut,
dan kebijakan luar negeri (foreign policies) yang membuat negara tersebut
17
Joseph. Nye,” Soft power” Foreign Policy, No. 80, Twentieth Anniversary (Autumn, 1990), pp.
153-171, hal 154
18
Joseph S. Nye, Bound to Lead: The Changing Nature of American Power (New York: Basic
Books, 1990), hal 33.
12
memiliki legitimasi dan otoritas moral.19 Namun tidak semua sumber soft
power dapat dikatakan menjadi kekuatan soft power untuk negaranya. Hal
tersebut karena sumber soft power yang menarik saja tidak cukup untuk
menjadi soft power, negara perlu struktur dan strategi lebih untuk
Lee Geun mengembangkan konsep soft power milik Nye dengan sedikit
berbeda. Ia mendefinisikan ulang sumber soft power dan sumber hard power
daya tarik, begitu juga sebaliknya soft source dapat dikatakan hard source
Menurut Lee pengalihan dari soft resource ke soft power melibatkan tiga
tahap: (1) penerapan soft resource; (2) proses kognitif penerima; (3) hasil
dari soft power. Soft source harus diimplementasikan dengan cara yang tanpa
“pemikiran”, dan “pola” yang sama dengan negara tersebut, dan dikatakan
menjadi produk soft power yang memberi efek jangka panjang ketika negara
19
Joseph S. Nye, Jr. “Publik Diplomacy and Soft Power”. The ANNALS of the American
Academy of Political and Social Science, 2008, hal 95
20
Lee Geun, A Theory of Soft Power and Korea Soft Power Strategy”, Korean Journal of
Defense Analysis 21 (2), 2009. hal 210
13
Soft power tidak seperti hard power yang memiliki pengaruh langsung
terhadap hasil dari kebijakannya seperti kepemilikan atas suatu wilayah atau
kerangka pendekatan dari tujuan luar negeri negara tersebut. Lee Geun Hye
mengkategorikan secara kasar tujuan yang ingin dicapai dari soft power 22:(1)
citra damai dan menarik suatu negara; (2) untuk memobilisasi dukungan
negara lain terhadap kebijakan luar negeri suatu negara (3) untuk
mengkonstruksi cara berpikir dan preferensi negara lain (4) untuk menjaga
dari seorang pemimpin atau dukungan domestik dari suatu pemerintah. Lima
hal di atas merupakan sesuatu yang bukan berbentuk material namun dapat
dan normative. Cognitive merujuk pada bagaimana negara lain menilai suatu
21
Lee Geun, A Theory of Soft Power and Korea Soft Power Strategy”…, hal 212
22
Lee Geun, A Theory of Soft Power and Korea Soft Power Strategy”…, hal 208
23
Shin wa Lee, “ Soft Power and Korean Diplomacy: Theory and Reality”, Wisemen Roundtable
Soft Power in Northeast Asia, 2008 hal 8
14
lemah atau kuat. Sedangkan dimensi Normative melihat dari seberapa negara
Konsep ini dapat membantu menjelaskan sejauh mana Hallyu ini berfungsi
2. Diplomasi Publik
propaganda oleh negara super power yang saat itu terbagi menjadi dua kubu.
Namun setelah perang dingin diplomasi publik memasuki tahap baru dan
mengalami beberapa pergeseran. Hal ini karena yang awalnya diplomasi publik
hanya dilakukan oleh negara, kini aktor internasional lain pun juga dapat
melakukan diplomasi publik, target dari diplomasi ini juga meluas tidak hanya
untuk tujuan kebijakan luar negeri dalam bidang kepemerintahan saja. Dan
terakhir adalah instrumen dalam diplomasi ini bergeser menjadi konten positif
24
Joseph S. Nye, Jr. “Publik Diplomacy and Soft Power”…, hal.94
25
Felicia Istad, “ A Strategic Approach to Public Diplomacy in South Korea”. In Kadir Ayhan
(Ed.), Korea's Public Diplomacy (pp. 49-80). Seoul, Korea: Hangang Network, 2016, hal 52
15
atas disebut dengan istilah New Public Diplomacy (NPD). Konsep ini
diplomasi publik Korea Selatan melihat produk pop culture sebagai diplomasi
publik tidak hanya dilakukan oleh aktor negara saja dan tujuan target dari
terletak pada instrumen yang digunakan. Diplomasi publik tradisional saat itu
melibatkan kedua negara.27 Selain itu yang membuat NPD berbeda dengan
diplomasi publik sebelumnya adalah Fungsi NPD yang saat ini juga harus
mampu sekaligus menjadi brand nation atau image negara tersebut. NPD dan
terhadap publik luar negeri, namun brand nation dan diplomasi publik
merupakan dua hal berbeda. Jika nation branding berfokus pada identitas dan
26
Eytan Gilboa, “Searching for a Theory of Public Diplomacy”, The ANNALS of the American
Academy of Political and Social Science, 2008, hal 60
27
Jan Mellisen, “The new public diplomacy: Soft Power in International Relation”, Palgrave,
Macmilan,2005, hal 18
16
aktor non-state.28 Oleh karena itu konsep ini digunakan untuk menganalisis
dengan publik luar negeri sebagai strategi untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman publik luar negeri terhadap budaya dan kebijakan negara tersebut.
institusi maupun aktor politisi sehingga dapat memengaruhi perilaku dan sikap
negara lain29
sebagai soft power, maka instrumen yang digunakan harus dapat menarik
Korea Selatan dalam penelitian ini merupakan salah satu produk budaya. Oleh
28
Jan Mellisen, “The new public diplomacy:”…, hal 20
29
Hwajung Kim, Bridging the Theoretical Gap between Public Diplomacy and Cultural
Diplomacy, The Korean Journal of International Studies Vol.15, No.2, 293-326, 2017, hal 295
30
Joseph S. Nye, Jr. “Publik Diplomacy and Soft Power”,,,, hal 95
31
Eytan Gilboa, “Searching for a Theory of Public Diplomacy,,,”, hal 62
17
karena itu selain diplomasi publik, konsep diplomasi budaya juga akan
3. Diplomasi Budaya
terlebih dahulu definisi dan konsep dari budaya itu sendiri. Kamus Bahasa
Inggris Oxford mendefinisikan budaya sebagai seni dan manifestasi lain dari
istiadat, dan perilaku sosial orang atau masyarakat tertentu. mencakup semua
variasi seni, pendidikan, bahasa, ide, makanan, agama, olahraga, dan banyak
lagi.
lebih spesifik dari diplomasi biasanya. Negara yang melakukan diplomasi ini
atau kelompok, program itu sendiri didanai, dirancang, dan disampaikan oleh
pemerintah.32
saat perang dingin. Hal ini karena sebagaimana diplomasi publik di design
32
Tim Rivera, “Cultural Relations From Cultural Diplomacy: The British Council’s
Relationship With Her Majesty’s Government”, USCCenter Public Diplomacy at The Annenberg
School, 2015 hal 11
18
diplomasi ini juga berfokus untuk mendapat informasi tentang budaya lain dari
komunikasi secara dua arah dan dapat menciptakan hubungan yang lebih
sustainable.33
Industri pop culture sebagai aktor dalam diplomasi ini dalam upayanya
membangun hubungan dua arah antara people to people, industri ini juga
merekrut warga negara Jepang sebagai anggota group band di Korea hingga
mengadakan survival contest untuk warga negara Jepang yang ingin debut
diplomasi budaya dilihat dari peran sebuah negara dalam hubungan tersebut
terjadi secara alami tanpa campur tangan pemerintah, maka hubungan tersebut
adalah hubungan budaya antara negara yang sengaja dibentuk oleh pemerintah
33
Lucian Jora, “New Practices and Trends in Cultural Dilomacy”, Politic. Science and
International Relation. X, 1, p. 43–52, Bucharest, 2013. hal 45
34
Tim Rivera, “Cultural Relations From Cultural Diplomacy:…, Hal 10
19
F. Metode Peneletian
atau dari data dari sumber sekunder, serta dalam peneletiannya lebih
adalah data sekunder karena didapatkan dari laporan resmi institusi dari Korea
kajian kepustakaan dengan bahan pustaka seperti buku, Jurnal, skripsi, Tesis,
yang diperoleh akan diurai dan diklasifikasikan untuk dipilih yang paling
dianalisis dan diinterpretasikan dalam narasi kemudian dari informasi dan data
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
35
Taylor dan Bogan dalam Buku Suyanto Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial:
Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta, Prenandan Media Group, 2004, hal 166
36
Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes & M. Ali Sodik, M.A, “Dasar Metodologi Penelitian”,
Literasi MediaPublishing, 2015, Hal 27
37
John W. Creswell, “ Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methodes
approaches”, 4th Edition, Sage Publication, United Statet 2014, hal 46
20
Bab ini berisi latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan
sistematika penulisan.
Korea Selatan secara umum sejak awal populer di Asia Timur hingga
BAB III : Industri Pop Culture Korea Selatan sebagai Diplomasi Publik
Korea Selatan
Bab ini akan mendeskripsikan hasil analisis Pop Culture Korea Selatan
diplomasi publik Korea Selatan di tengah isu hubungan politik antara dua
BAB V : Penutup
21
2012-2019.
BAB II:
John Torey terlebih dahulu mengurai dua unsur dari kalimat budaya populer
untuk memahami definisi budaya populer. Budaya merupakan kata yang artinya
sangat kompleks, merujuk definisi dari William definisi budaya sendiri dapat
digunakan hingga 3 definisi. Pertama sebagai proses menuju intelektual dan spiritual
seperti yang dihasilkan filosofis saat zaman Yunani. Kedua budaya juga dapat
diartikan cara hidup tertentu individu maupun sekelompok individu, terakhir budaya
juga dapat diartikan untuk merujuk karya atau aktivitas artistik yang memiliki
makna 38 . Sedangkan populer memiliki arti disukai banyak orang, sehingga jika
diartikan secara sederhana dua definisi tersebut dapat dikatakan budaya populer
kebiasaan, tradisi yang dibuat dan dipraktikkan oleh banyak masyarakat umum ,
menjadi gaya hidup sehari-hari dan secara sengaja diproduksi untuk komersial dan
sebagian besar ditujukkan untuk hiburan. Lebih khusus lagi, budaya populer berkaitan
dengan artefak, praktik, dan institusi yang terkait dengan musik, animasi, komik,
John Storey, “Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction”, fifth edition, Pearson
38
22
23
Musik, film, animasi, program televisi, olahraga, games, komik serta fashion
merupakan contoh budaya populer karena termasuk ke dalam aktivitas atau karya dari
gaya hidup masyarakat, mengandung makna artistik dan populer atau disukai banyak
perkembangan budaya populer menurut John, komoditas budaya populer tidak hanya
sekedar hasil budaya namun juga hasil dari desakan industrialisasi yang memiliki nilai
ekonomi.41 Bahkan menurut Otmazgin budaya populer di tahun 1980 juga berperan
dalam hubungan internasional sebagai soft power sebuah negara. Hal tersebut
Produk Industri seperti musik, film, acara televisi, animasi, olahraga, games dan
lainnya yang dapat disebut sebagai industri hiburan berbeda dengan produk industri
ekonomi lainnya seperti pertambangan, pertanian dan lain-lain. Pada dasarnya industri
budaya berbasis logika dan disiplin pasar yang sama dengan industri lain dalam
Perbedaan utama yang dapat terlihat adalah nilai komoditas yang dihasilkan.
Produk ekonomi pada umumnya menghasilkan produk berupa barang yang dapat
41
John Storey, “Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction”,…hal 13
42
Nizzim Otmazgin and Eyal Ben-Ari, “Cultural Industries and the State in East and Southeast
Asia”,,,Hal 3-4
43
Nizzim Otmazgin and Eyal Ben-Ari, “Cultural Industries and the State in East and Southeast
Asia”,,,Hal 11
24
Sedangkan nilai produk industri populer dinilai dari kualitas ide, kreatifitas dan
inovasi dalam produk tersebut.44 Selain itu budaya populer tidak hanya menghasilkan
nilai dalam arti ekonomi saja, tetapi juga dalam hal sentimen seperti identitas,
persepsi dan narasi kompleks yang berpotensi kuat untuk membentuk pemikiran,
identitas, bahkan pandangan masyarakat tentang ruang dan kehidupan. Oleh karena
pribadi.45
Perbedaan besar selanjutnya terdapat pada proses pemasaran dan distribusi. Basis
dari industri ini adalah informasi dan teknologi, yang mana mereka berusaha untuk
begitu mengalami hambatan seperti industri materi lainnya yang butuh biaya lebih
figures, colors, voice, sound or motion pictures combined with artistic value,
creativity, amusement, leisure and popular appeal. Basically, CCI (Cultural
Content Industry) means asn industry that can create economic values by
planning, producing, and distributing on- and off-line media contents.
“Konten” adalah data atau informasi, seperti simbol, huruf, gambar, warna,
suara, suara atau gambar animasi (atau kombinasi dari item-item tersebut).
elemen-elemen yang disebutkan tadi dikombinasikan dengan nilai seni,
kreativitas, hiburan, dan daya tarik populer, Pada dasarnya, CCI (Cultural
Contents Industry) berarti industri yang dapat menciptakan nilai ekonomi
dengan perencanan, produksi, dan distribusikan konten media secara luring
maupun daring. (hal 5).
Berangkat dari definisi yang telah disebutkan maka musik, film, anime, tarian, fashion,
games dapat dikategorikan dalam industri budaya populer karena faktor ide kreativitas
yang dipadukan dengan teknologi dan internet dan memiliki nilai yang dapat
Korea Selatan merupakan pendatang baru dalam bidang industri budaya populer
dibanding negara lain di Asia Timur yang terlebih dahulu populer seperti anime dan
musik Jpop Jepang. Pasalnya, setelah kemerdekaan Korea Selatan dari penjajahan
Jepang, Korea Selatan masih menutup diri dari dunia luar salah satunya dalam bidang
budaya sebagai bentuk proteksi diri. Perkembangan industri dan pasar budaya Korea
Selatan dikekang oleh kebijakan pemerintah yang selama dua setengah dekade
dipimpin oleh militer. Beberapa musik pada pemerintahan diktator Chung Hee selama
tahun 1975 sempat dilarang diterbitkan di Korea. Musik yang dilarang ditampilkan di
Korea adalah musik yang dianggap mengandung unsur pro terhadap Jepang dan
Korea Utara karena dianggap dapat menghancurkan sistem pemerintahan yang pada
48
Ingyu Oh, “K-pop in Korea: How the Pop Music Industry Is Changing a Post-Developmental
Society”, Cross-Currents: East Asian History and Culture ReviewE-Journal No. 9 (December
2013) 2014, hal 7
26
Kim Young Sam yang merupakan presiden pertama dari masyarakat sipil
Korea bersama negara lain di WTO (World Trade Organizzation) dan OECD
Sebagai bagian dari liberalisasi, pasar budaya Korea juga tidak luput oleh pengaruh
produk asing. Pada pertengahan 1990-an jumlah saluran televisi telah berkembang
pesat yang juga diikuti dengan peningkatan dalam impor program-program luar negeri,
selain itu musik dari luar juga mulai diizinkan diputar di radio.
membuat Korea sadar akan daya saing industri budaya populer Korea sangat penting,
Pemerintah Korea pun mulai berusaha menekankan nilai ekonomi pada industri
budaya dan media melalui kebijakan. Sejak awal 1990-an pemerintah mulai
Asal mula industri pop culture Korea Selatan dapat diketahui sejak tayangnya
drama “What is All Love About” di salah satu kabel televisi China di Tahun 1997
yang kemudian demam drama ini berhasil merambat ke negara tetangga di Asia dan
Jonghoe Yang, “The Korean Wave (Hallyu) in East Asia: A Comparison of Chinese, Japanese,
49
and Taiwanese Audiences Who Watch Korean TV Dramas”, Development and Society Vol 41,
No 1, Sungkyunkwan University, 2012. hal 116
27
seperti “Autumn Fairy Tale” (2000) dan “Winter Sonata” (2002) serta Dae Jang
Geum (2003), yang semuanya menjadi hit besar di kalangan penonton Asia di Jepang,
Thailand, Vietnam, Singapura, dan Hong Kong antara 2002 dan 2006 hingga Musik
populer Korea juga menjadi salah satu aspek terpenting dalam industri budaya pada
Berawal dari kepopuleran inilah produk budaya populer Korea Selatan lainnya
selain film dan drama, seperti musik, tari pop, fashion dan kosmetik, video game, dan
Korea ini disebut Hallyu berdasarkan salah satu media China pada pertengahan 1999
yang menjuluki fenomena pesatnya penyebaran drama Korea di kawasan Asia Timur
dengan kata Hallyu, yang berarti gelombang Korea atau Korean Wave dalam bahasa
inggris. 53 Karena drama dan musik KPop merupakan awal kepopuleran industri
budaya populer Korea Selatan dan telah mampu bertahan selama lebih dari 20 tahun
di kawasan regional maupun internasional, dibawah ini akan diuraikan lebih detail
Lee Seu Jin, “Korean Wave the Soul of Asia”, The Elon Journal of Undergraduate Research in
50
Garima GanghariyadanDr Rubal Kanozia, “Proliferation of Hallyu Wave and Korean Popular
51
Culture across the World: A Systematic Literature Review from 2000-2019”, Journal of Content,
Community & Communication Amity School of Communication, Vol. 11 Year 6, June - 2020,
hal 4
John Walsh, “Hallyu as a Government Construct: The Korean Wave in the Context of Economic
52
and Social Development”, The Korean Wave: Korean Popular Culture in Global Context,
Palgrave Macmillan, New York, 2014 hal 13
53
Kozakhmetova, Dinara , Thesis “Soft power of Korean Popular Culture in Japan : K-Pop Avid
Fandom in Tokyo” Lund University ,hal 7
54
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy in China and
Japan”, Korea’s Public Diplomacy, Hangang Network, Soeul, 2016, hal 169
28
seluruh Asia, tidak terkecuali Korea. Hal ini memaksa bangsa Korea untuk
kabel pada tahun 1995 sebagai andalan infrastruktur komunikasi digital dan
System (SBS) untuk mulai beroperasi sejak tahun 1991 sebagai televisi publik.
yang akan menjalankan salurannya sendiri. Selanjutnya pada tahun 2002, saluran
satelit juga ditambahkan ke platform televisi, dan siaran multimedia digital (DMB)
namun juga digital atau televisi kabel, sehingga persaingan antar saluran untuk
saluran menjadi hal yang sangat penting. Hal ini pertama kali didorong oleh
29
"serangan drama"yang pertama kali dimulai oleh saluran SBS yaitu dengan
melakukan peningkatan jumlah dan konten yang beragam dari drama televisi.
Peningkatan konten drama saluran SBS membuat saluran lain terlibat "perang
pasar Asia. Jepang menjadi importir besar K-drama selama 2003-2004 bersama
dengan Taiwan dan China. Di luar tiga importir besar ini, beberapa negara Asia
55
Doobo Shim, “The Growth of Korean Cultural Industries and Korean Wave”, East Asian Pop
Culture: Analysing Korean Wave”, Hongkong University Press, hal 23
56
Hyejung Ju, “The Korean Wave and Korean Dramas”, Oxford Research Encyclopedya
Communication, Jurnal Online tersedia di DOI:
10.1093/acrefore/9780190228613.013.715 ,diunduh pada 19 Oktober 2020, hal 3
30
Dari tabel di atas dapat dilihat Jepang menjadi negara terbesar pengimpor
drama Korea melebihi China sejak tahun 2005 dengan penghasilan $63.543 dan
terus meningkat hingga tahun 2011. Sedangkan Drama Korea Selatan masuk ke
negara Asia Tenggara pada tahun 2005 setelah berhasil populer di Jepang dengan
melebarkan sayapnya hingga mancanegara. Jang mengutip data dari artikel yang
diterbitkan oleh Korean Culture and Information Service (KOCIS), bahwa tidak
lama setelah Drama Korea mendapat rating tinggi di beberapa negara seperti
Taiwan, China dan Hongkong, Drama Winter Sonata mulai ditayangkan juga di
negara dari berbagai kawasan seperti India, Turki, Israel, Nigeria, Romania,
serial drama mereka di luar negeri adalah dengan memasarkan bintang drama
mereka. Promosi drama Korea yang baru dirilis (atau akan segera dirilis)
dilakukan dari kota ke kota. Promosi drama termasuk tour perdana pemeran
utama, rilis cerita di balik layar, buku panduan, dan fan meeting lokal. Sebagai
contoh, kesuksesan Dae Jang Geum, pemeran drama “The Jewel in Palace”,
57
Gunjoo Jang, Won K. Paik, Korean Wave as Tool for Korea’s New Cultural Diplomacy,
Scientific Research Vol.2, No.3, 2012, hal 197
31
Sumber: The Korean Wave: Who are behind the success of Korean popular
culture? Hal 17. Dikutip dari Laporan Korean Culture and Information Service,
2011, Seoul, Korea Selatan
di mancanegara selain Asia Timur sejak tahun 2005. Drama Korea telah berhasil
menembus mancanegara hingga Timur Tengah seperti Mesir, Algeria, Israel, Iran
dan Benua Eropa seperti Romania dan Hungaria pada tahun 2008 berkat Drama
Dae Jang Geum. Berbeda dengan MBC, KBS menargetkan pasar luar negeri
kooperatif dengan televisi publik atau negara asing, seperti NHK, CCTV, dan
BBC. Alhasil, mereka bisa menggunakan jaringan siaran mereka untuk menjalin
58
Hyejung Ju, “The Korean Wave and Korean Dramas”…, hal 11
32
netflix, Hulu dan Viki sejak tahun 2011. Menurut White Paper Industri Penyiaran
Korea, pada tahun 2015 lisensi siaran K-drama telah dijual secara luas ke
berbagai negara non-Asia. Amerika Serikat adalah konsumen utama dengan total
mengalahkan China dan Jepang hingga mencapai $172 miliar dari ekspor melalui
dollar, kedua China (중국) menghasilkan 37,9 miliar dolar, Jerman (독일)
sebanyak 35,6 miliar dolar, Jepang (일본) 27,8 miliar dolar, Inggris (영어) 21,9
59
Broadcasting Industry White Paper, KOCCA 2016
33
miliar dolar, dan Perancis (프랑스) 11,9 miliar dolar. Sedangkan dari situs
sebesar 3,995.3 miliar dolar, Inggris(영어) 2,059.6 juta dolar, Jepang (일본)
966,3 juta dolar, Perancis (프랑스) 767,6 juta dolar dan Jerman (독일) sebanyak
Young Sam, produk musik dari luar negeri dapat mudah masuk ke pasar Korea.
Amerika dan Jepang yang saat itu sedang menjadi tren. Selera masyarakat Korea
terhadap musik trot.60 yang awalnya populer di Korea, kini tergeser menjadi
“music dance” yang terpengaruh dari musik Jpop dan genre hiphop dari
Amerika.61
Pertama kali pada tahun 1992 Boy Band Soe Taeji & Boys mengenalkan
sesuatu yang sangat baru di dunia musik Korea dengan perpaduan unik musik rap
hiphop dan techno melalui lagu perdananya yang berjudul “nan Arayo”(I know)
60
Trot adalah musik populer Korea tertua sejak penjajahan Jepang sehingga banyak terpengaruh
oleh genre musik Jepang dan setelah kemerdekaan Korea, genre ini juga terpengaruhi oleh genre
blue jazz dari Eropa, (Jhon Lie, 2012)
61
Sarrah Brand, “Tesis: Marketing K-Pop and J-Pop in the 21st Century”, Dickinson Collage,
2017, hal 8
34
mereka62. Meski Seo Taiji merupakan boyband pertama dengan kesuksesan besar
di Korea, namun Kpop masih jauh dari industri global seperti saat ini. Lompatan
itu datang berkat Lee Soo Man, pendiri SM Entertainment, salah satu perusahaan
musik terbesar di Korea yang melakukan revolusi pertama kali di industri musik
Korea.63
SME mengadopsi konsep yang telah dijalankan Jepang yang disebut sistem Idol.
Secara singkat, yang dimaksud idol dalam konsep ini adalah laki-laki atau wanita
berumur belasan tahun dengan standar penampilan yang telah ditentukan yang
kemudian dibekali tidak hanya dengan skill menyanyi untuk menarik perhatian
fans, tetapi juga skill yang menunjang perform mereka di panggung seperti
menari, rap, hingga menghibur fans. Karakteristik utama dari konsep idol adalah
hubungan dan kedekatan sang idol dengan fans yang jarang terjadi di industri
62
John Lie, “What is the K in Kpop? South Korean Popular Music, the Culture Industry, and
National Identity”, Korea Observer, Vol. 43, No. 3, Autumn, The Institute of Korean studies,
2012, pp. 339-363, hal 349
63
Luis Antonio, Pop Power: Pop Diplomacy for a Global Society , 1st edition 2014, Peru, hal 10
64
Sarrah Brand, “Tesis: Marketing K-Pop and J-Pop in the 21st Century”…, hal 8-9
65
Brian Truong, The Korean Wave: Cultural Export and Implication”…, hal 8
35
seperti Inggris, Swedia dan Amerika. Strategi ini dimaksudkan agar dapat
beradaptasi dengan tren musik global sehingga mudah diterima oleh pendengar
dan tren pasar dalam memproduksi musik. Untuk menciptakan ciri khas musik
KPOP, komposer lagu dari luar Korea Selatan harus mengikuti kriteria yang
diberikan oleh pihak SME. Agensi SM menentukan jenis musik yang sesuai
dengan karakter dan konsep artis tertentu yang mengharuskan lagu-lagu tersebut
menjadi cocok untuk gerakan tarian karena Kpop sangat menekankan pada
koreografi dan video musik. Lagu-lagu ini pun harus mengikuti tren terkini di
Jepang dan produksi musik dengan pihak luar Korea) adalah dengan
diperkenalkannya beberapa boy band seperti HOT, NRG, Sechs Kies, dan GOD
dan juga girl band, SES, Fin.KL, dan Baby Vox. Grup-grup ini sering dianggap
sebagai idola K-pop generasi pertama dan dianggap sebagai pondasi Korean
Kpop berhasil menembus pasar Asia menyusul drama Korea yang booming
di Jepang dan China dengan beberapa penyanyi dan idol band Korea seperti BoA,
Kara, dan HOT yang berhasil memuncaki chart pertama di tangga musik Jepang.
66
Johan William Jolin, “Tesis: The South Korean Music Industry…,” hal 24
67
Johan William Jolin, “Tesis: The South Korean Music Industry…,”27
68
Sarrah Brand, “Tesis: Marketing K-Pop and J-Pop in the 21st Century”…, hal 10
36
Grup lain seperti SNSD, TVXQ dan Orange Caramel menyusul populer di Jepang
diawali dengan video viral lagu single berjudul “Oppa Gangnam Style”. Lagu
dari penyanyi bernama Psy ini merupakan video Kpop pertama yang mendapat
viewers hingga satu juta pada tahun 2012.70 Disusul kemudian girlband Wonder
Girl yang juga berhasil memasuki chart Top 100 di Billboard. Selain berhasil
memasuki tangga musik lagu di Amerika, Kpop juga berhasil memasuki pasar
toko iTunes Amerika Serikat, dan musik video dari lagu utamanya ditonton satu
Faktor terbesar kepopuleran KPop selain dari produksi konten yang menarik
dan unik sebenarnya terletak pada teknologi dan internet. Hal ini banyak disebut
oleh beberapa peneliti dan di banyak tulisan. Bahkan industri musik Korea lebih
Jepang. Korea merupakan pasar musik pertama yang menghasilkan lebih dari
separuh pendapatan dari musik digital sejak tahun 2006. 72 Terlebih dengan
Nick Desiden, “Bubble Pop: An Analysis of Asian Pop Culture and Soft Power Potential”,
69
selain itu internet dan sosial media juga mempermudah KPop menarik fans baru
Abad 21 menjadi masa emas bagi industri hiburan di Korea setelah industri
besar yang menyediakan layanan musik digital berupa platform ataupun website
khusus untuk mendukung penjualan musik dalam pasar digital. Sejak awal
direncanakannya pasar musik digital pada laporan KOCCA 2005 penjualan musik
pada tahun 2007, namun sempat menurun di tahun 2008 menjadi 36 juta dolar
yang sebelumnya 37,7 juta dolar dan kembali meningkat sebanyak 5juta dolar
menjadi 41,1 juta dolar. 74 Selain peningkatan jumlah digital musik, jumlah
penjualan musik Korea Selatan secara keseluruhan menurut catatan White Paper
2005 1.789.875
2006 2.401.309
2007 2.357.705
2008 2,602,076
73
Johan William Jolin, “Tesis: The South Korean Music Industry…,”hal 20
74
Music Industry White Paper, KOCCA 2010, Hal 40
38
2009 2,740,753
2010 2,959,143
2011 3,817,460
2012 3.994.925
2013 4,277,164
2014 4,606,882
Dari data yang terkumpul di atas, dapat dilihat peningkatan sejak tahun
tahun 2007 sebanyak seratus ribu won. Peningkatan dalam pendapatan musik
Korea membuat Korea menjadi berhasil bersaing dengan pasar masuk global
yang lebih luas. IFPI Global Market Overview tahun 2015 mencatat bahwa
pasar industri musik Korea Selatan berhasil pertama kalinya menjadi top ten
75
IFPI Digital Music Report, hal 7
39
Dari gambar grafik di atas dapat kita lihat penghasilan dari streaming
sebagai top 10 dalam laporan musik global IFPI hingga tahun 2019 yang
didasarkan dari pendapatan penjualan album digital dan fisik, streaming dan
penghasilan performance. Pada tahun 2019 juga, pertama kalinya Korea juga
berhasil masuk sebagai Global Top 10 Album dengan album MAP of The
pemasaran agensi musik Korea melalui acara reality show. Reality show
76
IFPI Digital music report 2019
40
media baru yang berfokus pada konten seluler. Platform yang menargetkan
perangkat seluler, seperti 1theK, Pikicast, Dingo Music, dan V Live telah
mendapatkan popularitas, dan memicu tren ini dengan konten yang menarik
dikenal sebagai platform media baru K-pop pertama di Korea yang dibuat
oleh LOEN (sekarang Kakao M), media ini juga mengoperasikan situs
streaming Melon. Pada tahun 2011. 1theK membuka saluran YouTube dan
mulai memposting video musik Kpop terbaru dan menjadi platform media
agensi kecil untuk mempromosikan artisnya seperti yang terjadi pada grup
Sujong Kim,”Universality and particularity of K-pop as a glocal culture” dalam laporan Hallyu
77
2017 berjumlah 73,12 juta dan tahun 2018 menjadi 89,19 juta penggemar di
79
The jakarta post, New Report Shows Boost in Number of Hallyu Fans Partly because of BTS,
diakses di
https://www.thejakartapost.com/life/2019/01/13/new-report-shows-boost-in-number-of-hallyu-fan
s-partly-because-of-bts.html pada tgl 7 Oktober 2020
BAB III
Diplomasi publik merupakan salah satu bagian penting dari soft power yang
memiliki sejarah panjang sejak Perang Dingin, yang mana diplomasi publik saat itu
sangat berguna untuk mengumpulkan dukungan bagi keseimbangan senjata nuklir dan
memenangkan peperangan ideologi yang hanya terbagi menjadi dua kubu.80 Pada
saat Perang dingin diplomasi publik dilakukan dengan melakukan propaganda oleh
pemerintah terhadap publik melalui radio, surat kabar dan media lainnya.81 namun
Diplomasi publik saat ini tidak hanya melibatkan pemerintah namun juga non
pemerintah, seperti warga sipil, perusahaan swasta, dan lembaga swadaya masyarakat
peran pemerintah menjadi kurang penting. Lee dan Ayhan menunjukkan bahwa
diplomasi tidak dapat dilakukan secara efisien tanpa arahan pemerintah secara
terkait'.82
80
Eytan Gilboa, “Searching for a Theory of Public Diplomacy”…, hal 56
81
Eytan Gilboa, “Searching for a Theory of Public Diplomacy”… hal 58
82
Istad, Felicia,” A Strategic Approach to Public Diplomacy in South Korea”, In Kadir Ayhan
(Ed.), Korea's Public Diplomacy (pp. 49-80). Seoul, Korea: Hangang Network, 2016, hal 53
42
43
Perubahan lain yang terlihat dari diplomasi publik saat ini adalah gaya
komunikasi satu arah dengan menyampaikan ide, cita-cita, kepercayaan dan kebijakan
mereka kepada publik asing untuk mencapai tujuan mereka, diplomasi publik saat ini
lebih mementingkan interaksi dua arah melalui budaya, ideologi, dan nilai. Hal ini
Tujuan dari diplomasi publik pun meluas bukan hanya untuk menyampaikan ide dan
nilai yang dianut pemerintah suatu negara terhadap negara lain saja, namun meluas
hingga ke aspek sosial seperti menjalin hubungan dengan publik melalui daya tarik.
dengan baik selama invasi hiburan budaya Inggris ke Amerika Serikat dan
negara-negara lain selama tahun 1960-an, serta dalam ekspor dan distribusi global
film-film Hollywood dan acara televisi Amerika selama era Perang Dingin. Di
menikmati reputasinya yang luar biasa sebagai pusat budaya populer dengan film aksi
yang sangat populer. 84 Disusul oleh Jepang yang juga sempat menjadi produsen
budaya terbesar kedua setelah Amerika dengan merebut 9,5 persen pasar konten
posisi sentral di Asia Timur dalam produksi budaya populer dengan mengekspor
produk budaya yang menarik seperti animasi, program TV, musik populer, film dan
fashion.
83
Yun Young Cho, “Public Diplomacy and South Korea’s Strategies”…, hal 280
84
Hunshik Kim, “When public diplomacy faces trade barriers…”, hal 2
85
Nick Desiden, “Bubble Pop: An Analysis of Asian Pop Culture…”, hal 7
44
memicu ketertarikan Korea terhadap diplomasi publik. Korea sebagai pendatang baru
merupakan salah satu instrumen dari soft power untuk melancarkan diplomasi
mengenai 10 agenda Korea Selatan, salah satu prinsip utama yang ingin dilakukan
arah dengan beragam aktor di abad 21 dengan memanfaatkan sumber soft power dari
Kemajuan teknologi dan globalisasi industri budaya yang terjadi di kawasan Asia
Timur dan membuat Korea mulai tertarik untuk fokus terhadap kebijakan diplomasi
peristiwa 9/11 juga menambah motivasi Korea Selatan untuk menguatkan diplomasi
bangsa berpengaruh terhadap penerimaan negara lain dan sangat menentukan status
negara-negara kuat, seperti kekuatan militer dan ekonomi, merupakan hal sulit diraih
internasional87.
EAI National Security Panel (NSP) Report, Toward 2020: Ten Agendas for South Korea’s
86
strategi yaitu: share Korean culture dengan berbagi tradisi dan budaya Korea yang
sejarah, tradisi, budaya, seni, nilai, kebijakan, dan citra Korea. Gain global support
akan kebijakan Korea untuk meningkatkan pengaruh global negara dengan terus
mempromosikan kebijakan luar negeri Korea Selatan kepada publik asing. Strengthen
46
public diplomacy capacity, yaitu meningkatkan komunikasi dua arah dengan publik
asing dan meningkatkan partisipasi publik dalam kebijakan Korea. Terakhir adalah
promote public-private sector yaitu kerja sama sektor privat dengan publik dengan
menyediakan sistem dan media untuk keduanya melakukan kerjasama salah satunya
Diplomasi publik di Korea mulai fokus berjalan pada tahun 2010 ketika
dinyatakan oleh pemerintah Korea sebagai salah satu dari tiga sumbu yang mengatur
hubungan diplomatik Korea selain diplomasi negara dan diplomasi ekonomi. Sejak
saat itu, Pemerintah Korea telah melakukan segala upaya untuk menjaga dana
Dari ilustrasi strategi diplomasi publik di atas dapat terlihat upaya awal yang
pemahaman pada aktor negara lain. Seperti yang dikatakan Bolewski bahwa
kesadaran budaya adalah titik awal untuk diplomasi yang sehat karena budaya adalah
lensa yang digunakan untuk mengamati dan menilai dunia. Setiap budaya
mengekspresikan identitasnya, yang menuntut rasa hormat dan toleransi yang sama.89
Hallyu pun menjadi salah satu yang diupayakan Korea Selatan sebagai alat diplomasi
publik Korea Selatan setelah dilantiknya President Council of Nation Branding serta
88
http://www.mofa.go.kr/eng/wpge/m_22841/contents.do
89
Wilfried Bolewski, Diplomatic Processes and Cultural Variations: The Relevance of Culture in
Diplomacy, The Whitehead Journal of Diplomacy and International Relations: winter/spring, 2008,
hal 146.
47
Nye pencetus pertama konsep soft power juga telah mencatat Hallyu sebagai
salah satu potensi soft power mengesankan yang dimiliki Korea Selatan (Nye, 2009)
Penyebaran Hallyu telah menyebabkan publik asing secara sukarela membentuk sikap
dan persepsi yang lebih disukai terhadap Korea sebagai suatu bangsa dibandingkan
sebelumnya dengan melihat konten budaya populer Korea yang akhirnya menjadi
90
efektif untuk mewujudkan kepentingan nasional Korea. Oh In Gyu juga
menyatakan bahwa Hallyu merupakan alat diplomasi publik atas dua alasan: 1)
Hallyu berkontribusi dalam memenangkan hati rakyat atau publik di luar negeri untuk
terhadap industri pop culture Korea sebagai alat diplomasi publik Korea.
Culture
Setelah menjadi tuan rumah pada Olimpiade Seoul 1988, pemerintah Korea
mengakses dengan mudah segala informasi dari berbagai sumber. Presiden Kim
sebagai cara untuk secara aktif menanggapi tekanan eksternal yang dikenakan
oleh AS dan untuk bertahan di dunia baru persaingan global yang tak terbatas.
90
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy in China and
Japan”, dalam buku Kadir Ayhan (Ed.), Korea's Public Diplomacy, Seoul, Korea: Hangang
Network, 2016, hal 172
91
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy…”, hal 168
48
dan media terwujud dengan diluncurkannya pertama kali televisi kabel dan satelit
berinvesatasi pada industri budaya seperti film, drama dan musik setelah
mendapat laporan bahwa penghasilan Jurrasik Park setara dengan ekspor 1,5 juta
Hyundai.92
Hallyu. Pemerintah selanjutnya yaitu Presiden Kim Dae Jung selama akhir
1990-an, tepatnya ketika Hallyu pertama kali disebut di Tiongkok, Presiden Kim
dan mengalokasikan total anggaran sebesar US $ 148,5 juta untuk proyek tersebut.
92
Tae Young Kim dan Dal Yong Jin, “Cultural Policy in the Korean Wave…”, 5521
93
Kozakhmetova, Dinara , Thesis “Soft power of Korean Popular Culture in Japan…”, hal 28-29
94
Won Young Jin, “Hallyu: Numerous Discourses, One Prespective”, Sogang University, Asian
Journal of Journalism and Media Studies, 2015, hal 20
49
Content Agency” (KOCCA) pada tahun 2001 yang diberi anggaran tahunan
pertukaran budaya. Ia meminta badan yang sudah ada sebelumnya, yaitu KOCCA
Roh Moon Hyun mendirikan yayasan baru yang juga masih di bawah
95
Lee Seu Jin, “Korean Wave the Soul of Asia”, The Elon Journal of Undergraduate Research in
Communications, Vol. 2, No. 1, Spring 2011, hal 89
96
Kozakhmetova, Dinara , Thesis “Soft power of Korean Popular Culture in Japan…”, hal 30
97
Won Young Jin, “Hallyu: Numerous Discourses, One Prespective”…, hal 16
50
budaya Korea melalui pertukaran informasi dan kerja sama.98 Lebih khusus lagi,
KOFICE berupaya memfasilitasi komunikasi antara sektor publik dan swasta, dan
jabatan Lee Myung Bak merupakan indikasi jelas tentang betapa seriusnya Korea
yang fokus pada penggunaan instrumen diplomasi budaya dalam kebijakan luar
organisasi non profit yang bernama Senior Public Diplomacy Group yang tugas
98
Nizzim Otmazgin and Eyal Ben-Ari, “Cultural Industries and the State…”, hal 17
99
Felicia Istad, “ A Strategic Approach to Public Diplomacy..”, hal 15
100
Joanna Elfving Hwang, “South Korean Cultural Diplomacy and Brokering ‘K-Culture’
outside Asia”, Korean Histories, vol 4 No 1, 2013, hal 4
101
Kwang-jin Choi, The Republic of Korea’s Public Diplomacy Strategy: History and Current
Status, USC Center on Public Diplomacy, FIGUEROA PRESS, Los Angel, 2019, hal 15
51
kebijakan publik diplomasi yang baru sah dibentuk dan dilaksanakan oleh
pemerintah.102
Penguatan budaya sebagai soft power Korea Selatan masih terus dilanjutkan
saat pemerintahan Park Geun Hye. Seperti yang disampaikan saat pidato
102
Felicia Istad, “ A Strategic Approach to Public Diplomacy..”, hal 16
103
Tae Young Kim dan Dal Yong Jin, “Cultural Policy in the Korean Wave…”,, hal 5526
52
Salah satu proyek utama Presiden Park Geun-Hye untuk promosi konten
kreatif adalah yang disebut ‘Culture and Creativity Fusion Belt’. Proyek ini
Culture and Creation Convergence yang dijalankan oleh pemerintah dan kerja
sama dengan Grup CJ. Pusat ini nantinya akan bertanggung jawab atas
budaya dan kreativitas untuk melatih individu berbakat dan kreatif. Dan terakhir
dari ekosistem ini juga disediakan K-Culture Valley yang di dalamnya dibangun
104
Felicia Istad, “ A Strategic Approach to Public Diplomacy..”, hal 60
53
menetapkan garis besar umum dan arahan yang lebih luas untuk implementasi
kepada Kementerian Luar Negeri untuk memperkuat koordinasi dan kerja sama
tidak hanya dijalankan oleh pemerintah saja namun juga aktor non pemerintah.
Dalam kasus Hallyu ini peran agensi dan media platform sosial media di Korea
regulator dan penyedia fasilitas bagi industri budaya untuk berkembang. 106
membuat acara di luar negeri dan mengubah grup idola menjadi bintang Hallyu,
untuk mendapatkan lebih banyak sumber berita Hallyu.107 Sehingga kedua aktor
105
Kwang-jin Choi, “The Republic of Korea’s Public Diplomacy Strategy”, hal 16
106
Ferdian dkk, “South Korean Government’s Role in Public Diplomacy: A Case Study of the
Korean Wave Boom”, Andalas Journal of International Studies, Vol 8 No 1, 2019, hal 31
107
Won Young Jin, “Hallyu: Numerous Discourses, One Prespective”…, hal 19
54
melalui kebijakan dan alokasi dana, berbagai festival film internasional mulai
pendatang asing akan disuguhi film-film Korea.108 Selain itu, pemerintah Korea
antara personel media Korea dan negara-negara Asia lainnya, seperti festifal ASF
(Asia Song Festival) untuk menyatukan penyanyi pop Asia melalui konser, dan
dengan memberi intensif dalam bentuk potongan pajak dan menarik konglomerat
Korea karena mereka tidak hanya berinvestasi dalam produksi namun juga
mendukung produser muda Korea yang berpotensi dari sekolah film bergengsi
juga “Chaebol” mulai melakukan aliansi dengan produser film sekitar tahun
108
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy…”, hal 173
109
Ibid hal 176
110
Doobo Shim, “The Growth of Korean Cultural Industries…”, hal 18
55
sinema Korea mulai dari produksi dan investasi hingga distribusi dan
penayangan. 111 Salah satu Hasil dari aliansi produksi film Korea adalah
Secara khusus, film ini menghasilkan14 juta Dolar Amerika di box office Jepang
dari 1,2 juta penonton teater dan menduduki puncak box office Hong Kong,
pencapaian luar negeri yang langka untuk film Korea pada waktu itu.
Sejak itu, banyak film Korea telah dirilis di bioskop asing dan memenangkan
Venesia. Pada tahun 2004 total 193 film Korea diekspor ke 62 negara dengan
K-drama sebagai inti dari diplomasi budaya publik dan upaya branding nasional.
pertunjukan bakat K-pop, dan festival makanan Korea di seluruh dunia melalui
Di antara banyak festival budaya Korea di luar negeri adalah festival ''
Fashion and Passion '' di Brasil, festival K-pop di Meksiko, ''Korea-Iran One
Heart Festival'' di Iran, dan ''KCON Paris'' di Perancis. Penyiar publik bersponsor
111
Doobo Shim, “The Growth of Korean Cultural Industries …, hal 21
112
Doobo Shim, “The Growth of Korean Cultural Industries …, hal 21
56
''Kpop World Festival'' setiap tahun. Festival ini menampilkan kompetisi di atas
beberapa K-pop favorit mereka dalam bahasa Korea. Dalam salah satu acara
festival penghargaan musik besar yang diselenggarakan oleh CJ&EM yaitu Mnet
Asian Music Awards (MAMA) pada tahun 2014 di Hongkong, Presiden Park
Geun Hye memberikan video pesan sebagai dukungan atas gelombang Hallyu
'' Hallyu Dream Festival '' di mana turis asing akan ditawarkan tur kelompok
jarak jauh ke kota tuan rumah untuk berpartisipasi dalam acara besar-besaran
Menurut Nye, budaya populer adalah salah satu sumber utama untuk menciptakan
daya tarik yang mengarah pada kemampuan pengaruh kekuatan kooperatif untuk
membentuk apa yang diinginkan orang lain yang merupakan paradigma utama
kerangka kerja soft power.115 Budaya populer berpotensi berfungsi sebagai alat untuk
menyampaikan nilai-nilai inti dan ideologi negara, sekaligus sebagai jendela terdepan
113
Tae Young Kim dan Dal Yong Jin, “Cultural Policy in the Korean Wave…”, hal 5514
114
Hunshik Kim, “When public diplomacy faces trade barriers…”, hal 4
115
Kozakhmetova, Dinara , Thesis “Soft power of Korean Popular Culture in Japan…”, hal 21
57
populer merupakan alat soft power yang berpotensi dapat digunakan untuk berbagai
keperluan.116
Berdasarkan poin daya tarik dari konsep instrument soft power, Hallyu sebagai
produk industri budaya populer dapat memenuhi syarat sebagai alat soft power. Hal
tersebut dapat terlihat dari kepopuleran Hallyu yang mengglobal karena daya tarik
yang ditawarkan oleh produk Hallyu. Beberapa tulisan mengkritisi bahwa kesuksesan
Kpop didorong oleh faktor hibridasi dan kurangnya elemen budaya Korea itu sendiri
dalam konten Kpop, sehingga keaslian Kpop sebagai produk budaya Korea diragukan.
Namun pernyataan ini dibantah Oh, karena pendapat ini menghilangkan keunggulan
budaya original Korea selain itu juga kurang menjelaskan mengapa negara lain seperti
China dan Vietnam juga menerapkan hal yang sama dalam perindustrian musik
budaya barat dan sistem produksi Jepang, produser K-pop telah menciptakan genre
musik yang berhasil melintasi batas-batas nasional dan secara unik dikaitkan dengan
identitas budaya Korea Selatan. Dengan menciptakan produk baru dari hybridasi
tersebut, industri musik populer Korea telah mampu berkembang dan menjadi salah
116
Galia Press-Barnathan, “Does popular culture matter to International Relations scholars?”
dalam buku Otmazgin and Eyal, Popular Culture and the State in East and Southeast Asia,
Routledge, New York, 2012, hal 31
117
Johan William Jolin, “Tesis: The South Korean Music Industry…,” hal 6
58
satu gerakan musik paling berpengaruh di panggung internasional dan dapat dengan
salah satunya adalah keunikan dan kedua adalah universalitas. ” Industri hiburan
Korea menjadikan musik pop Korea menarik bagi banyak orang di seluruh dunia,
khususnya di Asia. Isinya cukup unik untuk menjadi populer di negara-negara Asia,
namun cukup universal untuk tidak mengecewakan masyarakat Asia yang lebih
konservatif119.
118
Oh, Ingyu dan Hyo-Jung Lee, "Mass Media Technologies and Popular Music Genres: Kpop
and YouTube." Korea Journal, Vol 53 No 4, 2013, hal 47
119
Brian Truong, The Korean Wave: Cultural Export …”, hal 18
59
Pada survei KOFICE 2016 dan 2017, responden diminta untuk memilih dua
popularitas K-pop dengan berbagai karakteristik: penampilan dan gaya idol yang
menarik (14,8%), bagian refrain dengan melodi dan ritme yang menarik (14,7%),
penampilan idol yang luar biasa (12,5%), tren mode dan kecantikan Korea terbaru
Dalam konten drama Korea, pesatnya penyebaran drama dalam ranah global
selain karena kemajuan teknologi seperti internet dan sosial media, juga didorong oleh
nilai-nilai pada drama Korea yang dapat diterima baik oleh negar-negara yang bahkan
bukan berasal dari Asia. Diantara masyarakat Asia, Drama Korea diterima dengan
baik karena memiliki kesamaan atau kedekatan budaya dan nilai sosial pada umunya
seperti hormat pada orang yang lebih tua dan kisah kehidupan sehari-hari yang
orang Asia dan Asia yang mampu meningkatkan ketertarikan bagi para penontonnya
dari luar Asia. K-drama mungkin tidak secara langsung membawa rasa kedekatan
terhadap budaya Asia tetapi daya tariknya mampu memunculkan perasaan senang
dapat merasakan budaya Asia sehingga Drama Korea dan budaya pop lainnya masih
120
Sujong Kim,”Universality and particularity of K-pop as a glocal culture” dalam laporan
Hallyu White Paper, KOFICE, 2018, hal 95
121
Gunjoo Jang, Won K. Paik, Korean Wave as Tool…”,hal 198
122
Hyejung Ju, “The Korean Wave and Korean Dramas”…,hal 5
60
Dalam artikel “ Hallu Now” yang dirilis KOFICE juga menyebutkan bahwa
produk Hallyu bukan hanya sekedar produk ekspor, tetapi memang fenomena yang
diterima oleh publik dengan baik karena kualitasnya. Hal ini karena pada awal
kepopuleran program drama korea atau musik Kpop murni karena kemajuan internet
mempromosikan drama Korea maupun musik Korea, tetapi sudah berhasil memikat
sukarela akan membuat subtitle inggris, membuat konten video reaction, parodi atau
Ekspor budaya populer Korea ini awalnya tidak didorong oleh dorongan
kompeten. Seiring dengan popularitas produk Hallyu tumbuh di Asia dan di kawasan
lain selain Asia (walaupun dengan angka yang lebih rendah seperti di Eropa dan AS),
lembaga budaya pemerintah mulai melihat adanya potensi soft power dalam Hallyu
sebagai cara pemerintah Korea untuk terlibat dengan masyarakat luar negeri
khususnya pemuda. Upaya untuk meningkatkan citra Korea pun selalu berenovasi
selaras dengan budaya kalangan muda global. Sejak tahun 2000an pemerintah Korea
juga semakin serius dalam menggunakan budaya sebagai diplomasi publik melalui
Hong Seok-kyung, “The problems of culture industry of Korea brought about by ”Hallyu”
123
budaya, nilai dan cita-cita suatu bangsa kepada aktor negara lain di internasional.
yang dapat diekspor ke negara-negara asing dan masyarakat mereka. Selain itu, citra
positif membantu negara memperoleh investasi asing dalam kualitas dan kuantitas
berbeda namun saling terkait. Menurut Lucian Jora sesuatu yang membedakan
negara untuk tujuan praktis yang berujung mendorong pertumbuhan ekonomi negara
dari sektor lain.126 Contohnya adalah efek dari pemasaran global Hallyu membuat
penggemarnya mulai menyukai produk Korea lainnya selain Kdrama dan Kpop
125
Hellena Lee,Tesis: soft power indications and public diplomacy: the example of tallinn king
sejong institute, Tallin U niversity of Technology, 2018, hal 9
126
Lucian Jora, “New Practices and Trends in Cultural Dilomacy”, Politic. Science and
International Relation. X, 1, p. 43–52, Bucharest, 2013, hal 45
Jonathan dan Sungwoo Park, “Republic of Korea: K-culture and the Next Wave of Economic
127
Growth”, International Journal of Cultural and Creative Industries, Volume 5, Issue 1, November
2017, hal 73
62
Gambar III.7. nilai ekspor konten budaya Korea (samping kiri)dan ekspor
produk konsumsi karena Hallyu (Samping Kanan)
Dalam laporan KOFICE 2020 dampak Hallyu terhadap ekspor dapat dibedakan
menjadi dampak langsung produk konten budaya (seperti Drama, Film, Musik, Anime,
Games, Acara penyiaran, Komik) dan dampak tidak langsung barang konsumsi
Indikator dampak langsung Hallyu ini telah meningkat lebih dari dua kali lipat
dari tahun 2016 hingga 2019. Pendapatan ekspor konten budaya karena Hallyu, yang
berjumlah sekitar $ 3,1 miliar pada tahun 2016, tumbuh menjadi sekitar $ 4,7 miliar
pada tahun 2017 dan sekitar $ 5,4 miliar pada tahun 2018. Dalam Tahun 2019, dari
63
total nilai ekspor konten budaya sekitar $ 10,306 miliar, sekitar $ 6,384 miliar berasal
perubahan dan fluktuasi dapat diamati antara tahun 2016 hingga 2019. Ekspor barang
konsumsi dan pariwisata akibat Hallyu meningkat dari sekitar $ 4,4 miliar pada tahun
2016 menjadi sekitar $ 5,1 miliar pada tahun 2017, tetapi turun menjadi $ 4,7 miliar
pada tahun 2018. Selain itu, total ekspor barang konsumsi dan pariwisata, yang
menunjukkan penurunan pada tahun 2018, meningkat tajam pada tahun 2019. Pada
tahun 2019, ekspor barang konsumsi dan pariwisata akibat Hallyu mencapai $ 5,935
Tujuan nation branding dalam bidang ekonomi sejalan dengan tujuan diplomasi
publik dalam menciptakan bilateral dengan negara lain. Hubungan keduanya terdapat
pada efek ekonomi dari nation branding melalui ekspor impor budaya populer dapat
mendorong hubungan bilateral dengan sesama aktor negara maupun non-aktor negara.
Hal ini juga merupakan perluasan nyata dari apa yang digambarkan Joseph Nye
sebagai Soft Power negara. Seperti yang dinyatakan Felicia dalam pendekatan
terhadap diplomasi publik Korea melalui Hallyu, meskipun tidak ada metode ilmiah
yang tersedia untuk mengukur soft power, namun indikator ekonomi dapat
128
KOFICE, “Global Hallyu Trends: Diagnosing the present and future of Hallyu across the
world”,2020, hal 30-
129
KOFICE, “Global Hallyu Trends: Diagnosing the present and future of Hallyu across the
world”,2020, hal 31
130
Felicia Istad, “ A Strategic Approach to Public Diplomacy..”, hal 13
64
Mellisen juga menemukan titik temu antara nation branding dengan diplomasi
peran dan fungsi diplomasi publik untuk membentuk opini publik terhadap negara
tersebut.131 Korea yang terletak di antara kekuatan besar Cina dan Jepang, Korea
diperolehnya melalui hubungan ini. Nation Branding juga dapat menjadi faktor yang
sangat besar dalam menciptakan kembali citra negara yang sebelumnya negatif dan
tidak menguntungkan karena sejarah. 132 Oleh karena itu, peran nation branding
memiliki hubungan dengan peran diplomasi publik yang berfokus pada perbaikan
citra suatu negara untuk mendukung kebijakan luar negeri sebuah negara.
Diplomasi publik yang diupayakan Korea selain untuk melepas image negara
miskin pasca sejarah perang semenanjung Korea, adalah juga untuk melepaskan diri
dari bayang-bayang negara powerful yang menjepitnya. 133 Dalam laporan EAI
National Security Panel, salah satu dari 10 agenda utama kebijakan luar negeri Korea
Jan Mellisen, “The new public diplomacy: Soft Power in International Relation”, Palgrave,
131
Macmilan,2005 hal 20
132
Hellena Lee,Tesis: soft power indications and public diplomacy:…”, hal 9
133
David Alexandre Hjalmarsson, “South Korea’s Public Diplomacy:…”, hal 284
65
tingkat lokal (Semenanjung Korea), regional (Asia Timur) dan global. Dalam tingkat
Korea dengan memberikan penghargaan kepada aktor atau aktris yang terlibat dalam
industri budaya ini sebagai duta untuk berbagai kegiatan. Upaya ini dianggap sebagai
Girls dinobatkan sebagai Duta Makanan Korea, Kim Hyun Joong sebagai Duta Besar
PBB untuk Program Kesejahteraan Sosial dan Hyun Bin sebagai Duta Besar
Pertahanan Korea.134
hal sangat penting bagi Korea untuk mencegah hubungan AS dan China memburuk
terutama karena ketidakpercayaan strategis yang mendalam yang dipicu oleh konflik
yang melibatkan "kepentingan inti" satu sama lain. Hubungan Korea Selatan-Jepang
juga tidak kalah penting mengingat kemitraan tidak langsung Korea Selatan-Jepang
berdasarkan aliansi dengan AS, Korea merasa harus mencegah terhambatnya kerja
sama bilateral dengan Jepang oleh isu sejarah dan teritorial di bidang politik.
negara secara langsung atau tidak langsung melalui kerja sama dengan pemerintah
daerah atau sektor swasta untuk meningkatkan pemahaman dan kepercayaan publik
134
Ferdian dkk, “South Korean Government’s Role in Public Diplomacy: hal 7
135
EAI National Security Panel (NSP) Report, Toward 2020: Ten Agendas for South Korea’s
Foreign Policy, 2012 , hal 2
66
asing dengan menggunakan budaya, pengetahuan dan kebijakan.136 Dalam hal ini
produk pop culture Korea Selatan berupa drama Korea, musik K-pop, dan film telah
membangkitkan minat publik di berbagai negara terhadap Korea yang tidak berhenti
pada minat terhadap konsumsi industri pop culture saja, tetapi juga memfasilitasi
pertukaran budaya dengan mengembangkan minat publik pada bahasa dan budaya
Brian Peterson, sekretaris kedua dari Departemen Luar Negeri AS yang bertugas
di Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada 2011 mengatakan dalam sebuah
"If you can use the music, or the movie, or whatever to get their attention,
then they may develop more interest in other things about Korea. And then
they will be more likely to listen to things about Korea's policy, Korea's
goals and other things Korea does in the world,"138.
“Jika Anda dapat menggunakan musik, atau film, atau apa pun untuk
menarik perhatian mereka, mereka mungkin kemudian akan lebih tertarik
pada hal-hal lain tentang Korea. Dan kemudian mereka akan lebih
cenderung mendengarkan hal-hal tentang kebijakan Korea, tujuan Korea,
dan hal-hal lain yang dilakukan Korea di dunia”
Seperti yang dijelaskan Jung dalam penelitiannya terkait bagaimana potensi
membuktikan bahwa semakin banyak orang terpapar berita dengan atribut positif
pada penerimaan yang baik dari produk budaya populer mereka terhadap khalayak
136
Junghyun Cho,Non-State Actor Participation in Korean Public Diplomacy: Case Study of
Karandashi Project”, dalam buku Kadir Ayhan (Ed.), Korea's Public Diplomacy, Seoul, Korea:
Hangang Network, 2016 hal 125
137
Yun Young Cho, “Public Diplomacy and South Korea’s Strategies”…, hal 292
138
Yonhap, “Korean Wave the Best Tool for Public Diplomacy with US: Diplomat”, The Korea
Herald, 4 September 2016, http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20160904000106 diakses
pada 13 Oktober 2020
67
asing, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengubah persepsi mereka secara
Memang sulit menentukan efektifitas dari soft power karena tujuan dari soft
power cenderung lebih sulit diukur dari hard power yang mana tujuan yang ingin
didapatkan spesifik pada satu objek. Soft Power lebih cocok digunakan untuk
karena itu Nye lebih melihat soft power pada kemampuan suatu negara
internasional.140
139
Hyeri Jung, Agenda-setting in the realm of popular culture: The case of the Korean Wave in
East Asia, Global Media and Communication, Eastern University, 2019 , hal 12
140
Joumane Chahine, tesis: public diplomacy: a conceptual framework,McGill University, 2010,
hal 53
BAB IV:
Dinamika industri budaya populer Korea Selatan atau yang sering disebut Hallyu
faktor: pertama struktur politik negara tujuan, media domestik negara tujuan, dan
hubungan sejarah antara negara tersebut dengan Korea dan opini publik141. Dalam
kasus Hallyu di Jepang ini, dinamika Hallyu lebih dipengaruhi oleh sejarah kedua
Kontak sosial budaya Korea Jepang sebenarnya telah terjadi lama sebelum
perjanjian Joint Declaration New 21st Century yaitu saat dilaksanakannya Olimpiade
Seoul 1988, namun arus timbal balik budaya populer baru terjadi setelah perjanjian
tersebut. Itu pun, budaya populer Korea di Jepang tidak langsung populer seperti
negara Asia Timur lainnya seperti di China dan Vietnam. Drama Korea baru populer
di Jepang setelah kedua negara berkolaborasi menjadi tuan rumah untuk ajang Piala
Film Korea terlebih dahulu berhasil populer di Jepang dengan film Shiri dan
Sassy Girl di tahun 2000 namun kepopulerannya tidak setinggi Winter Sonata. Winter
Sonata pertama kali disiarkan pada pukul 10 malam setiap Kamis dari April 2003 oleh
NHK (Nippon Hoso Kyokai). Tingkat penonton rata-rata saat itu masih sekitar 1,1%.
141
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy in China and
Japan”, dalam “Korea’s Public Diplomacy”, Hangang Network, Seoul, 2016, hal 167
Yoshitaka Mori, “Winter Sonata and Cultural Practicesof Active Fans in Japan:Considering
142
Middle-Aged Women as Cultural Agents”, dalam “East Asian Pop Culture: Analysing Korean
Wave”, Hongkong University Press, 2008, hal129
68
69
Namun, popularitasnya meningkat menjadi 20% secara bertahap dari mulut ke mulut
dan pada akhirnya, NHK menerima banyak pertanyaan tentang penyiaran ulang.
kalangan wanita paruh baya yang disebut juga Yonsama Phenomenon, dimana kaum
wanita terutama dengan rentang umur 30-60 tahun dan kebanyakan merupakan ibu
rumah tangga mengagumi aktor utama dari drama tersebut yaitu Yonsama yang
diperankan oleh Bae Young Jun. Fenomena ini disorot media pertama kali saat
kerumunan 5000 wanita paruh baya Jepang menunggu kedatangan Bae Yong Jun di
Bandara Internasional Tokyo dan menjadi highlight di hampir semua surat kabar
ataupun media pada umumnya saat fans Bae Yong Jun mengadakan acara ulang tahun
Fenomena Yonsama ini memberi peluang bagi konten budaya populer Korea
lainnya untuk masuk ke pasar Jepang. Seperti musik Korea yang berhasil memasuki
chart musik Oricon di Jepang pertama kali oleh penyanyi Boa. Setelah itu daya tarik
masyarakat Jepang terhadap grup Korea lainnya mulai meluas di kalangan generasi
muda145. Kara dan Orange Caramel mendapat kepopuleran semakin besar setelah
merilis album Jepang dengan berhasil menduduki urutan ke-5 chart harian di Oricon.
143
Yoshitaka Mori, “Winter Sonata and Cultural Practicesof Active Fans in Japan…”, hal 130
144
Yoshitaka Mori, “Winter Sonata and Cultural Practicesof Active Fans in Japan…”, hal 131
Nick Desiden, “Bubble Pop: An Analysis of Asian Pop Culture and Soft Power Potential”,
145
sebanyak 140.000 setelah album Jepangnya laku terjual sebanyak 500.000 copies di
pasar jepang.146
Mulai tahun 2011 NHK mengundang tiga grup idola Korea - Girls 'Generation,
KARA, dan TVXQ - untuk tampil di acara tahunan besar di jepang yang biasanya
mendapat rating rata-rata lebih tinggi dari 40% yaitu Kōhaku Uta Gassen, yang
dijuluki sebagai "Festival Lagu Akhir Tahun,". Sejak itu grup Kpop lainnya seperti
Bigbang, Shinee, 2PM, Wonder Girl, Super Junior dan lain lain juga terbiasa muncul
di media televisi Jepang dalam program siaran acara musik di Jepang147. Tidak hanya
melalui televisi, penggemar Jepang juga menikmati musik Kpop dari platform media
Youtube. Menurut laporan KOCIS Jepang juga menjadi negara dengan penonton
Kepopuleran budaya populer ini harus mengalami hambatan pada tahun 2012 saat
sudah berjalan lama, pertukaran bilateral di Korea dan Jepang juga telah berkembang
sejak pergantian milenium, namun masalah sejarah masih tetap menjadi sesuatu yang
sensitif yang berpotensi memengaruhi hubungan bilateral secara dramatis, begitu juga
berkembang pesat di Jepang. Konflik seputar buku teks sejarah sayap kanan Jepang
146
KOCIS, “The Korean Wave A New Pop Culture Phenomenon”, Contemporary Korea No 1,
2011, hal 41
147
Sunyoung Kwak, Thesis “Rethinking the Expediency of the Regional Flow of Pop Culture…”,
hal 67
148
KOCIS, “The Korean Wave A New Pop Culture Phenomenon”, Contemporary Korea No 1,
2011, hal 40
71
Selain itu, status Korea yang termasuk ke dalam negara berkembang dibanding negara
tetangganya di kawasan Asia Timur, dalam bidang ekonomi dan militer membuat
dengan adanya gerakan kelompok anti Hallyu yang mulai muncul pada tahun 2005.
Kenkaryu berisi konten tidak hanya kebencian tentang popularitas budaya korea itu
sendiri namun juga kebencian akan masyarakat Korea yang tidak lepas dari sentimen
sejarah masa lalu.151 Masa lalu Jepang yang juga pernah memimpin Asia Timur
dalam budaya populer juga membuat sentimen di Jepang terhadap Korea semakin
membesar.152
Anti Hallyu muncul pada tahun 2005 yang dalam bahasa Jepang dinamakan
diarahkan pada budaya populer Korea Selatan, baik itu musik, film, aktor, atau
penyanyi. Konsep ini juga terkait erat dengan sentimen anti-Korea (혐한"hyeom han")
yang lebih luas melibatkan kebencian terhadap rakyat dan / atau negara. Sebagian
besar gerakan dari anti-Korea ini adalah serangan balik sebagai tanggapan atas
149
Sunyoung Kwak, Thesis “Rethinking the Expediency of the Regional Flow of Pop Culture…”,
hal 46
150
Oh Seungyun, Tesis: Shifting Soft Power Dynamics in Anti-Hallyu of China and Japan, Seoul
National University, 2017, hal 36
151
Ugnė Mikalajūnaitė, Thesis “anti-korean wave and far-right wing nationalism in japan”,
Leiden University, 2015, hal 8
152
Jonghoe Yang, “The Korean Wave (Hallyu) in East Asia: …”, hal117
72
Jepang juga tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kemunculan kembali organisasi
sayap kanan ekstrim di awal tahun 2000-an, yang mendasarkan agenda mereka tidak
hanya pada protes berbagai pemerintahan kebijakan dan perselisihan yang berkaitan
dengan negara asing, tetapi lebih khusus lagi tentang kebencian terhadap orang
Korea.153
Dalam tesis yang ditulis Ugne, gerakan anti -Hallyu di Jepang termasuk yang
golongan nasionalis sayap kanan Jepang hingga berhasil mencetak manga Kenkaryu
yang laris terjual di Jepang. Komik tersebut lebih menceritakan pada masalah sejarah
dan hubungan kedua negara seperti Piala Dunia 2002 yang dipandu oleh Korea
dan drama Korea populer "Winter Sonata" hanya ditulis sebanyak 13 lembar dari
jumlah total 90 lembar. Gerakan ini juga mampu menggerakan ribuan massa untuk
turun ke jalan, contohnya adalah demonstran anti hallyu di depan Fuji yang
memprotes penayangan drama korea terlalu sering, protes ini terjadi hingga dua kali
dalam Bulan Agustus tahun 2009.154 Disusul pada tahun 2011 terbit buku berjudul
“Chase of Fabricated Korean Boom” yang berisikan sisi negatif dari dunia industri
Kpop155. Ketegangan ini juga diperparah dengan sengketa wilayah Pulau Dokdo
153
Ugne Mikalajunaite, Thesis: “Anti-Korean Wave and Far-Right Wing Nationalism in Jpan”,
Leiden University, 2015, hal 10
154
Ugne Mikalajunaite, Thesis: “Anti-Korean Wave and…”, hal 9
155
Kozakhmetova, Dinara , Thesis “Soft power of Korean Popular Culture in Japan…”, hal 39
156
Oh Seungyun, Tesis: Shifting Soft Power Dynamics …” , hal 62
73
Awalnya gerakan ini belum memengaruhi pihak media Jepang untuk tetap
menampilkan konten budaya populer Korea, namun setelah ketegangan politik kedua
negara meningkat, pada tahun 2014 kabel televisi Jepang Asahi, NHK, dan TBS
Korea, televisi Jepang juga berusaha mengurangi penyiaran acara Kpop. Sejak akhir
2012 hingga 2015 awal Jepang berhenti mengundang artis Kpop ke acara musik di
Jepang lagi khususnya acara music prime time di saluran Asahi yang merupakan
satu-satunya acara musik yang menampilkan lagu hit terbaru di .158 Festival musik
terbesar di Jepang FNS juga berhenti mengundang artis Kpop untuk tampil di acara
tersebut. Boikot penyanyi Korea tersebut datang dari tuntutan politisi Jepang atas isu
seputar Dokdo. Banyak perusahaan dan pejabat penyiaran sangat berhati-hati dengan
Korea Selatan sebelumnya belum pernah menjadi negara hegemoni dari segi
ekonomi maupun militer. Begitu juga dalam ekspor produk budaya populer, Korea
Selatan masih belum sepesat Jepang dan China yang terlebih dahulu menguasai pasar
budaya populer. Oleh karena itu saat popularitas Hallyu berhasil mencapai
157
Hunshik Kim, “When public diplomacy faces trade barrier…”, hal 6
158
Sunyoung Kwak, Thesis “Rethinking the Expediency of the Regional Flow of Pop Culture…”,
hal 61
159
Japan’s 2012 FNS Song Festival exclude Kpop singer from list, diakses dari
https://kpopconcerts.com/k-pop-news/japan%e2%80%b2s-%e2%80%b22012-fns-song-festival%
e2%80%b2-excludes-k-pop-singers-from-the-lineup/ pada 11/12/2020 pukul 21.25 WIB
74
dan media.160 Keadaan ini dimanfaatkan pemerintah Korea Selatan sebagai strategi
Korea Selatan untuk menjadi salah satu instrumen diplomasi publik Korea yang
sebelumnya masih asing dipraktikan oleh Korea Selatan dan tidak terlalu
diperhatikan.161
Nilai ekonomi Hallyu juga tidak dapat disangkal, dari laporan MCST menyatakan
bahwa ekspor produk TV Korea meningkat dari 12,7 juta US Dollar pada tahun 1999
menjadi 102 juta US Dollar di tahun 2005 dengan Drama Korea menempati proporsi
budaya populer Korea Selatan Jepang menjadi pengimpor industri budaya Korea
terbesar sejak 2003, tercatat dari keseluruhan presentasi ekspor budaya Korea, 70%
adalah ekspor dari Korea ke Jepang.163 Kepopuleran drama Korea di Jepang ini juga
menguntungkan pihak media Jepang yang telah meraup keuntungan lebih dari 100
Industri pop culture ini tidak hanya menguntungkan perekonomian Korea saja
namun juga sebagai kesempatan pertukaran budaya dalam meningkatkan kerja sama
dengan Jepang berdasarkan kesamaan paham nilai dan budaya yang diharapkan dapat
memperbaiki hubungan kedua negara walaupun dengan ingatan sejarah yang kurang
160
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy…”, hal 171
161
David Alexandre Hjalmarsson, “South Korea’s Public Diplomacy: A cultural approach”,
Sodertorn University, 2013, hal 28
162
Beng-Huat Chua, “Delusional desire: soft power and television drama” dalam “East Asian
Pop Culture: Analysing Korean Wave”, Hongkong University Press, 2008,hal 69
163
Millie Creighton, “Through the korean wave looking glass : Gender,Consumerism,
Transnationalism, Tourism Reflecting JapanKorea Relations in Global East Asia”, The
Asia-Pacific Journal : Japan Focus, Volume 14, Issue 7, No 7, Apr 01, 2016, hal 3
164
Sunyoung Kwak, Thesis “Rethinking the Expediency of the Regional Flow of Pop Culture…”,
hal 39
75
baik, hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan Kim Dae Jung saat penerimaan maaf
hubungan Korea dengan beberapa negara asing yang diantaranya adalah mendorong
banyak penggemar nya untuk meniru style bintang K-pop, bepergian ke Korea dan
belajar bahasa Korea. Selain itu artis Hallyu juga mulai banyak diikutsertakan dalam
misi diplomatik salah satu contohnya adalah kedatangan penyanyi Korea Boa untuk
tampil di KTT APEC pada 2005. Aktor Korea Choi Ji-Woo juga bertemu dengan
Persahabatan Korea-Jepang".166
lebih baik. Seperti yang dipaparkan dalam beberapa penelitian tentang Hallyu di
dalam hubungan Korea dan Jepang. Dari wawancara yang dilakukan Mori
menyebutkan bahwa masyarakat Jepang merasa lebih dekat dengan Korea setelah
Winter Sonata populer di Jepang. Hanaki juga menunjukkan secara umum fenomena
165
Seonghoo Sheen,” Japan-South Korea Relations:Slowly Lifting the Burden of History?”,
dalam Occasional Paper Asia-Pacific Center for Security Studies, 2003, hal 1.
166
Kozakhmetova Dinara, Thesis “Soft power of Korean Popular Culture in Japan…”, hal 11
Sunyoung Kwak, Thesis “Rethinking the Expediency of the Regional Flow of Pop Culture…”,
167
hal 59
76
memandang warga korea orang yang sopan, baik dan bijak168. Dari perubahan opini
yang membaik ini kemudian membawa efek domino terhadap jumlah turis Jepang ke
Korea dan sebaliknya hingga efek terhadap diaspora kependudukan Korea di Jepang
dengan terbukanya usaha ekonomi yang membutuhkan warga Korea begitu juga
sebaliknya.169
Berkembangnya usaha toko produk Korea yang diolah oleh penduduk Korea di
Gelombang Hallyu ini juga membuat masyarakat Jepang menjadi terbiasa dengan
kehadiran budaya Korea lainnya,toko-toko yang menjual makanan dan serba serbi
Korea juga mendapat sambutan baik bahkan di acara festival besar Jepang
sekalipun.170
permukaan, budaya populer Korea juga tidak luput terkena dampak dari masalah
tersebut. Namun dengan kejadian tersebut penulis dapat melihat peran budaya populer
Korea sebagai soft power dalam praktik diplomasi publik Korea Selatan di Jepang di
tengah sengketa politik sejarah Korea-jepang. Mengutip pendapat Nye tentang peran
diplomasi publik dalam membantu mewujudkan kebijakan luar negeri suatu negara.171
168
Kozakhmetova, Dinara , Thesis “Soft power of Korean Popular Culture in Japan…”, hal 8
169
Millie Creighton, “Through the korean wave looking glass…”, hal 4
170
Millie Creighton, “Through the korean wave looking glass”…, hal 4
171
Yun Young Cho, “Public Diplomacy and South Korea’s Strategies”…,hal281
77
Nye categorizes the three dimensions of public diplomacy that, he claims, help a
nation accomplish its goals through diplomatic activities: daily communication;
strategic communication; and the sustainable relationship among individuals
through academic activities, exchanges, training, seminars and diverse media
channels.
Nye mengkategorikan 3 dimensi kegiatan diplomasi publik yang ia yakini
membantu mewujudka tujuan negara, yaitu melalui: aktivitas diplomasi antar
negara, strategi komunikasi, hubungan jangka panjang antara individu suatu
negara melalui aktivitas, pertukaran, seminar maupun dari saluran media.
Berdasarkan pernyataan Nye, penulis menemukan dua kontribusi spesifik dari
budaya populer Korea di Jepang sebagai instrumen kegiatan diplomasi publik Korea
panjang antar- individu. Kedua adalah sebagai strategi alternatif komunikasi antara
public dengan privat Korea-Jepang. Dua peran ini akan dibahas lebih rinci pada
Puluhan massa anti-hallyu pada tahun 2012 dilaporkan oleh Korea Times
kembali turun ke jalan tiap akhir pekan. Para pengunjuk rasa biasa berbaris
melalui jalan-jalan yang ramai dengan restoran dan toko Korea yang menjual
pesan kebencian secara bersamaan.172 Gerakan anti-Hallyu pada saat itu selain
172
Anti-hallyu voices growing in Japan, Korea Times, 21 Februari 2014 diakses melalui
http://m.koreatimes.co.kr/pages/article.asp?newsIdx=152045 pada 10/12/2020 20.50 WIB
78
terkait Pulau Dokdo dan issu sejarah selama Perang Dunia 2 yang muncul
budaya populer Korea sebagai Soft power dapat menjadi alternatif lain untuk
menggunakan hard power. Soft power memiliki pendekatan lain terhadap negara
mendukung kebijakan luar negeri negara tersebut. Sesuai dengan peran soft
power, penulis melihat kasus Hallyu di Jepang ini efektif dalam memengaruhi
Hal tersebut dapat terlihat dari aktivitas penggemar Hallyu yang tetap
artis Kpop di saluran TV. Konser musik Kpop masih terlihat aktif di Jepang
begitu juga dengan perilisan album Jepang oleh artis Kpop. Saat politik
Korea-Jepang memburuk, grup band Bigbang sedang berada dalam masa populer
di Jepang. Setelah berhasil menggelar konser BigBang “Alive” pada tahun 2012
173
Big Bang’s “Alive Galaxy Tour 2012” at Kyocera Dome in Japan, Soompi, 26 November
2012 diakses melalui
https://www.soompi.com/article/448090wpp/big-bangs-alive-galaxy-tour-2012-at-kyocera-dome-i
n-japan-check-out-all-the-concert-photos-here-2 pada 11/12/2020 08.24 WIB
79
Selain Bigbang, girl group SNSD juga kembali menggelar konser keduanya di
Jepang di 7 kota berbeda setelah di tahun 2011 mereka juga telah sukses
menggelar konser tur pertama di Jepang175. Tahun 2013 girl group Kara juga
Selain konser, album musik Kpop masih terhitung banyak diminati di Jepang.
Menurut data dari oricon yang dikumpulkan oleh Sunyoung sejak tahun 2009
musik Kpop mampu bertahan dalam Top 100 album populer di chart Oricon
Jepang hingga tahun 2016. Album Girl generation dan TVXQ merupakan group
yang berhasil masuk di urutan top 10 album populer di chart Oricon di tahun
2011 dan 2013.177 Chart tersebut dilihat dari survey penjualan album Jepang,
Steve McClure, mantan Kepala Biro Asia majalah Billboard dan penerbit
budaya pop Korea akan terus mendengarkan drama TV Korea dan musik pop
174
“Big Bang closes Japan Dome Tour, breaks ticket sales record”, The Korea Herald, 14 Juni
2014 diakses melalui http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20140114000833 pada
11/12/2020 08.40 WIB
175
Girls’ Generation Sets New Record with Japanese Tour, Soompi, 22 April 2013 di akses
melalui
https://www.soompi.com/article/491866wpp/girls-generation-sets-new-record-with-japanese-tour
pada 11/12/2020 09.13 wib
176
Kara Successfully Ends Tokyo Dome Concert With Tears, Soompi, 8 Januari 2013, diakses
melalui
https://www.soompi.com/article/463479wpp/kara-successfully-ends-tokyo-dome-concert-with-tea
rs pada 11/12/2020 09.00 WIB
177
Sunyoung Kwak, Thesis “Rethinking the Expediency of the Regional Flow of Pop
Culture…”,hal 64
80
terlepas dari isu kedua negara “I think most Japanese fans of Korean pop culture
majalah wanita Josei Seven yang berjudul “South Koreans' century of 'anti-Japan'
enmity that has even Hanryu fans squirming”, artikel tersebut memberikan hasil
survei terhadap 100 penggemar drama Hanryu, wanita di segmen usia 20 hingga
dengan budaya, dan tidak berniat berhenti menjadi penggemar, 12 persen lainnya
antar dua negara, dan hanya 10 persen yang mengatakan bahwa mereka sedang
pada akhir 2015 dengan kemunculan Boa di "FNS Music Festival", Big Bang
juga tampil di "Music Station" dan mendapatkan rating penonton hingga 20%.
178
Will the Takeshima dispute break the Korean wave?, The Japan Times, 22 september 2012
diakses melalui
https://www.japantimes.co.jp/news/2012/09/02/national/media-national/will-the-takeshima-disput
e-break-the-korean-wave/ pada 8/12/2020 09.15WIB
81
dengan politik Korea-Jepang pasca pertemuan Presiden Korea Park Geun-hye dan
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada pertemuan puncak Jepang-Korea untuk
tindakan dari pemerintah tetap stabil. Publik Jepang terutama penggemar Hallyu
tetap tidak terpengaruh oleh hubungan sejarah dan politik antara kedua negara.
Hal ini menunjukkan efektifitas Hallyu sebagai instrumen soft power yang
mampu menggantikan material hard power yang tidak dimiliki Korea di ranah
internasional.
Tidak hanya di acara TV, tahun 2017 artis Kpop juga mulai diundang dalam
festival musik besar di Jepang. TWICE pada tahun 2017 menjadi artis Kpop
pertama yang akan tampil dalam acara musik bersejarah Malam Tahun Baru
Jepang Kōhaku Uta Gassen di saluran NHK.180 Situasi ini seperti menunjukkan
unduhan file musik, konser, dan fansign terus mengalami pergerakan, yang
menunjukkan prospek positif untuk masa depan Hallyu di Jepang.181 Idol grup
179
Sunyoung Kwak, Thesis “Rethinking the Expediency of the Regional Flow of Pop Culture…”
hal 101
180
Soompi, TWICE To Be First Korean Artist In 6 Years To Appear On Famous Japanese
Year-End Show, 16 November 2017 diakses melalui
https://www.soompi.com/article/1078865wpp/twice-first-korean-artist-6-years-appear-famous-jap
anese-year-end-show pada 11/12/2020 05.38 WIB
Chang Gyu-soo, “K-Pop which lost its way... toward Japan again?” dalam Global Hallyu Issue,
181
seperti EXO, Big Bang dan TWICE membuktikan popularitas tinggi mereka
dengan menduduki peringkat No. 1 tidak hanya di Oricon, tangga musik terbesar
Fakta daya tarik Hallyu di tengah masyarakat Jepang ini dapat dijelaskan
mengingat ledakan gelombang Hallyu ketiga baru saja dimulai saat Kpop mulai
menyebutkan bahwa dari 2016 hingga 2017, terdapat peningkatan yang cukup
besar dari 14 juta penggemar hallyu di seluruh dunia. Pasar musik Korea juga
meningkat dua kali lipat karena peningkatan 94%, sebesar 25,5% di Eropa dan
37,8% di Asia Tenggara.183 Begitu juga di Jepang yang tidak luput dari ledakan
Hallyu ketiga ini. Hwang Seon-hye, direktur Pusat Bisnis KOCCA di Jepang
berpendapat dalam sebuah forum di Seoul menjelang acara musik Mnet award
pertama kali di Jepang tentang ledakan gelombang tiga yang diluar imajinasi.
We see the third generation hallyu in Japan began in 2017. Many people in the
imagination,".184
karena masalah sejarah yang berujung pada konflik perdagangan. Pada tanggal 2
182
Hando Chizuko, “Changes of paradigm in Hallyu consumption in Japan”, dalam Global
Hallyu Issue, April 2017, Monthly Report KOFICE , hal 13.
183
Hallyu White paper, KOFICE, 2018, hal 8
184
Hallyu fervor rekindled in Japan amid diplomatic row, Korea Times, 15 Desember 2018
diakses melalui https://www.koreatimes.co.kr/www/art/2020/11/732_260421.html pada 3
November 2020 08.55 WIB
83
Agustus 2019 kabinet Jepang memutuskan untuk menghapus Korea Selatan dari
daftar mitra dagang tepercaya. Korea Selatan menanggapi dengan langkah yang
militer dengan Jepang. 185 Perselisihan antara Jepang dan Korea Selatan
didominasi oleh dua masalah yang telah terjadi sejak 2 tahun terakhir yaitu
kolonial Jepang yang menurut Jepang hal itu telah terselesaikan saat perjanjian
tahun 1965, dan insiden militer di dalam zona ekonomi eksklusif Jepang pada
Desember 2018.186
ada. Salah satu contohnya adalah yang terjadi pada grup idol BTS tahun 2018.
BTS sehari sebelum acara. Pembatalan ini dilaporkan karena foto-foto lama
KOREA" ramai di media sosial. Di usut di antara sosial media penggemar BTS
hal ini dimulai karena Makoto Sakurai, pendiri kelompok pembenci ekstrimis
sayap kanan dan ultra-nasionalis Zaitokukai, menulis blog tentang kaos yang
185
Washington Post, Japan-South Korea Dispute Escalates as Both Sides Downgrade Trade Ties,
02 Agustus 2019, diakses melalui
https://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/japan-downgrades-south-korea-as-trade-part
ner-as-bitter-dispute-escalates/2019/08/01/6a1d83ec-b4cc-11e9-8e94-71a35969e4d8_story.html
pada 15/12/2020 14.30 WIB
186
Sakaki, Alexandra, “Japan-South Korea Relations –A Downward Spiral” Stiftung Wissenchaft
und Politik (SWP Comment), No 35 Agusutus, 2019, hal 2
84
tersebut, dan masalah tersebut dengan cepat diangkat oleh Twitter Jepang sayap
kanan.187
Pada saat isu ini terangkat di publik Jepang, minat Jepang terhadap konten
Hallyu masih tinggi dan belum terpengaruh oleh fluktuasi sengketa sejarah antara
keduanya. KOFICE 2019 mencatat kenaikan ekspor musik dan konten siaran
Korea di Jepang sejak mulai pulih pada tahun 2015 terus mengalami peningkatan
hingga 2018. pada tahun 2015 ekspor musik Korea ke Jepang mencapai 242,370
dolar amerika pada 2017 menjadi 320.599 dolar amerika.188 Sedangkan konten
siaran TV Korea mengalami kenaikan jumlah yang awalnya 58,63 dolar amerika
Saat puncak sengketa kedua negara pada pertengahan 2019 hallyu di Jepang
terhadap Hallyu semakin meningkat karena efek politik, dari 23,6 persen di tahun
2017 menjadi 31,4 persen di tahun 2019, walaupun begitu popularitas Hallyu di
terakhir pada 2017 hingga 2019 di antara negara mayor penerima Hallyu lainnya.
Perubahan pandangan publik menjadi negatif terhadap Korea melalui Hallyu juga
mengalami penurunan dari 30,4 persen menjadi 16,2 persen di tahun 2019.
187
Rosemarie Ho, The Outline, Why BTS is in Trouble over a T-shirt, 15 November 2018 diakses
melalui https://theoutline.com/post/6588/bts-japan-shirt-nazi-hat-cancelled-concert pada
14/12/2020 14.46 WIB
188
KOFICE, Hallyu White Paper 2019, hal 85
189
KOFICE, Hallyu Whitte Paper 2019, hal 16
85
online Japan Times mengenai keberadaan Hallyu di tengah sengketa dua negara
menyukai budaya pop Korea Selatan tetapi tidak peduli dengan politik atau
yang mungkin memahami dan peduli tentang hubungan antara kedua negara,
album Jepang oleh artis Kpop tetap laku terjual di Jepang dan menurut laporan
dan BTS menduduki puncak tangga lagu ke 3 di Oricon Jepang untuk best selling
album.191 Pada awal 2020 BTS menjadi artis asing pertama yang menduduki
semua chart di Oricon selama enam hari berturut-turut dengan album Jepang
eksemplar.192
190
The Japan Times, Trade spat sees K-pop caught in the middle, 14 Agustus 2019, diakses
melalui
https://www.japantimes.co.jp/culture/2019/08/14/music/trade-spat-sees-k-pop-caught-middle/
pada 15/12/2020 14.57 WIB
191
Soompi, “BTS,Twice, IZOne, Seventeen and more Earn Spots on Oricon’s Charts for First
Half of 2019”, 20 Juni 2019, diakses melalui
https://www.soompi.com/article/1333499wpp/bts-twice-izone-seventeen-and-more-earn-spots-on-
oricons-charts-for-first-half-of-2019 pada 15/12/2020 22.00 WIB
192
The Jakarta Post, “BTS tops Oricon’s Album Sales for First Half of 2020”, 19 Juni 2020,
diakses melalui
86
Selain musik Kpop, drama Korea menjadi tiga video teratas dalam daftar 10
teratas dengan Netflix Jepang "Crash Landing on You" menduduki puncak daftar
masing-masing berada di urutan kedua dan ketiga. Penyanyi Jepang Yukika juga
saat wawancara dengan Korea Times pada Agustus 2020, ia berkata bahwa
ledakan hallyu ketiga di Jepang itu nyata dan bukan karena semata hype oleh
yang menonton drama dan film Korea di berbagai media online seperti YouTube
dan mereka tidak lagi menonton siaran TV atau membaca koran. Mereka hanya
memilih apa yang ingin mereka konsumsi. Hamahira seorang DJ radio Kobe juga
mengemukakan pendapatnya
mendorong hubungan sosial budaya antara masyarakat ini tetap terjaga walaupun
https://www.thejakartapost.com/life/2020/06/19/bts-tops-oricons-album-sales-for-first-half-of-202
0-.html#:~:text=Korean%20pop%20giant%20BTS%20has,the%20Soul%3A%207%20ranked%2
0No. pada 15/12/2020 22.07 WIB
The Korea Times, “Hallyu resurges in Japan amid diplomatic rift”, 23 Juli 2020, diakses
193
menemukan bahwa tidak ada penurunan antusiasme terhadap segala hal tentang
hallyu yang bertahan di tengah fluktuasi hubungan dua negara karena sengketa
sejarah ini menunjukkan hasil dari proses kognitif pengalihan sumber soft power
menjadi soft power yang disebutkan Lee Geun Hye, dimana sumber soft power
dapat disampaikan negara penghasil soft power dan membaur dengan publik
negara asing sehingga negara penerima menerima hallyu tanpa paksaan dan
Salah satu dari yang ingin dicapai oleh soft power menurut kategori yang
disebutkan Lee adalah untuk membentuk cara berfikir dan preferensi negara lain.
Hal tersebut dapat dilihat dari efek penerimaan hallyu di publik Jepang yang
dapat dilihat dari hasil survey majalah wanita Josey pada tahun 2012 saat isu
pulau Dokdo muncul tercatat 71 persen dari 100 penggemar hallyu mendukung
untuk memisahkan masalah politik dan budaya, dan 12 persen dari responden
194
The Japan Times, Japan-South Korea trade spat gains little traction among youth on social
media, 10 Agustus 2019,
https://www.japantimes.co.jp/news/2019/08/10/national/media-national/japan-south-korea-trade-s
pat-gains-little-traction-among-youth-social-media/ pada 12/12/2020 07.49 WIB
88
Untuk mengukur efek dari soft power menurut konsep yang disebutkan Lee
Shin Wa terkait 3 dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur soft power
Hallyu masih dipengaruhi juga oleh hubungan keduanya yang memburuk dengan
dan anti-hallyu. Hallyu di Jepang baru mencapai tingkat kedua fungsinya sebagai
soft power yaitu affective setelah membentuk pandangan baru terhadap budaya
Korea lainnya melalui Hallyu pada dimensi cognitive, penggemar Hallyu tetap
dialami oleh kedua negara. Hallyu belum dapat mencapai dimensi normative di
mana perangkat atau pemimpin negara lain ikut mendukung tujuan yang sedang
negara. Pertukaran budaya dapat secara efektif membantu ketika hubungan baik,
untuk mengatasi "kekuatan keras," seperti halnya saat sengketa keamanan dengan
pemerintah China.195
195
The Korea Times, Hallyu can boost indirect public diplomacy, 20 Oktober 2017 diakses
melalui
89
publik sejak pertama kali hallyu mendapat kepopuleran pesat di Asia Timur.
Dalam website MOFA juga disebutkan bahwa Hallyu berfungsi sebagai elemen
penting dari diplomasi publik Korea. Dengan Hallyu sebagai media, Hallyu
belakang budaya yang berbeda dengan program pertukaran budaya. 196 Korea
dengan budaya populer sebagai salah satu instrumen diplomasi publik Korea
memberdayakan sektor swasta dan masyarakat sipil dalam strategi yang disebut,
dalam Kemitraan dengan Rakyat”. 197 Kemudian pada tahun 2016 dirancang
https://www.google.com/amp/m.koreatimes.co.kr/pages/article.amp.asp%3fnewsIdx=238002
pada 06/10/2020 09.22 WIB
196
Website resmi Kementerian Luar Negeri Korea
http://www.mofa.go.kr/eng/wpge/m_5664/contents.do
197
David Alexandre Hjalmarsson, Tesis: South Korea’s Public Diplomacy…”, hal 29
198
Korean Public Diplomacy Act, diakses dari website resmi Kemeterian Luar Negeri Korea
Selatan, http://www.mofa.go.kr/eng/wpge/m_22845/contents.do
90
privat dan publik asing, salah satunya melalui budaya untuk mendukung
hubungan bilateral yang lebih sustainable merupakan faktor penting dan salah
satu strategi yang ingin dituju dari diplomasi publik Korea. Di sini penulis
melihat Hallyu dapat menjadi instrumen yang dapat menciptakan kerjasama aktor
privat sekaligus alternatif bagi Korea untuk mendorong interaksi dengan publik
Jepang. Hal tersebut dapat terlihat dari media Jepang yang memiliki kepentingan
importir terbesar konten Hallyu sejak 2003, dengan keseluruhan presentasi ekspor
budaya Korea, 70% adalah ekspor dari Korea ke Jepang, media Jepang juga
berinvestasi pada produksi drama Korea. Dengan berinvestasi pada konten hallyu,
pasar Jepang dapat mengamankan hak siar dengan biaya yang relatif lebih rendah,
dan pada saat yang sama, dapat membuat drama dengan konten yang sesuai
dengan preferensi penonton Jepang yang saat itu permintaan terhadap konten
199
Sunyoung Kwak, Communication Graduate Thesis “Rethinking the Expediency…”, hal 172
91
privat dalam ekonomi dan pertukaran budaya ini dapat menjadi langkah yang
tepat saat hubungan politik Korea Jepang dalam keadaan kurang baik.
Contohnya saat sengketa Pulau Dokdo yang sempat berdampak pada Hallyu.
Hallyu di Jepang, namun hal tersebut tidak mengganggu aktifitas hallyu lainnya
seperti konser dan fanmeeting idol Kpop serta perilisan album Jepang karena
pembelian album Jepang dari grup Kpop ini juga akan menyumbang pada pasar
musik Jepang.
dari mendukung industri media budaya sebagai industri strategis bangsa untuk
mempromosikan Korea. Baik Pemerintah dan sektor privat terus berupaya untuk
mendistribusikan drama TV, film, dan produk musik pop Korea untuk membujuk
dan mengubah sikap orang terhadap Korea dan budayanya merupakan upaya
diplomasi publik jangka pendek. Industri hiburan budaya Korea perlu merancang
strategi diplomasi publik baru untuk mengurangi apa yang disebut ''permusuhan
Anti-hallyu di Jepang menyerang tidak hanya budaya populer Korea tapi juga
sejarah Korea di Jepang. Mengutip dari Hwang dalam artikel yang ditulis
200
Hunshik Kim, “When public diplomacy faces trade barriers…”, hal 9
92
memiliki tujuan untuk memberi informasi orang-orang Jepang yang tidak terlalu
Korea di kalangan Jepang. Warisan sejarah yang menciptakan Citra negatif Korea
populer Korea.
Baik pemerintah Korea dan praktisi industri hiburan budaya swasta harus
mencari pendekatan baru untuk soft power diplomasi publik agar lebih mudah
diterima. Salah satu upayanya adalah dengan banyak melibatkan kegiatan budaya
populer yang melibatkan dua pihak. Pertama adalah melalui kolaborasi produksi
memproduksi bersama drama TV, film, dan produk musik K-pop Korea dengan
aktor lokal masing-masing negara tuan rumah, pemain dan kru produksi atau
dengan memproduksi banyak drama dan film Korea menggunakan cerita asli
meskipun sejak tahap perencanaan hingga proses pembuatan dari investasi Korea,
film ini didasarkan pada novel Jepang yang menampilkan karakter Jepang yang
diperankan oleh selebriti Jepang, dan tidak ada tanda-tanda budaya Korea yang
dapat dilihat di mana pun dalam film tersebut. Korea juga banyak memproduksi
201
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy in China and
Japan”…, hal183
202
Hunshik Kim, “When public diplomacy faces trade barriers…”, hal 8
93
drama yang berdasarkan alur cerita Jepang seperti White Tower (2007), Boys over
Flowers (2009), Master of Study (2010), dan film 200 Pounds Beauty (2006), Fly
Daddy Fly (2006), Journey under the Midnight Sun (2009) dan Playfull Kiss
(2010)203.
Strategi ini sebenarnya juga dilakukan pada negara lain di negara Asia Timur
Jepang. Seperti album berbahasa Jepang, konser tour di banyak kota di Jepang
dan mengisi ost untuk anime Jepang. Selain itu agensi Korea juga mulai
Kedua adalah dengan kerja sama festival budaya oleh kolaborasi dua pihak
hubungan yang sedang dalam sengketa. Tahun 2015 Pemerintah dan sektor
swasta kedua negara telah menyelenggarakan lebih dari 410 acara pada tahun
2015 dengan tema “Mari Membuka Masa Depan Baru Bersama” di berbagai
sektor, termasuk budaya, seni, akademisi, dan olahraga. Salah satunya adalah
203
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy in China and
Japan”…,hal 187
204
Korea.net,Korea-Japan festival brings neighbors closer, 15 September 2014
http://www.korea.net/NewsFocus/Culture/view?articleId=121708 pada 01/12/2020 14.26 WIB
94
Sapporo Tourist Association, dan NPO Japan Korea Cultural Exchanges Society
menjadi rangkaian acara dalam festival ini salah satunya dengan festival
K-Drama dan J-Drama di hari pertama festival tersebut. Juga akan ada
penampilan bersama orkestra Baladin Jepang dan grup rookie wanita Melody
Ketiga, adalah dengan menjadikan Jepang tuan rumah acara besar Korea.
Pertama adalah festival konser KCON, KCON merupakan acara festival konser
festival K-pop bersama sektor privat atau pubik di negara asing sebagai strategi
festival budaya tahunan KCON prtama kali di Los Angel, Amerika. Kata “CON”
di KCON berarti tiga hal - konvensi, konser, dan konten budaya - tiga hal yang
dapat didapatkan penonton di acara tersebut. Tidak hanya konser Kpop tetapi
juga beragam aspek budaya Korea secara keseluruhan, termasuk makanan Korea,
205
Website resmi KOFICE di halaman KOFICE News,30 Januari 2013 diakses melalui
http://eng.kofice.or.kr/e00_aboutUs/e30_kofice_news_view.asp?seq=10890&tblID=gongji&clsID
= pada 19/11/2020 11.15 WIB
206
Hunshik Kim, “When public diplomacy faces trade barriers…”, hal 9
95
kecantikan, dan life style dalam perpaduan konvensi dan konser bertema "All
Things Hallyu".
CJE&M, pada tahun 2015 memutuskan Jepang menjadi negara baru tujuan
Kpop terkenal hingga tingkat mancanegara, namun karena masalah politik dan
platform Jepang yang biasanya menjadi tempat pengenalan artis Kpop di Jepang.
Dilansir dari media berita Korea Joong Ang Daily hal tersebut membuat industri
hiburan Korea khawatir akan meredupkan kepopuleran Hallyu yang pernah ada.
Cover Dance, zona make-up, life style, kuliah serta program studi bahasa Korea,
peragaan busana Hanbok, serta stan pameran dari perusahaan kecil Korea,
menengah hingga yang besar. Festival ini bertujuan agar pengunjung dapat
merasakan budaya hidup Korea Selatan sehari-hari. Festival ini ditutup di hari
207
Korea Joong Ang Daily, Korean culture conference makes Japan debut, 19 April 2015 diakses
melalui
https://koreajoongangdaily.joins.com/2015/04/19/etc/Korean-culture-conference-makes-Japan-de
but/3003286.html pada 10/12/2020 22.15 WIB
208
Business Korea, “CJ E&M to Hold KCON in Japan in April”, 17 Februari 2015, diakses
melalui http://www.businesskorea.co.kr/news/articleView.html?idxno=9105 pada 09/12/2020
21.46 WIB
96
ketiga dengan konser artis K-Pop dan yang menariknya lagi KCON juga memberi
kesempatan kepada penggemar untuk bertemu dengan artis dari konser melalui
berlangsung tiap tahun di Jepang bahkan skalanya semakin besar. Hingga 2018
jumlah kehadiran terus bertambah setiap tahun. 15.000 pengunjung pada 2015,
33.000 pada 2016 dan menjadi 48.500 pada 2017, hingga 68.000 pada 2018210.
Ini merupakan pertanda baik bagi hubungan publik di Jepang untuk diplomasi
untuk menjadikan ajang tersebut sebagai upaya strategi diplomasi publik. Pada 8
upaya meningkatkan reputasi Korea dengan projek 'Nice Hallyu' bersama dengan
KOFICE.
209
Website resmi CJ Group di halaman news: “KCON 2016 touches down in Japan” 08 Juli 2016
diakses melalui http://english.cj.net/cj_now/view.asp?bs_seq=13498&schBsTp=1 pada
08/12/2020 22.55 WIB
210
Website resmi Mwave diakses melalui https://www.mwave.me/en/kcon/jp, pada 08/12/2020,
22.35 WIB
97
kemampuan bisnis budaya CJE &M dan pengetahuan KOFICE tentang kerja
negara lain dan mempromosikan 'Nice Hallyu’ di negara asing melalui Hallyu.
bersama211.
bertujuan untuk saling memahami dan bertukar melalui kegiatan kontribusi sosial
211
Website resmi CJ Group di halaman news: “KCON 2016 touches down in Japan” 08 Juli 2016
diakses melalui http://english.cj.net/cj_now/view.asp?bs_seq=13865
98
UKM dan wirausaha sosial yang dijalankan oleh masyarakat kurang mampu
yang akan diadakan di Jepang pada bulan April dan mendukung pengoperasian
booth konvensi.
dengan menjual kerajinan tangan dan berbagai barang yang dibuat oleh
penyandang disabilitas sendiri. Sedangkan Kaze no Sumika adalah toko roti yang
menyediakan tempat tinggal bagi kaum muda yang menolak bersekolah karena
keterbatasan, dan para remaja membuat roti dan menjual produk mereka sendiri
di sana.212
di Jepang pertama kali tahun 2017. MAMA adalah acara penghargaan musik
Korea yang diadakan pada tahun 1999 di Korea Selatan. Pada tahun 1999
MAMA masih dinamakan Mnet Music Video Festival kemudian berubah menjadi
Mnet KM Music Video Festival pada tahun 2004, dan Mnet KM Music Festival
pada tahun 2006. Terakhir pada tahun 2009 menjadi Mnet Asian Music Awards
menandai awal baru sebagai acara musik dalam cakupan Asia karena
kepopulerannya berhasil sampai negara asia lainnya dan pertama kali diadakan di
212
Website resmi KOFICE di halaman KOFICE News, “KOFICE Heralds Dissemination of
“Good Hallyu” by Supporting Booth Operation”, 17 April 2018, diakses melalui
http://eng.kofice.or.kr/e00_aboutUs/e30_kofice_news_view.asp?seq=16436&page=4&tblID=gon
gji&bunho=130 pada 19/11/2020 10.40 WIB
99
luar Korea pada tahun 2010 di Makau, di Singapura pada tahun 2011, dan di
Hong Kong dari tahun 2012 hingga 2016. MAMA untuk pertama kalinya di tahun
2017 memutuskan untuk memperluas acara tersebut di tiga negara berbeda yaitu
di Fuji TV. Acara ini juga mengadakan konferensi yang didatangi wartawan dari
media terkemuka datang ke lokasi untuk meliput upacara tersebut, termasuk Fuji
TV, Sky Perfect, Jiji Press, Weekly Asahi, Kodansha dan Haru Hana. Mnet juga
se-Asia dimana artis papan atas dan berbagai musisi dari setiap daerah berkumpul
bersama di satu tempat, dan memberikan pertunjukan luar biasa yang hanya bisa
upacara yang diadakan di 3 wilayah di tahun 2017 diantaranya 38 artis dari Asia
213
Website resmi CJ Group di halaman news: “KCON 2016 touches down in Japan” 08 Juli 2016
diakses melalui http://english.cj.net/m/cj_now/view.asp?bs_seq=13809
100
interaksi antara artis Korea dan Jepang sebagai negara penyelenggara. MAMA
menampilkan kolaborasi spesial antara I.O.I dan girl grup Jepang AKB48 untuk
panggung. Acara penghargaan ini terus berlangsung hingga di tahun 2019 dengan
penonton yang tidka kalah banyak dari KCON mencapai 40.000 pengunjung
Keempat adalah kerja sama baru sektor privat media Korea-Jepang dalam
satu acara televisi bernama Produce 48. Kolaborasi spesial dua girlband
proyek kolaborasi yang akan datang antara AKB48 dan PRODUCE 101 yang
214
, Korea.net, “Top Asian music festival MAMA marks 10th anniversary” diakses melalui
http://www.korea.net/NewsFocus/Culture/view?articleId=166403&pageIndex=35 pada 16/02/21
12.00 WIB
101
disebut “PRODUCE48”. Kolaborasi acara ini berencana untuk membuat girl grup
global dalam kolaborasi antara Mnet dan Akimoto, produser AKB48 Yasushi
Proyek kolaborasi antara dua agensi besar Korea-Jepang dalam satu acara
adalah pertama kalinya dalam industri hiburan Korea. Produce 48 adalah proyek
bersama antara Korea dan Jepang yang menggabungkan sistem dari Produce 101
program survival ini, termasuk trainee dari Korea dan Jepang. Dalam acara ini
peserta akan diseleksi dengan pilihan fans Korea hingga12 besar untuk debut
sebagai girlband.
konferensi yang diadakan Mnet pada 11 Juni 2018, agar acara ini tidak dilihat
sebagai persaingan dua negara tetapi lebih untuk mencerminkan mimpi bersama
yang ingin dicapai kedua negara dalam dunia musik. “We have a slogan saying to
become one through music. Rather than just Korea and Japan, we wanted
something that could reflect a common dream across the globe. We hope that
dengan 9 anggota dari Korea dan 3 anggota dari Jepang. Debut kolaborasi dua
negara ini telah mencetak rekor penjualan yang laku di Korea dan minat yang
kuat di Jepang. Pada 29 Oktober saat Izone merilis lagu debutnya di Korea
Selatan, video lagu "La Vie en Rose" mencetak rekor dengan video terbanyak
215
Arama Japan, “AKB48 X Produce 101 (Produce 48) Collaboration Project, diakses emlalui
https://aramajapan.com/news/akb48xproduce101%E3%80%8Cproduce48%E3%80%8Dcollabora
tion-project/83051/ pada 10/12/2020 13.45 WIB
102
dicari saat itu dengan lebih dari 34 juta penayangan. Pada akhir Desember IZOne
tampil di acara musik terkenal Jepang FNS di Fuji dan lagunya juga menduduki
puncak tangga lagu Oricon pada minggu album tersebut dirilis meskipun bukan
citra dan ekonomi negara, Budaya populer juga dapat membantu menciptakan
jembatan antara kedua negara dan mendorong dialog antar budaya melalui publik
secara efektif. Budaya populer juga dapat sekaligus menciptakan kerja sama
antara publik dengan sektor privat yang sedang dalam sengketa ini tetap berjalan.
oleh pihak swasta dan reaksi negatif dari beberapa publik asing seperti
anti-Hallyu disebabkan masalah politik kedua negara. Namun di lain sisi Hallyu
dapat mendorong kegiatan publik yang melibatkan publik asing maupun dengan
sesama aktor privat di negara asing. Seperti apa yang dikatakan Ha Jae-Keun
seorang kritikus budaya populer dalam berita media online Korean Herald
Menurutnya perlu untuk melanjutkan pertukaran di tingkat private level saat tidak
216
The Japan Times, Bridges built by the power of K-pop and J-pop, 6 Desember 2018 diakses
melalui https://www.japantimes.co.jp/culture/2018/12/06/music/bridges-built-power-k-pop-j-pop/
pada 09/12/2020 10.28 WIB
103
private-level exchanges because there is no way South Korea will sever its
Melanjutkan hasil skripsi yang ditulis Sari bahwa Hallyu sebagai instrumen
baik politik dua negara. Namun efektif dalam mendorong diplomasi people to
people dan government to people, dalam penelitian ini Hallyu dapat menciptakan
alternatif kerja sama antar sektor privat yang mewadahi interaksi dan pertukaran
publik asing meskipun keduanya dalam sengketa politik ekonomi dan sempat
yang cepat karena daya tarik masyarakat yang tidak dapat dipengaruhi oleh
pemerintah.
217
Korean Herald,MAMA stirs controversy with decision to hold this year's event in Japan 30
September 2019 diakses melalui http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20190930000934
pada 15/12/2020 22.00 WIB
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pop culture sebagai instrumen soft power Korea Selatan telah memberi banyak
keuntungan bagi Korea terutama dalam bidang ekonomi, budaya dan pariwisata. Daya
tarik pop culture Korea mampu membuat penggemarnya dari seluruh bagian dunia
tertarik untuk mengenali budaya dan gaya hidup Korea lainnya hingga mengkonsumsi
produk Korea lainnya juga. Popularitas pop culture Korea yang telah berkembang
sejak akhir 1990 mulai dimanfaatkan Korea dalam menjalankan serta mewujudkan
visi misi diplomasi publiknya. Seperti yang tercantum laporan EAI NSP mengenai 10
agenda Korea Selatan, salah satu prinsip utama yang ingin dilakukan Korea Selatan
Jepang sebagai negara tetangga Korea sudah pasti menjadi negara yang dituju
dengan Jepang yang mulai dibangun sejak normalisasi tahun 1965. Setelah membuka
hubungan politik dan ekonomi dengan Jepang, pemerintah Korea baru memutuskan
untuk membuka arus pertukaran budaya dengan Jepang pada tahun 1997 melalui
perjanjian Joint Declaration New 21st Century dengan harapan dapat menjalin
hubungan atas kesamaan paham nilai dan rasa percaya. Perjanjian ini membantu pop
culture Korea untuk dinikmati oleh masyarakat di Jepang dan berhasil mendapat
104
105
Dilihat dari konsep soft power, pop culture Korea berhasil menarik minat
masyarakat Jepang hingga dapat mengubah citra Korea sebelumnya dari warisan
sejarah yang sebelumnya kurang baik menjadi lebih terbuka terhadap Korea.
Popularitas pop culture juga digunakan Korea sebagai kesempatan untuk pertukaran
hubungan Korea Jepang pertama kali di tahun 2005. popularitas pop culture di Jepang
tidak selalu mendapat kemudahan, budaya pop ini masih rawan terhadap isu politik
dan sejarah kedua negara. Contohnya adalah saat isu wilayah pilau dokdo tahun 2012
dan isu sejarah pekerja paksa tahun 2017. Akibat isu pulau Dokdo pop culture Korea
sempat mendapat dampak dari isu tersebut mulai dari pemberhentian penayangan
Penelitian ini berusaha menganalisis dan mencari celah peran pop culture Korea
dalam diplomasi publik Korea di Jepang di tengah hubungan Korea Jepang yang
cenderung kurang stabil karena isu politik dan sejarah yang masih sering muncul ke
dimensi kegiatan diplomasi publik yang mewujudkan tujuan negara, yaitu melalui:
antara individu suatu negara melalui aktivitas, pertukaran, seminar maupun dari
saluran media. Kemudian penulis juga melihat strategi diplomasi publik yang
dijalankan Korea sebelum mengambil kesimpulan bahwa tujuan yang ditekankan dalam
diplomasi publik yang direncanakan korea dan diplomasi publik menurut Nye adalah untuk
menciptakan komunikasi dua arah dengan negara asing melalui publik ataupun sektor privat.daalam
Hasil dari analisis fenomena Hallyu yang terjadi di Jepang adalah penulis
menemukan dua kontribusi spesifik dari budaya populer Korea di Jepang sebagai
Kedua adalah sebagai strategi komunikasi dan Kerjasama antara Publik dengan Sektor
Berdasarkan konsep soft power yang digunakan, daya tarik pop culture Korea
mampu mempertahankan minat masyarakat Jepang terhadap Korea. Hal ini dilihat
dari aktivitas penggemar Hallyu yang tetap berjalan walaupun TV Jepang mulai
memberhentikan penayangan drama dan artis Kpop di saluran TV. Konser musik
Kpop masih terlihat aktif di Jepang begitu juga dengan perilisan album Jepang oleh
artis Kpop yang masih berhasil menempati posisi top 100 album di Oricon Jepang..
dengan publik yang juga dibantu dengan kemajuan internet dan sosial media yang
semakin memudahkan diplomasi publik Korea. Soft power memiliki pendekatan lain
sedang dalam sengketa namun dengan menargetkan individu publik asing untuk
mendukung kebijakan luar negeri negara tersebut. Sesuai dengan peran soft power,
penulis melihat kasus Hallyu di Jepang ini efektif dalam memengaruhi publik Jepang
Korea-Jepang terkait sejarah dan politik dengan budaya, sehingga diplomasi publik
publik tidak hanya dilakukan oleh perangkat negara, dapat menjelaskan bagaimana
aktivitas melalui acara pop culture Korea juga mendukung diplomasi publik Korea
dengan promosi budaya Korea dan keterlibatan publik asing. Contohnya adalah
Jepang pada tahun 2015. Untuk mendorong ketertarikan dan keterlibatan publik asing
terhadap budaya Korea, rangkaian KCON biasanya terdiri dari kompetisi KPOP
Cover Dance, zona make-up, life style, kuliah serta program studi bahasa Korea,
peragaan busana Hanbok, serta stan pameran dari perusahaan kecil Korea, menengah
hingga yang besar dan ditutup di hari ketiga dengan konser artis K-Pop.
hasil positif dalam pendekatan terhadap publik di Jepang melalui konten yang
disajikan dalam festival ini dengan bertambahnya pengunjung yang datang di tiap
tahun, sehingga pemerintah Korea mulai mengambil inisiatif untuk menjadikan ajang
Selain komunikasi dengan publik, industri pop culture Korea ini juga dapat
membuka alternatif lain untuk kerjasama dengan aktor privat. Kolaborasi antara
agensi besar Korea-Jepang yaitu Mnet dan produser AKB48, Yasushi Akimoto dalam
satu acara yang disebut Produce 48, merupakan pertama kalinya dalam industri
yang pertama kali Jepang ditunjuk sebagai tuan rumah pada tahun 2017 setelah
berhasil membawa dua idol girlband dari dua negara, yaitu IOI dan AKB 48
108
Jepang walaupun di tengah ketidak stabilan hubungan politik kedua negara pada
tahun 2019 terkait penghapusan masing-masing negara dari daftar partner dagang.
kekhawatiran terkait keuntungan yang didapatkan oleh pihak swasta dan reaksi
negatif dari beberapa publik asing seperti anti-Hallyu. Ha Jae-Keun seorang kritikus
Jepang. Menurutnya, perlu untuk melanjutkan pertukaran di tingkat private level saat
tidak ada jalan lain untuk Korea-Jepang menjaga hubungan diplomasinya karena
Setelah pemaparan analisis diatas, penulis sampai pada kesimpulan bahwa hallyu
dapat menjadi instrumen diplomasi publik yang lebih efektif untuk Korea di Jepang,
jika sengketa sejarah dan politik dapat diselesaikan dengan forum atau submit resmi
dimana kedua belah pihak duduk berhadapan mencari kesamaan pemahaman dan titik
temu untuk sengketa sejarah kedua negara. Bagaimanapun Hallyu hanya salah satu
material soft power yang jika tidak dibarengi oleh dukungan material hard power akan
Jepang dan mendorong generasi muda untuk memisahkan urusan politik dengan
budaya. Daya tarik publik terhadap Hallyu juga membuat pandangan publik lebih
terbuka terhadap Korea. Penggemar Hallyu biasanya akan mempelajari budaya Korea
secara mandiri dan sukarela sehingga tidak terpengaruh oleh pengertian sejarah
109
Berdasarkan kegiatan pop culture yang disebutkan di atas, hal ini menunjukkan
bahwa pop culture selain membantu negara dalam meningkatkan citra dan ekonomi
negara, Budaya populer juga dapat membantu menciptakan jembatan antara kedua
negara dan mendorong dialog dan interaksi antar publik secara efektif dengan
kegiatan Hallyu yang diselenggarakan oleh sektor privat atau pemerintah. Budaya
populer juga dapat sekaligus menciptakan salah satu kerja sama antara publik dengan
sektor privat yang sedang dalam sengketa ini tetap berjalan meskipun di tengah
menunjukkan pemulihan yang cepat karena daya tarik masyarakat yang tidak dapat
Buku
Nizzim Otmazgin and Eyal Ben-Ari, “Popular Culture and the State in East and
Yasue Kuwahara, “The Korean Wave: Korean Popular Culture in Global Context,
Chua Beng Huat dan Koichi Iwabuchi, “East Asian Pop Culture: Analysing Korean
Jan Mellisen, “The new public diplomacy: Soft Power in International Relation”,
Palgrave, Macmilan,2005.
Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes & M. Ali Sodik, M.A, “Dasar Metodologi
Jurnal
Lee Seu Jin, “Korean Wave the Soul of Asia”, The Elon Journal of Undergraduate
Scientic Research, 2012. Vol.2, No.3, 196-202, Published Online September 2012
in SciRes (http://www.SciRP.org/journal/aasoci)
Jonghoe Yang, “The Korean Wave (Hallyu) in East Asia: A Comparison of Chinese,
Brian Truong, The Korean Wave: Cultural Export and Implication, 2014, dapat
diakses di
http://resources.css.edu/academics/his/middleground/articles/taugertruongglobalizati
onteachingfall2015themiddlegroundjournal.org.pdf
Hyejung Ju, “The Korean Wave and Korean Dramas”, Oxford Research
Gunjoo Jang, Won K. Paik, Korean Wave as Tool for Korea’s New Cultural
Nick Desiden, “Bubble Pop: An Analysis of Asian Pop Culture and Soft Power
Hunshik Kim, “When public diplomacy faces trade barriers and diplomatic frictions:
Peru.
Joseph S. Nye, Jr. “Publik Diplomacy and Soft Power”. The ANNALS of the
scholars?” dalam buku Otmazgin and Eyal, Popular Culture and the State in
Oh, Ingyu dan Hyo-Jung Lee, "Mass Media Technologies and Popular Music Genres:
Tae Young Kim dan Dal Yong Jin, “Cultural Policy in the Korean Wave: An Analysis
Eytan Gilboa, “Searching for a Theory of Public Diplomacy”, The ANNALS of the
Joseph S. Nye, Jr. “Publik Diplomacy and Soft Power”. The ANNALS of the
Yun Young Cho, “Public Diplomacy and South Korea’s Strategies”, The Korean
Won Young Jin, “Hallyu: Numerous Discourses, One Prespective”, Sogang University,
Asia”, The Asia-Pacific Journal : Japan Focus, Volume 14, Issue 7, No 7, Apr 01,
2016.
Ferdian dkk, “South Korean Government’s Role in Public Diplomacy: A Case Study
2019
Lucian Jora, “New Practices and Trends in Cultural Dilomacy”, Politic. Science and
Jonathan dan Sungwoo Park, “Republic of Korea: K-culture and the Next Wave of
Hyeri Jung, “Agenda-setting in the realm of popular culture: The case of the Korean
Wave in East Asia”, Global Media and Communication, Eastern University, Vol
15 issue 3, 2019
Seung K. Ko, “South Korea-Japan Relation Since Normalization 1965”, dalam Jurnal
John Lie, “What is the K in Kpop? South Korean Popular Music, the Culture
Industry, and National Identity”, Korea Observer, Vol. 43, No. 3, Autumn, The
Asian Pop Culture: Analysing Korean Wave”, Hongkong University Press, 2008
Seungyun Oh, “Hallyu (Korean Wave) as Korea’s Cultural Public Diplomacy in China
and Japan”, dalam “Korea’s Public Diplomacy”, Hangang Network, Seoul, 2016
Seung K. Ko, “South Korea-Japan Relation Since Normalization 1965”, dalam Jurnal
Hwajung Kim, “Bridging the Theoretical Gap between Public Diplomacy and
293-326, 2017.
Ashven Gonesh dan Jan Mellisan, “Public Diplomacy: Improving Practice”, The
Joseph S. Nye, “Bound to Lead: The Changing Nature of American Power”, New
Shin wa Lee, “Soft Power and Korean Diplomacy: Theory and Reality”, Wisemen
Lee Geun, “A Theory of Soft Power and Korea Soft Power Strategy”, Korean
Dal Yong Jin, “The Korean Wave: Retrospect and Prospect”, International Journal of
Tesis
Regional Flow of Pop Culture: the Case of the Korean Wave in Japan”,University
Sarrah Brand, Tesis: “Marketing K-Pop and J-Pop in the 21st Century”, Dickinson
Collage, 2017
Johan William Jolin, Tesis: “The South Korean Music Industry: The Rise and Success
Hellena Lee,Tesis: Soft Power Indications and Public Diplomacy: The Example of
University, 2010.
Artikel
KOCIS, “The Korean Wave A New Pop Culture Phenomenon”, Contemporary Korea
No 1, 2011
Miyeon Kim, “New Media and Kpop”, dalam laporan Hallyu White paper KOFICE
2018
EAI National Security Panel (NSP) Report, Toward 2020: Ten Agendas for South
Kwang-jin Choi, “The Republic of Korea’s Public Diplomacy Strategy: History and
Angel, 2019
Chang Gyu-soo, “K-Pop which lost its way... toward Japan again?” dalam Global
KOFICE, “Global Hallyu Trends: Diagnosing the present and future of Hallyu across
Website
Yonhap, “Korean Wave the Best Tool for Public Diplomacy with US: Diplomat”, The
http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20160904000106
The jakarta post, New Report Shows Boost in Number of Hallyu Fans Partly because of
BTS, diakses di
https://www.thejakartapost.com/life/2019/01/13/new-report-shows-boost-in-number-of-
hallyu-fans-partly-because-of-bts.html
blID=gongji&bunho=130
Korea Bizwire, “CJ E&M to Begin 2018 KCON in Japan”, 22 JanuarI 2018 diakses
melalui http://koreabizwire.com/cj-em-to-begin-2018-kcon-in-japan/108311
Website resmi CJ Group di halaman news: “KCON 2016 touches down in Japan” 08
Arama Japan, “AKB48 X Produce 101 (Produce 48) Collaboration Project”, diakses
melalui
https://aramajapan.com/news/akb48xproduce101%E3%80%8Cproduce48%E3%80%8
Dcollaboration-project/83051/
The Japan Times, “Bridges built by the power of K-pop and J-pop”, 6 Desember 2018
diakses melalui
https://www.japantimes.co.jp/culture/2018/12/06/music/bridges-built-power-k-pop-j-po
p/
Korean Herald, “MAMA stirs controversy with decision to hold this year's event in
http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20190930000934
http://www.mofa.go.kr/eng/wpge/m_22845/contents.do
Business Korea, “CJ E&M to Hold KCON in Japan in April”, 17 Februari 2015,
https://koreajoongangdaily.joins.com/2015/04/19/etc/Korean-culture-conference-makes-
Japan-debut/3003286.html
http://www.korea.net/NewsFocus/Culture/view?articleId=121708
Website resmi KOFICE di halaman KOFICE News,30 Januari 2013 diakses melalui
http://eng.kofice.or.kr/e00_aboutUs/e30_kofice_news_view.asp?seq=10890&tblID=gon
gji&clsID=
Rosemarie Ho, The Outline, Why BTS is in Trouble over a T-shirt, 15 November 2018
diakses melalui
https://theoutline.com/post/6588/bts-japan-shirt-nazi-hat-cancelled-concert
The Japan Times, Trade spat sees K-pop caught in the middle, 14 Agustus 2019, diakses
melalui
https://www.japantimes.co.jp/culture/2019/08/14/music/trade-spat-sees-k-pop-caught-m
iddle/
Soompi, “BTS,Twice, IZOne, Seventeen and more Earn Spots on Oricon’s Charts for
https://www.soompi.com/article/1333499wpp/bts-twice-izone-seventeen-and-more-earn
-spots-on-oricons-charts-for-first-half-of-2019
The Jakarta Post, “BTS tops Oricon’s Album Sales for First Half of 2020”, 19 Juni 2020,
diakses melalui
https://www.thejakartapost.com/life/2020/06/19/bts-tops-oricons-album-sales-for-first-h
alf-of-2020-.html#:~:text=Korean%20pop%20giant%20BTS%20has,the%20Soul%3A
%207%20ranked%20No.
The Korea Times, “Hallyu resurges in Japan amid diplomatic rift”, 23 Juli 2020,
The Japan Times, Japan-South Korea trade spat gains little traction among youth on
https://www.japantimes.co.jp/news/2019/08/10/national/media-national/japan-south-kor
ea-trade-spat-gains-little-traction-among-youth-social-media/
The Korea Times, Hallyu can boost indirect public diplomacy, 20 Oktober 2017 diakses
melalui
https://www.google.com/amp/m.koreatimes.co.kr/pages/article.amp.asp%3fnewsIdx=23
8002
Hallyu fervor rekindled in Japan amid diplomatic row, Korea Times, 15 Desember 2018
https://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/japan-downgrades-south-korea-as-
trade-partner-as-bitter-dispute-escalates/2019/08/01/6a1d83ec-b4cc-11e9-8e94-71a3596
9e4d8_story.html
Big Bang’s “Alive Galaxy Tour 2012” at Kyocera Dome in Japan, Soompi, 26
https://www.soompi.com/article/448090wpp/big-bangs-alive-galaxy-tour-2012-at-kyoce
ra-dome-in-japan-check-out-all-the-concert-photos-here-2
Korea Herald, “Big Bang closes Japan Dome Tour, breaks ticket sales record”, The
http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20140114000833
Soompi, “Girls’ Generation Sets New Record with Japanese Tour”, Soompi, 22 April
https://www.soompi.com/article/491866wpp/girls-generation-sets-new-record-with-japa
nese-tour
Kara Successfully Ends Tokyo Dome Concert With Tears, Soompi, 8 Januari 2013,
diakses melalui
https://www.soompi.com/article/463479wpp/kara-successfully-ends-tokyo-dome-concer
t-with-tears
Will the Takeshima dispute break the Korean wave?, The Japan Times, 22 september
https://www.japantimes.co.jp/news/2012/09/02/national/media-national/will-the-takeshi
ma-dispute-break-the-korean-wave/
https://www.soompi.com/article/1078865wpp/twice-first-korean-artist-6-years-appear-f
amous-japanese-year-end-show
Anti-hallyu voices growing in Japan, Korea Times, 21 Februari 2014 diakses melalui
http://m.koreatimes.co.kr/pages/article.asp?newsIdx=152045